TBK
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
usaha ataupun kegiatan yang akan berdampak pada lingkungan harus memiliki
nomor 5 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
yang disahkan pada tahun 2008, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
IV-1
Tbk mempunyai beberapa Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu,
Belitung.
IV-2
Gambar 4.2. Dokumen RKL-RPL
topsoil dan pedogenic subsoil hasil proses pembentukan tanah, sebagai tempat
air sangat rendah. Ketersediaan hara sangat rendah, demikian juga Kapasitas
Tukar Kation (KTK) dan kadar bahan organiknya. Sebagai akibatnya lapisan
dan fauna di dalamnya. Perubahan sifat tanah ini selanjutnya memberikan dampak
lanjutan pada vegetasi, sedimentasi serta kualitas air. Kegiatan TS juga mengubah
bentang alam dari datar atau landai menjadi hamparan dan tumpukan tailing,
Parameter kualitas air yang menjadi dampak penting adalah peningkatan nilai
padatan tersuspensi total (TSS-Total Suspended Solid) air sungai. Hal ini
IV-3
merupakan dampak sekunder (dampak tidak langsung) dari timbulnya limpasan,
dan terjadi apabila air yang digunakan tidak menggunakan sistem resirkulasi
yang dilakukan oleh alat-alat berat dan/atau menggunakan air bertekanan tinggi
melalui monitor, penyemprotan lapisan tanah yang mengandung timah dengan air
yang bertekanan tinggi melalui monitor dan pencucian lumpur yang memisahkan
bijih timah, tailing dan air limbah penuh koloid tanah yang dialirkan ke tempat
serta stripping atau pengupasan tanah penutup, serta penambangan ulang pada
a. Strategi penambangan;
d. Reklamasi.
IV-4
a. PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha penambangan akan menerapkan asas
total mining dan recovery mining. Total mining adalah sistem tambang bersih
dalam satu ”blok penambangan“ yang telah dipetakan sebelum pindah ke blok
agar pada masa pasca tambang, lahan bekas tambang bisa dipulihkan kembali
fraksi debu dan liat tanah akan diamankan dan dimanfaatkan. Di sisi lain, dari
b. PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan melakukan pembukaan tapak
5) Setelah suatu tapak selesai digunakan sebagai daerah operasi TS, maka
IV-5
6) Blok penambangan akan dibuat kecil, dan berurutan serta tidak loncat-
loncat.
c. Dalam proses penambangan PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan
mencemari sungai. Dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dengan sistem ini, debit
pengambilan (intake) air sungai dapat dibatasi, serta aliran air limbah dapat
lokasi alternatif penerapan sistem pengelolaan tata air ini adalah DAS Mapur,
d. Dalam proses penambangan, PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan
sifatnya yang lebih baik untuk tanaman. Ada tiga macam overburden yang
akan dilakukan.
IV-6
Aliran sungai
Sungai
Bandar (Saluran
primer)
Blok Tambang
Gambar 4.3. Skema Sirkulasi Air Tertutup pada Blok Penambangan Setara Tambang Besar
penimbunan overburden, tailing dan kolong air kerja. Dalam satu blok
penambangan terdapat 1 (satu) kolong air kerja yang dapat dipergunakan oleh
semua TSK sehingga pasca penambangan jumlah kolong yang tergenang air
akan lebih sedikit, sirkulasi air bisa diatur lebih efektif dan efisien serta ruang
PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan melakukan teknik penambangan
berikut:
a. Melakukan pengupasan dan pengumpulan tanah pucuk pada seluruh areal yang
akan digali untuk rencana kerja maupun areal untuk Bandar dan kantor tailing;
b. Lapisan tanah pucuk dikumpulkan pada tempat tertentu dan tidak boleh
lainnya;
dump) kemudian lumpur tanah dihisap dengan gravel pump (pompa kerikil)
IV-8
dan dialirkan ke instalasi pencucian. Pasir timah akan terpisah dari pasir biasa
(kuarsa) dan slime. Pasir dan slime, sebagai tailing, akan dialirkan ke dalam
3) Setelah tambang tutup atau pindah lokasi atau pindah instalasi pencucian,
tererosi.
Strategi dan teknik penambangan timah yang telah diutarakan pada dasarnya
ditujukan agar reklamasi yang dilakukan berdaya-guna. Oleh sebab itu, backfilling
IV-9
tanah yang ada mendapat perhatian, terutama di daerah tambang lama yang
yaitu:
e. Harus menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan kerja dari limbah lainnya
(debu, ceceran minyak, potongan besi tua, puing kayu dan sampah);
f. Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus dibersihkan dari lahan bekas tambang
4.2.2.4 Reklamasi
IV-10
4.2.2.4.1. Prosedur Reklamasi
bawah ini :
penggantian biaya bibit, dan PT Timah akan membayar biaya penanaman dan
pemeliharaan.
c. Tanah pucuk yang sudah diamankan digunakan sebagai media tanam untuk
reklamasi dari PT Timah harus terlebih dahulu meminta peta hasil pengukuran
areal yang akan direklamasi kepada Bagian Ukur Peta Pengawasan Produksi
e. Reklamasi di lahan bekas tailing yang telah diratakan sesuai dengan pola
IV-11
f. Reklamasi juga dilakukan di lahan asli yang semula digunakan sebagai lokasi
g. Pelaksanaan reklamasi paling tepat adalah pada awal musim hujan agar
oleh Tim Penilai, Mitra Usaha reklamasi harus memasang patok-patok jarak
tanam yang disusun secara teratur menurut jalur petak tanaman dan ditulis
j. Setelah berumur satu tahun ketinggian pohon minimal 2 m dan lingkar pangkal
batang minimum 8 cm. Jika ketinggian dan lingkar batang kurang memenuhi
memenuhi persyaratan.
IV-12
Gambar 4.5. Vegetasi Tanaman Reklamasi
Tbk
IV-13
b. Rencana pembangunan dan pengoperasian sistem sirkulasi air tertutup.
Upaya pengaturan pengurasan open pit adalah mengatur jadwal dan debit
pengurasan open pit (kolong Biru) sehingga tambahan aliran air pengurasan
terhadap debit sungai tidak menyebabkan meluapnya aliran Sungai Layang Hulu
yang tidak terkendali. Upaya ini dilakukan dengan mengatur jadwal pengurasan
kolong Biru pada musim kemarau serta mengendalikan dan memanfaatkan luapan
IV-14
4.2.3.2. Pengelolaan Pembangunan dan Pengoperasian Sistem Sirkulasi Air
Tertutup
pendangkalan, penurunan muka air (volume) kolong, serta muka air tanah antara
a. Pengendalian tata air untuk penambangan dengan pembuatan saluran air yang
memadai (sesuai dengan kapasitas air drainase) pada kolong dan sirkulasinya
dibuat dengan sistem tertutup (closed water management system). Sistem ini
dibuat agar sedimen yang mungkin terbawa oleh aliran air tidak mencemari
c. Pada saluran air dengan sistem sirkulasi tertutup dibuat atau dibangun kolam
jebakan sedimen (sediment trap) atau cek dam pada saluran drainase atau parit
yang menuju Dam Kramat, perawatan pada bangunan sipil dan pengurasan
sediman;
d. Kehilangan air (losses) pada sistem sirkulasi tertutup tidak melebihi 5% dari
kebutuhan air untuk pencucian (air kerja). Untuk itu perlu diupayakan agar
setling pond;
lebih mantap;
IV-15
f. Melakukan rehabilitasi dan upgrading bangunan spillway Dam Keramat untuk
IV-16
4.2.3.3. Pengelolaan Erosi dan Potensi Longsor
Pengelolaan dampak terhadap erosi dan potensi longsor pada tahap operasi
a. Membuat lokasi dumping area dengan luas yang memadai (39,2 Ha) untuk
menempatkan volume tanah atas (pucuk atau top soil) dan overburden;
Sistem ini dibuat agar sedimen yang mungkin terbawa oleh aliran air tidak
tanah pucuk dan overburden mencapai sudut rancangan final (<45o) agar tidak
terjadi erosi dan longsor material tanah (terutama fraksi halus/liat) oleh air
IV-17
Gambar 4.10. Tumpukan Tailing Kering untuk Pembuatan Tanggul
b. Melakukan uji emisi terhadap semua kendaraan yang dipakai dalam tahap
operasi;
IV-18
Gambar 4.11. Mesin Diesel
IV-19
4.2.3.5. Pengelolaan Paparan Radioaktif
BAPETEN.
(2) Memberi simbol dan label serta dilengkapi lembar data sheet pada tempat
kaos tangan dan pelindung dada yang terbuat dari bahan yang dapat
dan program keselamatan dan kesehatan kerja yang terkait dengan paparan
d) Uji kesehatan secara berkala terhadap para pekerja dan pengawas khususnya
IV-20
f) Pemberian asupan tambahan baik berupa makanan atau minuman bergizi
a. Mengalokasikan ruang sabuk hijau (green belt) sebagai awal arboretum yang
mengelilingi tapak dumping area dan tapak tailing pond, yaitu dengan cara
bawah, serta menyisakan atau tidak menebang sebagian pepohonan pada tepi
calon tapak sabuk hijau yang telah diberi tanda, dengan cara tidak menebang
f. Jarak tanam dan jenis yang akan ditanam pada tapak sabuk hijau (greenbelt)
IV-21
dengan mempertimbangkan aspek keindahan, keamanan (perakaran kokoh,
tidak mudah roboh, tidak berduri, getahnya tidak menyebabkan iritasi kulit),
unit taman.
Parameter kualitas air laut yang menjadi dampak penting adalah peningkatan
nilai TSS, kekeruhan dan kandungan minyak pada kegiatan penambangan timah.
Sumber dampaknya berasal dari aktivitas Kapal Keruk (KK), Kapal Isap (KI),
Kapal Isap Produksi (KIP) dan Bucket Whell Dredge (BWD). Aktivitas tersebut
mencakup: pengerukan dasar laut untuk mendapatkan bijih timah, pencucian bijih
timah, serta timbulan oli bekas dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan dan
ceceran minyak. Berikut ini dalam tabel 4.4 disajikan data prakiraan sebaran total
suspended solid akibat operasi Kapal Keruk (KK), Kapal Isap (KI), Kapal Isap
IV-22
Tabel 4.4 Prakiraan Sebaran TSS Akibat Operasi KK/KI/KIP/BWD
a. Pengendalian TSS sekitar Tambang Laut KK, KI, KIP dan BWD.
IV-23
b. Pengelolaan limbah hidrokarbon disetiap unit KK, KI, KIP dan BWD.
c. Pengelolaan limbah padat, scrap, dan limbah domestic disetiap unit KK, KI,
4.3.2.1 Pengendalian TSS Sekitar Tambang Laut KK, KI, KIP dan BWD
diupayakan operasi tambang disetiap unit KK, KI, KIP dan BWD tidak
a. TSS < 20 mg/l untuk daerah sekitar terumbu karang dan wisata bahari.
perairan terumbu karang Malang Duyung dan Malang Guntur adalah 5 mg/l.
Apabila terdapat operasi dari 3 KK dan 10 KIP, maka jarak terdekat yang dapat
IV-24
Gambar 4.13. Proses Samping Pencucian Bijih Timah di KIP
IV-25
Tabel 4.5 Potensi Peningkatan Kadar TSS Akibat Penambangan Laut Terhadap Terumbu Karang dan Mangrove
IV-26
4.3.2.2 Pengelolaan Limbah Hidrokarbon di Kapal
dilanjutkan di KK, KI, KIP, dan BWD serta kapal mitra Timah adalah sebagai
berikut:
kerja.
1) Limbah hidrokarbon dari kamar mesin, limbah dari bak cuci tangan dan
d. Memeriksa kondisi TPS dan kondisi wadah secara rutin, jika ada ketidak-
IV-27
g. Membuat rekapitulasi bulanan limbah hidrokarbon dari setiap kapal
darat.
hidrokarbon di darat.
darat.
limbah hidrokarbon di darat dari berbagai kapal dan obyek kerja lain.
IV-28
r. Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan terhadap ketidaksesuaian yang
IV-29
1) Kemasan B3,
4) Limbah domestik.
b. Memasukkan limbah berukuran kecil dalam wadah yang telah disediakan dan
d. Mencatat dan membuat rekapitulasi bulanan volume limbah padat, scrap dan
akan datang.
i. Secara rutin, dua kali seminggu limbah dikirim ke TPS Darat (untuk limbah
IV-30
l. Temuan ketidaksesuaian diinformasikan kepada petugas angkutan darat dan
m. Menyimpan dan menata limbah yang diterima di TPS (limbah PNE) atau di
p. Memeriksa secara rutin (satu bulan sekali) kondisi TPS dan TPA, jika ada
IV-31
4.4. Pengelolaan Lingkungan di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) PT
peningkatan nilai TSS dan penurunan pH yang disebabkan oleh buangan limbah
dan Rapid Magnetic Separator. Mineral radioaktif yang timbul akibat dua proses
ini adalah zircon, xenotime dan monazite. Mineral radioaktif kemudian ditimbun
(BAPETEN).
terkena dampak penting negatif bila yang bersangkutan selama 5 tahun terus
menerus terpapar oleh radiasi yang berkekuatan 1.25 mRem/jam yang timbul dari
BAPETEN pada bulan Desember 2006, Maret 2007, dan Juli 2007; menunjukkan
tidak ada karyawan di PPBT dan Pabrik Peleburan Timah yang terpapar oleh
peningkatan konsentrasi partikulat (PM) dan partikel debu (TSP) dalam udara
ambien. Sumber dampak berasal dari pemisahan bijih timah dari material ikutan
IV-32
4.4.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup
serangkai berikut:
Program pengendalian kualitas air di PPBT yang telah dan akan terus
lebih rendah, sehingga menjadi bersih dan dapat digunakan kembali sebagai air
d. Membuat sistem dam serta memastikan bahwa air yang dibuang ke perairan
BAPETEN.
b. Memberi simbol dan label serta dilengkapi lembar data sheet pada tempat
IV-33
HATI ZAT RADIOAKTIF‟ atau „HATI-HATI BAHAYA RADIASI‟.
a. Minimisasi laju volumetrik udara yang berasal dari dalam ruang yang
basah guna mengurangi kadar debu dan partikulat dalam udara buangan.
c. Pemakaian masker debu bagi pekerja untuk mencegah masuknya debu atau
Input udara segar ke dalam ruangan dan sekaligus pengaliran udara buang
konsentrasi debu dan partikulat yang rendah dan memenuhi baku mutunya.
IV-34
4.5. Program Pengelolaan Lingkungan di Unit Metalurgi PT. Timah Tbk
Aktivitas di Unit Metalurgi yang terdiri atas Pabrik Peleburan, PPBT, PLTD
dan Tangki Timbun BBM berpotensi menimbulkan dampak penting pada perairan
laut bila tidak dicega secara efektif. Sumber kegiatan penyebab dampak dan
potensi dampak penting pada perairan laut berada pada tabel dibawah berikut.
Kegiatan yg
Unit kerja dan Kegiatan menimbulkan dampak Dampak Penting
penting
A. Pabrik Peleburan dan
Pemurnian
Electrolytic Refining Material cair B3 Pencemaran
material B3
Laboratorium timah Limbah sisa analisia Pencemaran material
dan pencucian alat B3
B. PPBT
Bak sirkulasi Air tailing Kualitas air (TSS,
pH)
C. PLTD
Sistem pendinginan Penggunaan air untuk Peningkatan suhu air
generator pendinginan generator
Operasi dan perawatan Ceceran minyak Pencemaran air
PLTD
D. Tangki Timbun BBM
Bongkar minyak dari Ceceran minyak Pencemaran air
tongkang
Penimbunan minyak (oil Ceceran minyak Pencemaran air
storage, oil tank)
Distribusi minyak (oil Ceceran minyak Pencemaran Tanah
storage, oil tank)
Sumber: RKL Unit Metalurgi PT. Timah Tbk
IV-35
a. Peningkatan konsentrasi partikulat (particulate matter) dalam udara di tempat
Sumber dampak radioaktif dari Unit Metalurgi Mentok berasal dari kegiatan-
kegiatan berikut:
roasting).
Sn dan 20-25%Fe.
Didalam proses tahap kedua terak dicampur bersama anthrasit dan batu
Selama proses berlangsung, terjadi pembentukan alloy timah dengan besi yang
dikenal sebagai hard head, yang terpisah dari terak cair yang mengandung kadar
IV-36
Menurut SK Kepala BAPETEN No 02/Ka-BAPETEN/V-99, seseorang akan
terkena dampak penting negatif bila yang bersangkutan selama 5 tahun terus
menerus terpapar oleh radiasi yang berkekuatan 1.25 mRem/jam yang timbul dari
BAPETEN pada bulan Desember 2006, Maret 2007, dan Juli 2007 menunjukkan
tidak ada karyawan di Pabrik Peleburan Timah maupun di PPBT yang terpapar
Adapun dampak penting lingkungan yang timbul akan dikelola dengan kegiatan
sebagai berikut:
limbah II,
b. Dari bak penampungan limbah II, limbah dialirkan ke bak pengolah limbah,
IV-37
c. Dari bak pengolah limbah, limbah dialirkan ke bak koagulasi dengan
d. Dari bak koagulan limbah cair dialirkan ke dalam bak biological indicator
waste.
mutu.
IV-38
Gambar 4.19. Kapur dan Tawas Sebagai Bahan Pengolahan Air Limbah
IV-39
Gambar 4.22. Pasir dan Serbuk Gergaji Sebagai Pembersih Ceceran
IV-40
Gambar 4.24. Drum Penampung Oli Bekas
diperbolehkan.
b. Memastikan suhu air yang akan dibuang ke perairan umum sesuai dengan batas
IV-41
Gambar 4.25. Penampungan Air Pendingin Generator
Outlet ke IPAL
Pipa Inlet
IV-42
Gambar 4.27. IPAL Air Pendingin Generator
BBM
1) Ceceran limbah hidrokarbon dari setiap sumber yang lain ditampung dalam
bak penampung.
unit kerja.
IV-43
d. Memeriksa kondisi TPS dan kondisi wadah secara rutin, jika ada
IV-44
Gambar 4.28. Diagram Alir Unit Pengolahan Limbah Cair dari ER dan Lab. Timah
IV-45
4.5.2.4. Pengendalian Pencemaran Udara dan Kebisingan
basah atau peralatan sejenisnya guna mengurangi kadar debu dan partikulat
c. Pemakaian masker debu bagi karyawan Unit Metalurgi yang banyak bekerja di
sistem pernafasan.
e. Bila tingkat kebisingan lingkungan tetap tinggi maka perlu dibuat peta tingkat
kebisingan (noise isopleth) untuk daerah tersebut. Berdasarkan peta ini dapat
kebisingan tinggi. Tanda peringatan ini menjadi dasar pemakaian alat penutup
IV-46
Gambar 4.29. Outlet ke Tangki Penampungan Debu
IV-47
4.5.2.5 Pengendalian Paparan Radioaktif
b. Memberi simbol dan label serta dilengkapi lembar data sheet pada lokasi
IV-48