Abstrak: Berdasarkan kebutuhan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, maka saat ini merupakan waktunya bagi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk melakukan pengembangan. Makalah ini memaparkan hasil studi pola sedimentasi dari simulasi dengan software SMS 6.0 bila dilakukan pengembangan di pelabuhan Tanjung Perak. Pengembangan dilakukan dengan satu Rencana Awal dan tiga alternatif reklamasi daerah sekitar wilayah teluk Kali Lamong. Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa, konsentrasi penyebaran rata-rata sedimen yang terjadi untuk Rencana Awal pada kondisi HWL, MSL, dan LWL adalah sama sebesar 0.111 kg/m3. Sedangkan untuk alternatif I, pada saat HWL, MSL, dan LWL sebesar 0.108 kg/m3. Pada alternatif II, saat HWL, MSL, dan LWL sebesar 0.109 kg/m3. Pada alternatif III, pada saat HWL, MSL, dan pada saat LWL sebesar 0.108 kg/m3. Perubahan rata-rata kontur dasar laut pada Rencana Awal sebesar 0.089 m, untuk Alternatif I sebesar 0.077 m, untuk Alternatif II sebesar 0.097 m, dan pada Alternatif III sebesar 0.082 m. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa untuk Alternatif I penyebaran sedimen rata-rata yang terjadi adalah yang paling sedikit, sehingga sesuai untuk pengembangan pelabuhan. Kata kunci: pengembangan pelabuhan, sms versi 6.0, alternatif pengembangan
1. PENDAHULUAN
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia yang sangat strategis dalam mendukung transportasi laut dari dan ke wilayah bagian timur Indonesia. Dengan semakin meningkatnya kegiatan di Pelabuhan Tanjung perak, maka sudah saatnya digagas pengembangan dengan menambah lahan terutama terminal peti kemas. Pada sisi lain lahan pelabuhan sangat terbatas, sehingga pengembangan pelabuhan dapat dilakukan di areal perairan sekitar muara Kali Lamong seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Kajian yang pernah dilakukan di daerah studi di antaranya adalah studi AMDAL oleh PSL-ITS (Pudjiastuti, 2001). Studi ini tidak menekankan bagaimana pola sedimentasi yang terjadi bila dilakukan pengembangan pelabuhan, tetapi hanya ditekankan pada perubahan dan dampak lingkungan. Penelitian yang lain dilakukan oleh Purwadi (1996) tentang alur pelayaran di selat
Madura. Studi mengenai sedimentasi di muara Kali Lamong dalam kaitannya dengan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak belum pernah dilakukan. Apabila dilakukan pengembangan terhadap Pelabuhan Tanjung Perak, maka perlu ada analisa proses fisik perairan yang akan terjadi untuk mengantisipasi agar pengembangan tidak membawa dampak yang merugikan bagi wilayah sekitarnya. Makalah ini mengungkapkan hasil penelitian tentang simulasi dan analisa pola sedimentasi di perairan Kali Lamong bila dilakukan pengembangan dengan berbagai bentuk layout pengembangan. Dalam makalah ini disajikan hasil pemodelan pola sedimentasi yang terjadi di sekitar wilayah Kali Lamong dengan program SMS (Surface-water Modeling System), serta disajikan pula bentuk skenario reklamasi pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak yang paling sedikit menimbulkan sedimentasi di sekitar Kali Lamong. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
75
kuat untuk membawa material sedimen dalam jumlah yang cukup besar.
2.2 Sedimentasi
Properti sedimen merupakan faktor penting dalam proses erosi dan sedimentasi, antara lain ukuran partikel dan distribusi butir, rapat massa, bentuk, kecepatan endap, dan tahanan terhadap erosi. Kecepatan endap material tak kohesif seperti pasir dipengaruhi oleh rapat massa dan air, viskositas air, dimensi dan bentuk partikel. Sedangkan untuk sedimen kohesif, kecepatan endap dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen suspensi, salinitas, dan diameter partikel. Di daerah pantai, gerakan air dapat terjadi karena adanya kombinasi dari gelombang dan arus. Gelombang berperan untuk mengaduk dan melepaskan material di dasar laut, sementara arus memindahkan material sedimen ke tempat lain.
Gambar 1. Lokasi daerah studi
Transpor sedimen merupakan perpindahan material sedimen dari suatu tempat tertentu ke tempat lainnya. Perpindahan ini berupa penambahan (inflow) atau pengurangan material (outflow). Jika outflow lebih banyak daripada inflow maka akan terjadi erosi dan sebaliknya jika out flow lebih sedikit dibandingkan dengan in flow maka terjadi proses akresi. Selanjutnya transpor sedimen terjadi dalam tiga tahapan, yaitu teraduknya material kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi atau lepasnya material nonkohesif dari dasar laut, perpindahan material secara horisontal serta pengendapan.
76
laku kecepatan dan arah dari fluida. Tegangan dasar geser dirumuskan:
= gRS
dengan,
(5)
(1)
1/ 2
g R S
(2) (3)
dengan, h : kedalaman air u,v : kecepatan pada koordinat kartesius x,y,t : koordinat kartesius dan waktu : densitas fluida E : koeffisien viskositas Eddy xx : untuk arah x yy : untuk arah y xy, yx : geser untuk arah setiap permukaan g : kecepatan gravitasi a : elevasi dasar n : koefisien kekasaran Manning 1,46 : konversi dari satuan SI ke non SI : koefisien tegangan geser angin Va : kecepatan angin : arah angin : sudut rotasi bumi : garis lintang bumi Persamaan tersebut dapat diselesaikan melalui metode elemen hingga dengan menggunakan Galerkin Method. Variable waktu diasumsikan untuk bermacam-macam waktu untuk setiap langkah dalam bentuk: f (t) = f(to) + a.t + b.t
2
Tegangan geser dihitung dengan persamaan Manning jika masukan nilai kekasaran < 3.0, dan jika berlebih maka dipakai persamaan Chezy. Umumnya, dipilih koefisien Manning (n) dan nilai kekasaran ini dapat ditambahkan dalam global mesh sebagai tipe material, atau tingkat elemen. Persamaan Manning untuk aliran uniform adalah:
V = 1,49*
R 2 / 3 S 1/ 2 n
(6)
Notasi V adalah kecepatan, dan n merupakan nilai Manning. Dengan menyelesaikan persamaan Manning untuk S dan disubtitusikan maka diperoleh persamaan untuk tegangan geser dasar yaitu:
= g
2 n V 1/ 3 1.49 R
(7)
Dengan menyelesaikan R (radius) dan mensubtitusikan, maka diperoleh persamaan baru seperti pers. (8) dan (9) berikut ini.
x = g
2 2 n u u +v h1 / 3 1.49 2
(8)
y = g
(4)
2 2 n u u +v h1 / 3 1.49
(9)
to t < to+ t, variabel a, b, dan c konstan. Salah satu masalah utama yang diperiksa oleh RMA2 adalah kekasaran dasar. Perubahan gesekan dasar menyebabkan perubahan pada peri-
E xx
y 2 y u ' v' = + x 2 x 2 x x
(10)
77
dengan,
: shear velocity.
u,v
g .u.n CMED 1 / 6
(13)
dengan, g : kecepatan gravitasi n : nilai kekasaran Manning CMED : koeffisien (1.0 untuk satuan metric dan 1,486 untuk satuan British).
a. Persamaan Convection-Diffusion
C C C C +u +v = Dx t x y x x
u 1 f w u om + f c u u + om f w u om 2 2
(14)
C + 1C + 2 + Dy y y
(11)
dengan, C : konsentrasi, kg/m3 U : kecepatan aliran pada arah x, m/det X : arah aliran utama, m V : Kecepatan aliran pada arah y, m/detik Y : arah tegak lurus terhadap x, m Dx : koefisien difusi efektif pada arah x, m2/detik Dy : koefisien difusi efektif pada arah y, m2/detik 1 : koefisien untuk bentuk dasar, 1/detik
dengan, uom : kecepatan maksimum gelombang fc : koeffisien tegangan CMED : koeffisien (1.0 untuk satuan metric dan 1,486 untuk satuan British).
3. METODOLOGI
Pemodelan pola arus dan sedimentasi dalam studi ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengumpulan data, analisa data dan pemodelan yang menggunakan software SMS versi 6.0. Data yang digunakan meliputi peta topografi dan batimetri, dat pasang surut, data tanah, dan debit sungai yang bermuara di lokasi studi. Pengolahan data meliputi penentuan kondisi batas model, penggambaran peta topografi, penentuan kondisi lingkungan model seperti ketinggian dan gerakan pasang surut, debit air sungai dan data tanah, serta pembuatan bentuk skenario dari rencana pengembangan pelabuhan Tanjung Perak. Analisa hasil pemodelan pola arus dilakukan dengan dua cara, berdasarkan output data secara numerik dan animasi output data. Pola arus ini selanjutnya digunakan sebagai input untuk analisa pemodelan pola sedimentasi. Hasil pemo-
b = (u* )2
dengan,
(12)
: densitas air,
78
delan pola sedimen juga ada dua cara, yaitu secara numerik maupun output gambar animasi. Pemodelan pola sedimen memberikan gambaran adanya endapan yang terbawa oleh sungai.
erosi pantai itu sendiri, selain itu proses sedimentasi juga bisa diakibatkan karena adanya material yang terbawa oleh arus dari laut dalam. Kondisi umum dari sungai yang bermuara di sekitar teluk Lamong ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data sungai
Nama Sungai Luas DAS (km2) 1.985 5.765 5.33 2.63 7.64 209 Kedalaman Sungai (m) 0.48 1.21 0.68 0.74 0.84 2.4 Slope Dasar Sungai 0.001 0.005 0.007 0.006 0.008 0.005 Luas Penampang Sungai (m2) 2.07 4.77 2.21 2.63 8.01 174.2 Elevasi Muka Air Rata2 (m) 0.48 1.21 0.68 0.74 0.84 2.4 Debit (m3/det)
Debit sungai diperlukan sebagai input boundary condition SMS untuk mendapatkan pola arus maupun pola sedimen. Data debit sungai ini di diurutkan menggunakan fasilitas Ms Excel dan merubah file *.xls menjadi file yang berekstensi *.xys. Data debit sungai dalam hal ini diambil sampai time step 360 atau 15 hari pengukuran menyamakan jumlah time step yang diambil dalam data pasang surut.
44 31
26 20
9 49
8 18
47 50
28 91
14 47
60 -
Data pasang surut ini digunakan sebagai input boundary condition SMS untuk mendapatkan pola arus maupun pola sedimen. Data pasang surut ini dianalisa dan diurutkan menggunakan fasilitas Ms Excel dan merubah file *. xls menjadi file yang berekstensi *.xys. Dari data pasang surut didapatkan 360 time step.
79
Setelah pembuatan node dan peta modul dilanjutkan dengan membuat kontur dasar dengan cara menggabungkan setiap node menjadi garisgaris pada SMS dan akan didapat pola kontur kedalaman dari Selat Madura (Gambar 3).
Dalam studi ini dibuat model simulasi dari beberapa rencana bentuk pengembangan pelabuhan. Rencana awal layout pelabuhan berdasarkan PT. PELINDO III, ditunjukkan pada Gambar 4.
Pemodelan sedimentasi menggunakan modul SED2D dilakukan bila proses pemodelan pola arus telah selesai tanpa kesalahan. Dari pemodelan ini didapatkan model konsentrasi sedimen dan perubahan kontur dasar laut.
80
yang paling besar terjadi di sekitar muara sungai, karena interval warna terlihat sangat banyak, karena muara sungai adalah pembawa material sedimen yang paling besar. Penyebaran konsentrasi sedimen di lokasi (A) adalah 0.10 kg/m3 - 0.26 kg/m3, di lokasi (B) adalah 0.13 kg/m3 - 0.20 kg/m3, di sekitar muara sungai lokasi (C) adalah 0.30 kg/m3 - 0.88 kg/m3.
Gambar 8. Pola arus hasil simulasi untuk Pengembangan Rencana Awal pada timestep 47.
Gambar 8 menunjukkann bagaimana pola arus dan kecepatannya di sekitar rencana reklamasi pada timestep 47. Kecepatan arus di sekitar lokasi A adalah 0.115 m/s - 0.164 m/s, di sekitar lokasi B adalah 0.002 m/s - 0.034 m/s, dan di sekitar muara sungai (C) 0.002 m/s - 0.051 m/s.
Gambar 11. Pola arus hasil simulasi pada time step 47 untuk Alternatif I Gambar 9. Pola penyebaran konsentrasi sedimen pada time step 47
Gambar 9 menunjukkan pola penyebaran sedimen yang terjadi, dapat dilihat bahwa sedimen
Gambar 12 menunjukkan penyebaran konsentrasi sedimen di sekitar lokasi A sebesar (0.00 0.13) kg/m3, di sekitar lokasi B (0.00 - 0.13) kg/m3, dan di sekitar muara sungai (C) (0.30 0.88) kg/m3.
81
kitar C (0.002 - 0.051) m/s. Sedangkan penyebaran konsentrasi sedimen ditunjukkan pada Gambar 15. Konsentrasi sedimen di sekitar lokasi A adalah (0.01 - 0.13) kg/m3, di sekitar B (0.13 - 0.20) kg/m3, dan di sekitar lokasi C adalah (0.30 - 0.88) kg/m3.
Gambar 12. Pola penyebaran konsentrasi sedimen pada time step 47 (jam ke 47)
Gambar 15. Pola penyebaran konsentrasi sedimen pada time step 47 untuk Pengembangan Alternatif II
Gambar 14. Pola arus hasil simulasi pada time step 47 untuk model Alternatif II
Pada Gambar 14 ditunjukkan simulasi kecepatan arus di sekitar lokasi A adalah (0.115-0.164) m/s, di sekitar B (0.018 - 0.115) m/s, dan di se-
Pada Gambar 17 ditunjukkan simulasi kecepatan arus di sekitar lokasi A adalah sebesar (0.068 - 0.118) m/s, di sekitar B (0.019 - 0.051) m/s, dan di sekitar C (0.002 - 0.051) m/s. Sedangkan
82
penyebaran konsentrasi sedimen ditunjukkan pada Gambar 18. Konsentrasi sedimen di sekitar lokasi A adalah (0.01 - 0.18) kg/m3, di sekitar B (0.01 - 0.09) kg/m3, dan di sekitar lokasi C adalah (0.26 - 0.75) kg/m3.
Perubahan kontur dasar laut akibat rencana pengembangan pelabuhan pada Rencana Awal dapat diketahui dalam Tabel 4. Perubahan kontur dasar laut ini diperoleh setelah running program SED2D selesai tanpa ada error. Perubahan kontur dasar laut tersebut adalah hasil running SMS setelah 360 time step atau 15 hari.
Tabel 3. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut pada rencana awal
Lokasi Analisa di Sungai Lamong Semini Branjangan Manukan Sediment Consentration (kg/m3) Node ID HWL 1133 2798 3821 4661 5326 4142 5061 2784 0.2020 0.1638 0.1333 0.1514 0.1647 0.0619 0.0073 0.0030 Kondisi MSL 0.2020 0.1638 0.1333 0.1514 0.1648 0.0619 0.0073 0.0030 LWL 0.2020 0.1638 0.1333 0.1514 0.1649 0.0619 0.0073 0.0030
Gambar 17. Pola arus hasil simulasi pada time step 47 untuk Pengembangan Alternatif III
Tabel 4. Perubahan kontur dasar laut pada Rencana Awal saat kondisi awal dan akhir
Lokasi Analisa di Sungai Lamong Semini Node ID 1133 2798 3821 4661 5326 4142 5061 2784 Bed Change (m) Awal (TS=0) 0 0 0 0 0 0 0 0 Akhir (TS=360) 0.204104512 0.106987409 0.055760774 0.061784863 0.195746824 0.036586694 0.023574437 0.030733644
Gambar 18. Pola penyebaran konsentrasi sedimen pada time step 47 untuk Pengembangan Alternatif III
5.3 Pemodelan Perubahan Kontur Dasar Laut 5.3.1 Perubahan Kontur Dasar Laut pada Pengembangan Rencana Awal
Penyebaran konsentrasi sedimen yang terjadi akibat dari pengembangan pelabuhan pada Rencana Awal ditunjukkan pada Tabel 3, dengan tiap-tiap lokasi sampel mewakili daerah di sekitarnya. Penomeran atau node yang tercantum pada Tabel 3 adalah titik yang diambil pada tiap-tiap lokasi.
83
men akibat rencana pengembangan pelabuhan pada Alternatif I disajikan pada Tabel 5, sedangkan perubahan kontur dasar laut yang terjadi pada Alternatif I disajikan dalam Tabel 6, di mana tiap-tiap lokasi mempunyai nilai perubahan kontur yang terjadi dalam 15 hari.
Tabel 5. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut dari Alternatif I Lokasi Analisa di sungai Lamong Semini Branjangan Manukan Krambangan Anak Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Peti Kemas
Sediment Consentration (kg/m3) Node ID HWL 1115 2551 3595 4251 5144 3943 4937 2376 0.1944 0.1565 0.1293 0.1546 0.1633 0.0613 0.0015 0.0030 Kondisi MSL 0.19442 0.15647 0.12932 0.15455 0.16332 0.06127 0.00148 0.00298 LWL 0.1944 0.1565 0.1293 0.1546 0.1633 0.0613 0.0015 0.0030
Perubahan kontur dasar laut yang terjadi pada Alternatif II disajikan dalam Tabel 8, dengan tiap-tiap lokasi mempunyai nilai perubahan kontur yang terjadi dalam 15 hari atau 360 time step.
Tabel 7. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut dari Alternatif II
Lokasi Analisa di Sungai Lamong Semini Branjangan Manukan Krambangan Anak Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Peti Kemas Sediment Consentration (kg/m3) Node ID HWL 1276 2676 3903 4444 5043 4348 3146 3118 0.1826 0.1650 0.1353 0.1503 0.1697 0.0575 0.0085 0.0042 Kondisi MSL 0.1828 0.1650 0.1353 0.1503 0.1697 0.0575 0.0085 0.0042 LWL 0.1826 0.1650 0.1353 0.1503 0.1697 0.0575 0.0085 0.0042
Tabel 6. Perubahan kontur dasar laut Alternatif I pada kondisi awal dan akhir
Lokasi Analisa di Sungai Node ID 1115 2551 3595 4251 5144 3943 4937 2376 Bed Change (m) Awal (TS=0) 0 0 0 0 0 0 0 0 Akhir (TS=360) 0.186187133 0.075281076 0.047775525 0.050541620 0.181168526 0.030069962 0.011643613 0.030135095
Tabel 8. Perubahan kontur dasar laut pada kondisi awal dan kondisi akhir dari Alternatif II
Lokasi Analisa di Sungai Lamong Semini Branjangan Manukan .Krambangan Anak Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Peti Kemas Node ID 1276 2676 3903 4444 5043 4348 3146 3118 Bed Change (m) Awal (TS=0) 0 0 0 0 0 0 0 0 Akhir (TS=360) 0.261884212 0.100966297 0.058052990 0.061060611 0.193783074 0.034984756 0.025781530 0.035484604
Lamong Semini Branjangan Manukan .Krambangan Anak Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Peti Kemas
84
sal dari sungai yang mengalir ke muara dan akhirnya diendapkan di laut.
Tabel 9. Konsentrasi sedimen pada tiap kondisi pasang surut (Alternatif III)
Lokasi Analisa di Sungai Sediment Consentration (kg/m3) Kondisi HWL Lamong Semini Branjangan Manukan Krambangan Anak Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Peti Kemas 1298 2957 3721 4363 5100 4477 4217 3199 0.1914 0.1630 0.1267 0.1561 0.1596 0.0619 0.0042 0.0023 MSL 0.1914 0.1629 0.1267 0.1561 0.1596 0.0619 0.0042 0.0023 LWL 0.1913 0.1629 0.1267 0.1561 0.1596 0.0619 0.0042 0.0023
Node ID
Berdasarkan Tabel 11 dan 12, diketahui bahwa penyebaran sedimen rata-rata yang terjadi setelah 360 time step bernilai paling kecil terdapat pada Alternatif I. Penyebaran sedimen pada Alternatif I pada semua kondisi pasang surut mempunyai nilai yang paling kecil. Demikian pula untuk perubahan kontur dasar laut, perubahan terkecil terjadi pada Alternatif I.
Tabel 11. Penyebaran konsentrasi sedimen pada setiap model untuk setiap kondisi pasang surut.
Model Rencana Awal Alternatif I Alternatif II Alternatif III HWL (kg/m3) 0.110932 0.107978 0.109140 0.108170 MSL (kg/m3) 0.110960 0.107978 0.1091428 0.108172 LWL (kg/m3) 0.110957 0.107978 0.109141 0.108170
Tabel 10. Perubahan kontur dasar laut pada kondisi awal dan akhir (Alternatif III)
Lokasi Analisa di Sungai Lamong Semini Branjangan Manukan .Krambangan Anak Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Peti Kemas Node ID 1298 2957 3721 4363 5100 4477 4217 3199 Bed Change (m) Awal TS=0 0 0 0 0 0 0 0 0 Akhir TS=360 0.191453 0.088100 0.056763 0.062467 0.185501 0.037702 0.017514 0.021979
5.4 Perbandingan Hasil Pemodelan dari Pengembangan Rencana Awal dan ke Tiga Alternatif
Perbandingan hasil proses sedimentasi yang terjadi akibat pengembangan pelabuhan di Teluk Kali Lamong dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11 menyajikan perbedaan penyebaran sedimen yang terjadi pada tiap-tiap model. Sedangkan perubahan rata-rata kontur dasar laut yang terjadi pada tiap-tiap model dirangkum dalam Tabel 12.
85
Tanjungan
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350
6. KESIMPULAN
Penyebaran konsentrasi rata-rata sedimen yang terjadi pada Rencana Awal Pengembangan sebesar 0.11096 kg/m3; Alternatif I sebesar 0.10798 kg/m3; Alternatif II sebesar 0.10914 kg/m3 dan Alternatif II sebesar 0.10817 kg/m3. Bentuk sekenario reklamasi pengembangan pelabuhan Tanjung Perak yang paling sedikit menimbulkan sedimentasi di sekitar wilayah KaliLamong adalah Alternatif I.
DAFTAR ACUAN
Buana, C. (2003), Simulasi Hidrodinamis Perairan Terhadap Beberapa Alternatif Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak di Muara Sungai Kali Lamong, Master Tesis, Program Pasca Sarjana Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya. Coastal Engineering Research Center, (1984), Shore Protection Manual; Volume 1 and
2, U.S. Army Corps of Engineers, U.S. Government Printing Office, New York. Horikawa, K. (1988), Nearshore Dynamics and Coastal Processes, University of Tokyo Press. Horikawa, K. (1998), Coastal Engineering, An Introduction to Ocean Engineering, University of Tokyo Press. Koestalam, P. (2001), Kajian Teknis Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat-ITS, Surabaya. Komar, P.D. (1984), CRC Handbook of Coastal Processes and Erosion, CRC, Florida. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III (2000), Masterplan Pelabuhan Tanjung Perak, PT. Pelabuhan Indonesia III, Surabaya. Pudjiastuti, L. (2001), Studi Amdal Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak di Muara Kali Lamong dan Teluk Lamong, Lembaga Penelitian-ITS, Surabaya. Purwadi, D. (1996), Pra Studi Kelayakan (Prefeasibility Study) Pengembangan Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Arah Barat Sampai Dengan Pelabuhan Gresik, Lembaga Pengabdian kepada MasyarakatITS, Surabaya. SMS (2000), Tutorial Version 7.0, Brigham Young University Environmental Modeling Research Laboratory. Triatmodjo, B. (1999), Teknik Pantai, Beta offset, Yogyakarta. Users Guide To RMA2WES Version 4.5, US Army, Engineering Research Development Center, Waterways Experiment Station, Coastal and Hydraulics Laboratory.