Anda di halaman 1dari 48

BAB IV

SISTEM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PT TIMAH (PERSERO),

TBK

4.1. Dokumen AMDAL

AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Setiap

usaha ataupun kegiatan yang akan berdampak pada lingkungan harus memiliki

dokumen AMDAL. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

nomor 5 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib

Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, kegiatan pertambangan

merupakan salah satu kegiatan yang wajib memiliki dokumen AMDAL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 bagian yaitu, Dokumen Kerangka Acuan

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Dokumen Analisis Dampak

Lingkungan Hidup (ANDAL), Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan

Hidup (RKL), Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Dalam

PT Timah (Persero), Tbk mempunyai dokumen AMDAL yaitu dokumen ANDAL

yang disahkan pada tahun 2008, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

RKL-RPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau

kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan. Dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) di PT Timah (Persero),

IV-1
Tbk mempunyai beberapa Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu,

Prgoram Pengelolaan Lingkungan Tambang Darat, Program Pengelolaan

Lingkungan Tambang Laut, Program Pengelolaan Lingkungan Pusat Pencucian

Biji Timah dan Program Pengelolaan Lingkungan Unit Metalurgi Muntok.

Pada tanggal 30 Juni 2009, Gubernur Bangka Belitung mengeluarkan SK

No.188.4/ 381/ BLHD/ 2009 tentang Penetapan Kelayakan Lingkungan Kegiatan

Pertambangan Timah PT. Timah (Persero), Tbk di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

Gambar 4.1. Dokumen ANDAL Buku I-IV

Sumber : Pandawa, 2018

IV-2
Gambar 4.2. Dokumen RKL-RPL

Sumber : Pandawa, 2018

4.2. Pengelolaan Lingkungan Tambang Darat PT Timah (Persero), Tbk

4.2.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Kegiatan tambang semprot (TS) menghilangkan solum tanah, yaitu pedogenic

topsoil dan pedogenic subsoil hasil proses pembentukan tanah, sebagai tempat

tumbuh tanaman. Sebagai gantinya terbentuk lapisan tailing bertekstur pasir

(didominasi kuarsa, 95 - 100%) dengan konsistensi lepas dan kapasitas menahan

air sangat rendah. Ketersediaan hara sangat rendah, demikian juga Kapasitas

Tukar Kation (KTK) dan kadar bahan organiknya. Sebagai akibatnya lapisan

tailing tidak dapat menunjang pertumbuhan tanaman di atasnya serta mikro-flora

dan fauna di dalamnya. Perubahan sifat tanah ini selanjutnya memberikan dampak

lanjutan pada vegetasi, sedimentasi serta kualitas air. Kegiatan TS juga mengubah

bentang alam dari datar atau landai menjadi hamparan dan tumpukan tailing,

gundukan overburden, oversize grizzly, snow ball dan kolong.

Parameter kualitas air yang menjadi dampak penting adalah peningkatan nilai

padatan tersuspensi total (TSS-Total Suspended Solid) air sungai. Hal ini

IV-3
merupakan dampak sekunder (dampak tidak langsung) dari timbulnya limpasan,

dan terjadi apabila air yang digunakan tidak menggunakan sistem resirkulasi

tertutup (closed system recirculation), sehingga air bekas semprotan/cucian akan

mengalir ke badan sungai.

Sumber dampaknya adalah kegiatan stripping atau pengupasan tanah penutup

yang dilakukan oleh alat-alat berat dan/atau menggunakan air bertekanan tinggi

melalui monitor, penyemprotan lapisan tanah yang mengandung timah dengan air

yang bertekanan tinggi melalui monitor dan pencucian lumpur yang memisahkan

bijih timah, tailing dan air limbah penuh koloid tanah yang dialirkan ke tempat

pembuangan tailing. Sumber dampak adalah pembukaan lahan (land clearing),

serta stripping atau pengupasan tanah penutup, serta penambangan ulang pada

lokasi yang sama.

4.2.2. Program Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dampak penting lingkungan yang timbul akan dikelola melalui serangkaian

kegiatan sebagai berikut:

a. Strategi penambangan;

b. Teknik penambangan berwawasan lingkungan;

c. Pengendalian pencemaran lingkungan;

d. Reklamasi.

4.2.2.1. Strategi Penambangan

Adapun strategi penambangan yang berwawasan lingkungan yang diterapkan

oleh PT. Timah (Persero), Tbk yaitu:

IV-4
a. PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha penambangan akan menerapkan asas

total mining dan recovery mining. Total mining adalah sistem tambang bersih

dalam satu ”blok penambangan“ yang telah dipetakan sebelum pindah ke blok

berikutnya. Dengan demikian maka dapat dicegah penambangan yang tidak

beraturan, loncat-loncat dan berulang-ulang yang akan mengganggu dan

menghambat program reklamasi. Melalui recovery mining akan diupayakan

agar pada masa pasca tambang, lahan bekas tambang bisa dipulihkan kembali

(recovered) sehingga dapat berdaya-guna untuk suatu peruntukan tertentu

sesuai potensinya setelah dipersiapkan. Oleh sebab itu, semua bahan

overburden yang berpotensi sebagai media tumbuh karena masih mengandung

fraksi debu dan liat tanah akan diamankan dan dimanfaatkan. Di sisi lain, dari

overburden pasir tidak akan ada revegetasi.

b. PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan melakukan pembukaan tapak

(site clearance) dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pembukaan tapak diupayakan sesuai keperluan;

2) Diupayakan sesedikit mungkin menebang vegetasi di tapak proyek.

Penebasan hutan pada lahan untuk rencana penambangan hanya diizinkan

dalam batas lay out tambang;

3) Diupayakan seminimal mungkin mengganggu/merusak habitat satwaliar;

4) Diupayakan sesedikit mungkin mengubah bentang alam;

5) Setelah suatu tapak selesai digunakan sebagai daerah operasi TS, maka

sesegera mungkin tapak tersebut dan daerah sekitarnya dipulihkan baik

melalui reklamasi, reboisasi/penghijauan atau restorasi/rehabilitasi.

IV-5
6) Blok penambangan akan dibuat kecil, dan berurutan serta tidak loncat-

loncat.

c. Dalam proses penambangan PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan

melakukan sistem pengendalian tata air secara tertutup (Closed Water

Management System) untuk mencegah air limbah yang berisi sedimen

mencemari sungai. Dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dengan sistem ini, debit

pengambilan (intake) air sungai dapat dibatasi, serta aliran air limbah dapat

dikendalikan sehingga mencegah pencemaran/ sedimentasi sungai atau badan

air lainnya. Sistem ini akan dikembangkan untuk mencegah dan

mengendalikan dampak lingkungan penting seperti perubahan pola aliran,

pengurangan debit sungai dan terjadinya peningkatan debit sedimen. Sebagai

lokasi alternatif penerapan sistem pengelolaan tata air ini adalah DAS Mapur,

Kepoh dan Bangka Kota.

d. Dalam proses penambangan, PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan

mengamankan overburden di sekitar lokasi tambang untuk kemudian

dimanfaatkan dalam program reklamasi sebagai penutup lapisan tailing karena

sifatnya yang lebih baik untuk tanaman. Ada tiga macam overburden yang

terbentuk dari proses penambangan. Overburden halus (diperoleh dari lokasi

yang untuk pertama kalinya ditambang di daerah yang ditutupi vegetasi

pohon/hutan), overburden halus sampai kasar, dan overburden yang seluruhnya

kasar. Perbedaan jenis overburden ini menentukan teknik penambangan yang

akan dilakukan.

IV-6
Aliran sungai
Sungai

Bandar (Saluran
primer)

Blok Tambang

Gambar 4.3. Skema Sirkulasi Air Tertutup pada Blok Penambangan Setara Tambang Besar

Sumber : Rencana Pengelolaan Lingkungan PT Timah (Persero), Tbk.


IV-7
e. Jarak antara TSK dalam satu blok akan mempertimbangkan tempat untuk

penimbunan overburden, tailing dan kolong air kerja. Dalam satu blok

penambangan terdapat 1 (satu) kolong air kerja yang dapat dipergunakan oleh

semua TSK sehingga pasca penambangan jumlah kolong yang tergenang air

akan lebih sedikit, sirkulasi air bisa diatur lebih efektif dan efisien serta ruang

tempat penimbunan overburden dan tailing tidak mengganggu front

penambangan sehingga akan mempermudah kegiatan reklamasi.

4.2.2.2. Teknik Penambangan Berwawasan Lingkungan

PT Timah (Persero), Tbk dan mitra usaha akan melakukan teknik penambangan

yang berwawasan lingkungan yang secara teknis akan diimplementasikan sebagai

berikut:

a. Melakukan pengupasan dan pengumpulan tanah pucuk pada seluruh areal yang

akan digali untuk rencana kerja maupun areal untuk Bandar dan kantor tailing;

b. Lapisan tanah pucuk dikumpulkan pada tempat tertentu dan tidak boleh

dipergunakan untuk membuat phok/dam, pondasi sakan untuk keperluan sarana

lainnya;

c. Tanah pucuk yang sudah dikumpulkan dipasang pengaman di sekelilingnya di

atas gundukan tanah pucuk tersebut ditanami dengan tanaman menjalar/cover

crop agar tidak tererosi;

d. Secara umum, endapan tanah ditambang dengan metode semprot basah

(hydraulic mining) dimana air dipakai untuk menghancurkan lapisan tanah.

Untuk memperbesar pemindahan tanah dapat dibantu dengan buldozer, baru

disemprot. Tanah yang sudah disemprot dialirkan ke bak penampungan (mine

dump) kemudian lumpur tanah dihisap dengan gravel pump (pompa kerikil)

IV-8
dan dialirkan ke instalasi pencucian. Pasir timah akan terpisah dari pasir biasa

(kuarsa) dan slime. Pasir dan slime, sebagai tailing, akan dialirkan ke dalam

kolong sebagai langkah awal reklamasi lahan dengan jalan backfilling;

e. Timbunan pasir tailing dari instalasi pencucian (sakan/jig) semaksimal

mungkin secara bertahap dikembalikan ke dalam kolong bekas penggalian,

sehingga pada akhir penambangan sekecil mungkin bekas kolong penggalian

yang terisi air;

f. Lapisan tanah atas yang sudah dikupas semaksimal mungkin dikembalikan

secara bertahap ke dalam kolong bekas penggalian atau dihamparkan di atas

pasir tailing pada bekas kolong penggalian;

g. Pada akhir penambangan akan dilakukan langkah-langkah:

1) Tanah timbunan bekas penggalian bandar dirapikan sedemikian rupa

sehingga memudahkan penanaman kembali;

2) Membongkar bangunan bekas sarana tambang (sakan/jig, kantor, gudang,

bedeng dan lain-lain) dan kayu-kayunya dibersihkan dari lokasi bekas

tambang sehingga lokasi bekas sarana tersebut dapat ditanami kembali

dengan pohon penghijauan;

3) Setelah tambang tutup atau pindah lokasi atau pindah instalasi pencucian,

timbunan oversized grizly, timbunan pasir tailing dan tanah di sekitarnya

harus diratakan dengan kemiringan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah

tererosi.

Strategi dan teknik penambangan timah yang telah diutarakan pada dasarnya

ditujukan agar reklamasi yang dilakukan berdaya-guna. Oleh sebab itu, backfilling

dengan memanfaatkan overburden yang berpotensi menjadi tanah atau lapisan

IV-9
tanah yang ada mendapat perhatian, terutama di daerah tambang lama yang

memiliki overburden bertekstur lebih halus.

4.2.2.3. Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Adapun pengendalian pencemaran lingkungan yang diterapkan oleh PT. Timah,

yaitu:

a. Sebelum tambang mulai beroperasi dibangun seluruh sarana untuk pencegahan

pencemaran dan pengendalian limbah cair berupa kantong tailing, bandar

sirkulasi dan phok/dam dengan ukuran yang telah diperhitungkan sesuai

kapasitas limbah yang ditampung sehingga aman sepanjang umur tambang;

b. Untuk mencegah pencemaran lingkungan sekitar tambang, air tailing tidak

diperbolehkan dibuang ke hutan atau perairan umum;

c. Untuk mengendalikan tailing wajib dilakukan sirkulasi air tailing secara

tertutup atau membuat kolam pengendapan sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan pencemaran di luar lokasi/batas lay out tambang;

d. Apabila sewaktu-waktu terjadi pencemaran akibat limbah dari suatu tambang,

maka wajib dilakukan upaya perbaikan dan penanggulangan sesegera mungkin.

e. Harus menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan kerja dari limbah lainnya

(debu, ceceran minyak, potongan besi tua, puing kayu dan sampah);

f. Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus dibersihkan dari lahan bekas tambang

dan disimpan pada tempat yang telah ditentukan oleh perusahaan.

4.2.2.4 Reklamasi

Upaya pengelolaan lingkungan untuk reklamasi mempunyai 4 program

lingkungan hidup yaitu pola reklamasi, jenis tanaman untuk reklamasi,

penanaman dan pemeliharaan tanaman reklamasi dan prosedur reklamasi.

IV-10
4.2.2.4.1. Prosedur Reklamasi

Sebagai upaya untuk mengimplementasikan kebijakan dan strategi

penambangan berwawasan lingkungan, PT Timah (Persero), Tbk akan terus

melanjutkan kebijakan Direksi dalam hal reklamasi yang sebagian besar

diantaranya telah diamanatkan dalam SK Direksi Nomor: 127/TT/SK-1000/2005-

B1 Tahun 2005. SK tersebut, yang diantaranya mencakup hal-hal berikut di

bawah ini :

a. Untuk menjamin kelangsungan hidup, bibit tanaman disediakan oleh Kepala

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (Kepala K3LH). Mitra

Usaha dapat mencari/menyediakan sendiri bibit tanaman dan menanam tanpa

penggantian biaya bibit, dan PT Timah akan membayar biaya penanaman dan

pemeliharaan.

b. Jenis tanaman disesuaikan dengan pola reklamasi lahan bekas tambang.

c. Tanah pucuk yang sudah diamankan digunakan sebagai media tanam untuk

reklamasi lahan bekas tambang.

d. Sebelum dilakukan reklamasi, Mitra Usaha yang memperoleh pekerjaan

reklamasi dari PT Timah harus terlebih dahulu meminta peta hasil pengukuran

areal yang akan direklamasi kepada Bagian Ukur Peta Pengawasan Produksi

untuk dapat digunakan dalam membuat sketsa petak tanaman.

e. Reklamasi di lahan bekas tailing yang telah diratakan sesuai dengan pola

reklamasi, jenis tanaman reklamasi, serta memperhatikan jarak tanam, ukuran

lubang dan pupuk.

IV-11
f. Reklamasi juga dilakukan di lahan asli yang semula digunakan sebagai lokasi

sarana untuk bangunan bekas kantor, bedeng, gudang, bekas timbunan

overburden, dan bekas timbunan tanah pucuk.

g. Pelaksanaan reklamasi paling tepat adalah pada awal musim hujan agar

kemungkinan tanaman mengalami kekeringan/mati dapat diperkecil.

h. Pemeliharaan tanaman dilakukan selama 1 (satu) tahun setelah selesainya

penanaman atau setelah memenuhi kriteria.

i. Untuk memudahkan pelaksanaan reklamasi dan penilaian kinerja Mitra Usaha

oleh Tim Penilai, Mitra Usaha reklamasi harus memasang patok-patok jarak

tanam yang disusun secara teratur menurut jalur petak tanaman dan ditulis

nomor baris dan jumlah tanaman tiap baris.

j. Setelah berumur satu tahun ketinggian pohon minimal 2 m dan lingkar pangkal

batang minimum 8 cm. Jika ketinggian dan lingkar batang kurang memenuhi

syarat, pembayaran pekerjaan kepada Mitra Usaha reklamasi ditunda sampai

memenuhi persyaratan.

Gambar 4.4 Papan Lokasi Reklamasi

Sumber : Pandawa, 2018

IV-12
Gambar 4.5. Vegetasi Tanaman Reklamasi

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.6. Eks Tambang Menjadi Kolam Wisata

Sumber : Pandawa, 2018

4.2.3. Pengelolaan Lingkungan Tambang Darat Pemali PT. Timah (Persero),

Tbk

Dampak penting lingkungan di tambang darat Pemali yang timbul akan

dikelola melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:

a. Rencana pengaturan pengurasan open pit.

IV-13
b. Rencana pembangunan dan pengoperasian sistem sirkulasi air tertutup.

c. Rencana pengelolaan erosi dan potensi longsor.

d. Rencana pengelolaan kualitas udara.

e. Rencana pengelolaan paparan radioaktif.

f. Rencana pengelolaan reklamasi.

4.2.3.1. Pengelolaan Pengaturan Pengurasan Open Pit

Upaya pengaturan pengurasan open pit adalah mengatur jadwal dan debit

pengurasan open pit (kolong Biru) sehingga tambahan aliran air pengurasan

terhadap debit sungai tidak menyebabkan meluapnya aliran Sungai Layang Hulu

yang tidak terkendali. Upaya ini dilakukan dengan mengatur jadwal pengurasan

kolong Biru pada musim kemarau serta mengendalikan dan memanfaatkan luapan

air pada ruas sungai Layang Hulu.

Gambar 4.7 Front Kerja Tambang Darat Timah Pemali

Sumber : Pandawa, 2018

IV-14
4.2.3.2. Pengelolaan Pembangunan dan Pengoperasian Sistem Sirkulasi Air

Tertutup

Pengelolaan dampak terhadap kualitas air, biota air, sedimentasi dan

pendangkalan, penurunan muka air (volume) kolong, serta muka air tanah antara

lain dilakukan dengan cara:

a. Pengendalian tata air untuk penambangan dengan pembuatan saluran air yang

memadai (sesuai dengan kapasitas air drainase) pada kolong dan sirkulasinya

dibuat dengan sistem tertutup (closed water management system). Sistem ini

dibuat agar sedimen yang mungkin terbawa oleh aliran air tidak mencemari

sistem perairan sekitar;

b. Membuat saluran drainase di sekeliling dumping area untuk mengalirkan

limpasan permukaan menuju saluran air dengan sistem sirkulasi tertutup;

c. Pada saluran air dengan sistem sirkulasi tertutup dibuat atau dibangun kolam

jebakan sedimen (sediment trap) atau cek dam pada saluran drainase atau parit

yang menuju Dam Kramat, perawatan pada bangunan sipil dan pengurasan

sediman;

d. Kehilangan air (losses) pada sistem sirkulasi tertutup tidak melebihi 5% dari

kebutuhan air untuk pencucian (air kerja). Untuk itu perlu diupayakan agar

kehilangan air seminimal mungkin melalui konstruksi dasar dan dinding

saluran yang impermeable, serta memadatkan tanggul-tanggul (phok) pada

setling pond;

e. Tanggul kolam pengendapan disusun dari tanah overburden yang agregatnya

lebih mantap;

IV-15
f. Melakukan rehabilitasi dan upgrading bangunan spillway Dam Keramat untuk

mengatur overflow Dam Keramat ke Sungai Layang;

g. Peningkatan kapasitas resapan air melalui pembuatan sumur-sumur resapan

dan atau Lubang Resapan Biopori (LRB);

Gambar 4.8. Outlet Pencucian Bijih Timah (Tailing)

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.9. Air Kerja

Sumber : Pandawa, 2018

IV-16
4.2.3.3. Pengelolaan Erosi dan Potensi Longsor

Pengelolaan dampak terhadap erosi dan potensi longsor pada tahap operasi

antara lain dilakukan dengan cara:

a. Membuat lokasi dumping area dengan luas yang memadai (39,2 Ha) untuk

menempatkan volume tanah atas (pucuk atau top soil) dan overburden;

b. Membuat saluran drainase (parit) di sekeliling dumping area agar airdapat

mengalir ke sistem sirkulasi air tertutup (closed water management system).

Sistem ini dibuat agar sedimen yang mungkin terbawa oleh aliran air tidak

mencemari sistem perairan sekitar;

c. Melakukan penempatan tanah pucuk dan overburden pada areal yangtelah

ditetapkan (dumping area) dan penempatannya sesuai dengan prosedur;

d. Penanaman tanaman penutup lahan covercrop pada dumping area.Penanaman

sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah penimbunan atau penempatan

tanah pucuk dan overburden mencapai sudut rancangan final (<45o) agar tidak

terjadi erosi dan longsor material tanah (terutama fraksi halus/liat) oleh air

hujan atau drainase;

e. Pada tanggul kolam pengendapan disusun dari tanah overburden yang


agregatnya lebih mantap.

IV-17
Gambar 4.10. Tumpukan Tailing Kering untuk Pembuatan Tanggul

Kolam dan Overburden

Sumber : Pandawa, 2018

4.2.3.4. Pengelolaan Kualitas Udara

Pada daerah pertambangan darat, kegiatan pengelolaan kualitas udara yang

akan dilakukan adalah:

a. Pembatasan laju kendaraan berat pengangkut tanah stripping dan tanah“ore”

dan kendaraan operasional lainnya selama tahap operasi;

b. Melakukan uji emisi terhadap semua kendaraan yang dipakai dalam tahap

operasi;

c. Menggunakan BBM ramah lingkungan semaksimal mungkin.

IV-18
Gambar 4.11. Mesin Diesel

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.12. Cerobong Asap Mesin Diesel

Sumber : Pandawa, 2018

IV-19
4.2.3.5. Pengelolaan Paparan Radioaktif

Pengendalian paparan radioaktif meliputi:

(1) Menyimpan mineral radioaktif di lokasi dan bangunan yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan Kepala

BAPETEN.

(2) Memberi simbol dan label serta dilengkapi lembar data sheet pada tempat

penyimpanan mineral radioaktif. Pada label dicantumkan tulisan „HATI-HATI

ZAT RADIOAKTIF‟ atau „HATI-HATI BAHAYA RADIASI‟. Label dibuat

dalam ukuran yang mudah dilihat.

(3) Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, dengan:

a) Mewajibkan karyawan yang bekerja di area yang terpapar oleh timbulan

radioaktif menggunakan Alat Proteksi Diri (APD) yang sesuai (masker,

kaos tangan dan pelindung dada yang terbuat dari bahan yang dapat

menahan paparan radioaktif);

b) Mewajibkan karyawan untuk memahami dan mematuhi berbagai instruksi

dan program keselamatan dan kesehatan kerja yang terkait dengan paparan

timbulan radioaktif di Pabrik Peleburan.

c) Mengatur/menggilir/merotasi karyawan yang bekerja untuk menimbun

Terak II sedemikian rupa sehingga karyawan tersebut tidak terpapar selama

1 jam terus menerus setiap hari setiap minggu setiap tahun.

d) Uji kesehatan secara berkala terhadap para pekerja dan pengawas khususnya

yang bekerja di lingkungan yang terpapar oleh radiasi bahan radioaktif.

e) Memberikan penyuluhan kesehatan terutama kepada para karyawan yang

terpapar radiasi Terak II.

IV-20
f) Pemberian asupan tambahan baik berupa makanan atau minuman bergizi

terutama kepada para karyawan yang terpapar radiasi Terak II.

4.2.3.6. Pengelolaan Reklamasi

Adapun rencana pengelolaan reklamasi di tambang darat Pemali yaitu:

a. Mengalokasikan ruang sabuk hijau (green belt) sebagai awal arboretum yang

mengelilingi tapak dumping area dan tapak tailing pond, yaitu dengan cara

membiarkan atau menjaga keberadaan sebagian semakbelukar/ tumbuhan

bawah, serta menyisakan atau tidak menebang sebagian pepohonan pada tepi

tapak yang dimaksud pada saat pelaksanaan pembukaan lahan.

b. Mencegah dan mengendalikan potensi limbah sisa‐sisa pembersihan lahan.

c. Memanfaatkan pepohonan yang akan ditebang pada saat pembukaan lahan di

calon tapak sabuk hijau yang telah diberi tanda, dengan cara tidak menebang

melainkan mencabut dan memindahkannya ke tapak sabuk hijau, dan atau

menyimpannya pada tapak pembibitan (nursery ground).

d. Melakukan penanaman jenis‐jenis kacangan (misal Centrocemacanescens

dan Centrocema pubescens) atau rerumputan sebagai tumbuhan penutup tanah

pada tapak sabuk hijau (green belt) yangdialokasikan.

e. Melakukan penanaman pengkayaan (enrichment planting) pada tapak sabuk

hijau sebagai cikal bakal arboretum dalam alternatif lanskap pasca

penambangan yang telah ditetapkan, dengan memprioritaskan pengembangan

vegetasi jenis‐jenis setempat, dengan maksud untuk menambah kerapatan

jarak tanam, sehingga menambah efektif peran keberadaannya.

f. Jarak tanam dan jenis yang akan ditanam pada tapak sabuk hijau (greenbelt)

disesuaikan dengan alternatif lanskap pasca tambang yang telah ditetapkan

IV-21
dengan mempertimbangkan aspek keindahan, keamanan (perakaran kokoh,

tidak mudah roboh, tidak berduri, getahnya tidak menyebabkan iritasi kulit),

kenyamanan dan kegunaan bagi masyarakat sekitar.

g. Penanaman jenis‐jenis pohon pada tapak sabuk hijau (green belt)

dikombinasikan dengan jenis‐jenis tanaman hias, sehingga membentuk unit-

unit taman.

h. Melakukan pemeliharaan, pengawasan, dan pengamanan terhadaptapak sabuk

hijau (green belt) yang terbangun, sehingga keberadaannya dapat dijaga.

4.3. Pengelolaan Lingkungan Tambang Laut PT. Timah Tbk

4.3.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Parameter kualitas air laut yang menjadi dampak penting adalah peningkatan

nilai TSS, kekeruhan dan kandungan minyak pada kegiatan penambangan timah.

Sumber dampaknya berasal dari aktivitas Kapal Keruk (KK), Kapal Isap (KI),

Kapal Isap Produksi (KIP) dan Bucket Whell Dredge (BWD). Aktivitas tersebut

mencakup: pengerukan dasar laut untuk mendapatkan bijih timah, pencucian bijih

timah, serta timbulan oli bekas dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan dan

ceceran minyak. Berikut ini dalam tabel 4.4 disajikan data prakiraan sebaran total

suspended solid akibat operasi Kapal Keruk (KK), Kapal Isap (KI), Kapal Isap

Produksi (KIP) dan Bucket Whell Dredge (BWD).

IV-22
Tabel 4.4 Prakiraan Sebaran TSS Akibat Operasi KK/KI/KIP/BWD

Musim Barat Musim Timur


Lokasi Paras Paras Paras Paras
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah
Jarak terdekat
dan
1 mg/l 2 mg/l - -
peningkatan
Mentok TSS
Jarak terjauh Selatan 16
12 km
& peningkatan km - -
(2g/l)
TSS ( 1 mg/l)
Jarak terdekat
dan <4 km (10 4 km (10
<75 mg/l 75 mg/l
peningkatan mg/l) mg/l)
TSS
Selatan Selatan 32
Permis
<30 km km (2,5  <12 km  12 km
Jarak terjauh
(<2,5 mg/l) mg/l) (2,5 mg/l) (2,5 mg/l)
& peningkatan
Utara 20 Utara 20  <20 km  24 km (1
TSS
km (<2,5 km (1 mg/l) mg/l)
mg/l) (2,5 mg/l)
Jarak terdekat
dan
1 mg/l 1 mg/l - -
peningkatan
Sungai
TSS
Liat
Jarak terjauh
4 km (1 < 4 km (1
& peningkatan - -
mg/l) mg/l)
TSS
Jarak terdekat
dan < 3 km (<5 < 3 km (<5
- -
peningkatan mg/l) mg/l)
Teluk
TSS
Klabat
Jarak terjauh
< 5 km 6 km (2,5
& peningkatan - -
(<2,5 mg/l) mg/l)
TSS
Sumber : Prakiraan Dampak Kualitas Air Laut, KK/KI/KIP/Bucket Wheel Dredge,
Dokumen ANDAL

4.3.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dampak penting lingkungan yang timbul akan dikelola melalui serangkaian

kegiatan sebagai berikut:

a. Pengendalian TSS sekitar Tambang Laut KK, KI, KIP dan BWD.

IV-23
b. Pengelolaan limbah hidrokarbon disetiap unit KK, KI, KIP dan BWD.

c. Pengelolaan limbah padat, scrap, dan limbah domestic disetiap unit KK, KI,

KIP dan BWD.

4.3.2.1 Pengendalian TSS Sekitar Tambang Laut KK, KI, KIP dan BWD

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004,

diupayakan operasi tambang disetiap unit KK, KI, KIP dan BWD tidak

melampaui ketentuan yang sudah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:

a. TSS < 20 mg/l untuk daerah sekitar terumbu karang dan wisata bahari.

Operasi KK/KI/KIP/BWD di Laut Cupat pada musim timur, nilai TSS di

perairan terumbu karang Malang Duyung dan Malang Guntur adalah 5 mg/l.

Apabila terdapat operasi dari 3 KK dan 10 KIP, maka jarak terdekat yang dapat

mengakibatkan TSS di perairan karang meningkat menjadi 20 mg/l (sesuai

baku mutu) adalah bila kapal-kapal penambangan tersebut berjarak 30 km dari

dan posisinya berada di atas arus dari termbu karang.

b. TSS < 80 mg/l untuk daerah ekosistem mangrove.

Di Laut Kebiang/Penganak dan Teluk Klabar, pengendalian operasi

KK/KI/KIP/BWD difokuskan untuk mencegah peningkatan TSS tidak

melampaui 80 mg/l karena akan berdampak pada ekosistem mangrove.

IV-24
Gambar 4.13. Proses Samping Pencucian Bijih Timah di KIP

Sumber : Pandawa, 2018

IV-25
Tabel 4.5 Potensi Peningkatan Kadar TSS Akibat Penambangan Laut Terhadap Terumbu Karang dan Mangrove

Kadar TSS tanpa


Pengendalian Operasi
Laut lokasi KP Timah Terumbu Karang Mangrove Operasi KK/KI/
KK/KI/KIP/BWD
KIP/BWD (mg/L)
Tidak diperlukan pengendalian jumlah
Laut Mentok Tidak ada Tidak ada <2 operasi kapal karena tidak ada terumbu
karang dan mangrove
Perlu pengendalian operasi
Laut Seputar Pantai
Tidak ada <2 penambangan sehingga TSS di
Kebiang/Penganak Penganak
mangrove < 80 mg/l
Perlu pengendalian operasi
Seputar pantai
Teluk Klabat Relatif tidak ada <2 penambangan sehingga TSS di habitat
Teluk Klabat
khusus < 80 mg/l
- Malang Duyung
Laut Cupat Pantai Cupat < 2a
- Malang Guntur
- Pulau Lampu
Laut Bubus-Belinyu Tidak ada < 2a
- Pulau Putri Perlu pengendalian operasi
- Muara Sungai KK/KI/KIP/BWD & Mitra sehingga
Laut Air Kantung, - P Simbang Mapur TSS di perairan terumbu karang < 20
< 2a - 9,41b
Sungai Liat - Gosong P Simbang - Utara Pantai mg/l
Matras
- P. Sepanjang St 1
Laut Sampur, Pangkal
dan 2 - Pantai Pangkol < 2a
Pinang
- P. Sepanjang St 3
Perlu dibangun kesepakatan dengan
masyarakat untuk mengkompensasi
Laut Permis Tidak ada Terbatas < 2a - 8.67b
kerusakan lingkungan yang timbul
akibat operasi penambangan.
Sumber: Data Survei ANDAL Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka dan Belitung, 2008

IV-26
4.3.2.2 Pengelolaan Limbah Hidrokarbon di Kapal

Langkah-langkah pengelolaan limbah hidrokarbon yang telah dan akan terus

dilanjutkan di KK, KI, KIP, dan BWD serta kapal mitra Timah adalah sebagai

berikut:

a. Memilah dan menampung limbah hidrokarbon di masing-masing obyek

kerja.

1) Limbah hidrokarbon dari kamar mesin, limbah dari bak cuci tangan dan

limbah dari penggerak saring putar dipisahkan kandungan airnya masing-

masing dengan Oil Water Separator (OWS) dan bak pemisah.

2) Ceceran limbah hidrokarbon dari setiap sumber yang lain ditampung

dalam bak penampung.

3) Limbah hidrokarbon dimasukkan ke dalam wadah (drum), sesuai dengan

jenis limbah yang telah disediakan di setiap sumber limbah.

b. Memindahkan wadah/drum yang telah terisi penuh limbah hidrokarbon ke

TPS yang tersedia di setiap kapal.

c. Menata, memeriksa dan mengawasi wadah/drum limbah hidrokarbon yang

disimpan di TPS setiap kapal.

d. Memeriksa kondisi TPS dan kondisi wadah secara rutin, jika ada ketidak-

sesuaian informasikan kepada Kepala Permesinan.

e. Segera lakukan tindakan koreksi atas temuan ketidaksesuaian. Setelah

dikoreksi dan dicegah laporkan kepada Kepala Aplos.

f. Membuat Surat Pengiriman Limbah untuk pengangkutan limbah hidrokarbon

ke TPS limbah hidrokarbon di darat.

IV-27
g. Membuat rekapitulasi bulanan limbah hidrokarbon dari setiap kapal

berdasarkan volume limbah yang dikirim ke TPS limbah hidrokarbon di

darat.

h. Mengatur pengangkutan limbah hidrokarbon dari TPS setiap kapal ke TPS

limbah hidrokarbon di darat.

i. Melakukan pemeriksaan dan pengecekan wadah limbah hidrokarbon pada

saat pemindahan dari TPS kapal ke bak/tongkang atau kapal angkutan.

j. Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan apabila terdapat

ketidaksesuaian selama perjalanan dari kapal penambangan ke TPS limbah

hidrokarbon di darat.

k. Memindahkan dan mengangkut limbah hidrokarbon dari bak/tongkang atau

kapal angkutan laut ke TPS limbah hidrokarbon di darat.

l. Memeriksa proses pengangkutan limbah hidrokarbon dari Pelabuhan ke TPS

limbah hidrokarbon di darat (Gudang Teknik Belinyu).

m. Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan jika terjadi ketidaksesuaian

selama dalam pengangkutan ke TPS limbah hidrokarbon di darat.

n. Melaporkan hasil tindakan koreksi ke Petugas TPS limbah hidrokarbon di

darat.

o. Melakukan penyimpanan, penataaan dan perlindungan limbah yang disimpan

di TPS limbah hidrokarbon di darat.

p. Melakukan pencatatan volume limbah hidrokarbon yang diterima di TPS

limbah hidrokarbon di darat dari berbagai kapal dan obyek kerja lain.

q. Memeriksa secara rutin limbah hidrokarbon yang tersimpan di TPS dan

kondisi TPS limbah hidrokarbon di darat dan melaporkan ketidaksesuaian.

IV-28
r. Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan terhadap ketidaksesuaian yang

dijumpai di TPS limbah hidrokarbon di darat.

s. Mengatur pengiriman/penyerahan limbah hidrokarbon berdasarkan urutan

lama simpan di TPS limbah hidrokarbon di darat.

t. Membuat Surat Pengantar pengiriman/penyerahan limbah hidrokarbon dari

TPS limbah hidrokarbon kepada kepada pihak ketiga.

Gambar 4.14. TPS Limbah Hidrokarbon di KIP

Sumber : Pandawa, 2018

4.3.2.3 Pengelolaan Limbah Padat, Scrap dan Domestik di Kapal

a. Memilah limbah dalam kelompok:

IV-29
1) Kemasan B3,

2) Limbah padat Tidak Punya Nilai Ekonomis (TPNE),

3) Limbah padat Punya Nilai Ekonomis (PNE),

4) Limbah domestik.

b. Memasukkan limbah berukuran kecil dalam wadah yang telah disediakan dan

berlabel sesuai dengan jenis (kelompok) limbah. Limbah yang berukuran

besar dikumpulkan di areal khusus.

c. Memindahkan/mengumpulkan dalam TPS dan menata rapi limbah yang telah

terkumpul dalam limbah wadah.

d. Mencatat dan membuat rekapitulasi bulanan volume limbah padat, scrap dan

domestik (TPNE) yang terkumpul di TPS setiap kapal.

e. Mencatat volume dan membuat rekapitulasi bulanan jumlah/volume limbah

PNE yang terkumpul di setiap kapal.

f. Memeriksa kondisi/kerapian TPS secara rutin. Kalau ada ketidaksesuaian

segera diinformasikan kepada penanggung-jawab TPS.

g. Temuan ketidaksesuaian segera dikoreksi untuk tidak berulang di masa yang

akan datang.

h. Melaporkan hasil koreksi/pencegahan kepada pemeriksa.

i. Secara rutin, dua kali seminggu limbah dikirim ke TPS Darat (untuk limbah

PNE) atau ke TPA (untuk limbah domestik dan limbah TPNE).

j. Setiap pengiriman dibuatkan surat pengiriman limbah.

k. Memindahkan limbah dari tongkang angkutan laut ke angkutan darat dan

selanjutnya dibawa ke TPS/TPA.

IV-30
l. Temuan ketidaksesuaian diinformasikan kepada petugas angkutan darat dan

pengelola lingkungan hidup.

m. Menyimpan dan menata limbah yang diterima di TPS (limbah PNE) atau di

TPA (limbah TPNE dan domestik).

n. Mencatat dan membuat rekapitulasi bulanan volume limbah PNE yang

disimpan di TPS Darat.

o. Mencatat dan membuat rekapitulasi bulanan volume limbah domestik dan

TPNE yang disimpan di TPA.

p. Memeriksa secara rutin (satu bulan sekali) kondisi TPS dan TPA, jika ada

ketidaksesuaian diinformasikan ke penanggungjawab TPS/TPA.

q. Segera melakukan tindakan koreksi dan pencegahan. Hasil tindakan koreksi

dan pencegahan dilaporkan kepada Kepala Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Gambar 4.16 TPS Limbah Padat di KIP

Sumber : Pandawa, 2018

IV-31
4.4. Pengelolaan Lingkungan di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) PT

Timah (Persero), Tbk

4.4.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Parameter kualitas air yang berpotensi terkena dampak penting adalah

peningkatan nilai TSS dan penurunan pH yang disebabkan oleh buangan limbah

cair dari kegiatan pencucian bijih timah.

Di PPBT timbulan radioaktif muncul akibat operasi High Tension Separator

dan Rapid Magnetic Separator. Mineral radioaktif yang timbul akibat dua proses

ini adalah zircon, xenotime dan monazite. Mineral radioaktif kemudian ditimbun

di tempat khusus sesuai saran Badan Pengawasan Energi Tenaga Nuklir

(BAPETEN).

Menurut SK Kepala BAPETEN No 02/Ka-BAPETEN/V-99, seseorang akan

terkena dampak penting negatif bila yang bersangkutan selama 5 tahun terus

menerus terpapar oleh radiasi yang berkekuatan 1.25 mRem/jam yang timbul dari

zircon/xenotime/ monazite. Hasil pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh

BAPETEN pada bulan Desember 2006, Maret 2007, dan Juli 2007; menunjukkan

tidak ada karyawan di PPBT dan Pabrik Peleburan Timah yang terpapar oleh

radiasi sedemikian intensif.

Dampak penting yang timbul dari kegiatan di PPBT adalah berupa

peningkatan konsentrasi partikulat (PM) dan partikel debu (TSP) dalam udara

ambien. Sumber dampak berasal dari pemisahan bijih timah dari material ikutan

serta transportasi bijih timah.

IV-32
4.4.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dampak penting lingkungan yang timbul akan dikelola melalui kegiatan

serangkai berikut:

a. Pengendalian Kualitas Air

b. Pengendalian Paparan Radioaktif

c. Pengendalian Pencemaran Udara

4.4.2.1. Pengendalian Kualitas Air

Program pengendalian kualitas air di PPBT yang telah dan akan terus

dilanjutkan adalah sebagai berikut:

a. Membangun dan mengoperasikan waduk tempat pembuangan air tailing

dengan sistem sirkulasi tertutup.

b. Membuang air tailing ke lokasi waduk sirkulasi tertutup.

c. Mengendapkan tailing kedalam waduk, sementara air mengalir ke tempat yang

lebih rendah, sehingga menjadi bersih dan dapat digunakan kembali sebagai air

pencucian bijih timah.

d. Membuat sistem dam serta memastikan bahwa air yang dibuang ke perairan

umum telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

4.4.2.2. Pengendalian Paparan Radioaktif

Program pengendalian paparan radioaktif meliputi:

a. Menyimpan mineral radioaktif di lokasi dan bangunan yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan Kepala

BAPETEN.

b. Memberi simbol dan label serta dilengkapi lembar data sheet pada tempat

penyimpanan mineral radioaktif. Pada label dicantumkan tulisan „HATI-

IV-33
HATI ZAT RADIOAKTIF‟ atau „HATI-HATI BAHAYA RADIASI‟.

Label dibuat dalam ukuran yang mudah dilihat.

Gambar 4.17. Gudang Penyimpanan Mineral Radioaktif

Sumber : Pandawa, 2018

4.4.2.3 Pengendalian Pencemaran Udara

Program pengendalian pencemaran partikulat dan partikel debu dalam udara

ambien merupakan kegiatan utama pengelolaan kualitas udara. Tindakan

pengelolaan yang bisa ditempuh adalah :

a. Minimisasi laju volumetrik udara yang berasal dari dalam ruang yang

mengandung partikulat dan partikel debu keluar menuju udara ambien.

b. Aplikasi siklon (cyclone) atau ESP (electrostatic precipitator) atau scrubber

basah guna mengurangi kadar debu dan partikulat dalam udara buangan.

c. Pemakaian masker debu bagi pekerja untuk mencegah masuknya debu atau

partikulat kedalam saluran pernafasan.

Input udara segar ke dalam ruangan dan sekaligus pengaliran udara buang

keluar ruangan perlu dilakukan selama kegiatan berlangsung guna mencapai

konsentrasi debu dan partikulat yang rendah dan memenuhi baku mutunya.

IV-34
4.5. Program Pengelolaan Lingkungan di Unit Metalurgi PT. Timah Tbk

4.5.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Aktivitas di Unit Metalurgi yang terdiri atas Pabrik Peleburan, PPBT, PLTD

dan Tangki Timbun BBM berpotensi menimbulkan dampak penting pada perairan

laut bila tidak dicega secara efektif. Sumber kegiatan penyebab dampak dan

potensi dampak penting pada perairan laut berada pada tabel dibawah berikut.

Tabel 4.6. Kegiatan di Unit Metalurgi yang Berpotensi Menyebabkan

Pencemaran Air Laut

Kegiatan yg
Unit kerja dan Kegiatan menimbulkan dampak Dampak Penting
penting
A. Pabrik Peleburan dan
Pemurnian
 Electrolytic Refining Material cair B3 Pencemaran
material B3
 Laboratorium timah Limbah sisa analisia Pencemaran material
dan pencucian alat B3
B. PPBT
 Bak sirkulasi Air tailing Kualitas air (TSS,
pH)
C. PLTD
 Sistem pendinginan Penggunaan air untuk Peningkatan suhu air
generator pendinginan generator
 Operasi dan perawatan Ceceran minyak Pencemaran air
PLTD
D. Tangki Timbun BBM
 Bongkar minyak dari Ceceran minyak Pencemaran air
tongkang
 Penimbunan minyak (oil Ceceran minyak Pencemaran air
storage, oil tank)
 Distribusi minyak (oil Ceceran minyak Pencemaran Tanah
storage, oil tank)
Sumber: RKL Unit Metalurgi PT. Timah Tbk

Dampak penting pencemaran udara dari kegiatan-kegiatan di Unit Metalurgi

Muntok antara lain :

IV-35
a. Peningkatan konsentrasi partikulat (particulate matter) dalam udara di tempat

kerja dan dalam udara ambien.

b. Peningkatan konsentrasi debu jatuh (dustfall) dan TSP (total suspended

particulate) dalam udara di tempat kerja dan dalam udara ambien.

c. Peningkatan gas-gas emisi karena operasi generator listrik PLTD.

d. Peningkatan kebisingan di sekitar lokasi kegiatan.

Sumber dampak radioaktif dari Unit Metalurgi Mentok berasal dari kegiatan-

kegiatan berikut:

a. Pemisahan bijih timah dari material ikutan.

b. Kegiatan peleburan timah (peleburan konsentrat, peleburan terak, dan

roasting).

c. Kegiatan sarana pendukung (PLTD).

Di Pabrik Peleburan Timah, Unit Metalurgi, Muntok, mineral radioaktif

terkandung dalam Terak 2 yang ditimbun di pelataran terbuka dari areal

pabrik. Kandungan terak 2 ini dihasilkan dari peleburan konsentrat karena

terak 1 yang dihasilkan dari peleburan konsentrat masih mengandung 15-20%

Sn dan 20-25%Fe.

Didalam proses tahap kedua terak dicampur bersama anthrasit dan batu

karang/batu kapur dalam komposisi berat yang ditentukan. Kemudian campuran

tersebut dilebur di dalam tanur pada temperatur operasi 1.300 oC – 1.350oC.

Selama proses berlangsung, terjadi pembentukan alloy timah dengan besi yang

dikenal sebagai hard head, yang terpisah dari terak cair yang mengandung kadar

timah + 1% Sn karena perbedaan berat jenis.

IV-36
Menurut SK Kepala BAPETEN No 02/Ka-BAPETEN/V-99, seseorang akan

terkena dampak penting negatif bila yang bersangkutan selama 5 tahun terus

menerus terpapar oleh radiasi yang berkekuatan 1.25 mRem/jam yang timbul dari

zircon/xenotime/ monazite. Hasil pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh

BAPETEN pada bulan Desember 2006, Maret 2007, dan Juli 2007 menunjukkan

tidak ada karyawan di Pabrik Peleburan Timah maupun di PPBT yang terpapar

oleh radiasi sedemikian intensif.

4.5.2 Program Pengelolaan Lingkungan Hidup

Adapun dampak penting lingkungan yang timbul akan dikelola dengan kegiatan

sebagai berikut:

a. Pengendalian Limbah Cair B3 Timbulan dari ER dan Lab. Timah

b. Pengedalian air pendingin generator PLTD

c. Pengelolaan limbah hidrokarbon di PLTD dan tangki timbun BBM

d. Pengendalian pencemaran udara dan kebisingan

e. Pengendalian paparan radioaktif

4.5.2.1 Pengendalian Limbah Cair B3 Timbulan dari ER dan Lab. Timah

Langkah-langkah pengendalian limbah cair adalah sebagai berikut:

a. Limbah cair B3 timbulan electrolitic refining dan laboratorium timah dialirkan

kedalam bak penampungan limbah I, kemudian dilairkan ke bak penampungan

limbah II,

b. Dari bak penampungan limbah II, limbah dialirkan ke bak pengolah limbah,

pH dinetralkan dengan penambahan kapur dan tawas.

IV-37
c. Dari bak pengolah limbah, limbah dialirkan ke bak koagulasi dengan

menambahkan PAC. Sehingga terjadi pengendapan (koagulan).

d. Dari bak koagulan limbah cair dialirkan ke dalam bak biological indicator

waste.

e. Limbah selanjutnya dialirkan ke laut jika kualitasnya telah memenuhi baku

mutu.

Gambar 4.17. Instalasi Pengolahan Air Limbah ER

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.18. Slime Hasil Samping IPAL ER

Sumber : Pandawa, 2018

IV-38
Gambar 4.19. Kapur dan Tawas Sebagai Bahan Pengolahan Air Limbah

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.20. Gudang B3

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.21. Neraca Penyimpanan B3

Sumber : Pandawa, 2018

IV-39
Gambar 4.22. Pasir dan Serbuk Gergaji Sebagai Pembersih Ceceran

Minyak dan Oli

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.23. Limbah B3 Bahan Kimia Laboratorium Timah

Sumber : Pandawa, 2018

IV-40
Gambar 4.24. Drum Penampung Oli Bekas

Sumber : Pandawa, 2018

4.5.2.2 Pengendalian Air Pendingin Generator PLTD

Langkah-langkah pengendalian air pendingin generator di PLTD yang telah

dilakukan dan akan terus dilanjutkan adalah sebagai berikut:

a. Mengoperasikan air pendingin generator agar selalu bersirkulasi secara

tertutup, sehingga temperatur air tidak melebihi batas maksimum yang

diperbolehkan.

b. Memastikan suhu air yang akan dibuang ke perairan umum sesuai dengan batas

maksimum yang diperbolehkan.

IV-41
Gambar 4.25. Penampungan Air Pendingin Generator

Sumber : Pandawa, 2018

Outlet ke IPAL

Pipa Inlet

Gambar 4.26. Outlet Air Bekas Pendingin Generator dan Inlet ke

Penampung Air Pendingin

Sumber : Pandawa, 2018

IV-42
Gambar 4.27. IPAL Air Pendingin Generator

Sumber : Pandawa, 2018

4.5.2.3. Pengelolaaan Limbah Hidrokarbon di PLTD dan Tangki Timbun

BBM

Langkah-langkah pengelolaan limbah hidrokarbon yang telah dilakukan dan

akan terus dilanjutkan adalah sebagai berikut:

a. Memilah dan menampung limbah hidrokarbon di masing-masing obyek kerja.

1) Ceceran limbah hidrokarbon dari setiap sumber yang lain ditampung dalam

bak penampung.

2) Limbah hidrokarbon dimasukkan ke dalam wadah (drum), sesuai dengan

jenis limbah yang telah disediakan di setiap sumber limbah.

b. Memindahkan wadah/drum yang telah terisi penuh limbah hidrokarbon ke TPS

unit kerja.

c. Menata, memeriksa dan mengawasi wadah/drum limbah hidrokarbon yang

disimpan di TPS unit kerja.

IV-43
d. Memeriksa kondisi TPS dan kondisi wadah secara rutin, jika ada

ketidaksesuaian informasikan kepada kepala unit kerja.

e. Segera lakukan tindakan koreksi atas temuan ketidaksesuaian. Setelah

dikoreksi & dicegah laporkan kepada kepala unit kerja.

f. Membuat Surat Pengiriman Limbah untuk pengangkutan limbah hidrokarbon

ke TPS limbah hidrokarbon.

g. Membuat rekapitulasi bulanan limbah hidrokarbon dari setiap unit kerja

berdasarkan volume limbah yang dikirim ke TPS limbah hidrokarbon.

h. Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan terhadap ketidaksesuaian yang

dijumpai di TPS limbah hidrokarbon.

i. Mengatur pengiriman/penyerahan limbah hidrokarbon berdasarkan urutan lama

simpan di TPS limbah hidrokarbon.

IV-44
Gambar 4.28. Diagram Alir Unit Pengolahan Limbah Cair dari ER dan Lab. Timah

Sumber : Pandawa, 2018

IV-45
4.5.2.4. Pengendalian Pencemaran Udara dan Kebisingan

Kegiatan pengelolaan antara lain meliputi:

a. Operasi siklon (cyclone) atau ESP (electrostatic precipitator) atau scrubber

basah atau peralatan sejenisnya guna mengurangi kadar debu dan partikulat

pada udara buangan sebelum dilepas menuju udara ambien.

b. Memberlakukan batas kecepatan maksimum kendaraan, terutama truk

pengangkut meterial bijih atau produknya serupa pasir di sekitar lokasi

kegiatan sehingga tidak melebihi 25 km/jam guna mencegah timbulnya

partikulat dan debu berlebihan dalam udara ambien.

c. Pemakaian masker debu bagi karyawan Unit Metalurgi yang banyak bekerja di

arena yang mengandung debu atau partikulat untuk mencegah kerusakan

sistem pernafasan.

d. Memasang sistem peredam kebisingan pada peralatan yang menjadi sumber

bising, baik pada bagian bantalan peralatan (bila memungkinkan), maupun

berupa sistem isolasi bising ruangan dimana peralatan berada.

e. Bila tingkat kebisingan lingkungan tetap tinggi maka perlu dibuat peta tingkat

kebisingan (noise isopleth) untuk daerah tersebut. Berdasarkan peta ini dapat

dipasang tanda-tanda peringatan bahwa daerah tertentu mempunyai tingkat

kebisingan tinggi. Tanda peringatan ini menjadi dasar pemakaian alat penutup

telinga (ear plug).

IV-46
Gambar 4.29. Outlet ke Tangki Penampungan Debu

Sumber : Pandawa, 2018

Gambar 4.30. Dust Filter Baghouse

Sumber : Pandawa, 2018

IV-47
4.5.2.5 Pengendalian Paparan Radioaktif

Program pengendalian paparan radioaktif meliputi:

a. Menyimpan mineral radioaktif di lokasi dan bangunan yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan Kepala

BAPETEN. Untuk kasus Terak 2, maka tempat penyimpanan yang dipandang

memadai adalah di Pelataran Pabrik Peleburan Timah yang terpisah dari

kegiatan sehari-hari peleburan timah.

b. Memberi simbol dan label serta dilengkapi lembar data sheet pada lokasi

penyimbunan Terak 2. Pada puncak timbunan Terak 2 atau disekitarnya diberi

label „HATI-HATI ZAT RADIOAKTIF‟ atau „HATI-HATI BAHAYA

RADIASI‟. Label dibuat dalam ukuran yang mudah dilihat.

Gambar 4.31. TPS Penimbunan Terak II

Sumber : Pandawa, 2018

IV-48

Anda mungkin juga menyukai