Anda di halaman 1dari 20

Spesifikasi Produk Avtur

Kelompok 2:
Arvin Galan Anggara : 191420014
Fernandus Fendy Rianto: 191420066
Ilma Yuniawati : 191420019
Rani Shafira Dyahnur : 191420048
Teguh Ferdianto : 191420054
Bahan Bakar Avtur
Bahan bakar penerbangan atau avtur merupakan persenyawaan hidrokarbon C10 - C14
dengan trayek didih 177⁰C - 288⁰C. Bahan bakar jenis khusus berbasis dari minyak bumi
digunakan untuk daya pesawat. Pada umumnya kualitasnya lebih tinggi dari bahan bakar yang
digunakan dalam aplikasi yang lain, seperti mesin pemanasan atau mesin angkutan jalan, dan
sering mengandung aditif untuk mengurangi risiko icing atau ledakan akibat suhu tinggi, serta
berbagai menggunakan aditif untuk berbagai spesifikasi khusus lainnya.

Jenis Avtur komersial di Indonesia adalah Jet A-1.


Spesifikasi bahan bakar Avtur diatur dalam SK DIRJEN MIGAS NO: 33633.K/10/DJM.T/2011 .
Produk Avtur
SK DIRJEN MIGAS NO: 33633.K/10/DJM.T/2011
1. Appearance ( penampilan )
• 1.1 Visual Appearance: Jernih, terang, dan secara visual bebas dari zat padat dan
air tidak terlarut pada suhu kamar.
• 1.2 Colour: Warna bukan merupakan indikator performance avtur Perubahan
warna salah satu indikasi bahwa avtur terkontaminasi oleh produk lain. Hasil
dilaporkan. Metode uji ASTMD 156/ASTMD 6045.
• 1.3 Particulate Contamination, at point of manufacture: Kontaminasi oleh partikel –
partikel halus, berasal dari debu, produk korosi atau coating, marking dan
mikroorganisme. Dibatasi max. 1.0 mg/l. Metode uji ASTMD 5452.
• 1.4 Particulate Contamination, at point of manufacture, cumulative, channel
particle counts: Partikulat, pada titik manufaktur, jumlah kumulatifpartikel dari
seluruh alur. Hasil dilaporkan. Metode uji IP 564, 565, 577.
2. Composition (Komposisi)
• 2.1 Total Acidity: Total asam. Asam walaupun dalam jumlah yang kecil akan
merusak logam–logam misalnya aluminium. Asam dapat dinetralkan dengan
surfactant (surface active agent). Dibatasi max. 0,015 mg KOH/g. METODE UJI
ASTMD 3242.
• 2.2 Aromatic Hydrocarbon Types: Kandungan aromatik dari bahan bakar
merupakan sebuah ukuran kualitas pembakaran bahan bakar. Kandungan aromatik
tinggi, bahan bakar berasap. Pada pembakaran, apabila bahan bakar mengandung
aromat tinggi disamping berasap juga membentuk deposit karbon atau debu.
Disamping itu aromat dapat merusak selang pada sistem bahan bakar. Dibatasi
aromatics max. 25 %v/v dan total aromatics max. 26,5 %v/v.
• 2.3 Sulfur Total: Dapat merusak logam–logam tembaga, bronze atau perak. Juga
dapat menimbulkan pencemaran dari gas buang, dan korosif. Dibatasi max. 0,30
%m/m. METODE UJI ASTMD 1266.
2. Composition (Komposisi)
• 2.4 Sulfur Mercaptan: Merkaptan dalam produk avtur merupakan
penyebab bau, korosif , merusak lapisan kadmium, dan merusak selang
(elastomer). Dibatasi max. 0,030 %m/m. METODE UJI ASTMD 3227.
• 2.5 Doctor Test: Uji kualitatif untuk mengetahui bahwa sifat korosif avtur.
Uji kualitatif terdapatnya senyawaan sulfur yang korosif, yaitu merkaptan,
hydrogen sulfide, sulfur bebas Senyawaan lain, yaitu peroksida. Hasil uji
Doctor Negative METODE UJI ASTMD 4952.
• 2.6 Refining Component, at point of manufacture: Komponen pengilangan
pada titik manufaktur. Hasil dilaporkan.
3. Volatility (Volatilitas)
• 3.1 Distillation:
• Initial Boiling Point: Temperatur terendah saat avtur mulai menguap.
• 10% Recovery: Pada suhu 75⁰C jumlah volume distilat yang dihasilkan tidak kurang dari 10 % vol. dan tidak lebih dari
40% vol, tidak menyebabkan terjadinya vaporlock, kehilangan minyak dan terbentuknya es di karburator (carburator
icing). Dibatasi max. 205⁰C.
• 50% Recovery: Pada suhu 105oC jumlah volume tidak kurang dari 50% vol, kenaikkan kecepatan suhu teratur dan
pada kondisi yang stabil. Hasil dilaporkan.
• 90% Recovery: Pada suhu 135oC dengan jumlah volume 90% vol, menunjukkan bahwa terdapat kesetimbangan
antara jumlah volume yang teruapkan dan yang tidak teruapkan yang lewat manifold mesin menuju silinder. Hasil
dilaporkan.
• End Point: Temperatur saat semua sampel avtur menguap. Dibatasi agar bahan bakar dapat terbakar sempurna pada
mesin. Dibatasi max. 300⁰C.
• Residue: Residue dibatasi agar tidak menimbulkan sisa residue yang dapat merusak tanki, saluran bahan bakar, dan
mesin. Dibatasi max. 1,5 %v/v.
• Loss: Dibatasi agar volume kehilangan tidak teralu besar. Dibatasi max. 1,5 %v/v.
• Metode Uji ASTMD 86
3. Volatility (Volatilitas)
• 3.2 Flash Point: Flash point berhubungan dengan kemudahan
terbakar bahan bakar avtur pada suhu atmosfer. Aspek safety
agar bahan bakar tidak terbakar pada suhu ruangan atau pada
saat penyimpanan. Dibatasi min. 38⁰C. Metode Uji IP 170.

• 3.3 Density at 15⁰C: Density didefinisikan sebagai berat bahan


bakar per unit volume. Dibatasi min. 775 kg/m3 dan max 840
kg/m3. Metode Uji ASTMD 445.
4. Fluidity (Kemudahan Mengalir)
• 4.1 Freezing point: Suhu terendah pada bahan bakar dimana 100%
berbentuk cair dan berupa sebagai fase tunggal. Dibatasi agar
bahan bakar tidak membeku pada suhu yang sangat dingin diudara.
Dibatasi max. -47 ⁰C. Metode Uji ASTMD 2386.
• 4.2 Viscosity at -20⁰C: Viskositas adalah kemudahan mengalir suatu
bahan bakar di suhu -20⁰C. Viskositas atau tahanan menaik dengan
menurunnya suhu. Ini sangat penting bagi bahan bakar pada
operasi suhu rendah, terutama saat mesin distater yang
berpengaruh terhadap penyemburan. Dibatasi max. 8000 mm2/s.
Metode Uji ASTMD 445.
5. Combustion (Pembakaran)
• 5.1 Smoke Point: Asap bahan bakar berhubungan terbalik dengan perpindahan panas
radiasi (radiant) dalam ruang bakar jet. Smoke point berhubungan dengan jumlah asap
atau debu yang terbentuk dalam ruang bakar. Bila smoke point bahan bakar sangat
rendah menunjukkan bahwa jumlah perpindahan panas radiasi sesuai dengan jumlah
asap mesin atau terjadi kenaikan jumlah debu. Dibatasi min. 25 mm. Metode Uji ASTMD
1322.
• 5.2 Smoke Point and Naphthalenes: Naftalena adalah senyawaan aromat dengan dua inti
benzene. Naftalena lebih memancarkan radiasi tenaga pada pembakaran dibanding
dengan senyawa hidrokarbon yang lain, sehingga menurunkan energi (power). Dibatasi
min. 19%v/v dan max. 3,0 %v/v. Metode Uji ASTMD 1322/1840.
• 5.3 Spesific Energy: Digunakan umtik menentukan jumlah panas yang dihasilkan oleh
bahan bakar, dengan melakukan pembakaran sempurna dari sejumlah bahan bakar
tersebut. Dibatasi min. 42,80 MJ/kg. Metode Uji ASTMD 3338/4809.
6. Corrotion (Korosi)
• 6.1 Copper Strip: Korosi terhadap tembaga dapat
menyebabkan deteriorasi tembaga atau perunggu dalam
sistem bahan bakar. Pengujian korosi bilah tembaga
dimaksudkan untuk mengetahui sifat korosifitas bahan bakar,
karena kandungan merkaptan. Dibatasi max. class 1. Metode
Uji ASTMD 130.
7. Thermal Stability JFTOT
• 7.1 Test Temperature: Untuk mengukur kesetabilan pada suhu tinggi
dengan menggunakan mesin Jet Fuel Thermal Oxidation Test (JFTOT).
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat stabilitas avtur pada
suhu tinggi tidak membentuk deposit. Dibatasi Min 260⁰C. Metode Uji
ASTMD 3241.
• 7.2 Tubing Rating Visual: Digunakan untuk menghitung deposit tabung
pemanas secara manual yang terbentuk selama uji oksidasi termal bahan
bakar jet. Peringkat visual manual adalah satu-satunya teknik penilaian
deposit tabung pemanas yang di izinkan dalam ASTM D33241 dan IP323
• 7.3 Presure Differential: perbedaan tekanan yang berhubungan dengan
kesetabilan. Dibatasi Max 25 mmHg.
8. Contaminants (Kontaminan)
• 8.1 Existent Gum: Getah purwa tinggi menunjukkan produk
dengan berat molekul tinggi melarut di dalam bahan bakar.
Saat disimpan bila menunjukkan kandungan getah purwa
tinggi menunjukkan kemungkinan terjadinya oksidasi dalam
bahan bakar, sehingga bahan hasil oksidasi dengan berat
molekul tinggi tidak melarut dalam bahan bakar dan turun ke
bawah sebagai padatan halus. Dibatasi Max. 7 mg/100ml.
Metode Uji IP 540.
9. Water Separation Characteristics (Sifat Separasi Air)

• 9.1 Microseparometer at point of manufacture: Pengujian ini


dimaksudkan untuk mengetahui surfaktan yang terkandung
dalam bahan bakar. Surfaktan ini sebagian larut dalam air dan
terlihat sebagai bahan yang tak larut pada campuran. Dibatasi
MSEP without SDA rating min. 85 dan MSEP with SDA rating
min. 70. Metode Uji ASTMD 3948.
10. Conductivity (Konduktifitas)
• 10.1 Electrical Conductivity: Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui perubahan muatan statik listrik dan mencegah
terjadi voltase tinggi terhadap loncatan bunga api yang dapat
menyebabkan kebakaran. Dibatasi min. 50 pS/m dan max. 600
pS/m. Metode Uji ASTMD 2624.
11. Lubricity
• Wear Scar Diameter: Lubricity adalah kemampuan bahan
bakar Avtur dalam mencegah keausan logam dan gesekan
antara logam yang satu terhadap lainnya pada tekanan tinggi.
Bila lubricity rendah, maka untuk menaikkan ke dalam bahan
baker avtur ditambahkan aditif lubricity. Dibatasi Max.
0,85mm. Metode Uji ASTMD 5001.
Penambahan Bahan Additif
Tipe-tipe additive yang dipergunakan pada bahan bakar pesawat jet adalah sebagai berikut:
a) Oxidation Inhibitor: -Mencegah pembentukan gum.
-Menghemat pembentukan peroxide yang dapat merusak selang dari
karet nitrile yang dipergunakan dalam fuel system.
b) Metal Deactivator: -Menghilangkan keaktivan copper sebagai katalis pada reaksi oksidasi
disamping mempercepat pembentukan gum.
c) Anti Icing Additive: -Untuk meyakinkan bahwa air yang terlarut didalam bahan bakar yang
cenderung untuk keluar dari larutan bila suhu bahan bakar turun,
tidak akan membeku didalam sistim bahan bakar.
d) Anti Static Additive: -untuk menaikan daya hantar listrik bahan bakar guna mengurangi
kemungkinan terjadinya “electrostatic discharge” yang dapat
menyebabkan keledakan pada konsisin pengisisan dengan kecepatan
tinggi melalui filter yang halus
Penambahan Bahan Additif

e) Corrosion Inhibitor: -Melindungi perpipaan dari korosi


f) Anti Smoke Additive: -Untuk mengurangi jumlah asap yang keluar dari mesin jet
pada waktu tinggal landas.
g) Biocide: -Untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan fungi didalam sistim bahan
bakar pesawat yang dapat menyumbat filter pada sistim bahan bakar.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai