Anda di halaman 1dari 59

DAMPAK KENAIKAN PERMUKAAN AIR LAUT TERHADAP

PELABUHAN BELAWAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik
Sipil

Disusun Oleh:

AZZEDI PUTRA

(14 0404 106)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pelabuhan belawan terletak di timur laut pantai Sumatera di Indonesia. Lokasi tersebut
sangat strategis dimana berjarak hanya 13,5 kilometer dari salah satu rute perdagangan tersibuk
di dunia selat malaka. Secara geografis terletak pada 3° 47’ 20’’ lintang utara dan 98° 42’ 08’’
lintang selatan. Terminal belawan pertama kali dibangun pada tahun 1985 dan secara cepat
menambah kapasitas handling kargo dan menjadi pelabuhan kelima terbrsar di Indonesia yang
dapat memfasilitasi container export di Indonesia. Pelabuhan belawan sendiri memiliki 5
terminal terminal citra, terminal ujung baru, terminal kargo, terminal pertamina dan terminal
belawan lama. Terminal 101, 102, 103, 107 dan 111-112 ujung baru merupakan terminal
bongkar muat barang dimana terdapat bongkar muat bahan curah dan juga terminal ini dilalui
oleh jalur kereta api (N. Many 2018).

Studi yang dilakukan di 136 kota maritime dengan penduduk lebih dari 1 juta
menunjukkan bahwa populasi yang besar telah mengalami bencana banjir akibat kenaikan
permukaan air laut di daerah pesisir dengan perkiraan 40 juta orang mengalami dampak bencana
banjir tersebut sekali dalam 100 tahun kejadian banjir (Nicholls et al 2008). Dampak lain yang
diakibatkan oleh permukaan air laut adalah agrikultur. Aspek agrikultur dapat mengalami
kerugian yaitu dengan meningkatnya permukaan air laut maka salinitas dan terjadi nya
waterlogging pada tanaman khusunya tanaman padi-padian. Waterlogging merupakan keadaan
dimana terjadi penggenangan air dan juga menghambat terjadinya sirkulasi oksigen kedalam
tanah sehingga tanaman tersebut membusuk dan mati. Tingkat salinitas yang tinggi juga
diakibatkan oleh kenaikan permukaan air laut, apabila tingkat ketinggian permukaan air laut
sudah cukup untuk masuk kedalam tanah maka tanah tersebut akan menjadi asin dan susah untuk
melakukan kegiatan agrikultur di daerah yang memiliki salinitas tinggi (A.P Pezzoli et al 2013).

Terminal Ujung Baru mengalami beberapa kali projek peninggian akibat kenaikan
muka air laut. Kenaikan muka air laut biasanya diakibatkan oleh perubahan iklim di laut dan
menyebabkan mengembangnya partikel air oleh fenomena eustacy. Kenaikan permukaan laut
menyebabkan masalah lainnya seperti menyebabkan tinggi gelombang semakin tinggi akibat

2
permukaan air laut semakin tinggi, kedalaman kanal juga harus diperdalam atau harus dilakukan
pengerukan secara berkala agar tinggi air tidak sampai ke dermaga. Di terminal ujung baru
terdapat beberapa gudang curah kering, kondisi gudang harus terhindar dari flooding atau banjir
karena jika terjadi banjir maka akan mengakibatkan kerugian barang logistik dan tidak layak
menjadi gudang curah kering. Kenaikan permukaan air laut juga mempengaruhi sistem navigasi
yang berada di terminal ujung baru, pengorganisasian kapal harus dilakukan lebih hati-hati
karena draft kapal semakin tinggi dan cenderung akan menghantam dermaga di depannya.

Prediksi terhadap kenaikan permukaan air laut harus dilakukan agar dapat mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan muka air laut seperti salinitas air ynag tinggi dan juga
daratan yang semakin hilang. Prediksi ini dilakukan melalui data-data historis baik secara
pencitraan (satellite) ataupun pengukuran pada lokasi tersebut. Prediksi tidak hanya dapat
dikaitkan dengan data-data pasang surut yang telah terjadi tetapi bisa juga memprediksinya
dengan data iklim seperti suhu. Teori Rhamstorf menyebutkan bahwa rerata suhu dapat menjadi
acuan bagi kenaikan muka air laut dengan menggunakan metode semi empiris.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan mengacu kepada latar belakang masalah yang terjadi pada pelabuhan belawan dermaga
ujung baru. Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

1. Berapa besar kenaikan muka air laut di dermaga ujung baru melalui satellite ataupun
melalui stasiun pasang surut ?
2. Berapa besar kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim menurut perhitungan
semi empiris model Rhamstorf
3. Berapa besar perbedaan perhitungan antara perhitungan satellite, stasiun dan juga model
Rhamstorf ?
4. Bagaimana evaluasi terhadap dermaga di tahun 2100 melalui prediksi-prediksi yang
dilakukan ?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Mengevaluasi dan mengestimasi kenaikan muka air laut yang terjadi di pelabuhan
belawan berdasarkan data-data yang diperoleh
2. Mengevaluasi dampak-dampak yang ditimbulkan akibat keniakan muka air laut
3. Mengevaluasi dermaga ujung baru pada tahun 2100 melalui softdrawing CAD

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini antara lain

1. Studi kasus berada di kawasan pelabuhan belawan ujung baru mencakup terminal 101-
103, 107, 111-112
2. Data acuan awal adalah proyek existing tahun 2009
3. Data yang dianalisis adalah ketinggian pasang surut pada data set Open GRADS 1980-
2010, data stasiun belawan melalui website tides.mobilegeographic.com dan data
perubahan suhu temperature muka air laut melalui dataset ECMWF.
4. Dalam perhitungan, diasumsikan data ketinggian dermaga merupakan hasil real di
lapangan.

1.5 Manfaat Penelitian


Tugas akhir ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Dapat memprediksi ketinggian air yang akan terjadi di periode berikutnya melalui data
set pada Open GRADS
2. Dapat mengurangi kerugian baik itu bongkar muat barang ataupun waktu merapat kapal
akibat kenaika muka air laut.
3. Dapat menjadi tolak ukur desain untuk perawatan (maintenance) ataupun untuk desain
pembangunan baru (constructing)
4. Memberikan referensi kepada pihak pembaca maupun kepada pihak PT PELINDO 1

4
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I.

PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA.Pada bab ini memuat teori mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian.

BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN.Bab ini berisi uraian tentang persiapan analisis mencakup


pengumpulan data hingga pelaksanaan analisis.

BAB IV.

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA.Bab ini berisi analisis data pasang surut, gelombang
dan kenaikan permukaan air laut melalui penelitian yang dilakukan di stasiun hidrologi malaysia.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN.Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh
kegiatan tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada konstruksi peninggian dermaga serta
pencegahan terhadap kerusakan infrastruktur akibat kenaikan permukaan air laut.

5
1.7 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

1 Studi Literatur
2 Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder
3 Penulisan Proposal TA
4 Pendaftaran Seminar Proposal TA
5 Seminar Proposal TA
6 Revisi Proposal TA
7 Penyusunan TA
8 Pendaftaran Seminar Hasil TA
9 Seminar Hasil TA
10 Revisi TA
11 Pendaftaran Sidang TA
12 Sidang TA

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KENAIKAN PERMUKAAN AIR LAUT SECARA EUSTACY
Kenaikan permukaan air laut merupakan fenomena alam yang terjadi saat ini, fenomena ini
biasanya disebebkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: hydro-
eustaty, glacio-eustaty, thermo-eustaty, dan tectono-eustaty. Hydro-eustaty merupakan proses
dimana akumulasi salju yang terbentuk pada suatu tempat mencair dan membuat kenaikan
permukaan air pada tempat tersebut. Glacio-eustaty merupakan proses mencairnya glester
(gunung es) di kutub bumi sehingga menyebabkan permukaan air laut naik, fenomena glacio-
eustaty merupakan fenomena yang sekarang sedang terjadi akibat global warming. Thermo-
eustasy merupakan proses mengembangnya partikel air akibat dipanaskan akibat suhu berada
diatas 4̊ celcius, akibat suhu tersebut juga menyebabkan terjadinya pergerakan molekul air.
Tectono-ustaty merupakan proses kenaikan permukaan air laut akibat adanya aktivitas tektonik
bumi, sebagaimana yang diketahui bahwa pergerakan lempeng bumi yang terus terjadi
menyebabkan perubahan pada permukaan bumi dan mengakibatkan kenaikan permukaan air
laut. Berikut adalah diagram faktor-faktor penyebab kenaikan permukaan air laut

Gambar 3.1 Diagram Eustasi pada air


(Sumber : EUSTATIC AND SEA LEVEL CHANGE, SPRINGER AUGUST 2nd 2016)

` pada skala waktu waktu yang lebih singkat, perubahan kebanyakan


perubahan kenaikan permukaaan air laut secara eustacy terjadi akibat beberapa perubahan
atmosfir laut. Hal ini sering memicu proses Hydro-Eustacy, Thermo- ataupun Haloestric-. Ketika
efek langsung dari proses ini hanya berkaitan dengan terhadap perubahan massa air, hal tersebut

7
tidak mutlak disbut sebagai Eustacy karena rata-rata permukaan air laut tidak berubah. Sebagai
contoh, terhadap masa air yang berubah pada pasifik selama fenomena El nino yang besar pada
tahun 1982-1983, 1997-1998, pantai barat pasifik mencatat penurunan muka air laut sebesar 30
cm sementara pantai timu pasifik area ekuator mencatat kenaikan dengan besar yang sama .
karena proses tidak menyebabkan perubahan rata-rata permukaan air laut, perubahan yang terjadi
di pantai barat dan pantai timur yang tercatat bukan merupakan fenomena Eustacy di alam. Efek
yang tidak langsung ditimbulkan oleh El nino dapat membuat proses Eustacy yang mendorong
terjadi perubahan pada air permukaan. Bahkan, gejala El nino akan dapat meningkatkan
presipitas di laut dan meurunkan presipitas di darat. Perubahan muka air laut dapat dilihat
dengan pencitraan satelit dataset altimetry dan dapat diperkirakan apakah perubahan tersebut
cepat terjadi (Alessio Rovere Et all 2016).

2.2 PERMUKAAN AIR LAUT GLOBAL DAN PENGUKURANNYA


Fluktuasi permukaan laut yang lebih luat dari frekuensinya mulai dari jangka pendek tetapi
menghasilkan gelombang yang merusak hingga ketinggian 6 meter sampai variasi pada skala
waktu secara geologi yang melebihi 100 meter. Variasi ini memiliki sejarah dimana
mempengaruhi pola hidup manusia pada daerah pesisir.

G
a
mbar 3.2 proyeksi kenaikan muka air laut akibat pemanasan
atmosfer
(Sumber : Engineering Response to Climate Change CRC Press 2013)

8
Pada bagan diatas menunjukkan perubahan muka air laut akibat pencairan es selama 22 ribu
tahun sebelum masehi dari tahun 2009 berdasarkan nilai dari Fleming et all tahun 1998 dan
Milne et all tahun 2005. Trend garis, berdasarkan analisa kuadrat terkecil, banyak sekali
fluktuasi. Meltwater Pulse 1A merupakan periode yang unik dari deglasiasi yang secara
signifikan cepat terjadi. Titik terendah dari permukaan laut selama glasiasi sebelumnya adalah
130 ± 10 meter dari ketinggian muka air laut tahun 2009, hal ini diperkirakan terjadi pada 22000
sampai 3000 tahun yang lalu.

Pada beberapa decade belakangan, satellite data altimetry sudah mulai tersedia
(Church Et al. 2004). Meskipun beberapa masalah data interpretasi dari satellite yang berbeda
dan periode yang berbeda (contoh satellite TOPEX/Poseidon), pengukuran ini lebih akurat dari
perhitungan pasang surut dan ekstensif spasial, tetapi data waktu akan terlalu singkat pada
rentang 200-300 tahun rata-rata respon waktu antara kenaikan temperature dan kenaikan
permukaan air laut. Tundaan repon ini berlaku pada volume air yang besar dan juga kedalaman
muka air pada bumi dan interpretasi yang rumit pada perilaku muka air saat sekarang. Data
pasang surut lebih panjang daripada data altimetry satellite, tetapi hanya memiliki data sedikit
pada jangka waktu yang panjang (>80 tahun). Tambahan untuk trend yang belum diketahui pada
perilaku iklim kedepan, perbedaan di data dan fakta yang teridentifikasi dari rerata trend tidak
dapat berdiri sendiri dari metode estimasi dapat emmbuat ambiguitas dari prediksi permukaan
laut. Kenaikan permukaan air laut umumnya dibuat trend linear terhadap dapa historis yang telah
terjadi. Dalam analysis nya pada data 4 pasang surut di florida, Walton (2007) melakukan
prediksi dimana memungkinkan terjadinya percepatan dan perlambatan kenaikan muka air laut
dan hasilnya menunjukkan prediksi yang lebih besar pada tahun 2006-2080 dibandingkan
dengan prediksi menggunakan asumsi trend linear.

9
Gambar 3.3 kenaikan muka air di pago-pago amerika
(Sumber : Engineering Response to Climate Change CRC Press 2013)

Bagan tersebut merupakan perbedaan prediksi menggunakan polynomial dan linear. Rerata
bulanan pada oktober 1948 sampai may 2004 di daerah Pago-Pago di daerah Samoa. Regresi
linear mencatat kenaikan permukaan air laut sebesar sekitar 1.97 mm per tahun. Berbeda dengan
polynomial menyebutkan terjadi percepatan kenaikan permukaan air laut pada tahun pertengahan
1997. Ketidaktentuan yang sama terjadi dengan interpretasi data temperatur laut.

10
2.3 DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH KENAIKAN MUKA AIR LAUT.
selama abad 20 kenaikan permukaan air laut global naik hingga 18cm, dimana lebih cepat
daripada abad ke 19. Ketika perubahan ini mungkin terlihat kecil, hal ini dapat mengakibatkan
perubahan yang cukup signifikan, umumnya pada kondisi dari periode balik extreme permukaan
laut (Zhang et al 2000:woodworth and Blackman 2004: Chapter 11) dan mengakibatkan
kecenderungan erosi pada pantai sebagaimana diobservasi secara luas (Bird 1985, 2000: Velinga
and Leatherman 1989), bagaimanapun mengaitkan kenaikan permukaan air laut global kepada
dampak yang ditimbulkan cukup sudah sebagaimana zona pantai telah mengalami banyak
perubahan pada abad ke 20 (Rozenweig et al 2007). Data yang baik pada kenaikan muka air laut
telah diukur pada beberapa lokasi dan pertahanan terhadap banjir rutin dilakukan peningkatan
secara substansi pada abad ke 20, khususnya pada daerah yang makmur dimana ada terdapat
pengukur muka air laut. Kebanyakan dari peningkatan pertahanan mengaca kepada jumlah
penduduk yang semakin banyak dan dana yang diperuntukan pada banjir rob dan perubahanan
penanganan resiko, dan kenaikan muka air laut bahkan belum pernah diperhitungkan di dalam
design, persamaannya, erosi dapat dipicu oleh proses yang lain dibandingkan dengan kenaikan
permukaan air laut dan aktivitas manusia dalam pengurangan kebutuhan sedimen untuk pantai
mesti menjadi salah satu penyebab kepada perubahan-perubahan observasi yang dicatat oleh
Bird (1985) dan Svitskyet al (2005). Menolak pada habitat intertidal seperti ladang garam, rawa
berlumpur dan hutan mangrove selalu dikaitkan kepada kenaikan permukaan air laut, tetapi
sistem habitat ini juga merupakan subyek ke beberapa perubahan yang terjadi., termasuk
kerusakan lanngsung (Hoozemanet al 1993; Coleman et al. 2008). Oleh Karen itu, ketika
kenaikan permukaan air laut global merupakan proses yang sedang berlangsung, akan sangat
sulit untuk tidak menganggap bahwa hal ini tidak ada kaitanya dengan dampak yang akan
ditimbukan. Kecuali dalam beberapa kasus khusus : umumnya karena perubahan di abad ke 20
merupakan respon terhadap beberapa penyebab dari perubahan. (Robert J Nichols, 2010)
Berikut adalah data-data yang didapat penelitian pantai timur Amerika Serikat
1. Kenaikan variable muka air adalah 2 dan 4 mm/tahun
2. Persentase kemunduran garis pantai terhadap terhadap kenaikan muka air kaut pada
Pantai timur sebesar 50-100 kali (Zhang et al 2004)

11
3. Terdapat pulau yang berpenghuni di Cheapsake bay namun sudah tak berpenghuni pada
abad ke 19 akibat daerah tersebut sudah kehilangan wilayah darat akibat kenaikan muka
air laut.

Oleh Karena penelitian-penelitian yang dilakukan pada abad ke 20 menguatkan bahwa


pentingnya memahami tentang kenaikan muka ait laut dalam konteks dari bebrbagai penyebab
perubahan, hal ini benar bahwa terjadi peningkatan kenaikan muka air laut yang cepat. Karena
berbagai penyebab perubahan, peran manusia dalam terjadi merupakan hal yang cukup menarik,
tetapi hal ini menjadi relative tifak terstudi di pengertian yang sistematik, observasi juga
menekankan pada kemampuan memproteksi akibat kenaikan muka air laut, terutama pada daerah
dengan kepadatan penduduk tinggi seperti kota-kota di Asia. Proteksi juga telah diperbaharui di
sekitar laut cina utara, termasuk London dan Hamburg: disini subsiden dianggap kurang
berpengaruh, sebagaimana kenaikan permukaan air secara ekstrim telah dibuat beberapa
reklamasi dan pengerukan.

2.4 OBSERVASI PERUBAHAN KETINGGIAN PERMUKAAN AIR LAUT

2.4.1 PERUBAHAN KENAIKAN MUKA AIR LAUT ABAD KE 20 MELALUI


PASANG SURUT

Kekhawatiran tentang bias geografi pada PSML (Permanent Service for Mean Sea level), data
set yang sekarang dengan data yang panjang dari ketinggian permukaan air laut yang terekam
berasal dari NH, dan kebanyakan dari garis-garis pantai tiap benua daripada samudra interior,
berdasarkan dari angka kecil (25) dari pecatatan kualitas pasang surut daru daerah darat yang
stabil, tingkat kenaikan permukaan air laut diestimasikan sebesar 1,8 mm pertahun untuk kurun
waktu 70 tahun kebelakanag (Douglas, 2001; Peltier, 2001) dan Miller Douglas (2004)
menestimasi rentang tingkat kenaikan sebesar 1,5-2,0 mm pertrahun untuk abad ke 20 dari
pengukuran di 9 situs pasang surut yang stabil. Holgate dan Woodworth (2004) mengestimasi
peningkatan sebesar 1.7 ± 0,4 mm pertahun sepanjang garis pantai global tahun 1948 sampai
tahun 2002, berdasarkan data dari 177 stasiun yang dibagi atas 13 daerah Church et al (2004)
menetapkan tingkat kenaikan permukaan laut global sebesar 1,8 ± 0,3 mm pertahun selama tahun

12
1950 sampai tahun 2000 dan Church dan White (2006) menetapkan perubahan terjadi pada abad
ke 20. Perubahan kenaikan permukaan air laut mengacu pada data pasang surut akan dijelaskan
pada grafik di bawah, mempertimbangkan terhadap hasil dan memungkinkan terjadinya trend
garis yang lebih besar akibat pengukuran altimetri satellite, tingkat kenaikan permukaan air laut
sebesar 1,8 ± 0,3 mm per tahun pada tahun 1961 sampai 2003 dan pada abad ke 20 sebesar 1,7 ±
0,5 mm pertahun.

Gambar 3.4 gambar rekonstruksi White dan Church


Keterangan gambar : kurva merah menunjukkan rekonstruksi data sejak tahun 1880 (diupdate
dari Church dan White, 2006). Kurva biru menunjukkan pengukuran dari (Holgate dan
Woodworth, 2004). Kurva hitam merupakan data altimetry satellite.

(Sumber : Climate Change 2007 The Physical Science Basis, 2007)

Ketika kenaikan permukaan air laut yang baru-baru dipublikasi terhadap


beberapa decade kebelakang tetap di dalam rentang nilai TAR 1-2 mm pertahun. Masih terdapat
opini yang menambahkan bahawa estimasi yang terbaik yaitu mendekati 2 mm pertahun
daripada mendekati 1 mm pertahun. Hasil terendah yang tercatat oleh TAR disebabkan dari local
dan regional studi; tingkat local dan regional mungkin berbeda dari rata-rata global.

Sebuah masalah kritis mengkhawatirkan bagaimana data-data yang


terekam menyesuaikan kepada pergerakan vertical dari daratan berdasarkan dimana lokasi
pasang surut dan di samudera mana. Trend di pencatatan pasang surut dikoreksi untuk digunakan
13
dalam model GIA, tetapi bukan untuk pergerakan daratan yang lain. Koreksi model GIA
mempunyai rentang anatara 1 mm pertahun atau lebih mendekati lapisan-lapisan es ke beberapa
puluh dari setiap millimeter per tahun di lokasi yang jauh (Peltier, 2001); eror akibat perhitungan
pasang surut berdasarkan rata-rata kenaikan global pertahun yang dihasilkan oleh GIA dinilai
sebesar 0,15 mm pertahun. TAR menyebutkan perkembangan teknologi geodetic terutama GPS
dimana cukup menjanjikan dari tingkat perhitungan pergerakan daratan vertical pada pasang
surut, tidak peduli apakah pergerakan tersebut berlaku untuk GIA atau proses geological yang
lainnya. Bagaimanapun ada beberapa model yang telah tervalidasi, terutaama untuk model GIA,
problematika yang sistematik dengan teknik begitu, termasuk data dengan rentang pendek, telah
terselesaikan dengan keseluruhan.

2.4.2 PERUBAHAN MUKA AIR LAUT SELAMA BEBERAPA DEKADE


TERAKHIR MENGGUNAKAN SATELITE ALTIMETRI

Sejak tahun 1992, kenaikan permukaan air laut secara global dapat dikomputerisasi pada
interval 10 hari dengan merata-ratakan pengukuran altimetry dari TOPEX/POSEIDON dan
satellite Jason terhadap daerah yang menjadi cakupannya (66°S ke 66°N) (Nerem dan Mitchum,
2001). Setiap 10 hari estimasi kenaikan permukaan air laut secara global memiliki tingkat
keakuratab sekitar 5 mm. Banyak sekali karya ilmiah pada hasil altimetry menunjukkan bahwa
kenaikan muka air laut yaitu sebesar 3,1 ±0,7 mm pertahun pada tahun 1993 sampai tahun 2003
(Canazenave dan Nerem, 2004; Leuliette et al, 2004) grafik berikut menununjukkan fraksi yang
signifikan dari perubahan tingkat 3 mm pertahun telah ditunjukan ke peningkatan di samudera
timur.

14
Gambar 3.5
Gambar anomaly muka air laut
(Sumber : Climate Change 2007 The Physical Science Basis, 2007)

Keakurasian diperlukan dalam menghitung perubahan rata-rata permukaan air laut sehingga
mendorong sistem perhitungan secara altimetry kepada batas performanya., dan demikian
perhatian harus dilakukan untuk menjamin bahwa instumen alat tersebut terkalibrasi secara
presisi. Metode kalibrasi pasang surut (Mitchum, 2000) mengembangkan diagnose dari
permasalahan di instrument altimetry, orbitnya, koreksi pengukuran dan akhirnya kepada data
final tingkat muka air laut. Eror di penentuan penentuan instrument altimetry yang lewat
menggunakan kalibrasi pasang surut, sekarang diestmasikan sekitae 0,4 mm pertahun dan hampir
mencakup semua eror yang terjadi secara ilmu pengetahuan pada pergerakan vertical didarat
pada pengukuran-pengukuran.

Pengukuran tingkat permukaan air laut berdasarkan altimetry melingkupi


variasi di kolam samudra global yang sesuai terhadap GIA. Rata-rata terhadap region samudra
dilakukan sample oleh satellite altimeri, efek ini memberikan hasil nilai mendekati sekitar -0,3
mm pertahun pada tingkat permukaan yang sebenarnya (Peltier ,2001), dengan kemungkinan
tidak tentu sebesar 0,15 mm pertahun. Angka ini diperoleh dengan mengurangkan hasil dari
tingkat rata-rata permukaan air laut yang diperoleh yang bertujuan untuk memperoleh kontribusi
yang mengacu kepada perubahan volume.

Altimetry dari T/P memungkinkan pemetaan dari distribusi perubahan


muka air. Walaupun variabilitas regional pada perubahan permukaan air laut di pantai telah
tercatat dari analisa pasang surut, cakupan global dari satellite altimetry menunjukkan

15
ketidakraguan pada bukti dari perubahan permukaan air laut yang tidak seragam di samudra
terbuka, dengan beberapa daerah menunjukkan tingkat perubahan air laut sebesar 5 kali lipat dari
rata-rata global. Untuk beberapa dekade belakangan, peningkatan terbesar muka air laut terjadi di
pasifik barat dan samudra hindia timur, daerah yang menunjukkan variabilitas tiap tahun yang
besar terasosiasi dengan ENSO. Terkecuali dengan daerah arus teluk (Gulf Stream), kebanyakan
di samudra atlantis menunjukkan peningkatan dalam beberapa dekade belakangan. Meskipun
rata-rata kenaikan global, grafik berikut menunjukkan tingkat muka air laut menurun dari
beberapa daerah (pasifik timur dan samudra hindia barat). Pola spasial ini mungkin mengacu
pada fluktuasi dekade dibandingkan dengan trend jangka panjang. Fungsi Empiris Orthogonal
(EOF) analisis dari peta kenaikan muka air laut berdasarkan altimetrypada tahun 1993 sampai
tahun 2003 menunjukkan bahwa ada dampak yang kuat dari peristiwaEl-nino 1997-1998 dengan
pola geografis dari mode dominan akan sangat mirip dengan peta trend kenaikan permukaan air
laut.

Gambar 3.6 Gambar Net CDF tingkat permukaan LAut.


(Sumber : Climate Change 2007 The Physical Science Basis, 2007)

16
2.4.3 VARIASI BAGAN DATUM TERHADAP PEMBATASAN ZONA
MARITIM MENGACU KEPADA KENAIKAN MUKA AIR LAUT

Studi kasus Malaysia, Malaysia merupakan negara maritim dan ketertarikan ekonomi
yang bergantung kepada laut. Berdasarkan statistic dari departemen dari survey dan pemetaan
Malaysia (DSMM) dan pusat hidrografis nasional (NHC), Malaysia mempunyai teritori wilayah
laut sebesar 65,023 km2 dan zona ekonomi sebesar 450233 km2, panjang garis pantai 4800 km
dan 1007 pulau yang aman memberikan berbagai sumber daya alam dan peluang untuk
mengembangkan sector ekonomi maritim. Harta karun di laut dan pentingnya industri maritim
perlu untuk dilestarikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan negara. Batas nasional maritim
telah meraih pengakuan internasional dalam kuasa untuk menegakkan hokum dan dan
ekspliutasi. Setelah pembenaran dari UNCLOS 1982, pada oktober 14 1996, negara mempunyai
obligasi kepada PBB untuk merubah posisi koordinat dari titik dasar.

Mengacu pada UNCLOS 1982, semua negara pesisir meletakkan koordinat titik mulai
dimana yang sama dalam mengukur luas area perbatasan dan zona maritime lainnya. Deposisi
juga penting untuk memperkuat penegasan wilayah atas landasan benua melampaui 200 nautical
mile. Penentuan titik dasar memerlukan pengukuran hidrografis yang berprsisi tinggi.
Berdasarkan pertemuan subkomite garis dasar tahun 2004, menggambarkan titik dasar dan garis
dasar adalah dasar untuk penentuan untuk zona maritime. Penetapan posisi dari titik dasar
dengan presisi yang tinggi sangat penting dalam upaya untuk memperkuat zona maritime dan
penetapan dari batas maritime dan garis batas kepada PBB juga membuat pengakuan global.

Bagaimanapun, mengacu kepada peningkatan mendadak pada peningkatan permukaan


aur laut pada beberapa dekade terakhir, telah terjadi beberapa perubahan pada garis dasar dari
negara-negara pantai atau disebut pergeseran garis batas. Fenomena ini menyebabkan perubahan
di laut yang juga berpengaruh pada bagan datum. Ketika bagan datum telah berubah, hal itu juga
mempengaruhi garis dasar. Sebagaimana laut mengalami peningkatan dan menyebabkan
kemunduran. Berikut adalah bagan yang memperlihatkan pergeseran garis dasar.

17
Gambar 3.7 Kehilangan Daratan Pada Malaysia
(SUMBER : VARIATION OF CHART DATUM TOWARD MARITIME DELIMINATION
DUE TO RISING SEA LEVEL)

Tahapan metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut

1. Observasi di 8 stasiun : genting, cendering, sedili, tioman, kukuo langkawi, lumut dan
penang
2. Data tersebut diedit berdasarkan format Geotide
3. Pemrosesan menggunakan software GeoTide
4. Data proses menggunakan analysis harmonic
5. Dihasilkan 23 set rerata muka air laut

18
Berikut adalah grafis-grafis hasil pengukuran:

Gambar 3.6 (Grafik stasiun sedili)

Ga
mba
r 3.7
(Grafik stasiun genting)

19
Gambar 3.8 (Grafik stasiun Kukup)

Gambar 3.9 (Grafik stasiun cendering)

20
Gambar 3.10 (Grafik stasiun Lumut)

Gambar 3.11 (Grafik stasiun penang)

21
Gambar 3.12 (Grafik stasiun langkawi)

22
Gambar 3.13 Regresi Linear Stasiun Malaysia
Berikut merupakan hasi dari regresi linear tiap-tiap stasiun observasi Malaysia.

(SUMBER : VARIATION OF CHART DATUM TOWARD MARITIME DELIMINATION DUE TO RISING SEA
LEVEL)

Berdasarkan perbandingan yang dibuat untuk 23 tahun observasi gelombang pasang surut
untuk tiap-tiap stasiun, hasil menunjukkan bahwa perbedaan nilai variasi dari nilai rata-rata
muka air laut (MSL) dan bagan datum (CD). Sebagaimana disimpulkan, kelanjutan dari
peningkatan bagan datum sepanjang garis pantai menunjukkan hasil bahwa terjadi kehilangan
zona-zona maritime, terutama area dengan pantai yang mempunyai kemiringan renda.
Penelitian tersebut juga dapat meningkatkanakurasit prediksi pasang surut dengan penggunaan
data existing yang dibentuk selama periode 23 tahun. Maka, hal ini menjadi asumsi terbaik
bahwa deviasi ini akan lanjut untuk peningkatan muak air laut kedepan. Tujuan kedua yaitu
penelitian tersebut menjadi studi dampak kenaikan permukaan air laut terhadap titik dasar
yang tidak menentu. Berdasarkan analisis, dengan menganalisa hubungan antara ketiga
parameter (Bagan Datum, Kemiringan pantai dan ketidaktentuan titik dasar), hal ini dapat

23
disimpulkan bahwa mengacu kepada geografi yang lebih terjal untuk pantai timur dari
Malaysia, perubahan garis batas meiliki dampak yang kurang daripada di pantai barat Malaysia
yang mempunyai geografi yang rendah.

24
2.5 STUDI TERDAHULU
No. Referensi Topik/Masalah Metode Penelitian Hasil
1 Sihombing ,weny et al. Kenaikan muka air laut Dalam penelitian ini Hasil yang
2012. Kajian Kenaikan merupakan fenoomena dilakukan pengolahan
didapat adalah
Muka Air Laut di perubahan iklim yang data pasang surut yang
persamaan
Pesisir Kabupaten menjadi isu sangat diadopsi dari data
Tuban. Institut penting belakangan ini. pasang surut wilayah
kenaikan
Teknologi Sepuluh Dampak kenaikan muka semarang lalu permukaan
November Vol 1. air laut yang terbesar dilakukan metode yaitu sebesar
adalah wiayah pesisir persamaan Least
y= 0,006x +
dimana Indonesia Square untuk
0,966. Lalu
memiliki garis pantai mendapatkan data
sepanjang 108,000 km. ketinggian permukaan
data pasang
slaah satu wilayah air laut surut
pesisir yang rentang menghasilkan
terhadap kenaikan
Trend Line
permukaan air laut adlah
terhadap data-
wilayah pantai jawa dan
focus penelitian berada data pasang
di kabupaten tuban surut yang
dimana terdapat 5 kemudian
kecamatan yaitu
menjadi
kecamatan banjar,
prediksi
keamatan jenu,
kecamatan
kenaikan muka
Tambakboyo, air laut di
kecamatan palang dan daerah tuban
kecamatan tuban.
sampai tahun
2100
2 A.R Mohd Faizuddin, Kenaikan muka air laut metodologi yang Didapatkan grafik
M.mohd Razali. 2017. yang terjadi di.wilayah dilakukan terdiri dari kenaikan
Variation of Chart Malaysia mengakibatkan beberapa tahapan yaitu. permukaan air
Datum Toward beberapa kerugian dri 1.Observasiterhadap 8 laut pada tiap-tiap
Maritime Delimitation sector ekonomu sasiun di Malaysia stasiun dan juga
due to Rising maritime. Hal ini 2. pengeditan data trend line untuk
SeaLevelt. Universiti dikarenakan terjadi dengan menggunakan masing-masing

25
Teknologi Malaysia perubahan Baseline aplikasi Geotide stasiun.
Vol XLII-4/W5 negara Malaysia yang 3. pemrosesan data
juga dibarengi dengan menggunakan analisa
pengurangan wilayah harmonic
maritime. Penentuan 4. data kenaikan
Baseline dan Basepoint permukaan rata-rata
dari suatu negara harus 5. data kenaikan
dilakukan agar tidak permukaan air tahun
terjadi klaim atas negara 1993-2015
lain dalam wilayah zona
ekonomi maritime
seperti penangkapan
ikan secara illegal
3 Ali ercan, M levvent .kenaikan muka air laut Metode yang dilakukan Hasil yang
kavvass. 2011. Sea terhadap sistem global menggunakan satellite didapat adalah
level change alongthe telah dilakukan berbagai altimetry dengan kenaikan
peninsular Malaysia observasi sepannjang memetakan wilayah permukaan tiap-
and sabah and periode historis. Dua semenanjung Malaysia, tiap wilayah
Sarawak coastline for proses besar yang serawak dan sabah dengan koordinat
st
21 Century.World menjadi hal utama dengan menentukan awal dan
Enviromentak and dalam perubahan lokasi kordinat tiap-tiap koordinat akhir
Water Resources volume pada samudra lokasi tiap-tiap lokasi
Congress 2011. yaitu ekspansi termal dengan satellite
dari air dan kehilangan altimetry dan
daratan es. Akibat dari didapat juga hasil
itu dampak yang terjadi perubahan lereng
adalah terjadinya tiap-tiap lokasi
perubahan terhada
reservoir air seperti
danau.
4 Alba Cid et al. 2017. Asia tenggara Metodologi yang Hasil penelitian
Storm Surge and merupakan daerah yang dilakukan adalah ini menunjukkan
Return Water Level rentan terkena dengan dengan menggunakan pasang surut di
Estimation in Southeast berbagai kejadian akibat Local Predictor dan tiap masing-
Asia for 20th Century. tingkat permukaan air menghilangkan siklus masing negara
Jurnal of laut yang ekstrim seperti predictor dan prediktan dengan
geGeophysical topan dan angin ribut. local predictor menunjukkan

26
Research: Ocean. 2017 Tiap kejadian tersebut diletakkan pada grafis ekstrim
menyebabkan banyak meridian 10m angin dari tiap-tiap
korban jiwa. Beberapa dari zona angin. Lalu masing
kejadian tersebut menggunakan Prinsip gelombang. Hasil
merupakan kejadian analisis komponen grafis ini dapat
pasang secara predictor yang menjadi acuan
astronomis dan membuat 9 grid cell potensi terjadi
residunya .pasang surut bencana
merupakan suatu metode
dalam memprediksi
ketinggian gelombang
yang akan dating dengan
memprediksi nilai
ekstrim dari gelombang
badai
5 Tri Woro Widyastuti, Fenomena kenaikan Metodologi yang Hasil yang
Darma Bakti, Zulham muka air laut merupakan dilakukan adalah didapat bahwa
Apandy Harahap. fenomena yang persiapan data lalu kenaikan muka
2015. Dampak Fisik menimbulkan ancaman pengolahan data dari air laut pada
kenaikan Muka Air bagi wilayah-wilayah satellite dengan Medan belawan
Laut Terhadap Wilayah pesisir. Fenomena ini menggunakan ArcGis berkisar 1.0432
Pesisir Kota Medan dominan akibat dari 9.3. Analisis kenaikan cm/tahun dan
Kecamatan Medan pemuaian thermal muka air laut dari tahun katergori kelas
Belawan. Universitas sehingga volume air laut 2011-2015 dan ancaman rendah.
Sumatera Utara bertambah dan kutub es pengkajian resiko. Indeks kerentanan
mencair. Kenaikan muka berdasarkan
air laut dirasakan PERKA BNPB
ekstrim sejak abad ke-20 No2 berkisar dari
secara geografis dan 3,85-4,65dan juga
topografi Indonesia dihasilkan peta
sebagai negara genangan wilayah
kepulauan maka pesisir belawan.
indonesi sangat rentan.
6 Nanin Anggraini, Meningkatnya volume Metodologi yang hasil yang didapat
Bambang Trisakti, tri air laut menyebabkan digunakan yaitu: adalah kenaikan
edhi Budhi Soesilo. kenaikan muka air laut pemetaan daerah tinggi pasang
2012. Pemanfaatan yang mengancam genangan dan analisis surut sebesar 2,05

27
data satellit utuk keberadaan kecil pulau- dampak kerusakan. pada tahun 1984-
analisis potensi pulau dan wilayah 2004. Prediksi
genangan dan dampak Jakarta Utara.selain itu kenaikan muka
kerusakan akibat juga terjadi fenomena air laut pada
kenaikan muka air laut. penurunan permukaan tahun 2030
Pusat pemanfaatan tanah sehingga sebesar 2,88
Penginderaan Jauh, mengakibatkan meter.
LAPAN. genangan. Penelitian Penggunaan lahan
yang dilakuakn di pesisir yang tergenang
Jakarta utara pada sebesar 523 ha di
periode 1982-2010 kecamatan
menunjukkan laju penjaringan dan
kenaikan muka air laut 311 ha di
sebesar 1-15 cm/tahun kecamatan
dan dilokasi tertetu cilincing.
mencapai 20-28 cm/
tahun.

28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Umum

Prediksi kenaikan permukaan air laut perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada infrastruktur pelabuhan salah satunya mengakibatkan banjir. Pelabuhan sangat
berpengaruh terhadap tinggi muka air laut salah satunya untuk merapatnya kapal, jika Draft
dari pelabuhan tidak dapat memenuhi maka kapal tersebut akan karam. Di sisi lain,
infrastruktur juga memerlukan pembenahan akibat kenaikan muka air laut, selain dengan
membuat drainase ssalah satunya yaitu dengan meningginakan dermaga yang satu dalam
konteks ini merupakan dermaga Terminal Ujung baru Milik PT Pelindo 1. Design dari
pembenahan infrastruktur memerlukan data dari kenaikan muka air laut agar pembenahan
dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Church et al (2004) berpendapat bahwa
kenaikan muka air laut terjadi sebesar 1,8 ± 0,3 mm pertahun tetapi Satelite altimetry
mencatat kenaikan permukaan air laut sebesar 3 mm pertahun.

Prediksi kenaikan muka air laut dapat dilakukan dengan variable pasang surut ataupun
variable pencatatan satellite altimetry. Kedua variable tersebut memiliki perbedaan tingkat
keakurasian dalam perhitungannya dimana satellite altimetry mempunyai instrument yang
lebih kompleks dari stasiun pasang surut. Tetapi, kedua hal tersebut harus dibandingkan
untuk mengetahui perbedaan antara kedua variable tersebut karena tiap-tiap variable
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perhitungan data pasang surut akan
menenetukan prediksi kenaikan permukaan air laut untuk tahun-tahun kedepan sedangkan
data altimetry akan menjadi pembanding data pasang surut serta data pasang surut pada
lokasi belawan. Selain kedua prediksi diatas dilakukan juga model semi empiris dari
Rhamstorf yang berguna mengetahui keterkaitan perubahan iklim dengankenaikan muka air
laut.

Cara yang dilakukan agar mendapatkan trend line ataupun prediksi kenaikan muka air laut
yaitu dengan regresi linear pada tahun 1992 sampai tahun 2010 untuk pengukuran satellite,
stasiun pasang surut dan model semi empiris. Lalu tiap-tiap pengukuran akan dibandingkan
dan mencari perhitungan mana yang paling ideal untuk evaluasi dermaga pada tahun 2050
Variable-variable yang di analisis akan dilakukan proses transkripsi dari data NetCDF

29
menjadi data ketinggian (m) ataupun menjadi data suhu (C). variable ketinggian akan
mempengaruhi variable lainnya yaitu ketinggian dermaga, yang mana ketinggian potongan-
potongan dermaga akan beragam bergantung kepada kontur dasar muka air (SeaFloor).

3.2 Cakupan dan Tahapan Metodologi Penelitian


Adapun pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 3.1

Mulai

Studi Literatur
Data Sekunder
Data Primer
a) Data pasang surut
a) Gambar Proyek stasiun belawan
Pengumpulan Data 1992-2006
Elevasi dermaga
Pelabuhan Ujung b) Data Kenaikan
Baru Belawan Pengolahan data Berdasarkan CPH dan
Zero 2006
a. Menentukan parameter -
parameter pengukuran c) Data Laju
kenaikan muka air, sea bed Kenaikan
dan elevasi dermaga
b. Melakukan Laju Elevasi
Berdasarkan
Muka air pada masing- Rhamstorf
masing kasus
c. Menentukan Tinggi Storm
Surge

`Analisis

a) Analisis kenaikan permukaan air laut berdasarkan data


stasiun pasang surut belawan
b) Analisis kenaikan permukaan air laut berdasrkan
kenaikan permukaan berdasarkan metode rhamstorf,
CPH dan Zero 2016
c) Komparatif data kenaikan Masing-masing skenario
d) Evaluasi menggunakan AutoCad pada setiap
potongan-potongan dermaga

Kesimpulan dan
Saran
30
Selesai
1. Studi Literatur
Dalam bagian ini dilakukan studi literatur mengenai topik yang berkaitan dengan penipsi,
seperti :

 Kenaikan Muka air


 Referensi CPH
 Penentuan Tingkat Muka Air

2. Pengumpulan Data
Dalam bagian ini dilakukan pencarian data – data dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini, seperti :
 Data kenaikan muka air di stasiun belawan
 Data kenaikan muka air pada skenario CPH dan Zero 2016
 Peta/gambar Proyek eksisting dermaga ujung baru belawan
3. Pengolahan Data
Pada bagian ini dilakukan pengolahan data, antara lain:
 Perhitungan kenaikan permukaan air laut menggunakan regresi linear untuk stasiun pasang surut
belawan
 Perhitungan kenaikan permukaan air laut menggunakan Laju kenaikan Muka air pada referensi
CPH dan Zero 2016
 Perhitungan kenaikan muka air laut berdasarkan metode semi empiris Rhamstorf berupa dataset
ECMWF untuk perubahan iklim
 Pengevaluasi terhadap proyek dermaga ujung baru.
4. Analisis
Dalam bagian ini dilakukan analisis terhadap :
 Tingkat Muka air melalui data stasiun pasang surut, laju CPH dan Zero 2016
 Perhitungan regresi linear tiap-tiap masng data
 Perencanaan peninggian dermaga Ujung Baru

31
5. Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini, disimpulkan dan diberikan saran dari semua pokok permasalahan yang telah
dianalisa dalam penelitian ini, sebagai pedoman penelitian di masa yang akan datang yang
berkaitan dengan pokok permasalahan ini.

32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


Pelabuhan belawan adalah pelabuhan utama di medan dengan jarak 26 Km dari pusat kota
medan. Pelabuhan ini memiliki hak pengelolaan lahan sebesar 289,26 Ha dengan daerah cakupan kerja
sebesar 12072,33 Ha. Pelabuhan ini merupakan terbesar ketiga setelah tanjung priok dan pelabuhan
merak. Pelabuhan ini mempunyai perbedaan pada masing-masing daerah penambatan, untuk daerah
section 1-3 untuk kapal sedang dan kecil. Sedangkan kapal besar bertambat pada section 5 sampai 8. Hal
ini dikarenakan Sea Bed pada daerah 1-3 mempunyai kedalaman 2-3 meter sedangkan 5-8 mempunyai
kedalaman lebih dari 4.

Gambar 4.1 Layout Dermaga


4.1.1 Luasan Dermaga Ujung Baru
Dermaga Ujung Baru merupakan dermaga dengan luas 1669,75 m2 dengan mempunyai fasilitas
gudang sebanyak 11 gudang dan juga mempunyai masing-masing bagian-bagian dermaga yaitu 101-107

Berikut merupakan daftar-daftar luasan bagian dermaga dan tangki timbun berdasarkan penelitian
Amiron, Sahdan 2009. Pada tahun 2007.

Tabel 4.1 fasilitas Lapangan penumpukan

NO Bagian Luasan
1 Samping Ged 101 4774.00 m2
2 101-102 565.5 m2
3 103-105 5643.00 m2
4 105-106 1646.5 m2
5 106-107 730.8 m2
Total 13329.3

4.1.2 Tingkat Ketinggian Dermaga Ujung baru

Section 1 sampai 8 memiliki ketinggian yang berbeda antara masing-masing section berikut adalah

33
tabel 4.2 ketinggian dermaga.

Tinggi Total
Section dermaga Tinggi Perkerasan Tinggi
1 5.03 0.09 5.12
2 5.07 0.05 5.12
3 5.51 0.11 5.62
4 4.8 0.07 4.87
5 4.89 0.056 4.946
6 4.81 0.12 4.93
7 4.41 0.05 4.46
8 4.74 0.04 4.78

34
4.2 Perhitungan Draft Kapal.
Analisis Draft kapal didasarkan Pada ketingg Tonnase Kapal tersebut. Dalam desain pelabuhan,
proyeksi pelayanan terhadap kapal harus didukung oleh beberapa kegiatan seperti pengerukan Basin
untuk menjaga ketinggian draft yang sebenarnya. Berdasarkan data kapal pelindo 1 maka tonnase kapal
terbesar adalah kapal.

Tabel 4.3 Daftar Ketinggian Draft

PANJAN LEBA DRAF PANJAN LEBA DRAF


BOBO G R T G R T
LOA ( m ) (m) (m) BOBOT LOA ( m ) (m) (m)
T

Kapal Penumpang ( GRT ) Kapal Barang Curah ( DWT )


500 51 10.2 2.9 10,000 140 18.7 8.1
1,000 68 11.9 3.6 15,000 157 21.5 9.0
2,000 88 13.2 4.0 20,000 170 23.7 9.8
3,000 99 14.7 4.5 30,000 192 27.3 10.6
5,000 120 16.9 5.2 40,000 208 30.2 11.4
8,000 142 19.2 5.8 50,000 222 32.6 11.9
10,000 154 20.9 6.2 70,000 244 37.8 13.3
15,000 179 22.8 6.8 90,000 250 38.5 14.5
100,00
20,000 198 24.7 7.5 0 275 42.0 16.1
150,00
30,000 230 27.5 8.5 0 313 44.5 18.0
Kapal Barang ( DWT ) Kapal Ferry ( GRT )
700 58 9.7 3.7 1,000 73 14.3 3.7
1,000 64 10.4 4.2 2,000 90 16.2 4.3
2,000 91 12.7 4.9 3,000 113 18.9 4.9
3,000 92 14.2 5.7 4,000 127 20.2 5.3
5,000 109 16.4 6.8 6,000 138 22.4 5.9
8,000 126 18.7 8.0 8,000 155 21.8 6.1
10,000 137 19.9 8.5 10,000 170 25.4 6.5
15,000 153 22.3 9.3 13,000 188 27.1 6.7
20,000 177 23.4 10.0 Kapal Peti Kemas ( DWT )
30,000 186 27.1 10.9 20,000 201 27.1 10.6
40,000 201 29.4 11.7 30,000 237 30.7 11.6
50,000 216 31.5 12.4 40,000 263 33.5 12.4
Kapal Minyak ( DWT ) 50,000 280 35.8 13.0
700 50 8.5 3.7
1,000 60 9.8 4.0
2,000 77 12.2 5.0
3,000 88 13.8 5.6
5,000 104 16.2 6.5
10,000 130 20.1 8.0
15,000 148 22.8 9.0
20,000 162 24.9 9.8
30,000 185 28.3 10.9
40,000 204 30.9 11.8

35
50,000 219 33.1 12.7
Berdasarkan Asumsi Kapal terbesar merupakan kapal Barang dengan kapasitas 10000 ton dengan
kedalaman draft sebesar 8.5 meter. Berikut merupakan

4.3 Kenaikan Muka Air Laut (Sea Level Rise)


4.3.1 Kenaikan Muka Air Laut Berdasarkan Perhitungan Prediksi Pasang Surut.

Perhitungan kenaikan muka Air laut secara perhitungan data Prediksi dilakukan dengan
menggunakan 4 data perhari yaitu data maksimum dan minimum pada jam 00-12 AM sampai jam 12-00
PM. Perhitungan Pasang Surut dilakukan dengan mengambil nilai rerata antara maksimum dengan
minimum.

𝐻𝑀𝑎𝑥 𝑆𝑖𝑎𝑛𝑔 +𝐻𝑀𝑎𝑥 𝑀𝑎𝑙𝑎𝑚 +𝐻𝑀𝑖𝑛 𝑀𝑎𝑙𝑎𝑚 + 𝐻𝑀𝑖𝑛 𝑆𝑖𝑎𝑛𝑔


𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = … (4.1)
4

Setelah mendapatkan nilai harian Rata-rata maka dilanjutkan mengambil nilai rata-rata bulanan lalu di
lanjutkan dengan rata-rata tahunan.

36
Tabel 4.4 Rekapitulasi Rata-rata Tahunan Data Pasang Surut

Bulan 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Jan 1.493655914 1.494543 1.498253 1.492473 1.531538 1.497972 1.498389 1.504892 1.497957 1.503548 1.496183
Feb 1.493482143 1.49747 1.499018 1.503328 1.492827 1.5125 1.500149 1.494983 1.497113 1.497708 1.579018
Mar 1.506155914 1.49957 1.505457 1.499946 1.58828 1.498134 1.498056 1.485591 1.608763 1.497554 1.551027
Apr 1.502555556 1.501056 1.500278 1.500546 1.492381 1.499274 1.501944 1.500328 1.506417 1.532292 1.678961
May 1.501774194 1.509409 1.502258 1.490296 1.525349 1.500806 1.500417 1.510833 1.512339 1.502903 1.534704
Jun 1.501166667 1.501805556 1.502694 1.669778 1.510316 1.502944 1.501548 1.501806 1.506075 1.509944 1.501875 1.503994
Jul 1.493548387 1.506827957 1.500699 1.501989 1.573763 1.496855 1.502494 1.503972 1.501694 1.584973 1.510941 1.501909
Aug 1.501021505 1.506827957 1.498522 1.500417 1.501183 1.579866 1.496778 1.494581 1.49336 1.497366 1.502419 1.494005
Sep 1.499388889 1.497944444 1.500417 1.500167 1.499667 1.498556 1.499472 1.503722 1.499528 1.498611 1.499226 1.588333
Oct 1.500322581 1.49672043 1.500376 1.492446 1.495538 1.494833 1.501778 1.499972 1.498602 1.496425 1.502763 1.501183
Nov 1.498916667 1.497555556 1.498389 1.497472 1.496782 1.493722 1.498056 1.498139 1.48125 1.497472 1.49747 1.495714
Dec 1.501397849 1.49766129 1.53043 1.498656 1.482608 1.515222 1.496028 1.497667 1.498978 1.505376 1.496559 1.49957
Rata-
rata 1.499394649 1.500247242 1.502798 1.513849 1.50387 1.517698 1.500403 1.499901 1.49801 1.51773 1.503772 1.535383

37
Bulan 2004 2005 2006
Jan 1.498226 1.504866 1.518306
Feb 1.490997 1.494315 1.499435
Mar 1.492204 1.499758 1.502285
Apr 1.499762 1.487946 1.494503
May 1.485559 1.499355 1.495613
Jun 1.502321 1.504048 1.494762
Jul 1.501882 1.503772 1.507339
Aug 1.504355 1.485376 1.503618
Sep 1.589077 1.499315 1.498601
Oct 1.482312 1.50922 1.501425
Nov 1.498036 1.508292 1.49742
Dec 1.497919 1.496532 1.498468
Rata-
rata 1.503554 1.4994 1.500981

38
Berdasarkan Data tersebut maka grafik rata-rata tahunan mengalami fluktuasi yang tergambar pada grafik
4.1

rata-rata tahunan
1.54

1.53

1.52

1.51

rata-rata tahunan
1.5

1.49

1.48

1.47
199219931994199519961997199819992000200120022003200420052006

Setelah hasil rata-rata tahunan didapat maka langkah berikutnya adalah menentukan besaran Laju
kenaikan muka air laut. Laju didapat dengan metode regresi linear.

𝑌 = 𝑎 + 𝑏. 𝑋…(4.2)

(𝛴𝑦)(𝛴𝑥 2 )−(𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)
𝑥= 2 …(4.3)
n(𝛴𝑥 2 )−(𝛴𝑥 )

𝑛(𝛴𝑥𝑦)−(𝛴𝑥)(𝛴𝑦)
𝑦= 2 …(4.4)
n(𝛴𝑥 2 )−(𝛴𝑥 )

39
Berdasarkan persamaan 4.2, 4.3 dan 4.4 maka Tahun dijadikan variable x dan rata-rata menjadi variable
y.

Tabel 4.5

Tahun Rata-rata X2 Y2 XY
1992 1.499394649 3968064 2.248184 2986.794
1993 1.500247242 3972049 2.250742 2989.993
1994 1.502797848 3976036 2.258401 2996.579
1995 1.513849009 3980025 2.291739 3020.129
1996 1.503870365 3984016 2.261626 3001.725
1997 1.517697767 3988009 2.303407 3030.842
1998 1.500403224 3992004 2.25121 2997.806
1999 1.499901058 3996001 2.249703 2998.302
2000 1.498009674 4000000 2.244033 2996.019
2001 1.517729705 4004001 2.303503 3036.977
2002 1.503771633 4008004 2.261329 3010.551
2003 1.535383457 4012009 2.357402 3075.373
2004 1.503554203 4016016 2.260675 3013.123
2005 1.499399642 4020025 2.248199 3006.296
2006 1.500981167 4024036 2.252944 3010.968
23970 22.59699065 59940295 34.0431 45171.48

Nilai A 0.837206556
Nilai B 0.000418811
Y= A+Bx
Hasil Laju 0.00586335
N Tahun 2100 94
Jumlah Tinggi muka
air 2.375969411

40
4.3.2 Prediksi kenaikan muka air laut berdasarkan penelitian Rhamstorf

Kenaikan muka air laut berdasarkan penelitian Rhamstrof merupakan metode dengan meneliti
tingkat kehilangan es di kutub mengalami kenaikan sebesar 1.6 mm/tahun/perubahan derajat celcius.
Menurut BMKG trend kenaikan suhu dari tahun 1981-2016 adalah 0.03. Maka :

N suhu = 2100-1992
N suhu = 108
Total Perubahan Suhu
adalah 0.03*108
3.24
Jumlah Kenaikan Air Laut 1.6*N*Perubahan Suhu
1.6*108*3.24
559.872 Mm
0.55987 M

4.3 Kenaikan Permukaan Air Laut Berdasarkan Fenomena Buatan

Kenaikan permukaan air laut akibat Fenomena buatan merupakan hasil dari emisi gas dan telah
diperkirakan oleh perjanjian Kopenhagen dan Cancun (CPH) dan Zero 2016. Kenaikan permukaan air
laut berkisar antara 15-17 mm/tahun Sedangkan Untuk Zero 2016 berkisar antara 8-10 mm/tahun.
Diasumsikan kenaikan permukaan air laut sebesar 15 mm/tahun 8 mm/tahun . Berikut merupakan
perhitungan laju kenaikan.

Laju kenaikan = 15 mm/tahun


N Tahun = 94 m
Jumlah Kenaikan = 1.41 m
Total Tinggi Muka Air = 2.945 m
Rata-rata

Perhitungan 4. Perhitungan kenaikan Muka Air dengan CPH 15 mm pertahun

Laju kenaikan 8 mm/tahun


N 94
Jumlah Kenaikan 0.752 m
Total Tinggi Muka Air 2.287 m
Rata-rata

Perhitungan 4. Perhitungan Kenaikan Muka Air dengan Zero 2016

41
4.5 Kombinasi Tingkat Kenaikan Muka Air Laut.

Kombinasi Tingkat permukaan air laut dibedakan atas 3 skenario yaitu scenario data pasang surut,
scenario CPH dan scenario Zero 2016.

berdasarkan pengukuran data dishidros diketahui tingkat tinggi muka air maksimum adalah 2,7 m dan
tingkat muka air minimum adalah 0,3. Tinggi rata-rata dari tahun 1992-2016 tertinggi adalah 1.535 m.
Tinggi gelombang minimum adalah 0.1 m dan tinggi muka air maksimum (Storm Surge) 1.25 m. berikut
merupakan tabulasi masing-masing scenario kenaikan muka air Pada Tahun 2100.

42
Tabel 4.6 Tingkat Muka Air Laut Berdasarkan Data Tabel.

Tinggi Tinggi Tinggi


Tinggi Muka Air Tinggi Muka Rata-rata gelombang Gelombang Tinggi Kenaikan Total Tinggi Total Tinggi
Section dermaga Max Air Min Tertinggi Min Max Muka Air Air Min Max Keterangan
1 5.03 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO
2 5.07 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO
3 5.62 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO
4 4.87 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO
5 4.89 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO
6 4.81 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO
7 4.41 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 O
8 4.74 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.58 0.98 4.53 TO

Keterangan TO = Tidak Overtopping

` O = Overtopping

43
Tabel 4.7 Tingkat Muka Air Berdasarkan CPH

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi


Tinggi Muka Air Tinggi Muka Rata-rata gelombang Gelombang Kenaikan Total Tinggi Total Tinggi
Section dermaga Max Air Min Tertinggi Min Max Muka Air Air Min Max Keterangan
1 5.03 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O
2 5.07 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O
3 5.62 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 TO
4 4.87 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O
5 4.89 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O
6 4.81 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O
7 4.41 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O
8 4.74 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 1.41 1.81 5.36 O

Keterengan : TO = Tidak Overtopping

O = Overtopping

44
Tabel 4.8 Tinggi Muka Air Berdasarkan Zero 2016

Tinggi Tinggi Total


Tinggi Tinggi Muka Tinggi Muka Rata-rata gelombang Gelombang Tinggi Kenaikan Total Tinggi Tinggi
Section dermaga Air Max Air Min Tertinggi Min Max Muka Air Air Min Max Keterangan
1 5.03 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO
2 5.07 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO
3 5.62 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO
4 4.87 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO
5 4.89 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO
6 4.81 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO
7 4.41 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 O
8 4.74 2.7 0.3 1.535 0.1 1.25 0.752 1.152 4.702 TO

Keterangan : TO = Tidak Overtopping

O = Overtopping

45
Dari 2 skenario diatas dapat ditentukan bahwa kenaikan muka air akibat fenomena buatan sebesar 5.36 dan
untuk fenomena alami sebesar 4.53.

Maka data tersebut dibuat hasil kekurangan tinggi dermaga.

Tabel 4.9 Tabel keterangan Kondisi Dermaga skenario CPH

Tinggi Air max


Section Total Tinggi (CPH) Keterangan
1 5.12 5.36 -0.24
2 5.12 5.36 -0.24
3 5.62 5.36 0.26
4 4.87 5.36 -0.49
5 4.946 5.36 -0.414
6 4.93 5.36 -0.43
7 4.46 5.36 -0.9
8 4.78 5.36 -0.58

Kekurangan tinggi dermaga Bervariasi antara 0.9 hingga 0.24. Untuk Kasus CPH

Tabel 4.10 Tabel Kekurangan kondisi Dermaga scenario Zero 2016

Tinggi Air max


Section Total Tinggi (ZERO) Keterangan
1 5.12 4.702 0.418
2 5.12 4.702 0.418
3 5.62 4.702 0.918
4 4.87 4.702 0.168
5 4.946 4.702 0.244
6 4.93 4.702 0.228
7 4.46 4.702 -0.242
8 4.78 4.702 0.078

Kekurangan Tinggi dermaga Bervariasi Yaitu terjadi pada section7 yaitu sebesar 0.242 m. Untuk Kasus
Zero 2016

46
Tabel 4.11 Tabel Keterangan Kondisi Dermaga scenario dat pasang surut

Section Total Tinggi Tinggi Air max Keterangan


1 5.12 4.53 0.59
2 5.12 4.53 0.59
3 5.51 4.53 0.98
4 4.87 4.53 0.34
5 4.946 4.53 0.416
6 4.93 4.53 0.4
7 4.46 4.53 -0.07
8 4.78 4.53 0.25

Kekurangan Tinggi dermaga terjadi pada section 7 yaitu 0.07. Berdasarkan Laju muka air dari darat
Dishidros.

Berdasarkan Asumsi operasional maka tidak boleh melebihi Free Board dengan ambang batas 1 meter
dibawah titik dermaga. Maka evaluasi akhir masing-masing dermaga adalah.

Tabel 4.12 Table Kekurangan Kondisi Dermaga akhir

Tinggi Air max


Section Total Tinggi (CPH) Keterangan
1 5.12 5.36 -1.24
2 5.12 5.36 -1.24
3 5.62 5.36 -0.74
4 4.87 5.36 -1.49
5 4.946 5.36 -1.414
6 4.93 5.36 -1.43
7 4.46 5.36 -1.9
8 4.78 5.36 -1.58

Kekurangan tinggi dermaga akhir berkisar antara 1.9 sampai 0.74 meter.

47
Berdasarkan hasil-hasil tersebut maka digambarkan grafik ketinggian muka air. Section yang diambil
adalah sedtion 3, 4 dan 7

Gambar 4.1 : Elevasi Akhir Muka air pada


dermaga ujung baru Section 3

Gambar 4.2 : Elevasi Akhir Muka air pada


dermaga ujung baru Section 4

48
Gambar 4.3 : Elevasi Akhir Muka air pada
dermaga ujung baru Section 7

49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hasil Kenaikan Terbesar adalah 5.36 m dan yang Terkecil adalah 4.53 m
2. Laju kenaikan Tertinggi adalah laju kenaikan Copenhagen Accord (CPH) dengan laju 15
mm pertahun, laju kenaikan zero 2016 8 mm pertahun dan data pasang surut 5.8 mm
pertahun.
3. Evaluasi terhadap masing- masing section adalah sebagai berikut.
1. Section 1 : Harus ditambah 1.24 m
2. Section 2 : Harus ditambah 1.24 m
3. Section 3 : Harus ditambah 0.74 m
4. Section 4 : Harus ditambah 1.49 m
5. Section 5 : Harus ditambah 1.414 m
6. Section 6 : Harus ditambah 1.43 m
7. Section 7: Harus ditambah 1.9 m
8. Section 8 : Harus ditambah 1.58 m

5.2 Saran
1. Untuk menghasilkan data yang lebih akurat, perhitungn harus didasarkan pada perhitungan
lanhgsung seperti Echo Sounding dan penelitian harus dimuat dalam bentuk yang lebih kompleks
menggunakan Satelite altimetry maupun data Netcdf. Hasil yang lebih akurat akan mengetahui
berapa besar waktu pelayanan terhadap kapal sendiri.

50
ABSTRAK

Pelabuhan belawan dermaga ujung baru merupakan salah satu dermaga yang berfungsi
sebagai terminal penumpang dan terminal curah kering dan basah. Terminal ini memiliki luasan
sebesar 13329.3 m2. Dermaga ini memilki bagian-bagian antara lain bagian 101-103 dan 104-107
dengan keterangan dermaga 101-103 untuk kapal kecil hingga sedang sedangkan 104 sampai 107
untuk kapal besar. Dalam penelitian ini seluruh dermaga ujung baru dibagi atas 8 section dan
memiliki masing-masing ketinggian. Dalam msing-masing section juga memiliki karakteristik
kedalaman yang berbeda antara 2-6 meter. Tiap-tiap dermaga akan dievaluasi terhadap elevasi
masing-masing untuk mendapatkan evaluasi penambahan tinggi agar operasioanl pelabuhan dapat
berjalan dengan baik.

Metode penilitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan data yang digunakan
adalah data pasang surut tahun 1992-2006 stasiun belawann dan laju kenaikan muka air antara
CPH dan Zero 2016. Kemudian dianalisis masing-masing laju kenaikan dengan menambahkan
variable storm surge.

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kenaikan muak air akibat data pasang surut
adalah 0.58 m dengan kenaikan 0.58 meter, kenaikan CPH adalah 1.41 m dengan laju sebesar 15
mm pertahun, kenaikan Zero 2016 sebesar 0.72 dengan laju 8 mm pertahun. Masing –masing
scenario dijumlahkan dengan tinggi muka air max sebesar 1.535 m dan tinggi storm surge sebesar
1.25 meter dengan tinggi total akhir pada kenaikan pasang surut adalah 4.53 m, CPH dengan
tinggi total 5.36 dan Zero 2016 dengan tinggi total 4.702. Dalam pasang surut, disertakan
perhitungan Rhanstorf untuk menguji kesesuaian antara Climate Change Level Rise dengan
kejadian pasang surut. Tinggi freeboard juga ditambahkan dengan asumssi 1 meter untuk
operasional dermaga ujung baru. Total kekurangan masing-masing section pada evaluasi akhir
bervariasi dari 0.74 sampai 1.9 meter. Dalam penelitian ini juga diasumsikan draft kapal terbesar
adalah 8.5 dengan DWT kapal yaitu 10000 ton.

Kata Kunci : Dermaga, CPH, Zero 2016, Pasang surut, Draft

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga terselesaikan tugas akhir ini
dengan judul “Dampak Kenaikan Muka Air terhadap Pelabuhan Belawan” Studi
Kasus : Dermaga Ujung Baru – Pelabuhan Belawan.

Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian
sarjana Teknik Sipil bidang studi Transportasi pada Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Medan.
Dengan kerendahan hati, saya juga menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ahmad Perwira Mulia Tarigan Msc selaku dosen Pembimbing
Utama yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, Ph.d sebagai Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu Dosen / Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Zaki, St selaku Manajer dan Bapak Taufiq, ST selaku Asisten Manajer
dan Facility Manager PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia – I Cabang Belawan
yang telah banyak memberikan informasi dan bantuan.

ii
6. Khususnya untuk Kedua Orang tua saya, Ikhwansyah Lubis dan Yusnita yang
tercinta yang telah mendidik, membimbing, membesarkan, dan
memberikan dukungan dan doa kepada saya.
7. Buat Muhammad Yahfi Putra Ikhwansyah Lubis telah memberikan
dukungan dan doanya kepada saya.
8. Terima kasih khusus juga buat Rizka Wijaya Nasution yang telah
memberikan dukungan moral.
9. Terima kasih buat sahabat saya Joshua Armando Nainggolan, Willy setiawan
ST, Sem Simanungkalit ST, Michael ST, Rebecca Ginting St yang telah
membantu saya selama ini .
10. Terima kasih juga buat teman-teman saya anak-anak sipil 2014.
11. Terima kasih buat abang-abang dan adik-adik stambuk atas bantuan dan
dukungannya.

iii
Daftar Isi

Abstrak…………………………………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………...ii
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………..iv
Daftar Gambar…………………………………………………………………………………………...vi

iv
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................................. vii

v
Daftar Gambar

Gambar 3.1 Diagram Eustasi pada air ........................................................................................................... 7


Gambar 3.2 proyeksi kenaikan muka air laut akibat pemanasan atmosfer ................................................ 8
Gambar 3.3 kenaikan muka air di pago-pago amerika ............................................................................... 10
Gambar 3.4 gambar rekonstruksi White dan Church ................................................................................. 13
Gambar 3.5 Gambar anomaly muka air laut............................................................................................... 15
Gambar 3.6 Gambar Net CDF tingkat permukaan LAut. ............................................................................. 16
Gambar 3.7 Kehilangan Daratan Pada Malaysia ......................................................................................... 18
Gambar 3.6 (Grafik stasiun sedili) ............................................................................................................... 19
Gambar 3.7 (Grafik stasiun genting) ........................................................................................................... 19
Gambar 3.8 (Grafik stasiun Kukup) ............................................................................................................. 20
Gambar 3.9 (Grafik stasiun cendering) ....................................................................................................... 20
Gambar 3.10 (Grafik stasiun Lumut) .......................................................................................................... 21
Gambar 3.11 (Grafik stasiun penang) ......................................................................................................... 21
Gambar 3.12 (Grafik stasiun langkawi) ....................................................................................................... 22
Gambar 3.13 Regresi Linear Stasiun Malaysia ............................................................................................ 23
Gambar 4.1 Layout Dermaga ...................................................................................................................... 33
Gambar 4.1 : Elevasi Akhir Muka air pada dermaga ujung baru Section 3................................................. 48
Gambar 4.2 : Elevasi Akhir Muka air pada dermaga ujung baru Section 4................................................. 48
Gambar 4.3 : Elevasi Akhir Muka air pada dermaga ujung baru Section 7................................................. 49

vi
Daftar Pustaka

Anggraini, Nanin, Bambang Trisakti, Tri Edhi. (2012). Pemanfaatan Data Satelit untuk
Analisis Potensi Genangan dan Dampak Kerusakan Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Pusat
Pemanfaatan Pwnginderaan Jauh LAPAN

Bulmer, M.G, (1967), Principles of Statistci.,Dover Publication. New York

Church, John, Philip L Woodworth, Thorkild Aarup. (2010). Understanding Sea Level Rise
and Variability.Wiley-Blackwell. Singapore

Cid, Alba, Thomas Wahl, Don p. Chmabers. (2017). Storm Surge Reconstrucion and Return
Water Level Estimation In Southeast Asia For 20th Century. Journal of Geophysical Redearch
:Ocean

Faizuddin, Mohd, M.Mohd Razali. (2017). Variation of Chart Datum Toward Maritime
Delimitation due to Rising SeaLevel. Universiti Teknologi Malaysia Vol XLII-4/W5

Houston, James. (2013). Methodology for Combining Cosatal Design-Flood Level and Sea
Level Rise Projection. ASCE Publishing

Many, N. (2018). Developing The Port of Belawan As a Modern and International Port.
Universitas Bima Nusantara. Jakarta.

Nicholls et al. (2008). Global Sea-Level Rise and Coastal Vulnerability. Research gate
Article Sustainability Science.

Pezzoli, A, P. Alfredini, E. Arasaki. (2013). Impact of Climate Change on Santos Harbor,


Sao Paolo State (Brazil). The International Journal on Marine Navigation and Safety of Sea
Transport. Vol7 No 4

Rahmstorf, Stefan. (2007). A Semi-Empirical Approach To Projecting Future Sea Level Rise.
www.sciencemag.org Vol 315. New york

Rovere, Alessio, Paolo Stocchi, Mateo Vacchi. (2016). Eustatic and Relative Sea Level
Change. Springer Publishing

vii
Schaffer, Michiel etal. (2012). Long-term sea level rise implied by1.5 c dan 2 c warming
levels. Nature Climate Change.

Sihombing ,weny et al. (2012). Kajian Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban.
Institut Teknologi Sepuluh November Vol 1.

Solomon, Susan, Dahen Qin, Martin Manning. (2007). Climate Change 2007 The Physical
Science Basis.Cambridge University Press. Singapore

Watts, Robert G. (2013). Engineering Response to Climate Chang .CRC Press. Boca Raton

Widyastuti, Tri woro, Darma Bakti, Zulham Apandy. (2015). Dampak Fsiik Kenaikan Muka
Air Laut Terhadap Wilayah Pesisir Kota Medan Kecamatan Medan Belawan. Universitas
Sumatera Utara,.

viii
Daftar Lampiran

Lampiran 1 ELEVASI MUKA AIR

Lampiran 2 Lay Out Dermaga

Lampiran 4 Section 1 Dan 1A

Lampiran 5 Section 2 dan 2A

Lampiran 6 Section 3 dan 4

Lampiran 7 Section 5 dan 5A

Lampiran 8 Section 6 dan 7

Lampiran 9 Section 7a dan 7b

Lampiran 10 Section 7c dan 7d

Lampiran 11 Section 8 dan 9

Lampiran 12 Section 9a-10a

Lampiran 13 Cross Section 1

Lampiran 14 Cross Section 2

Lampiran 15 Cross Section 3

Lampiran 16 Cross Section 4

Lampiran 17 Cross Section 5

Lampiran 18 Cross Section 6

Lampiran 19 Cross Section 7

Lampiran 20 Cross Section 8

ix

Anda mungkin juga menyukai