Anda di halaman 1dari 72

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Definisi Pantai


Definisi Umum : Pantai adalah batas antara daratan dan lautan. Namun istilah pantai tidaklah
semudah apa yang dapat didefinisikan. Hal ini disebabkan batas yang pasti antara daratan dan
lautan sulit ditentukan. Masalah ini disebabkan karena batas antara daratan dan lautan yang
berupa garis air ini selalu berubah setiap waktu karena : gelombang pasang dan surut, angin yang
berubah arah serta pengaruh angin musim. Sehingga batas antara daratan dan lautan sangat
dinamis. Dalam CERC (1984) definisi pantai tergambar sebagai berikut :

MAP
MAS
Pantai
Perairan pantai
Pantai

Sempadan Pantai

Pesisir
Daerah Pantai
Lautan

Dataran

Gambar 1.1 Tampang Lintang Pantai


MAP : Muka Air Pasang
MAS : Muka Air Surut
Definisi pantai adalah kajian mengenai gelombang dan dinamikanya yang akan memberikan
pengaruh terhadap daratan baik itu diatas maupun dibawah permukaan laut. Gelombang air laut
sebagai parameter utama yang memberikan pengaruh terhadap hamparan daratan pantai dan

merupakan suatu hal yang komplek, sehingga diperlukan

konsep- konsep yang dapat

memberikan artian metematis terhadap aktivitas dan hakekat gelombang itu sendiri. Horikawa
(1987) mengistilahkan pantai sebagai daerah yang bergerak, karena setiap perubahan pada gaya
yang bekerja di pantai seperti gaya gelombang, arus oleh gelombang, gerakan sedimen, angin
dan sebagainya selalu diikuti dengan perubahan di pantai. Ada dua istilah tentang pantai dalam
bahasa Indonesia yaitu pesisir (Coast) dan Pantai (Shore). Pesisir adalah daerah di tepi laut yang
masih mendapat pengaruh laut, seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
Sedangkan pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan
air surut terendah. Daerah dataran adalah daerah yang terletak di atas atau di bawah permukaan
daratan dimulai dari dari garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas
atau di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut
dan bagian bumi di bawahnya.
Defenisi garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dan posisinya tidak
tetap, dapat berpindah-pindah sesuai dengan pasang surut air laut serta erosi pantai yang terjadi.
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Jadi kriteria sempadan pantai adalah daratan
sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m
dari titik pasang tertinggi ke arah daratan.

1.2 Ruang Lingkup Teknik Pantai


Teknik pantai (coastal engineering) adalah ilmu yang mempelajari dan mencoba
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada suatu daerah pantai. Karena itu ruang
lingkup Teknik Pantai secara umum adalah :

a. Perlindungan pantai : pembangunan bangunan pantai seperti groin, breakwater,


shearwall, revetment, jetti, dan penanaman pohon
b. Pemanfaatan daerah pantai : kawasan wisata pantai, pelabuhan, dan pembuatan pulau
buatan
c. Pengendalian pantai : erosi, abrasi, sedimentasi dan pemeliharaan muara sungai
d. Peramalan arus dan elevasi air pada suatu muara sungai dan pengaruhnya terhadap
kualitas air, pergerakan sedimen, pengerukan muara sungai dan stabilitas pantai
Dalam Teknik Pantai diharapkan adanya suatu gagasan, perencanaan dan pembangunan yang
dapat mengubah ataupun mengendalikan interaksi antara udara, air dan tanah yang bearaddi
daerah pantai.
1.3 Satuan
Beberapa rumus masih menggunakan sistem metric. Jika nantinya satuan yang digunakan
menggunakan system of measuring units (SI), maka satuan nantinya akan dilakukan konversi
agar perhitungan menjadi benar.
1.4 Beberapa aspek dalam materi
Kita sadari bahwa dinamisnya pantai sangat dipengaruhi oleh gelombang. Gelombang yang
dipengaruhi oleh angin tentunya bersifat sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena arah dan
besarnya angin yang selalu berubah setiap waktu. Terbatasnya perangkat/metoda pemograman
dalam menentukan dimensi gelombang adalah tantangan yang harus dihadapi. Dalam
perhitungan yang kompleks ini dengan mengabaikan beberapa hal sehingga gelombang yang
kompleks tersebut dapat dihitung. Teori gelombang, sifat gelombang serta akibat dari gelombang
akan dijelaskan pada materi buku ini. Dengan menghitung juga dimensi dari bangunan pantai,
serta dengan kejadian Tsunami di aceh dan Jogjakarta, maka materi Tsunami juga akan dibahas,

diharapkan tulisan ini dapat memberikan gambaran umum secara khusus tentang dinamika pantai
yang diperlukan untuk pengelolaan pantai.

BAB II

GELOMBANG

2.1 Arti Gelombang


Gelombang merupakan suatu gerakan atau penjalaran air yang terjadi akibat hembusan angin,
pengaruh gaya tarik matahari dan bulan (pasang-surut), letusan gunung, kapal yang bergerak dan
letusan gunung di bawah laut atau pergeseran kulit bumi (tsunami). Diantara penyebab tersebut,
dalam perencanaan Teknik Pantai yang digunakan adalah penyebab angin dan pasang surut.
Sedangkan gelombang akibat letusan gunung (tsunami) dianggap suatu bencana, sehingga
karakteristik gelombang tsunami tak dapat digunakan dalam perencanaan. Gelombang di alam
berbentuk kompleks (non linier). Akibat ketidaklinieran ini, menyebabkan gelombang sulit
digambarkan. Beberapa ahli menyederhanakan bentuk gelombang yang sangat dikenal adalah
Airy. Teori yang dibuat Airy disebut juga teori gelombang amplitude kecil
Yang dimaksud satu gelombang adalah satu lembah dan satu puncak yang terbentuk dalam T
detik.
L

Gambar 2.1 Sketsa Gelombang


Sumber : SPM Volume 1
2.2 Teori Gelombang Linier (Airy)
4

Teori gelombang ini adalah teori gelombang amplitudo kecil yang dikemukakan oleh Airy pada
tahun 1845 yang menggunakan kondisi batas pada permukaan air dan dasar laut. Teori ini sangat
berguna dalam menentukan parameter perhitungan karakteristik gelombang yang terjadi di
permukaan laut. Pada suatu pantai ataupun bangunan pantai , kondisi yang paling kritis akibat
gelombang adalah pada saat terjadinya gelombang pecah dan melepaskan energi potensial yang
dikandungnya menjadi energi gerak (kinetic) yang dapat membawa material pantai atau merusak
bangunan pantai. Untuk selanjutnya dapat diuraikan karakteristik gelombang dan persamaan fisis
gelombang menurut Airy (1845) adalah :
Deskipsi yang paling cocok dari gelombang Oscillatory Sinusoidal sederhana dengan panjang L
(jarak antara titik yang sama pada dua gelombang berturut-turut), tinggi H (jarak vertikal dari
lembah ke puncak), periode T (waktu dari puncak gelombang berturut-turut yang melewati titik
tertentu), dan kedalam perairan d (jarak dari dasar kemuka air) lihat gambar 2.1. Gelombang
Airy ini diperoleh dari penyelesaian persamaan Laplace dengan menggunakan kondisi batas
yaitu :
1. Persamaan Laplace adalah persamaan kontinuitas :

Dimana

= 0

adalah potensial kecepatan. Hubungan potensial kecepatan dengan kecepatan

(Velocity) adalah :

U=

cos (kx t) ...(2.1)

W=-

sin (kx t)....(2.2)

Dimana U adalah kecepatan horizontal dan W adalah kecepatan vertikal


2. Persamaan Laplace hanya berlaku untuk aliran dengan kondisi irrotational artinya aliran
bergerak berevolusi terhadap suatu titik tetapi tidak berotasi.
3. Persamaan Laplace menganggap seluruh fluida mempunyai rapat massa konstan disemua
tempat, yang menyebabkan fluida tidak termampatkan (incompresibel)
4. Dasar Laut adalah diam, impermeable dan horizontal
5. Amplitudo gelombang sangat kecil, yang menyebabkan kecepatan partikel air sangat
kecil dibandingkan kecepatan jalar gelombang.
Dari ketentuan persamaan Laplace didapat teori gelombang Airy sebagai berikut :
A.

Perioda gelombang ( T )
T=

B.

L
; merupakan perioda gelombang secara umum ... ..........( 2.3 )
C

Panjang Gelombang ( L )
L=

gT 2
2d
tanh

2
L

.................( 2.4)

L0 = 1.56 T ; panjang gelombang laut dalam


C.

Cepat Rambat Gelombang


C=

D.

.........................( 2.5 )

gT
2d
tanh

2
L

.....( 2.6 )

Fluktuasi Muka Air ( )

= A cos 2x 2d

= H / 2 . cos 2

T
(

.( 2.7 )

X
t
)
L
T

..( 2.8 )

Dimana :
T = Perioda Gelombang

d = Kedalaman Laut

L = Panjang Gelombang

t = Lama Pengamatan

C = Cepat Rambat Gelombang

a = Amplitudo Gelombang

K = angka gelombang = 2/L

Disimpulkan untuk persamaan gelombang linier :


1. Air tak termampatkan
2. Massa Jenis air sama
3. Gerakan partikel air irrotasional
4. Dasar laut rata
5. Dasar laut impermeabel (tidak tembus air)
6. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang dan kedalaman air
7. Berlakunya persamaan Bernoulli

2.3 Kinematika Gelombang


Kecepatan horizontal atau vertical partikel air ditentukan dari potensial kecepatan :

U=

V=
Dari hasil turunan matematika didapat :

u =

cos (kx t)....(2.9)

v =

sin (kx t)(2.10)

Untuk nilai percepatan vertical dan horizontal dirumuskan :

ax =

sin (kx t)..(2.11)

ay =

cos (kx t)..(2.12)

Menentukan koordinat partikel posisi air :

= u dt =

= v dt =

sin (kx t)..(2.13)

cos (kx t)..

(2.14)
adalah jari-jari partikel air yang bergerak di permukaan

2.4 Tekanan dan Tenaga Gelombang


Tekanan gelombang yang bekerja dalam air :

P = - gy +

cos (kx t)..(2.15)


Gelombang pantul

SWL

gelombang datang

Laut

z
d

diagram tekanan hidrostatis

dasar laut

tekanan gel

Dinding bangunan

Gambar 2.2 Tekanan gelombang pada dinding bangunan


8

g = percepatan gravitasi (m/detik2)


H = tinggi gelombang datang (m)
d = kedalaman air (m)
K = angka gelombang = 2/L
P = tekanan gelombang (kg/m2)
T = periode gelomnbang (detik)
t = waktu (menit/jam = lama waktu pengukuran)
z = koordinat vertical diukur dari permukaan air (m)
L = panjang gelombang (m)
= rapat massa air (kg/m3)
= frekuensi gelombang = 2/T

Tenaga Gelombang :
Energi atau tenaga total gelombang adalah jumlah dari tenaga kinetik dan potensial gelombang.
Besarnya tenaga gelombang atau energi tersebut :
-

Energi kinetik

L 0
g H 2 L
2
2
Ek = dx dy (u + v ) = -----------------. (2.16)
0 -d
16
-

Ep =

Energi potensial
L
g H 2 L
2
2
2
g dx = g L = g a L = ----------------- .. (2.17)
0
16

2.5. Gelombang berjalan dan gelombang berdiri


Gelombang berjalan adalah gelombang yang dibentuk oleh angin, gerakan kapal dan lainnya ,
dimana gelombang tersebut bergerak dan menuju pantai. Jadi dapat dikatakan bahwa gelombang
tersebut berjalan sepanjang sumbu X. Gelombang yang bergerak dan berbalik arah disebut
gelombang refleksi. Besarnya gelong refleksi dapat terjadi lebih besar atau lebih kecil dbanding
gelombang semula. Hal ini tergantung dari bangunan atau kemiringan pantai yang dikenai. Jika
kemiringan pantai sangat landai (mendekati permukaan lurus) maka gelombang terefleksi
menjadi kecil, tapi jika mengenai kemiringan yang curam, maka tinggi gelombang refleksi bisa
mencapai dua kali tinggi gelombang datang. Jenis gelombang terefleksi ini disebut gelombang
berdiri. Gelombang dikatakan berdiri jika selalu terdapat simpul yang berjarak L (setengah
panjang gelombang). Sedang pada gelombang berjalan tidak terdapat simpul.

Gambar 2.3 Gelombang berdiri dengan Simpul

Gelombang datang

S = simpul

Dinding/tembok

gelombang refleksi

Dinding/tembok
Gambar 2.4 Gelombang berdiri yang terjadi akibat refleksi dari gelombang
datang yang mengenai dinding vertikal bangunan

10

2.6 Kelas Gelombang Berdasarkan Kedalaman Laut


Kedalaman laut dapat dibagi atas tiga golongan berdasarkan perbandingan kedalaman air (d) dan
panjang gelombang (L) yang dijabarkan dengan klasifikasi sebagai berikut :
No

Klasifikasi Gelombang

d/L

2 d/L

Perairan Dalam

> 0.5

>

Perairan Transisi

0.04 0.5

0.25 -

Perairan Dangkal

<0.4

<0.25

tan 2 d/L
=1

Tan (2
d/L)
= 2 d/L

Tabel 2.1 Klasifikasi Gelombang


Kelas Gelombang diidentifikasikan terhadap cepat rambat gelombang dan panjang gelombang
yang lebih disederhanakan berdasarkan klasifikasi gelombang menurut kedalaman relatif yaitu
dengan persamaan berikut :
1. Untuk kondisi gelombang di laut dalam, kedalaman d/L adalah >
Co

gT
2

....( 2.18 )

Lo

gT 2
1.56T 2
2

...( 2.19 )

indek o menunjukan bahwa nilai tersebut adalah untuk kondisi di laut dalam.
2. Untuk kondisi gelombang di laut transisi, jika kedalaman relatif 1/20< d/L<
L
C
2d

tanh
Lo Co
L

..( 2.20 )

dari uraian diatas didapat hubungan :


d
d
2d
tanh
Lo L
L

..( 2.21 )

3. Untuk kondisi gelombang di laut dangkal, kedalam relatif <1/20


C

gd

..( 2.22 )
11

LT

..( 2.23 )

gd

Contoh :
Suatu gelombang dengan periode 8 detik berada dilaut dengan kedalam 15 m. Jika grafitasi
adalah 9.8 m/detik2, tentukan kecepatan gelombang.
Diketahui
Ditanya

: T = 8 detik
d = 15 m
g = 9.8 m/detik2
:C
T = 8 detik

d = 15 m
Jawab

L=

: Lihat persamaan (2.4) :

L=

gT 2
2d
tanh
2
L

9.8.8 2
2 15
tanh
2
L

L = 99.87 tanh 2 15

..(*)

Ambil nilai L = 99.87


2 15
99.87

Maka 99.87 = 99.87 tanh

99.87 73.57
99.87 + 73.57
Ambil L = ----------------- = 86.72
2
2 15
86.72

Maka kembali ke persamaan (*): 86.72 = 99.87 tanh

12

86.72 79.45
86.72 + 79.45
Ambil L = -------------------- = 83.08
2
2 15
83.08

Maka kembali ke persamaan (*): 83.08 = 99.87 tanh


83.0881.12

Terlihat bahwa ruas kiri semakin mendekati. Perhitungan dilanjutkan dengan cara yang sama,
sehingga didapat nilaiakhir L = 81.76 m. Maka C = L/T = 81.76/8 = 10.22 m/detik
Latihan : Dengan periode gelombang 10 detik pada laut kedalaman 8 m, tentukan kecepatan
gelombang (g = 9.8 m/detik2).
2.7 Run Up Gelombang
Run up gelombang merupakan pergerakan gelombang saat menemui halangan seperti lereng atau
bangunan pantai. Pergerakan gelombang menuju bangunan pantai akan dipantulkan atau pecah
didaerah tersebut, dan diikuti dengan gerakan air meluncur keatas lereng yang disebut
gelombang naik ( Run up = Ru ). Elevasi puncak bangunan pantai (seawall, groin, breakwater,
jetty) ditentukan berdasarkan elevasi run up yang diijinkan. Perhitungan run up gelombang
dilakukan untuk memperoleh ketinggian bangunan agar tidak terjadi pelimpasan diatas puncak
bangunan atau over topping. Ketinggian run up gelombang tergantung kepada bentuk dan
kekasaran bangunan, kemiringan dasar laut didepan bangunan, kedalaman air pada kaki
bangunan dan karakteristik gelombang. Penentuan run up gelombang diteliti oleh Irribaren.
Dengan menentukan bilangan Irribaren maka dapat ditentukan run up gelombang untuk berbagai
jenis lapis lindung dengan persamaan sebagai berikut :

13

Ir =

tg
H / Lo 0,5

.......................................................( 2.24 )

Dimana :
Ir

= Bilangan Irribaren

= Sudut kemiringan bangunan

= Tinggi gelombang dilokasi bangunan

Lo

= Panjang gelombang dilaut dalam

Gelombang
datang

Ru = Run up
SWL
Kemiringan
pantai

db

Gambar 2.5 Run up pada lereng/bangunan pantai


db = kedalaman laut saat gelombang breaker/pecah
Battjes (1970) dalam penelitian terhadap pengaruh kondisi permukaan bangunan atau lereng
yang dikenai gelombang, besarnya run up ditentukan oleh factor (r) yaitu perbandingan antara
run up yang terjadi dengan lapisan permukaan adalah :
Lapis permukaan

Ru

1. Concrete slabs

0.90

2. Placed basalt blocks

0.85 0.90

3. Grass

0.85 0.90

4. Impermeable base

0.80

5. Placed stones

0.75 0.80
14

6. Round stones

0.60 0.65

7. Dumped stones

0.50 0.60

8. Rip rap

0.50

9. Tetrapods; dan lain-lain


0.50
Tabel 2.2 Nilai run up berdasar jenis lapisan material
BAB III REFRAKSI, DIFRAKSI DAN REFLEKSI GELOMBANG
Bila suatu gelombang bergerak menuju pantai, gelombang tersebut akan mengalami deformasi
berupa refraksi, difraksi dan refleksi
3.1 Refraksi Gelombang
Refraksi adalah proses pembelokan arah perambatan gelombang akibat perubahan kedalaman
pada daerah yang dilewati. Proses ini menyebabkan perubahan tinggi gelombang dan arah datang
gelombang disuatu daerah pantai. Refraksi gelombang terjadi karena adanya pengaruh perbedaan
kedalaman laut. Sehingga refraksi terjadi di laut transisi. Bila gelombang bergerak menuju
pantai, bagian puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan
kecepatan yang lebih kecil dari pada yang berada di laut dalam. Hal ini dapat dijelaskan menurut
persamaansebagai berikut : Kecepatan rambat gelombang pada gelombang yang menjalar
tergantung pada kedalaman perairan. Ini dapat dilihat pada persamaan
gL
2d
C=
tanh

L
2

1/ 2

...............................................................(3.1)

Untuk d = 2 m dengan menganggap g = 9.8 m/detik dan L = 20 m didapat C1 = 4.17 m/det


d = 10 m didapat

C2 = 5.58 m/detik.

Dari persamaan (3.1) terlihat bahwa kecepatan (C) gelombang tergantung pada kedalaman (d).
Jika kecepatan gelombang berkurang maka panjang gelombang juga akan berkurang. Karena
15

kecepatan gelombang berbanding lurus terhadap panjang gelombang (C = L/T). Sehingga


gelombang yang berada di tempat dalam bergerak lebih cepat dibanding gelombang berada di
tempat yang dangkal (C pada 2 m < C pada 10 m). Karena gelombang bersifat mempertahankan
energi, maka akibat pengaruh kedalaman tersebut gelombang mempertahankan bentuknya
dengan cara bergerak membelok menyesuaikan terhadap kedalaman laut. Proses berbeloknya
arah gelombang akibat pengaruh kedalaman air dsebut proses refraksi.

Bo
Lo

o
B1
1

Lo = daerah laut dalam


L1

Garis kedalaman
PANTAI
Gambar 3.1 : Refraksi gelombang pada pantai

Arah gelombang dan nilai Kr dapat dihitung berdasarkan Hukum Snell berikut ini :

Lo
L1

sin o sin 1 .....................................(3.2)

Kr

H1

Ho

cos 0
.........(3.3)
cos1

no.Co Bo
.
n1.C1
B1 ..(3.4)

16

Dimana :

Kr = Koefisien refraksi
0 = Arah gelombang datang di laut dalam (awal gelombang)
1 = Arah gelombang datang di kedalaman d1

(no.co/n1.c1) = koefisien shoaling = Ks


(Bo/B1) = koefisien refraksi= Kr =

cos 0
cos 1

Nilai koefisien shoaling dan koefisien refraksi dapat dilihat pada tabel lampiran
Menentukan refraksi gelombang juga dapat dilakukan secara grafis dengan menggunakan
template. Yaitu harus diketahui kriteria gelombang:
a. Periode gelombang
b. Kontour/kedalaman laut

Pembuatan refraksi gelombang :


-

Diketahui arah gelombang datang

Buat kontour tengah

Perpanjang arah gelombang sampai memotong kontour tengah disuatu titik (misal titik A)

Cari perbandingan C1/C2 atau C2/C1 (kecepatan jalar gelombang dari kedalaman awal
ke kedalaman berikutnya), dihitung sampai pada kedalaman yang mencapai pantai

Tarik garis singgung melalui A

Dengan menggunakan template, letakkan orthogonal template berimpit dengan arah


gelombang datang dan titik koordinat berimpit pada titik A

Putar template sedemikian sampai nilai C1/C2 atau C2/C1 didapat


17

Arah gelombang terdifraksi adalah arah yang ditunjukkan oleh orthogonal gelombang
setelah perputaran template

3.2 Difraksi Gelombang


Apabila gelombang melewati bagian yang tak tembus air (impermeabel), maka gelombang
sebagian tertahan bangunan impermeabel dan sebagian lagi gelombang akan diteruskan. Daerah
di belakang bangunan juga bergelombang. Energi gelombang yang berada di belakang bangunan
tersebut didapat dari gelombang yang diteruskan. Haal ini berarti telah terjadi pengaliran energi
di air. Hal inilah yang disebut difraksi gelombang.
Besarnya gelombang terdifraksi ditentukan :
H A = HD . KD (3.5)
Dimana : HA = Tinggi gelombang datang (awal)
HD = Tinggi gelombang terdifraksi
KD = Koefisien Difraksi

HD
Bangunan Impermeabel
HA

Gambar 3.2 Difraksi Gelombang


3.3 Refleksi Gelombang

18

Refleksi gelombang merupakan kemampuan bangunan memenatulkan kembali gelombang.


Bangunan yang dimaksud dapat berupa dinding bangunan ataupun kemiringan pantai. Pada
bangunan pantai , refleksi akan dipengaruhi oleh kemiringan bangunan dan faktor faktor
lainnya seperti bahan pembentuk bangunan apakah permukaannya halus atau kasar dan bentuk
material bangunan apakah tersementasi atau tumpukan material tertentu berhubungan dengan
efek rembesan gelombang (impermeabel atau permeable) terhadap bangunan yang dapat
mengurangi energi pantulan gelombang. Pada bangunan vertikal , dinding halus yang tidak
berongga ( impermeabel ) gelombang akan dipantulkan seluruhnya. Berdasarkan kemampuan
suatu bangunan memantulkan gelombang diberikan oleh koefisien refleksi, yaitu perbandingan
antara tinggi gelombang refleksi ( Hr ) dan tinggi gelombang datang ( Hi ). Hal ini dijabarkan
dengan persamaan berikut :

X = Hr / Hi

............( 3.6)

Dimana :
X

= Koefisien Refleksi

Hr

= Tinggi Gelomabang Refleksi

Hi

= Tinggi Gelombang Datang


Gelombang datang

o= sudut gelombang datang

1= sudut gelombang
terefleksi
o
1
19

Dinding bangunan
Gelombang terefleksi

Gambar 3.3 Gelombang terefleksi


Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan test model. Koefisien refleksi berbagai
tipe bangunan diberikan dalam tabel sebagai berikut :

Tipe Bangunan
Dinding vertikal dengan puncak diatas air
Diding vertikal dengan puncak terendam
Tumpukkan batu sisi miring
Tumpukkan blok beton
Bangunan vertical dengan peredam energi ( diberi lobang )

X
0,7 1,0
0,5 0,7
0,3 0,6
0,3 0,5
0,05 - 0,2

Tabel 3.1 Koefisien Refleksi

Besarnya energi gelombang refleksi dari pantai atau bangunan pantai tergantung dari kemiringan
bangunan pantai, kekasaran, lolos air, kedalaman gelombang dan sudut gelombang datang.
Battjes (1970) memberikan persamaan sebagai berikut :

= 1 / ( Cos ( HD / LD ))

..( 3.7 )

Dimana :

= Energi Gelombang Refleksi

= Kemiringan Bangunan

HD

= Tinggi Gelombang Datang ( m)


20

LD

= Kedalaman Gelombang di Laut Dalam ( m )

Contoh soal :
Diketahui 2 ortogonal gelombang datang berjarak 100 m. Sampai pada kedalaman 5 m jarak ke 2
ortogonal menjadi 120 m. Koefisien shoaling pada kedalaman 20 m adalah 1. Hitung tinggi
gelombang pada kedalaman 5 m ! Tinggi gelombang di laut dalam adalah 1 m

Dik :

100m
Di laut dalam Bo = 100 m
d = 5 m maka B1 = 120 m
Ks = 1 pada kedalaman 20 m
Ho = 1 m

Dilaut dalam
d = 20 m
Ks = 1
120 m
d=5m
Ditanya : Tinggi gelombang pada kedalaman 5 m
Jawab :
Kr

Bo
B1

Kr = (100/120) = 0.91
Ks = 1 artinya H/Ho1 = 1

dari tabel didapat :

d/Lo = 0.057

Untuk d = 20 m : Maka Lo = 20/0.057 = 350.88 m

Lo = 1.56 T2
350.88 = 1.56 T2
21

T = 15 detik
Co = Lo/T = 350.88/15 = 23.39 m/detik

Pada kedalaman 5 m : d/Lo = 5/350.88 = 0.014


Dari tabel didapat : Ks = 1.327
H1

Ho

H1
------ =
Ho
H1
------ =
1

no.Co Bo
.
n1.C1
B1

Ks

1.327 x

Kr

0.91

H1 = 1.21 m
Tinggi gelelombang pada kedalaman 5 meter adalah 1.21 m
Latihan :
Gelombang di lau dalam dengan panjang gelombang 200 m. Tinggi gelombang setelah mencapai
kedalaman 10 m adalah 2 m. Jika koefisien refraksi 0.9, tentukan periode dan tinggi gelombang
di laut dalam!

22

BAB IV FLUKTUASI MUKA AIR LAUT


4.1 Pendahuluan
Fluktuasi/gelombang muka air laut merupakan gelombang dengan periode pendek, artinya
seperti gelombang yang disebabkan oleh angin yang bertiup. Fluktuasi gelombang dapat
disebabkan oleh: pasang surut, angin, pengaruh klimatologi, tsunami, angin badai dan oskilasi.
Gelombang yang disebabkan oleh pasang surut terjadi karena pengaruh gaya tarik menarik bumi,
bulan dan matahari. Gelombang ini mempunyai periode antara 12, 4 jam dan 24 jam. Gelombang
pasang surut dapat dilihat dengan adanya perubahan muka air laut secara teratur. Newton adalah
orang yang merumuskan hukum keseimbangan (tarik menarik) antara benda. Berdasarkan rumus
Newton, dapat diramalkan besarnya pasang surut air laut. Ramalan pasang surut sangat penting
bagi pengamanan dan perencanaan suatu pantai karena :
1. Untuk kapal yang akan masuk ke suatu daerah lautan yang dangkal, akan ditentukan
kapan waktu aman (pasang) agar kapal dapat lewat
2. Bila akan dibangun suatu konstruksi di laut, pekerjaan ini tentu memerlukan alat berat
dan ringan. Sehingga penggunaan alat tersebut dapat diatur, yang mana diusahakan agar
tidak tenggelam saat pasang terjadi.
3. Pembangunan bangunan-bangunan sipil lain seperti bangunan intake, pipa minyak di

lepas pantai, yang perencanaannya harsus memenuhi syarat terletak di bawah muka air.
Maka tinggi muka air minimal harus diketahui.

Ada 2 macam pasang surut :


23

1. Semi diurnal tide : pasang surut yang mempunyai periode 12,4 jam. Sehingga dalam 1
hari terjadi 2 kali pasang dan surt. Semi diurnal tide ini terjadi bila poros perputaran bumi
tegak lurus pada garis yang menghubungkan pusat bumi dan bulan.

Bumi

bumi

bulan

Gambar 4.1 Bumi tegak lurus garis yang menghubungkan bumi dan bulan
2. Diurnal tide : Pasang surut yang mempunyai periode 24 jam, sehingga dalam 1 hari
hanya terjadi 1 kali pasang dan surut. Diurnal tide terjadi jika poros perputaran bumi
tidak tegak lurus pada garis ynag menghubungkan pusat bumi dan bulan.

bumi

bulan

Gambar 4.2 Bumi tidak tegak lurus garis yang menghubungkan bumi dan bulan
Gelombang angin adalah gelombang yang selalu terdapat dipantai. Gaya seret angin yang berada
di permukaan air memberikan energi pada air. Energi yang menyebabkan air bergerak dan
membentuk gelombang. Semakin kencang atau kuat angin, energi yang terjadi semakin besar,
sehingga gelombang yang terjadi semakin besar (tinggi). Dengan demikian gelombang angin
merupakan gelombang yang sangat penting, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
proses morfologi pantai dan muara sungai ataupun perencanaan fasilitas pantai lainnya.
Angin yang berhembus diatas permukaan laut akan memindahkan energinya ke air tersebut dan
akan menimbulkan gelombang. Tempat dimana gelombang akan dibentuk disebut daerah

24

pembentukan gelombang atau pembangkitan gelombang (wave generating area). Gelombang


yang terjadi didaerah pembentukan gelombang disebut gelombang Sea, sedangkan gelombang
yang terbentuk tersebut setelah menjalar dari daerah pembentukan disebut gelombang swell.
Gelombang angin disebabkan oleh tinggi (H) dan periode gelombang (T) yang terjadi akibat
hembusan angin yang dipengaruhi oleh kecepatan angin (U), lama hembusan angin (t d) dan
panjang seret gelombang atau fetch (F). Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan
gelombang dibawah pengaruh angin. Jadi apabila fecthnya pendek, energi yang ditransfer angin
ke air belum cukup besar, sehingga gelombang yang terjadi juga tidak cukup tinggi. Jika jarak
seret (fetch) panjang, kecepatan angin tinggi, tapi lamanya angin berhembus hanya sekejap
(sebentar), maka pembangkitan gelombang tidak terjadi. Dengan demikian ada tiga hal yang
dapat membangkitkan gelombang yaitu : kecepatan angin, lamanya hembusan angin, dan fetch.
Untuk menentukan tinggi gelombang yang disebabkan oleh angin digunakan metoda empiris.
Yang dikemukakan oleh Sverdrup, Munk dan Bretschneider. Metoda ini dikenal dengan SMB.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kurva prediksi gelombang. Terdapat 3 variabel
yang dapat menentukan tinggi gelombang yaitu kecepatan angin, panjang fetch, dan durasi
(lamanya) angin. Kurva SMB telah menyesuaikan dengan factor koreksi sebagai berikut :
1. Koreksi perbedaan tempeartur air dan udara
2. Koreksi perbandingan anatara kecepatan angin di darat dan di laut
3. Koefisien drag (koefisien seret)
Panjang fetch (jarak seret gelombang)

angi A
n

Daerah
gelombang
SEA

Ful

daerah
gelombang
SWELL
25

Gambar 4.1 Pembentukan gelombang angin


Angin dengan kecepatan 10m/detik tidak akan menimbulkan tinggi gelombang yang besar.
Setelah kecepatan angin dikoreksi, maka kecepatan angin disesuaikan dengan rumus sebagai
berikut :
UA = 0.71 U1.23

....................

( 4.1 )

Dimana :
UA

= faktor tegangan angin (m/dt)

= kecepatan angin (m/dt)

Pada kondisi laut terbuka, energi yang dihasilkan sudah terserap penuh oleh permukaan air yang
berbentuk gelombang. Kecepatan angin tertentu tidak memungkinkan lagi bagi gelombang untuk
timbul karena lama hembusan angin telah melebihi dari waktu yang diperlukan untuk
membangkitkan gelombang. Pada keadaan tersebut gelombang yang terjadi adalah terbentuk
gelombang sempurna, yang merupakan gelombang maksimum tanpa mendapatkan batasan dari
lama hembusan dan panjang fetch. Persamaan yang digunakan untuk kondisi pembentukan
gelombang berbentuk sempurna adalah :
gHs
2.433 x10 1 ................( 4.2 )
UA
gTs
8.134
UA

................( 4.3 )

gt
7.15 x10 4
UA

.................( 4.4 )

Dimana :
26

Hs

= Tinggi gelombang signifikasi (m)

Ts

= Periode gelombang signifikasi (dt)

UA

= Kecepatan angin (m/dt)

= Lama hembusan angin (dt)

= Percepatan grafitasi bumi (m/dt2)

Sehingga di peroleh :
Hs = 0.0056 x U2

( 4.5 )

Ts = 0.33 U

....( 4.6 )

Dimana : U = Kecepatan angin (knot)


Hs = Tinggi gelombang signifikan (m)
Ts = Periode gelombang signifikan (detik)

Kecepatan rambat gelombang


1/ 2
gL
2d
C=
..........................................(4.7)
tanh

L
2
Dimana : C = Kecepatan rambat gelombang (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt)
L = Panjang gelombang (m)
d = Kedalaman air (m)
Untuk sejumlah data angin, perhitungan tinggi gelombang signifikandengan periode ulang
menggunakan rumus statistik sebagai berikut :

( y yn)..(4.8)

Hs

= tinggi gelombang signifikan


27

H rata2 = tinggi gelombang rata-rata


y

= periode ulang

= deviasi dari jumlah tinggi gelombang

Untuk nilai y, yn dan n didapat dari tabel


Contoh :
Tentukan tinggi gelombang signifikan untuk periode ulang 5 tahun jika diketahui kecepatan
angin sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

Kecepatan angin (knot)


15
18
20
16
17
19
21
36
40
15
22
27

Jawab :
Dari rumus (4.5) : Hs = 0.0056 x U2
Tahun 1997 : U = 15 knot, maka Hs = 0.0056 x 152 = 1.26 m/detik
Selanjutnya data angin diselesaikan dengan tabel sebagai berikut :

Tahun
1997

Hs = 0.0056 U2 m/detik
1.26

(H H rata-rata)2
(1.26 3.09)2 = 3.35
28

1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

1.81
2.24
1.43
1.62
2.02
2.47
7.26
8.96
1.26
2.71
4.08
37.12

1.64
0.72
2.76
2.16
1.14
0.38
17.39
34.46
3.35
0.14
0.98
68.47

H rata-rata = 37.12/12 = 3.09 m/detik


n = 12
H

= 2.49

untuk periode ulang 5 tahun : dari tabel didapat y = 1.4999


Jumlah data n = 12 didapat : dari tabel

yn = 0.503
n = 0.98

Maka tinggi gelombang untuk periode ulang 5 tahun : rumus (4.8)

Hs = 3.09 +

(1.4999 0.503)

Hs = 5.62 m
Tinggi gelombang dengan periode ulang 5 tahun = 5.62 m
4.2 Panjang Seret Gelombang (fetch)

29

Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstan. Arah angin masih bisa
dianggap konstan apabila perubahannya tidak melebihi 15 0. Sedangkan kecepatan masih
dianggap konstan jika perubahannya tidak melebihi dari 5 knot (2,5 m/detik) terhadap kecepatan
rerata. Didalam tinjauan pembangkit gelombang dilaut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi laut. Didaerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan
dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin.
Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan

Feff

X 1 cosi
cosi

... .........................(4.9 )

Dimana :
Feff = fetch rerata efektif.
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch.

= deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan

pertambahan 60 sampai

sudut sebesar 420 pada kedua sisi dari arah angin.


Gelombang yang disebabkan klimatologi adalah gelombang yang dipengaruhi oleh iklim. Akibat
iklim tidak berpengaruh terhadap perencanaan bangunan pantai. Gelombang tsunami adalah
gelombang yang terjadi akibat gempa bumi dan pergeseran lempeng bumi. Mempunyai periode
antara 5 60 menit. Gelombang tsunami merupakan gelombang yang dianggap bencana,
sehingga tidak akan digunakan dalam perencanaan. Gelombang badai adalah gelombang yang
terjadi akibat angin badai, juga tidak digunakan untuk perencanaan bangunan pantai. Sedang
gelombang oskilasi adalah gelombang yang terjadi pada suatu daerah kolam pelabuhan, daerah
teluk yang disebabkan terjadinya gangguan keseimbangan permukaan air oleh gempa bumi, dan
hembusan angin yang berhembus cukup lama.
30

BAB V JENIS GELOMBANG


5.1 Gelombang di Laut Dalam
Gelombang adalah pergerakan air yang terjadi akibat hembusan angin dan atau lainnya yang
biasanya terbentuk pertama kali di tengah lautan atau di laut dalam.

Tinggi gelombang yang menjalar di laut dalam dapat ditentukan dengan rumus :
Ho

Hs
KsxKr

..................... (5.1 )

Dimana :
Ho = Tinggi gelombang di laut dalam (m)
Hs = Tinggi gelombang signifikan (m)
31

Ks = Koefisien pendangkalan
Kr = Koefisien refraksi
Untuk perhitungan Teknik pantai, kriteria gelombang selalu diperhitungkan dari awal adalah tipe
gelombang di laut dalam.

5.2 Gelombang Pecah


Gelombang pecah terjadi bila kecepatan partikel air (u) besar dari kecepatan gelombang (C).
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk dengan
puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada suatu kedalaman tertentu. Munk
(1949) menurunkan beberapa hubungan dari teori yang berhubungan tinggi dan panjang
gelombang yaitu :

Hb
1

H o ' 3.3 H o / Lo 1 / 3
db
1.28
Hb

..( 5.2 )

..(5.3)

Dimana :
Hb

= Tinggi gelombang Pecah (m)

Ho

= Tinggi gelombang dilaut dalam(m)

Lo

= Panjang gelombang dilaut dalam (m)

db

= Kedalam air pada gelombang pecah (m)

32

Perbandingan Hb/Ho sering disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah. Iversen (1952),
Galvin (1969), dan Gado (1970) menentukan bahwa Hb / Ho dan db / Hb bergantung pada
kemiringan gelombang datang., dapat ditulis dengan rumus

db
1

H b b aH b / gT 2

..( 5.4 )

..( 5.5 )

19 m

a 43.75 1 e
b

1.56
1 e 19.5m

..( 5.6)

Dimana :
Hb

= Tinggi gelombang pecah (m)

db

= Kedalam air pada gelombang pecah (m)

= Kemiringan pantai

= Percepatan gravitasi (m/dt2)

= Periode gelombang (dt)

5.3. Gaya Gelombang Tidak Pecah


Gaya gelombang akibat gelombang pecah dan gelombang tidak pecah tidaklah sama. Gaya
gelombang tidak pecah terjadi bila gelombang dating pada suatu pantai, gelombang tersebut
berbalik arah dengan sempurna yang membentuk gelombang tegak (gelombang klapotis). Gaya
yang disebabkan gelombang ini adalah :
cosh k (z + d)
P = g z + g H --------------------- cos (t)(5.7)
cosh kd
P = gaya gelombang
33

H = tinggi gelombang datang


D = kedalaman air
K = angka gelombang = 2/L
g = grafitasi
T = periode gelombang
T = waktu/lama pengamatan
Z = koordinat vertical diukur dari muka air
L = panjang gelombang
= rapat massa air
= frekuensi gelombang = 2/T

Contoh :
Diketahui tinggi gelombang (H) = 2 m. Periode gelombang (T) = 5 detik
Kedalaman air (d) = 12 m, lama pengamatan = 0

air = 1000 kg/m3

Tentukan gaya gelombang tidak pecah pada kedalaman 10 m di bawah muka air
Jawab :

L=

gT 2
2d
tanh
2
L

L=

9,8.52
2 .12
tanh
2
L

L=

9,81.25
2 .12
tanh
2
L

L = 39,05 tanh (75,36/L)

34

L = 37.7 m
k = 2/L
k = 0,17
= 2/T = 1.26
cosh k (z + d)
P = g z + g H --------------------- cos (t)
cosh kd
P = 1000.9,8 . (-10) + 1000.9,8 . 2

cosh 0,17 (-10 12)


-------------------------Cosh 0, 17 . -12

P = 7473,68 kg/m2

5.4 Gaya Gelombang Pecah


Gaya gelombang pecah yang menghamtam bangunan atau pantai akan menimbulkan tekanan
dinamis yang bekerja di daerah dimana gelombang itu menghempas. Menurut rumus Minikin,
besarnya gaya gelombang yang terjadi akibat gelombang pecah adalah 5 18 kali besarnya dari
gaya gelombang yang tidak pecah. Jenis gelombang pecah :
Proses pecahnya gelombang tidaklah sama. Proses penghancuran gelombang pecah dibedakan
atas :
1. Tipe surging

: o =5

2. Tipe collapsing : o = 3.5


3. Tipe plunging : o = 1.5
4. Tipe spilling

Dimana

:o = 0.2

.(5.8)

35

= sudut datang gelombang


Ho dan Lo adalah tinggi gelombang dan panjang gelombang di laut dalam

5.5 Gaya Gelombang Telah Pecah


Merupakan gelombang yang telah pecah sebelum gelombang menghamtam bangunan atau
pantai. Setelah gelombang pecah, gerakan partikel air berubah dari gerak osilasi (berputar)
menjadi gerak translasi (berpindah). Gaya gelombang telah pecah :
w . C2
P = ---------------(5.9)
2.g
Dimana :
w = Berat Jenis Air
C = (g.d)
g = gravitasi

5.6 Arus Sejajar Pantai


Akibat gelombang pecah terjadi angkutan material dan proses turbulensi gelombang yang
mengakibatkan terjadinya arus gelombang. Kita sadari gelombang yang sampai di pantai
membawa energi, yang dibentuk dari energi potensial (m.g.H). Bahwa energi tak dapat
dihilangkan, maka setelah sampai di pantai energi tersebut berubah menjadi arus. Besarnya arus
yang terjadi merupakan energi kinetic (gerak) yang menggerakkan material pantai. Akibat
pergerakan material pantai, terjadi proses erosi, abrasi dan sedimentasi. Arus yang sampai di
pantai dapat berupa arus yang sejajar pantai dan arus yang tegak lurus pantai. Khusus untuk

36

pantai Padang, proses abrasi terjadi sepanjang pantai, karenanya dapat digolongkan pantai
mengalami arus sejajar pantai. Aliran arus sejajar pantai sejajar dengan garis pantai dan terbatas
diantara daerah gelombang pecah dengan garis pantai. Sebagian besar arus sejajar pantai
dibangkitkan oleh komponen gerak sejajar pantai dari gelombang yang membentuk sudut dengan
garis pantai. Persamaan modifikasi Longuet-Higgins :

V = 20.7 m (g Hb)1/2 sin 2 b

....

( 5.10 )

. (5.11)

Dimana :
V

= Kecepatan arus sejajar pantai ( m/dt)

= Kemiringan dasar pantai (m)

= Kecepatan grafitasi (m/dt)

Hb

= Tinggi gelombang pecah (m)

= Sudut datang gelombang pecah

db

= kedalaman pecah

= 0.78 = kefisien gelombang pecah = Hb/db

= (Lo/sino= L1/sin1) = sudut gelombang pecah

= 2/L

cf1

= koefisien gesekan dasar pantai = 18 log (12 h/k)

cf

= m.cf1

37

Contoh :
Pada suatu pantai dengan kelandaian 0.01 menghempas gelombang yang relative regular dengan
karakteristik sebagai berikut : Tinggi gelombang di laut dalam 1.5 m, periode gelombang 7 detik,
sudut datang gelombang di laut dalam adalah 300. Tentukan tinggi dan kedalaman gelombang
saat pecah, jarak gelombang pecah ke garis pantai dan kecepatan arus sejajar pantai saat
gelombang pecah

Diketahui :
m = 0.01 Ho = 1.5 m

T = 7 detik

o= 300

Ditanya : a. Tinggi gelombang pecah


b.kedalaman laut saat gelombang pecah
c. jarak gelombang pecah dari pantai
d. kecepatan arus di pantai saat gelombang pecah
Jawab :
Perkirakan kedalaman laut saat gelombang pecah Misalkan Hb Ho (tinggi gelombang pecah
tinggi gelombang di laut dalam). Maka Hb = Ho = 1.5 m
Dari rumus 4.3 : db/Hb = 1.28
Maka db = 1.28 Hb = 1.28 x 1.5 = 1.92 m
Lo = 1.56 T2 = 1.56 ( 72) = 76.44 m

Coba d = 1.5 m
d/Lo = 1.5/76.44 = 0.02
Dengan d/Lo = 0.02, dari tabel C1 didapat : d/L1 = 0.05763
Maka L1 = 1.5/0.05763 = 26.0281 m
Dengan d/Lo = 0.02, dari tabel C1 didapat : Ks = 1.226
38

Lo
L1

sin o sin 1

Lihat rumus 3.2 :


76.44
-------Sin 300

26.0281
= ------------sin 1

Dari rumus (3.3) : Kr

maka sin 1 = 0.17 maka 1 = 90, 8025

cos 0
cos1

cos 300
Kr 1.5 = ( ---------------------- ) = 0.9375
cos 90, 8025
H1

Ho

Dari rumus (3.4) :


H1
------ =
Ho

Ks

H1 = Ho x

.
Ks x

no.Co Bo
.
n1.C1
B1

Kr
Kr

H1 = 1.5 x 1.226 x 0.9375 = 1.72 m

d = 1.5 m

H1
1.72
--------- = --------- = 1.15 (padahal syarat H/d = 0.78 atau d/H = 1.28 dari rumus 5.3)
d
1.5

Coba d = 2 m
d/Lo = 2/76.44 = 0.026
Dengan d/Lo = 0.026, dari tabel C1 didapat : d/L1 = 0.06613
Maka L1 = 2/0.06613 = 30.2434 m
Dengan d/Lo = 0.026, dari tabel C1 didapat : Ks = 1.226

39

Lihat rumus 3.2 :

Lo
L1

sin o sin 1

76.44
-------Sin 300

30.2434
= ------------sin 1

Dari rumus (3.3) : Kr

maka sin 1 = 0.197 maka 1 = 110, 4098

cos 0
cos1

cos 300
Kr 2 = ( ---------------------- ) = 0.9399
cos 110, 8098
H1

Ho

Dari rumus (3.4) :


H1
------ =
Ho

Ks

H1 = Ho x

.
Ks x

no.Co Bo
.
n1.C1
B1

Kr
Kr

H1 = 1.5 x 1.159 x 0.9399 = 1.63 m

d=2m

H1
1.63
--------- = --------- = 0.82 (padahal syarat H/d = 0.78 atau d/H = 1.28 dari rumus 5.3)
d
2

Coba d = 2.05 m
d/Lo = 2.05/76.44 = 0.0268
Dengan d/Lo = 0.0268, dari tabel C1 didapat : d/L1 = 0.06747
Maka L1 = 2.05/0.06747 = 30.38 m
Dengan d/Lo = 0.0268, dari tabel C1 didapat : Ks = 1.15

40

Lihat rumus 3.2 :

Lo
L1

sin o sin 1

76.44
-------Sin 300

30.38
= ------------sin 1

Dari rumus (3.3) : Kr

maka sin 1 = 0.198 maka 1 = 110, 462

cos 0
cos1

cos 300
Kr 2.05 = ( ---------------------- ) = 0.94
cos 110, 462
H1

Ho

Dari rumus (3.4) :

H1
------ =
Ho

Ks

H1 = Ho x

.
Ks x

no.Co Bo
.
n1.C1
B1

Kr
Kr

H1 = 1.5 x 1.15 x 0.94 = 1.62 m


H1

d = 2.05 m

1.62

--------- = --------- = 0.78 (syarat H/d = 0.78 atau d/H = 1.28 dari rumus 5.3) OK
d
2.05
a. Maka tinggi gelombang pecah = H1 = 1.62 m
b.

Kedalaman laut saat pecah = 2.05 m

100

c. Jarak gelombang pecah dari pantai

= d = 2.05 m

m = kemiringan pantai = 1/100


Dengan kedalaman pecah 2.05 m maka jarak gelombang pecah dari garis pantai=
100
41

------------ x 2.05 m = 205 m


1
d. Dari rumus (4.9)

b = 0.78
k = 2/L = (2 x 3.14)/30.38 = 0.21
12 h
cf1 = 18 log ----------k
12 x 1.62
cf1 = 18 log -------------------= 35.34
0.21
cf = m . cf1= 1/100 x 35.34 = 0.3534
dari hasil hitungan nilai db = 2.05 m
diketahui kemiringan pantai : m = 0.01
Sudut gelombang saat pecah : b = 1 = 110, 462

V = 0.019 m/detik
d. Kecepatan arus di pantai saat gelombang pecah = 0.019 m/detik

5.7 Gelombang Pasang Surut

42

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non
astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan
lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang
rendah disebut rentang pasang surut (tidal range).
Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24
jam 50 menit.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang
sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus.
Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pada saat bulan 1/4 dan 3/4.

43

Gambar 5.1 Spring Tide dan Neap Tide


Akibat pasang surut terjadi musim :
1. Spring tide,

terjadi

- HHW (High High Water)


-LLW (Low Low Water)

2. Neap tide,

terjadi

-LHW (Low High Water)


-HLW (High Low Water)
HHW
LHW
MSL Mean Sea Level = muka air rata-rata
LLW

Gambar 5.2 Penampang potongan melintang laut


44

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika
suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan
tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal
tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe
campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.Selain dengan melihat data pasang surut
yang diplot dalam bentuk grafik (tentunya susah jika datanya banyak ya), tipe pasang surut
juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk:
F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)]

(5.12)

= fluktuasi muka air laut


Ti = periode pasang surut
i = sudut phase pasang surut
t = waktu pasang surut
Elevasi muka air disederhanakan sebagai berikut :
= sin (kx t) atau = cos ( 360 t /T + i)
dimana k = 2/L dan = 2/T

45

Jenis pasang surut berdasarkan periode dibagi :


Jenis
Semi
diurnal

Diurnal

Long
Priod

Simbol

Periode (jam)

Sifat/bentuk muka air laut

M2

12.42

Main lunar semi diurnal komponen

S2

12

Main solar semi diurnal komponen

N2

12.66

Lunar komponen due to monthly variation

K2

11.97

Soli lunar constituent due to changes in


Declination

K1

23.93

Soli lunar komponen

O1

25.82

Main lunar diurnal komponen

P1

24.07

Main solar diurnal komponen

Mf

327.86

Moons biweekly komponen

Tabel 5.1 Komponen pasang surut


Contoh perhitungan pasang surut :
Dari peta cotidal K 1 kota Jakarta terletak pada posisi waktu pasang surut pukul 09.30 dengan
tinggi muka air (peta co range) 0.25 meter
Tentukan besar pasang surut selama tahun tersebut!

5.8 Transport Sedimen Pantai (Longshore Transport)

46

Transport sedimen di pantai tidaklah sama dengan transport sedimen yang terjadi di sungai.
Transport sedimen yang terjadi di pantai merupakan akibat dari penggabungan antara osilasi
gelombang dengan aliran yang terjadi di pantai seperti arus sejajar pantai (longshore current),
sirkulasi pantai (nearshore circulation), arus balik (rip current), dan arus bawah (undertow).
Gabungan arus-arus tersebut bersama dengan terjadinya turbulensi oleh gelombang pecah
menjadikan proses sedimen pantai terus terjadi. Tertransportnya sedimen juga ditentukan oleh
ukuran serta klasifikasi material pantai. Komposisi material adalah berupa : diameter butiran,
rapat massa, bentuk butiran, kecepatan endap (fall velocity), komposisi mineral batuan, porositas
dan permeabilitas. Seperti diketahui berdasar diameter butiran, material dibagi atas : lempung
(clay), lanau (silt), pasir (sand), kerikil (gravel), kerakal (cobble), dan berangkal (boulder).
Sedangkan gaya yang menyebabkan tertransportnya sedimen pantai adalah :
1. gaya gravitasi (gaya berat=Fg) adalah gaya yang disebabkan oleh berat butiran
2. gaya seret (drag force=Fd) adalah gaya yang timbul akibat gesekan diantara butiran
3. gaya angkat (lift force=Fl) adalah gaya yang terjadi karena perbedaaan kecepatan air
yang berada di bawah butiran lebih kecil dari kecepatan air yang berada di atas
butiran.
4.

gaya inersia (inertia force=Fi) adalah gaya yang terjadi karena perubahan kecepatan
air

5.

gaya apung (bouyance force=Fb) adalah gaya yang terjadi akibat gaya gerak air
diganti oleh gaya gerak butiran

47

Fl

Fb

Fd
Fi

Fg
Gambar 5.3 Gaya-gaya pada butiran saat gelombang datang mengenai butiran
Fl
Fb
Fd
Fi FFi

Fg
Gambar 5.4 Gaya-gaya pada butiran saat gelombang balik pada butiran
Akibat tertransportnya butiran, maka pantai mengalami prose erosi/abrasi dan akresi. PAntai
akan seimbang bila dikenai oleh tinggi gelombnag yang tetap (konstan). Hal ini adalah tidak
mungkin, karena besarnya angin yang menimbulkan gelombang selalu berubah.
Akresi

gelombang datang

erosi
pantai
Gambar 5.5 Propil pantai akibat gelombang
48

Besarnya butiran yang tertransport menurut CERC (US Army Coastal Engineering Research
Center, Frijlink, Bijker, Engelund, Hansen, dan White Ackers disederhanakan sebagai berikut :
S = 0.014 Ho2 x Co x Kr br x sin br x cos br .(5.13)
S = banyaknya sedimen yang tertransport (m3/detik)
Ho = tinggi gelombang di laut dalam (m) = Hs x Kr br
Hs = tinggi gelombang signifikan (m)
Co = Kecepatan gelombang di laut dalam (m/detik)
Kr br = Koefisien refraksi di daerah gelombang pecah = (cos /cos br)1/2 x Kr
Kr = koefisien refraksi
= sudut yang dibuat gelombang terhadap pantai
br = sudut yang dibuat gelombang terhadap pantai saat pecah
br= arc sin cb/cd (sin )
cb = tanh (2 db//Lo) = kecepatan gelombang saat pecah (m/detik)
cd = tanh (2 d//Lo)= kecepatan gelombang pada kedalaman d (m/detik)
db = kedalaman breaker = kedalaman laut saat gelombang pecah (m)
d = kedalaman laut (m)
Lo = panjang gelombang di laut dalam (m)

49

Contoh :
Pada suatu pantai terdata sebagai berikut :
Arah gelombang
datang

Tinggi
Periode
gelombang
gelombang di
signifikan di laut laut dalam
dalam (m) = Hs
(detik) = T
0
300
1.75
7.5
Tentukan jumlah sedimen tertransport akibat data diatas !

Koefisien
refraksi pada
kedalaman 10 m
= Kr
0.85

Sudut datang
gelombang pada
kedalaman 10 m
()
- 160

Jawab
Diketahui : Hs = 1.75 m
T = 7.5 detik

Kr = 0.85 pada kedalaman 10 m

= - 160 pada kedalaman 10 m

Lo = 1.56 T2 (lihat persamaan 2.19)


Lo = 1.56 (7.5)2 = 87.75 m
Co = Lo/T = 87.75/7.5 = 11.7 m/detik
Ho = Hs x Kr br
Ambil dan rencanakan Kr br = 0.84
Maka Ho = 1.75 x 0.84 = 1.47 m
Dari grafik I : Hb/Ho = 1.26

maka Hb = 1,26 Ho = 1.26 x 1.47 = 1.85 m

Hb/gT2 = 1.85/9.81 x 7.52 = 0.0034


Dari grafik II : db/Hb = 1.13

maka db = 1.13 x Hb = 1.13 x 1.85 = 2.09 m

db/Lo = 2.09/87.75 = 0.024

dari tabel C1 didapat tanh 2d/L = 0.3786 = cb

d/Lo = 10/87.75 = 0.1140

dari tabel C1 didapat tanh 2d/L = 0.7450 = cd

maka cb/cd = 0.3786/0.7450 = 0.508


br = arc sin 0.508 (sin 160) = -8.42
50

Kr br = (cos / cos br)1/2 = (cos-160//cos-8.420)1/2= 0.837 ~ 0.84


Maka pengambilan Kr br = 0.84 (OK)
S = 0.014 Ho2 x Co x Kr br x sin br x cos br
S = 0.014 (1.47)2 x 11.7 x 0..84 x sin 8.420 x cos 8.420
S = 0.014 x 2.16 x 11.7 x 0.84 x - 0.146 x 0.99 = - 0.043 m3/detik
Tiap detik butiran tertransport sebesar 0.043 m3. Pantai mengalami proses erosi

Soal : Pertanyaan yang sama tentukan jumlah sedimen tertransport, jika arah gelombang 1800, Hs
= 1.82 m, T = 8.4 detik, Kr pada kedalaman 10 m = 0.71 dan pada kedalaman 10 m adalah 330

51

BAB VI BANGUNAN PENGAMAN PANTAI


6.1 Permasalahan
Gelombang datang
SWL

Air laut

terjadi pelapukan

Gelombang datang ke pantai atau ke bangunan pantai disebabkan adanya angin, pasang surut
atau gempa. Akibat gelombang tersebut terjadi pelapukan di pantai dalam bentuk : erosi pantai,
abrasi yang merusak daerah pemukiman penduduk, daerah wisata, pelabuhan, jalan dan lainnya.

6.2 Pengamanan Pantai


Secara alami umumnya alam telah menyediakan mekanisme perlindungan pantai seperti :
a. Pantai Pasir
Lindungan alami berupa hamparan pasir yang dapat berfungsi sebagai penghancur energi
gelombang, bukit-bukit pasir (sand dune) yang merupakan cadangan pasir dan dapat
berfungsi sebagai tembok laut.
b. Pantai Lumpur
Alam menyediakan tumbuhan pantai seperti pohon bakau, pohon api-api, pohon nipah
sebagai pelindung pantai. Tumbuhan pantai ini akan memecahkan energi gelombang dan
memacu pertumbuhan pantai. Gerakan air yang lambat diantara akar-akar pohon tersebut
dapat mendukung proses pengendapan dan merupakan tempat yang baik untuk
berkembang biaknya ikan, kerang-kerangan dan binatang laut lainnya.
52

c. Terumbu karang
Secara alami, alam telah menyediakan terumu karang di laut. Saat gelombang menuju
pantai, melewati daerah terumbu, maka energy gelombang yang melewati terumbu
tersebut akan mengalami pengurangan energi akibat lembah gelombang menyentuh
terumbu. Hal ini akan memperkecil erosi pantai.
Bila perlindungan alami tidak ada (ruusak), maka dibuat perlindungan buatan. Ada 5 pendekatan
dalam perencanaan perlindungan pantai buatan :
1. Mengubah laju angkutan sedimen sejajar pantai (dengan membangun groin)
2. Mengurangi energi gelombang yang menuju pantai (dengan bangunan pemecah
gelombang, groin)
3. Memperkuat tebing pantai sehingga tahan terhadap serangan gelombang (dengan
bangunan revetment, seawall)
4. Menambah suplai sedimen ke pantai (dengan cara sand by passing atau beach
nourishment)
5. Melakukan penghijauan berupa penanaman di daerah pantai ( dengan menanam pohon
bakau, api-api atau nipah)

6.3 Perencanaan Bangunan Pantai


Dasar perencanaan bangunan pantai adalah bahwa bangunan pantai terdiri dari beberapa lapisan
yaitu lapis luar yang disebut lapis lindung, dibuat dari material yang paling besar/berat, karena
lapisan tersebut langsung menerima hempasan gelombang. Sedangkan lapisan semakin kedalam,
ukuran material semakin kecil.. Mengingat batu ukuran besar sulit didapat dan mahal harganya,
maka sekarang para ahli telah dibuat dari batu buatan dapat terbuat dari beton atau beton

53

bertulang. Ada yang disebut : tetrapod, quadripod, dolos dan lain-lain, dengan memodifikasi
bentuk material tersebut.
Puncak
W
W/10

Lapis lindung

Lapis tengah

lereng
W/200
Lapis inti
Gambar 6.1 Gambar groin dengan 3 lapisan
6.4 Batuan Lapis Lindung
Kerusakan umum yang terjadi pada bangunan adalah akibat tekanan yang besar terhadap dinding
bangunan. Tekanan ini terjadi akibat pecahnya gelombang saat terhalang oleh bangunan.Tekanan
yang besar juga terjadi saat arus naik ( Run Up ) dan arus turun ( Run Down ). Jika bangunan
terbentuk dari material yang tersementasi secara keseluruhan maka kemungkinan guling dan
geser yang terjadi akan lebih besar. Keruntuhan bagian luar ( lapis lindung ) tidak saja terjadi
akibat hantaman gelombang secara langsung, akan tetapi akibat tergerusnya lapisan tanah
dibawah bangunan pantai yang umumnya adalah pasir yang memiliki kohesi ( interlocking )
yang rendah. Jadi dapat ditarik kesimpulan stabilitas batu lapis lindung tergantung pada berat dan
bentuk material serta kemiringan sisi bangunan. Didalam perencanaan bangunan pantai,
ditentukan berat butir batu lindung yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hudson

a. H 3
W
)
K d ( S r 1) 3 cot

..( 6.1 )

Dimana :
54

= Berat butir batu pelindung

Kd

= Koefisien Stabilitas ( tergantung bentuk batu pelindung ) didapat dari tabel

= Berat Jenis Batu

= Berat Jenis Air Laut

= Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang

Sr

= a / w (6.2)

6.5 Jenis Bangunan Pantai


Bangunan pantai bertujuan untuk mengurangi energi gelombang. Dapat terbuat dari material batu
alam dan batu buatan. Dalam perencanaan bangunan pantai dapat direncanakan :
1. Overtopping
Yaitu bangunan pantai yang mengijinkan air melimpas diatas puncak bangunan. Jenis
bangunan ini biasanya digunakan untuk daerah yang tinggi gelombangnya tidak terlalu
besar. Dalam perencanaan jenis bangunan ini, perlu diperhatikan bahwa puncak bangunan
harus benar-benar direncanakan sesuai dengan karakteristik gelombang, karena jika
bangunan ini rusak, sulit untuk memperbaikinya.

muka air laut

Gambar 6.2 Overtopping

55

2. Non Overtopping
Yaitu bangunan pantai yang tidak mengijinkan air tidak melimpas diatas puncak
bangunan. Jenis bangunan ini biasanya digunakan untuk daerah yang tinggi
gelombangnya besar. Hal ini dapat dilihat dari proses erosi yang terjadi setiap tahunnya.
Dalam perencanaan jenis bangunan ini, perlu diperhatikan bahwa puncak bangunan
direncanakan berdasar tinggi run up

muka air laut

Gambar 6.3 Non Overtopping


Jenis bangunan pantai yang overtopping dan non over topping dapat dibuat berbentuk
bangunan groin, yaitu bangunan pantai yang terletak di pantai, dibangun tegak lurus garis
pantai. Berfungsi untuk mengurangi energy gelombang. Bangunan Jetty adalah bangunan
pantai yang terletak di muara sungai, berfungsi untuk mengurangi pendangkalan mulut
muara. Breakwater adalah bangunan pantai yang terletak di pelabuhan, berfungsi untuk
melindungi daerah pelabuhan agar kapal dapat merapat.
Contoh
Rencanakan berat batuan bangunan pantai terbuat dari material batu alam, terdiri dari
lapis lindung dan inti, jika tinggi gelombang signifikan = 1.5 m. Berat jenis material 2600
kg/m3. Berat jenis air laut 1025 kg/m3. Gelombang diharapkan dapat melimpas di puncak
bangunan. Kemiringan lereng bangunan membentuk sudut 450

56

Jawab :
Diketahui : Material batu alam. H = 1.5 m
a = 2600 kg/m3
w = 1025 kg/m3
cot = 2
Ditanya : berat batuan (W)
Jawab :
Dari rumus (6.2) : Sr

= a / w = 2.54

Dari rumus (6.1) :

a. H 3
K d ( S r 1) 3 cot

2600. (1.5)3
W
3,5(2,54 1)3 2
W = 343,5 kg
Soal :
Rencanakan berat batuan bangunan pantai terbuat dari material batu alam, terdiri dari
lapis lindung dan inti, jika tinggi gelombang signifikan = 1.5 m. Berat jenis material 2600
kg/m3. Berat jenis air laut 1025 kg/m3. Gelombang diharapkan dapat melimpas dilereng
bangunan. Kemiringan lereng bangunan membentuk sudut 450

57

BAB VII TSUNAMI


7.1 Pendahuluan
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu kata Tsu dan Nami. Tsu berarti pelabuhan dan nami
berarti gelombang besar. Istilah tersebut kemudian dipakai oleh masyarakat untuk menunjukkan
adanya gelombang beasr yang disebabkan oleh gempa bumi. Lebih tepatnya tsunami diartikan
sebagai gelombang laut yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena terganggunya
kestabilan air laut yang diakibatkan oleh gempa bumi. Dapat dikemukan bahwa tidak semua
gempa bumi di dasar laut menimbulkan tsunami. Begitu juga dari pengalaman membuktikan
bahwa tanpa adanya gempa bumi di dasar laut tsunami bisa saja terjadi. Seperti yang terjadi pada
tahun 1976 di Larantuka dan Pantai Padang pada tahun 1980. Pada masa sekarang penggunaan
istilah tersebut meluas pada gelombang besar yang disebabkan oleh letusan gunung berapi,
longsoran dan pergeseran lempeng/kulit bumi (zona). Letusan gunung Krakatau pada tahun 1883
telah mencatat sejarah karena tsunami yang ditimbulkannya telah memakan korban lebih dari 36
ribu jiwa.

58

Gambar 7.1 Akibat tsunami di Aceh


7.2 Penyebab TerjadinyaTsunami
Tsunami terjadi karena adanya gangguan impulsif terhadap air laut akibat terjadinya perubahan
bentuk dasar laut secara tiba-tiba. Ini terjadi karena tiga sebab, yaitu : gempabumi, letusan
gunung api dan longsoran (land slide), pergeseran kulit/lempeng bumi (zona) yang terjadi di
dasar laut. Dari penyebab tsunami, gempa bumi merupakan penyebab utama. Besar kecilnya
gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang menyebabkannya.
Bagian terbesar sumber gangguan implusif yang menimbulkan tsunami dahsyat adalah gempa
bumi yang terjadi di dasar laut. Walaupun erupsi vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami
dahsyat, seperti letusan gunung Krakatau pada tahun 1883.
Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan gangguan air laut, yang disebabkan berubahnya
profil dasar laut. Profil dasar laut ini umumnya disebabkan karena adanya gempa bumi tektonik
yang bisa menyebabkan gerakan tanah tegak lurus dengan permukaan air laut atau permukaan
bumi. Apabila gerakan tanah horizontal dengan permukaan laut, maka tidak akan terjadi
tsunami.
Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah :
1. Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
3. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 Skala Richter.

59

4. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Gaya-gaya semacam ini
biasanya terjadi pada zona bukaan dan zona sesar.
Lida (1970) berdasarkan data tsunami di Jepang menunjukkan bahwa gempa yang menimbulkan
tsunami sebagian besar merupakan gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen
dip-slip, yang terbanyak adalah tipe sesar naik misalnya tsunami Japan Sea 1983 dan Flores 1992
dan sebagian kecil tipe normal (sesar turun) misalnya sanriku Jepang 1993 dan Sumba 1977.
Gempa dengan mekanisme fokus sesar mendatarkecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan
tsunami.
7.3 Karakteristik Tsunami
Secara garis besar tsunamidapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode yang
ditimbulkan oleh suatu gangguan implusif yang terjadi pad medium laut. Periode gelombang
tsunami berkisar antara 10-60 menit.
Gangguan pembangkit tsunami biasanya berasal dari berbagai sumber, misalnya gempa bumi,
erupsi vulkanik atau land slide yang terjadi di dasar laut. Gelombang yang disebabkan oleh gaya
implusif bersifat transien atau gelombang yang bersifat sesaat. Gelombang ini berbeda dengan
gelombang-gelombang laut lain yang bersifat kontinyu, seperti gelombang permukaan laut yang
ditimbulkan oleh tiupan angin atau gelombang pasang laut yang disebabkan gaya tarik benda
angkasa.
Selain bersifat transien, gelombang tsunami juga bersifat dispersif, artinya periodenya berubah
terhadap jarak sumber gangguan implusif. Gelombang tsunami yang menjalar dekat dengan

60

daerah sumber gempa mempunyai periode lebih kecil dibandingkan dengan gelombang tsunami
yang menjalar jauh dari sumber.
Besar kecilnya tsunami yang terjadi di samping tergantung pada bentuk morfologis pantai juga
dipengaruhi oelh karakteristik sumber gangguan implusif yang ditimbulkannya. Karakteristik
gelombang tsunami meliputi energi, magnitudo, kedalaman pusat gempa dan mekanisme fokus.
Dalam penjalarannya ke pantai dari sumber gangguan implusif, gelombang tsunami akan
mengalamai tranformasi tinggi, panjang, kecepatan ataupun arah gelombang. Transformasi
disebabkan adanya perubahan kedalaman laut yang dilalui tsunami, atau tsunami melintasi alur
yang lebih sempit seperti selat, sungai atau teluk.
Bila tsunami melintasi alur yang sempit dan dangkal maka tinggi gelombang tsunami akan
mengalami perbesaran yang merupakan fungsi dari perubahan kedalaman dan lebar alur yang
dilewati. Tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km
berbentuk ellips dengan amplitudo sekitar 5 meter.
Kecepatan penjalaran tsunami di laut berkisar antara 50-1000 km perjam. Kecepatan ini
berkaitan dengan kedalaman laut. Pada dasarnya bila kedalaman laut berkurang setengahnya,
maka kecepatan berkurang tiga perempatnya. Sedangkan tinggi gelombang tsunami justru akan
bertambah jika mendekati pantai, karena adanya perubahan kedalaman laut yang dilalui tsunami.
Tinggi tsunami mencapai maksimum pada daerah pantai yang landai dan berlekuk seperti teluk
atau muara sungai, maka gelombang tsunami akan mencapai puluhan meter.

61

Sebagai contoh gempa bumi Flores yang mempunyai magnitude 6,6 SR secara teoritis akan
menimbulkan gelombang tsunami setinggi 1 sampai 2 meter di episenter, tetapi pada saat tiba di
pantai Flores gelombang tsunami mencapai maksimum sekitar 24 meter.

7.4 Hubungan Magnitude dengan Kedalaman


Dari hasil penellitian gelombang-gelombang tsunami yang terjadi di Jepang, Lida (1970)
menurunkan hubungan empiris antara magnitudo ambang dengan kedalaman pusat gempa yang
berpotensi menimbulkan tsunami, yaitu :
Mm = 6,3 + 0,005 D.(7.1)
Dimana :

Mm = magnitudo minimum atau ambang gempa (skala Richter) yang berpotensi


menimbulkan tsunami

D = Kedalaman pusat gempa.

Dari hubungan empiris tersebut terlihat bahwa mengitudo minimum gempa bumi yang
memungkinkan terjadinya tsunami adalah 6,3 SR. Dan gempa-gempa dangkal yang lebih
berpotensi untuk menimbulkan gelombang tsunami. Di Jepang rata-rata kedalaman
maksimumnya sekitar 80 km.
7.5 Kecepatan Tsunami berdasarkan Kedalaman

62

Apabila sebagian besar laut naik turun secara mendadak, maka air di atasnya akan mengalami
gangguan berupa suatu geombang yang menyebar ke segala arah. Kecepatan gelombang ini
tergantung dari kedalaman laut dan percepatan gravitasi bumi.
Rumus sederhana dari kecepatan gelombang tsunami adalah :
V = g. D.(7.2)
Dimana :

V = kecepatan gelombang

D = Kedalaman pusat gempa.

Ditengah lautan di mana kedalaman laut cukup besar, maka kecepatan gelombang juga besar,
demikian pula periode gelombang, sedangkan amplitudonya kecil dan panjang gelombangnya
bisa mencapai puluhan kilometer.
Jika gelombang mendekati pantai dimana kedalaman laut berkurang, kecepatan gelombangnya
pun semakin kecil, tetapi diimbangi dengan berkurangnya periode gelombang dan bertambahnya
amplitudo (tinggi gelombang), sesuai dengan hukum Kekekalan Energi.
Andai gravitasi di suatu tempat adalah g = 10m/det 2 dan kedalaman laut di tempat itu di ambil D
= 500 m, maka kecepatan gelombang tsunami di tengah laut kurang lebih 250 km/jam.
Makin ke darat, laut semakin dangkal, sehingga diperkirakan kecepatan gelombang menurun
menjadi kurang lebih 20 m/det atau kurang dari 80 km/jam. Tetapi tinggi gelombang bertambah
diperkirakan mencapai 5 sampai 8 meter. Jadi seandainya tsunami berada lebih dari 50 km dari

63

daratan, maka diperkirakan gelombang tsunami akan datang lebih kurang 1 sampai 1,5 jam
setelah surutnya air laut secara mendadak.
7.6 Klasifikasi Tsunami
Lida (1963) membuat klasifikasi dari tsunami berdasarkan ukuran gelombangnya sebagai
berikut
a. Amat Kecil ( 0 )
b. Kecil ( 1 )
c. Menengah ( 2 )
d. Besar ( 3 )
e. Amat Besar ( 4 )
Ukuran amat kecil biasanya tidak terasa tetapi masih dapat diamati. Ukuran kecil mulai terasa
dan amat besar mulai merusak. Berdasarkan klasifikasi itu lida mengamati hubungannya dengan
gempa bumi dan memperoleh hubungan linear antara magnitude gempa bumi dengan besaran
tsunami.
Gempa bumi dengan magnitudo 7 Skala Richter dapat menimbulkan tsunami dalam skala 0
sedangkan magnitude gempa 8 dapat menghasilkan skala 1 sampai 2 dan gempa 8 sampai 9 bisa
menghasilkan tsunami yang dahsyat dapat mencapai skala 3. gempa bumi bermagnitudo kurang
dari 7 pada umumnya tidak menghasilkan tsunami yang merusak dan berskala minus.

64

Hubungan empiris antara magnitudo tsunami ddengan magnitudo gempa bumi yang
menimbulkannya diturunkan oleh Lida (1963) sebagai berikut :
m = 2,661 M 16,44..(7.3)
Dimana :

m = magnitudo tsunami dalam skala Immamura.

M = magnitudo gempa bumi dalam Skala Richter.

7.7 Daerah Sumber Tsunami di Indonesia.


Indonesia merupakan kepulauan yang terletak di antara dua samudera, yaitu ; Samudera Padifik
dan Samudera Hindia. Melihat kepada lokasi ini maka untuk daerah di Indoensia penyebab
tsunami berasal dari 3 lokasi yaitu :
a. berasal dari Samudera Pasifik.
b. Berasal dari Samudera Hindia
c. Berasal dari lokal Indonesia.
a. Tsunami Samudera Pasifik.
Tsunami yang berasal dari Samudera Pasifik pada waktu sekarang ditangani oleh PTWC (Pasific
Tsunami warning Center) yang berpusat di Honolulu, Hawaii, yang merupakan bagian dari ITIC
65

(International Tsunami Information Center) apabila terjadi gempa bumi di Laut Pasifik, dimana
memang gempa bumi di dunia ini 75 persen terjadi di sekitar pasifik, yang mempunyai
kedalaman dangkal dan bermagnitudo cukup besar maka perhatian khusus diberikan oleh PTWC
dengan tujuan untuk mengetahui apakah gempa bumi ini menimbulkan tsunami atau tidak.
Apabila menimbulkan tsunami, maka diadakan Tsunami Watch dengan jalan menanyakan kepada
petugas yang berada di sekitar episenter gempa bumi tersebut apakah ada penambahan
ketinggian gelombang laut.
Apabila di sekitar episenter terdapat Tide Gauge dengan sistem telemeter , maka hal ini dapat
dilakukan dengan melihat kepada recorder dari Tide Gauge ini. Bila terjadi tsunami yang
disebabkan karena gempa bumi, maka PTWC dapat memperhitungkan jam berapa gelombang
tsunami ini akan sampai di masing-masing negara anggota disekitar Samudera Pasifik.
Pemberitahuan ini diberikan oleh PTWC untuk kemudian Pemerintah setempat berusaha
mengungsikan penduduk pantai yang kira-kira akan dilanda tsunami.
Dalam hal ini di Indonesia yang termasuk salah satu negara di sekitar Samudera Pasifik tentunya
juga akan diberitahu oleh PTWC apabila akan ada tsunami yang melanda bagian utara dan timur
dari Indonesia (Irian Jaya bagian utara, Maluku bagian utara dan timur).
Untuk daerah Irian Jaya bagian utara dan Maluku bagian utara dan timur, telah dapat di
perkirakan waktu jalar gelombang tsunami yang berasal dari Pasifik ke daerah Jayapura dan
Sangihe
b. Tsunami Samudera Hindia

66

Tsunami dari Lautan Hindia yang melanda Indonesia sejak tahun 1797 sampai 1928, terdapat 14
buah tsunami. Diperkirakan tsunami tersebut kebanyakan berasal dari gempa tektonik yang
bersumber pada Belt Mediterania, dimana gempa-gempa dangkal yang terjadi di Samudera
Hindia ini terdapat sepanjang Belt Mediterania yang membujur mulai dari Sumatera, Jawa dan
Nusa Tenggara sejauh 200 km dari daratan.
Kedalaman laut dari batas plate tektonik lautan Hindia dengan plate tektonik Eurasia di daratan
Sumatera dan Jawa pada umumnya :
a. Untuk daerah selatan Jawa, 1000 m, sehingga waktu jalar tsunami tersebut kira-kira
membutuhkan waktu 1/2 jam untuk sampai ke pantai selatan Jawa.
b. Untuk sebelah barat daya Sumatera kedalaman Laut Hindia mulai dari batas plate
tektonik tersebut sampai ke pantai barat Sumatera, rata-rata berkedalaman 500 meter
sehingga waktu jalar gelombang tsunami sampai ke pantai barat Sumatera adalah kurang
lebih 1/4 jam.
Dengan demikian untuk mengurangi korban manusia akibat tsunami yang berasal dari Lautan
Hindia masih ada waktu selama antara dan jam untuk dapat mengungsikan penduduk
pantai.
Untuk dapat mengatasinya membutuhkan jaringan stasiun tsunami (stasiun seismo dan tide
gauge) yang telemeter untuk dapat mengetahui terjadinya gempa dangkal di laut hindia yang
cukup kuat beserta terjadinya tsunami yang harus sudah dapat diketahui sebelum gelombang
tsunami ini melanda daratan. Disamping itu juga dibutuhkan kesiagaan penduduk pantai beserta
aparat pemerintah yang sangat tinggi.

67

c. Tsunami Lokal.
Dilihat dari peta tsunami pontensial area di Indonesia, daerah yang sering mengalami
gelombang tsunami akibat gempa lokal atau tanah longsor di dasar lautan, teradapat di daerah
sekitar Maluku termasuk Nusa Tenggara pantai sebelah utara.
Penyebab tsunami ini kebanyakan berasal dari gempa-gempa lokal yang terjadi di daerah Maluku
di lautan yang kedalaman lautnya rata-rata 200 m.
Waktu jalar gelombang tsunami tentunya tergantung dari jaraknya sumber tsunami ke pantai.
Kalau di lihat pada peta Major Salau Earthquake (1897-1977), ternyata pada umumnya terdapat
dekat dengan pantainya.
Karena keadaan waktu jalar gelombang tsunami yang singkat pada umumnya, maka dalam hal
pengamanan penduduk dari gelombang tsunami, yang terpenting adalah pendidikan kepada
penduduk setempat di pantai di daerah iini.
Pada umumnya daerah rawan tsunami adalah daerah yang lokasinya dekat dengan jalur gempa
yang terletak di lautan dan episenternya dekat dengan pantai.
7.8 Antisipasi terhadap Ancaman Tsunami
Secara teori tsunami lebih mudah untuk di prediksi dibandingkan dengan gempa bumi.
Tenggang waktu terjadinya gempa bumi dan tibanya tsunami di pantai memungkinkan untuk
dapat menganalisa karekteristik gempa bumi tersebut.

68

Dalam tempo 20 sampai 30 menit, dapat ditentukan apakah suatu gempa bumi dapat
menyebabkan tsunami atau tidak. Informasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat
sebelum gelombang-gelombang tersebut menerjang pantai.
Karena terbatasnya fasilitas komunikasi sangat mungkin terjadi informasi belum sampai
sementara gelombang tsunami telah menyapu pantai. Hal inilah yang melandasi adanya sistem
peringatan dini (Tsunami Warning System), untuk itu diperlukan adanya alterlatif untuk
mengatasi kesulitan tersebut. Langkah-langkah yang diambil meliputi :
a. Adanya identifikasi daerah rawan tsunami .
b. Penyuluhan kepada penduduk dan aparat terkait di daerah rawan tsunami.
c. Proteksi daerah pantai di antaranya membuat jalur hijau sejauh 200 meter dari garis
pantai yang berfungsi sebagai penahan gelombang dan melestarikan kelestarian batu
karang yang sekaligus berfungsi sebagai pemecah gelombang.
d. Menetapkan letak pemukiman berada di belakang jalur hijau sehingga terlindung dari
ancaman gelombang, kalaupun terpaksa di bangun di dekat pantai, rumah yang baik
adalah rumah panggung dengan bagian bawah kosong sehingga memungkinkan air laut
untuk terus melewatinya.
e. Membuat dasar hukum yang kuat guna upaya pengaturan tata guna lahan yang terletak
pada daerah pantai.
7.9 Penanggulangan Tsunami

69

Melihat bagaimana terjadinya tsunami seperti penjelasan di atas, mulai surutnya air laut
sampai datangnya kembali gelombang tersebut, yang memakan waktu cukup lama. Lebihlebih apabila sumber tsunami berada lebih jauh di tengah laut maka perlu dilakukan cara-cara
penanggulangannya. Dengan demikian apabila masyarakat telah mengetahui apa yang terjadi
dan bagaimana akibatnya, mungkin jumlah korban akan bisa dikurangi, larena masih ada
waktu untuk meninggalkan tempat berbahaya tersebut. Cara penanggulangan bahaya
gelombang tsunami ini adalah dengan cara prepentif.
Dari pengalaman membuktikan bahwa korban tsunami hampir sebagian besar disebabkan karena
mereka yang jadi korban tidak mengetahui apa yang akan terjadi apabila air surut secara
mendadak, lebih-lebih setelah terjadi gempa bumi, malah korban umumnya pergi kelaut untuk
menonton peristiwa alam tersebut.
Secara teoritis dapat diketahui daerah-daerah di mana di Indonesia yang akan terkena gelombang
tsunami. Cara praktis menanggulangi bahaya tsunami untuk daerah-daerah yang diprakirakan
akan dilanda tsunami harus diberi penerangan secara mendetail apa dan bagaimana tsunami itu
dan sekaligus apa yang perlu dilakukan apabila air laut surut secara mendadak.

70

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Triatmojo, Pelabuhan, Beta Ofset, 2002
Nur Yuwono, Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pantai, Volume II, Keluarga Mahasiswa
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 1982
Nur Yuwono, Teknik Pantai, Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Gajah Mada, 1982
Radianta Triatmadja, Dasar-dasar Teknik Pantai , Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Gajah Mada, 1999
Shore Protection Manual Volume I, II
LDG, Tsunami Risk Evaluation Trough Seismic Moment From a Real time System , Paris,
1995
Buletin Meteorologi dan Geofisika, 1987

71

72

Anda mungkin juga menyukai