MAP
MAS
Pantai
Perairan pantai
Pantai
Sempadan Pantai
Pesisir
Daerah Pantai
Lautan
Dataran
memberikan artian metematis terhadap aktivitas dan hakekat gelombang itu sendiri. Horikawa
(1987) mengistilahkan pantai sebagai daerah yang bergerak, karena setiap perubahan pada gaya
yang bekerja di pantai seperti gaya gelombang, arus oleh gelombang, gerakan sedimen, angin
dan sebagainya selalu diikuti dengan perubahan di pantai. Ada dua istilah tentang pantai dalam
bahasa Indonesia yaitu pesisir (Coast) dan Pantai (Shore). Pesisir adalah daerah di tepi laut yang
masih mendapat pengaruh laut, seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
Sedangkan pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan
air surut terendah. Daerah dataran adalah daerah yang terletak di atas atau di bawah permukaan
daratan dimulai dari dari garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas
atau di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut
dan bagian bumi di bawahnya.
Defenisi garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dan posisinya tidak
tetap, dapat berpindah-pindah sesuai dengan pasang surut air laut serta erosi pantai yang terjadi.
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Jadi kriteria sempadan pantai adalah daratan
sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m
dari titik pasang tertinggi ke arah daratan.
diharapkan tulisan ini dapat memberikan gambaran umum secara khusus tentang dinamika pantai
yang diperlukan untuk pengelolaan pantai.
BAB II
GELOMBANG
Teori gelombang ini adalah teori gelombang amplitudo kecil yang dikemukakan oleh Airy pada
tahun 1845 yang menggunakan kondisi batas pada permukaan air dan dasar laut. Teori ini sangat
berguna dalam menentukan parameter perhitungan karakteristik gelombang yang terjadi di
permukaan laut. Pada suatu pantai ataupun bangunan pantai , kondisi yang paling kritis akibat
gelombang adalah pada saat terjadinya gelombang pecah dan melepaskan energi potensial yang
dikandungnya menjadi energi gerak (kinetic) yang dapat membawa material pantai atau merusak
bangunan pantai. Untuk selanjutnya dapat diuraikan karakteristik gelombang dan persamaan fisis
gelombang menurut Airy (1845) adalah :
Deskipsi yang paling cocok dari gelombang Oscillatory Sinusoidal sederhana dengan panjang L
(jarak antara titik yang sama pada dua gelombang berturut-turut), tinggi H (jarak vertikal dari
lembah ke puncak), periode T (waktu dari puncak gelombang berturut-turut yang melewati titik
tertentu), dan kedalam perairan d (jarak dari dasar kemuka air) lihat gambar 2.1. Gelombang
Airy ini diperoleh dari penyelesaian persamaan Laplace dengan menggunakan kondisi batas
yaitu :
1. Persamaan Laplace adalah persamaan kontinuitas :
Dimana
= 0
(Velocity) adalah :
U=
W=-
Perioda gelombang ( T )
T=
B.
L
; merupakan perioda gelombang secara umum ... ..........( 2.3 )
C
Panjang Gelombang ( L )
L=
gT 2
2d
tanh
2
L
.................( 2.4)
D.
.........................( 2.5 )
gT
2d
tanh
2
L
.....( 2.6 )
= A cos 2x 2d
= H / 2 . cos 2
T
(
.( 2.7 )
X
t
)
L
T
..( 2.8 )
Dimana :
T = Perioda Gelombang
d = Kedalaman Laut
L = Panjang Gelombang
t = Lama Pengamatan
a = Amplitudo Gelombang
U=
V=
Dari hasil turunan matematika didapat :
u =
v =
ax =
ay =
= u dt =
= v dt =
(2.14)
adalah jari-jari partikel air yang bergerak di permukaan
P = - gy +
SWL
gelombang datang
Laut
z
d
dasar laut
tekanan gel
Dinding bangunan
Tenaga Gelombang :
Energi atau tenaga total gelombang adalah jumlah dari tenaga kinetik dan potensial gelombang.
Besarnya tenaga gelombang atau energi tersebut :
-
Energi kinetik
L 0
g H 2 L
2
2
Ek = dx dy (u + v ) = -----------------. (2.16)
0 -d
16
-
Ep =
Energi potensial
L
g H 2 L
2
2
2
g dx = g L = g a L = ----------------- .. (2.17)
0
16
Gelombang datang
S = simpul
Dinding/tembok
gelombang refleksi
Dinding/tembok
Gambar 2.4 Gelombang berdiri yang terjadi akibat refleksi dari gelombang
datang yang mengenai dinding vertikal bangunan
10
Klasifikasi Gelombang
d/L
2 d/L
Perairan Dalam
> 0.5
>
Perairan Transisi
0.04 0.5
0.25 -
Perairan Dangkal
<0.4
<0.25
tan 2 d/L
=1
Tan (2
d/L)
= 2 d/L
gT
2
....( 2.18 )
Lo
gT 2
1.56T 2
2
...( 2.19 )
indek o menunjukan bahwa nilai tersebut adalah untuk kondisi di laut dalam.
2. Untuk kondisi gelombang di laut transisi, jika kedalaman relatif 1/20< d/L<
L
C
2d
tanh
Lo Co
L
..( 2.20 )
..( 2.21 )
gd
..( 2.22 )
11
LT
..( 2.23 )
gd
Contoh :
Suatu gelombang dengan periode 8 detik berada dilaut dengan kedalam 15 m. Jika grafitasi
adalah 9.8 m/detik2, tentukan kecepatan gelombang.
Diketahui
Ditanya
: T = 8 detik
d = 15 m
g = 9.8 m/detik2
:C
T = 8 detik
d = 15 m
Jawab
L=
L=
gT 2
2d
tanh
2
L
9.8.8 2
2 15
tanh
2
L
L = 99.87 tanh 2 15
..(*)
99.87 73.57
99.87 + 73.57
Ambil L = ----------------- = 86.72
2
2 15
86.72
12
86.72 79.45
86.72 + 79.45
Ambil L = -------------------- = 83.08
2
2 15
83.08
Terlihat bahwa ruas kiri semakin mendekati. Perhitungan dilanjutkan dengan cara yang sama,
sehingga didapat nilaiakhir L = 81.76 m. Maka C = L/T = 81.76/8 = 10.22 m/detik
Latihan : Dengan periode gelombang 10 detik pada laut kedalaman 8 m, tentukan kecepatan
gelombang (g = 9.8 m/detik2).
2.7 Run Up Gelombang
Run up gelombang merupakan pergerakan gelombang saat menemui halangan seperti lereng atau
bangunan pantai. Pergerakan gelombang menuju bangunan pantai akan dipantulkan atau pecah
didaerah tersebut, dan diikuti dengan gerakan air meluncur keatas lereng yang disebut
gelombang naik ( Run up = Ru ). Elevasi puncak bangunan pantai (seawall, groin, breakwater,
jetty) ditentukan berdasarkan elevasi run up yang diijinkan. Perhitungan run up gelombang
dilakukan untuk memperoleh ketinggian bangunan agar tidak terjadi pelimpasan diatas puncak
bangunan atau over topping. Ketinggian run up gelombang tergantung kepada bentuk dan
kekasaran bangunan, kemiringan dasar laut didepan bangunan, kedalaman air pada kaki
bangunan dan karakteristik gelombang. Penentuan run up gelombang diteliti oleh Irribaren.
Dengan menentukan bilangan Irribaren maka dapat ditentukan run up gelombang untuk berbagai
jenis lapis lindung dengan persamaan sebagai berikut :
13
Ir =
tg
H / Lo 0,5
.......................................................( 2.24 )
Dimana :
Ir
= Bilangan Irribaren
Lo
Gelombang
datang
Ru = Run up
SWL
Kemiringan
pantai
db
Ru
1. Concrete slabs
0.90
0.85 0.90
3. Grass
0.85 0.90
4. Impermeable base
0.80
5. Placed stones
0.75 0.80
14
6. Round stones
0.60 0.65
7. Dumped stones
0.50 0.60
8. Rip rap
0.50
1/ 2
...............................................................(3.1)
C2 = 5.58 m/detik.
Dari persamaan (3.1) terlihat bahwa kecepatan (C) gelombang tergantung pada kedalaman (d).
Jika kecepatan gelombang berkurang maka panjang gelombang juga akan berkurang. Karena
15
Bo
Lo
o
B1
1
Garis kedalaman
PANTAI
Gambar 3.1 : Refraksi gelombang pada pantai
Arah gelombang dan nilai Kr dapat dihitung berdasarkan Hukum Snell berikut ini :
Lo
L1
Kr
H1
Ho
cos 0
.........(3.3)
cos1
no.Co Bo
.
n1.C1
B1 ..(3.4)
16
Dimana :
Kr = Koefisien refraksi
0 = Arah gelombang datang di laut dalam (awal gelombang)
1 = Arah gelombang datang di kedalaman d1
cos 0
cos 1
Nilai koefisien shoaling dan koefisien refraksi dapat dilihat pada tabel lampiran
Menentukan refraksi gelombang juga dapat dilakukan secara grafis dengan menggunakan
template. Yaitu harus diketahui kriteria gelombang:
a. Periode gelombang
b. Kontour/kedalaman laut
Perpanjang arah gelombang sampai memotong kontour tengah disuatu titik (misal titik A)
Cari perbandingan C1/C2 atau C2/C1 (kecepatan jalar gelombang dari kedalaman awal
ke kedalaman berikutnya), dihitung sampai pada kedalaman yang mencapai pantai
Arah gelombang terdifraksi adalah arah yang ditunjukkan oleh orthogonal gelombang
setelah perputaran template
HD
Bangunan Impermeabel
HA
18
X = Hr / Hi
............( 3.6)
Dimana :
X
= Koefisien Refleksi
Hr
Hi
1= sudut gelombang
terefleksi
o
1
19
Dinding bangunan
Gelombang terefleksi
Tipe Bangunan
Dinding vertikal dengan puncak diatas air
Diding vertikal dengan puncak terendam
Tumpukkan batu sisi miring
Tumpukkan blok beton
Bangunan vertical dengan peredam energi ( diberi lobang )
X
0,7 1,0
0,5 0,7
0,3 0,6
0,3 0,5
0,05 - 0,2
Besarnya energi gelombang refleksi dari pantai atau bangunan pantai tergantung dari kemiringan
bangunan pantai, kekasaran, lolos air, kedalaman gelombang dan sudut gelombang datang.
Battjes (1970) memberikan persamaan sebagai berikut :
= 1 / ( Cos ( HD / LD ))
..( 3.7 )
Dimana :
= Kemiringan Bangunan
HD
LD
Contoh soal :
Diketahui 2 ortogonal gelombang datang berjarak 100 m. Sampai pada kedalaman 5 m jarak ke 2
ortogonal menjadi 120 m. Koefisien shoaling pada kedalaman 20 m adalah 1. Hitung tinggi
gelombang pada kedalaman 5 m ! Tinggi gelombang di laut dalam adalah 1 m
Dik :
100m
Di laut dalam Bo = 100 m
d = 5 m maka B1 = 120 m
Ks = 1 pada kedalaman 20 m
Ho = 1 m
Dilaut dalam
d = 20 m
Ks = 1
120 m
d=5m
Ditanya : Tinggi gelombang pada kedalaman 5 m
Jawab :
Kr
Bo
B1
Kr = (100/120) = 0.91
Ks = 1 artinya H/Ho1 = 1
d/Lo = 0.057
Lo = 1.56 T2
350.88 = 1.56 T2
21
T = 15 detik
Co = Lo/T = 350.88/15 = 23.39 m/detik
Ho
H1
------ =
Ho
H1
------ =
1
no.Co Bo
.
n1.C1
B1
Ks
1.327 x
Kr
0.91
H1 = 1.21 m
Tinggi gelelombang pada kedalaman 5 meter adalah 1.21 m
Latihan :
Gelombang di lau dalam dengan panjang gelombang 200 m. Tinggi gelombang setelah mencapai
kedalaman 10 m adalah 2 m. Jika koefisien refraksi 0.9, tentukan periode dan tinggi gelombang
di laut dalam!
22
lepas pantai, yang perencanaannya harsus memenuhi syarat terletak di bawah muka air.
Maka tinggi muka air minimal harus diketahui.
1. Semi diurnal tide : pasang surut yang mempunyai periode 12,4 jam. Sehingga dalam 1
hari terjadi 2 kali pasang dan surt. Semi diurnal tide ini terjadi bila poros perputaran bumi
tegak lurus pada garis yang menghubungkan pusat bumi dan bulan.
Bumi
bumi
bulan
Gambar 4.1 Bumi tegak lurus garis yang menghubungkan bumi dan bulan
2. Diurnal tide : Pasang surut yang mempunyai periode 24 jam, sehingga dalam 1 hari
hanya terjadi 1 kali pasang dan surut. Diurnal tide terjadi jika poros perputaran bumi
tidak tegak lurus pada garis ynag menghubungkan pusat bumi dan bulan.
bumi
bulan
Gambar 4.2 Bumi tidak tegak lurus garis yang menghubungkan bumi dan bulan
Gelombang angin adalah gelombang yang selalu terdapat dipantai. Gaya seret angin yang berada
di permukaan air memberikan energi pada air. Energi yang menyebabkan air bergerak dan
membentuk gelombang. Semakin kencang atau kuat angin, energi yang terjadi semakin besar,
sehingga gelombang yang terjadi semakin besar (tinggi). Dengan demikian gelombang angin
merupakan gelombang yang sangat penting, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
proses morfologi pantai dan muara sungai ataupun perencanaan fasilitas pantai lainnya.
Angin yang berhembus diatas permukaan laut akan memindahkan energinya ke air tersebut dan
akan menimbulkan gelombang. Tempat dimana gelombang akan dibentuk disebut daerah
24
angi A
n
Daerah
gelombang
SEA
Ful
daerah
gelombang
SWELL
25
....................
( 4.1 )
Dimana :
UA
Pada kondisi laut terbuka, energi yang dihasilkan sudah terserap penuh oleh permukaan air yang
berbentuk gelombang. Kecepatan angin tertentu tidak memungkinkan lagi bagi gelombang untuk
timbul karena lama hembusan angin telah melebihi dari waktu yang diperlukan untuk
membangkitkan gelombang. Pada keadaan tersebut gelombang yang terjadi adalah terbentuk
gelombang sempurna, yang merupakan gelombang maksimum tanpa mendapatkan batasan dari
lama hembusan dan panjang fetch. Persamaan yang digunakan untuk kondisi pembentukan
gelombang berbentuk sempurna adalah :
gHs
2.433 x10 1 ................( 4.2 )
UA
gTs
8.134
UA
................( 4.3 )
gt
7.15 x10 4
UA
.................( 4.4 )
Dimana :
26
Hs
Ts
UA
Sehingga di peroleh :
Hs = 0.0056 x U2
( 4.5 )
Ts = 0.33 U
....( 4.6 )
( y yn)..(4.8)
Hs
= periode ulang
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jawab :
Dari rumus (4.5) : Hs = 0.0056 x U2
Tahun 1997 : U = 15 knot, maka Hs = 0.0056 x 152 = 1.26 m/detik
Selanjutnya data angin diselesaikan dengan tabel sebagai berikut :
Tahun
1997
Hs = 0.0056 U2 m/detik
1.26
(H H rata-rata)2
(1.26 3.09)2 = 3.35
28
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1.81
2.24
1.43
1.62
2.02
2.47
7.26
8.96
1.26
2.71
4.08
37.12
1.64
0.72
2.76
2.16
1.14
0.38
17.39
34.46
3.35
0.14
0.98
68.47
= 2.49
yn = 0.503
n = 0.98
Hs = 3.09 +
(1.4999 0.503)
Hs = 5.62 m
Tinggi gelombang dengan periode ulang 5 tahun = 5.62 m
4.2 Panjang Seret Gelombang (fetch)
29
Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstan. Arah angin masih bisa
dianggap konstan apabila perubahannya tidak melebihi 15 0. Sedangkan kecepatan masih
dianggap konstan jika perubahannya tidak melebihi dari 5 knot (2,5 m/detik) terhadap kecepatan
rerata. Didalam tinjauan pembangkit gelombang dilaut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi laut. Didaerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan
dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin.
Fetch rerata efektif diberikan oleh persamaan
Feff
X 1 cosi
cosi
... .........................(4.9 )
Dimana :
Feff = fetch rerata efektif.
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch.
pertambahan 60 sampai
Tinggi gelombang yang menjalar di laut dalam dapat ditentukan dengan rumus :
Ho
Hs
KsxKr
..................... (5.1 )
Dimana :
Ho = Tinggi gelombang di laut dalam (m)
Hs = Tinggi gelombang signifikan (m)
31
Ks = Koefisien pendangkalan
Kr = Koefisien refraksi
Untuk perhitungan Teknik pantai, kriteria gelombang selalu diperhitungkan dari awal adalah tipe
gelombang di laut dalam.
Hb
1
H o ' 3.3 H o / Lo 1 / 3
db
1.28
Hb
..( 5.2 )
..(5.3)
Dimana :
Hb
Ho
Lo
db
32
Perbandingan Hb/Ho sering disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah. Iversen (1952),
Galvin (1969), dan Gado (1970) menentukan bahwa Hb / Ho dan db / Hb bergantung pada
kemiringan gelombang datang., dapat ditulis dengan rumus
db
1
H b b aH b / gT 2
..( 5.4 )
..( 5.5 )
19 m
a 43.75 1 e
b
1.56
1 e 19.5m
..( 5.6)
Dimana :
Hb
db
= Kemiringan pantai
Contoh :
Diketahui tinggi gelombang (H) = 2 m. Periode gelombang (T) = 5 detik
Kedalaman air (d) = 12 m, lama pengamatan = 0
Tentukan gaya gelombang tidak pecah pada kedalaman 10 m di bawah muka air
Jawab :
L=
gT 2
2d
tanh
2
L
L=
9,8.52
2 .12
tanh
2
L
L=
9,81.25
2 .12
tanh
2
L
34
L = 37.7 m
k = 2/L
k = 0,17
= 2/T = 1.26
cosh k (z + d)
P = g z + g H --------------------- cos (t)
cosh kd
P = 1000.9,8 . (-10) + 1000.9,8 . 2
P = 7473,68 kg/m2
: o =5
Dimana
:o = 0.2
.(5.8)
35
36
pantai Padang, proses abrasi terjadi sepanjang pantai, karenanya dapat digolongkan pantai
mengalami arus sejajar pantai. Aliran arus sejajar pantai sejajar dengan garis pantai dan terbatas
diantara daerah gelombang pecah dengan garis pantai. Sebagian besar arus sejajar pantai
dibangkitkan oleh komponen gerak sejajar pantai dari gelombang yang membentuk sudut dengan
garis pantai. Persamaan modifikasi Longuet-Higgins :
....
( 5.10 )
. (5.11)
Dimana :
V
Hb
db
= kedalaman pecah
= 2/L
cf1
cf
= m.cf1
37
Contoh :
Pada suatu pantai dengan kelandaian 0.01 menghempas gelombang yang relative regular dengan
karakteristik sebagai berikut : Tinggi gelombang di laut dalam 1.5 m, periode gelombang 7 detik,
sudut datang gelombang di laut dalam adalah 300. Tentukan tinggi dan kedalaman gelombang
saat pecah, jarak gelombang pecah ke garis pantai dan kecepatan arus sejajar pantai saat
gelombang pecah
Diketahui :
m = 0.01 Ho = 1.5 m
T = 7 detik
o= 300
Coba d = 1.5 m
d/Lo = 1.5/76.44 = 0.02
Dengan d/Lo = 0.02, dari tabel C1 didapat : d/L1 = 0.05763
Maka L1 = 1.5/0.05763 = 26.0281 m
Dengan d/Lo = 0.02, dari tabel C1 didapat : Ks = 1.226
38
Lo
L1
sin o sin 1
26.0281
= ------------sin 1
cos 0
cos1
cos 300
Kr 1.5 = ( ---------------------- ) = 0.9375
cos 90, 8025
H1
Ho
Ks
H1 = Ho x
.
Ks x
no.Co Bo
.
n1.C1
B1
Kr
Kr
d = 1.5 m
H1
1.72
--------- = --------- = 1.15 (padahal syarat H/d = 0.78 atau d/H = 1.28 dari rumus 5.3)
d
1.5
Coba d = 2 m
d/Lo = 2/76.44 = 0.026
Dengan d/Lo = 0.026, dari tabel C1 didapat : d/L1 = 0.06613
Maka L1 = 2/0.06613 = 30.2434 m
Dengan d/Lo = 0.026, dari tabel C1 didapat : Ks = 1.226
39
Lo
L1
sin o sin 1
76.44
-------Sin 300
30.2434
= ------------sin 1
cos 0
cos1
cos 300
Kr 2 = ( ---------------------- ) = 0.9399
cos 110, 8098
H1
Ho
Ks
H1 = Ho x
.
Ks x
no.Co Bo
.
n1.C1
B1
Kr
Kr
d=2m
H1
1.63
--------- = --------- = 0.82 (padahal syarat H/d = 0.78 atau d/H = 1.28 dari rumus 5.3)
d
2
Coba d = 2.05 m
d/Lo = 2.05/76.44 = 0.0268
Dengan d/Lo = 0.0268, dari tabel C1 didapat : d/L1 = 0.06747
Maka L1 = 2.05/0.06747 = 30.38 m
Dengan d/Lo = 0.0268, dari tabel C1 didapat : Ks = 1.15
40
Lo
L1
sin o sin 1
76.44
-------Sin 300
30.38
= ------------sin 1
cos 0
cos1
cos 300
Kr 2.05 = ( ---------------------- ) = 0.94
cos 110, 462
H1
Ho
H1
------ =
Ho
Ks
H1 = Ho x
.
Ks x
no.Co Bo
.
n1.C1
B1
Kr
Kr
d = 2.05 m
1.62
--------- = --------- = 0.78 (syarat H/d = 0.78 atau d/H = 1.28 dari rumus 5.3) OK
d
2.05
a. Maka tinggi gelombang pecah = H1 = 1.62 m
b.
100
= d = 2.05 m
b = 0.78
k = 2/L = (2 x 3.14)/30.38 = 0.21
12 h
cf1 = 18 log ----------k
12 x 1.62
cf1 = 18 log -------------------= 35.34
0.21
cf = m . cf1= 1/100 x 35.34 = 0.3534
dari hasil hitungan nilai db = 2.05 m
diketahui kemiringan pantai : m = 0.01
Sudut gelombang saat pecah : b = 1 = 110, 462
V = 0.019 m/detik
d. Kecepatan arus di pantai saat gelombang pecah = 0.019 m/detik
42
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non
astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan
lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang
rendah disebut rentang pasang surut (tidal range).
Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24
jam 50 menit.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang
sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus.
Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pada saat bulan 1/4 dan 3/4.
43
terjadi
2. Neap tide,
terjadi
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika
suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan
tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal
tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe
campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.Selain dengan melihat data pasang surut
yang diplot dalam bentuk grafik (tentunya susah jika datanya banyak ya), tipe pasang surut
juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk:
F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)]
(5.12)
45
Diurnal
Long
Priod
Simbol
Periode (jam)
M2
12.42
S2
12
N2
12.66
K2
11.97
K1
23.93
O1
25.82
P1
24.07
Mf
327.86
46
Transport sedimen di pantai tidaklah sama dengan transport sedimen yang terjadi di sungai.
Transport sedimen yang terjadi di pantai merupakan akibat dari penggabungan antara osilasi
gelombang dengan aliran yang terjadi di pantai seperti arus sejajar pantai (longshore current),
sirkulasi pantai (nearshore circulation), arus balik (rip current), dan arus bawah (undertow).
Gabungan arus-arus tersebut bersama dengan terjadinya turbulensi oleh gelombang pecah
menjadikan proses sedimen pantai terus terjadi. Tertransportnya sedimen juga ditentukan oleh
ukuran serta klasifikasi material pantai. Komposisi material adalah berupa : diameter butiran,
rapat massa, bentuk butiran, kecepatan endap (fall velocity), komposisi mineral batuan, porositas
dan permeabilitas. Seperti diketahui berdasar diameter butiran, material dibagi atas : lempung
(clay), lanau (silt), pasir (sand), kerikil (gravel), kerakal (cobble), dan berangkal (boulder).
Sedangkan gaya yang menyebabkan tertransportnya sedimen pantai adalah :
1. gaya gravitasi (gaya berat=Fg) adalah gaya yang disebabkan oleh berat butiran
2. gaya seret (drag force=Fd) adalah gaya yang timbul akibat gesekan diantara butiran
3. gaya angkat (lift force=Fl) adalah gaya yang terjadi karena perbedaaan kecepatan air
yang berada di bawah butiran lebih kecil dari kecepatan air yang berada di atas
butiran.
4.
gaya inersia (inertia force=Fi) adalah gaya yang terjadi karena perubahan kecepatan
air
5.
gaya apung (bouyance force=Fb) adalah gaya yang terjadi akibat gaya gerak air
diganti oleh gaya gerak butiran
47
Fl
Fb
Fd
Fi
Fg
Gambar 5.3 Gaya-gaya pada butiran saat gelombang datang mengenai butiran
Fl
Fb
Fd
Fi FFi
Fg
Gambar 5.4 Gaya-gaya pada butiran saat gelombang balik pada butiran
Akibat tertransportnya butiran, maka pantai mengalami prose erosi/abrasi dan akresi. PAntai
akan seimbang bila dikenai oleh tinggi gelombnag yang tetap (konstan). Hal ini adalah tidak
mungkin, karena besarnya angin yang menimbulkan gelombang selalu berubah.
Akresi
gelombang datang
erosi
pantai
Gambar 5.5 Propil pantai akibat gelombang
48
Besarnya butiran yang tertransport menurut CERC (US Army Coastal Engineering Research
Center, Frijlink, Bijker, Engelund, Hansen, dan White Ackers disederhanakan sebagai berikut :
S = 0.014 Ho2 x Co x Kr br x sin br x cos br .(5.13)
S = banyaknya sedimen yang tertransport (m3/detik)
Ho = tinggi gelombang di laut dalam (m) = Hs x Kr br
Hs = tinggi gelombang signifikan (m)
Co = Kecepatan gelombang di laut dalam (m/detik)
Kr br = Koefisien refraksi di daerah gelombang pecah = (cos /cos br)1/2 x Kr
Kr = koefisien refraksi
= sudut yang dibuat gelombang terhadap pantai
br = sudut yang dibuat gelombang terhadap pantai saat pecah
br= arc sin cb/cd (sin )
cb = tanh (2 db//Lo) = kecepatan gelombang saat pecah (m/detik)
cd = tanh (2 d//Lo)= kecepatan gelombang pada kedalaman d (m/detik)
db = kedalaman breaker = kedalaman laut saat gelombang pecah (m)
d = kedalaman laut (m)
Lo = panjang gelombang di laut dalam (m)
49
Contoh :
Pada suatu pantai terdata sebagai berikut :
Arah gelombang
datang
Tinggi
Periode
gelombang
gelombang di
signifikan di laut laut dalam
dalam (m) = Hs
(detik) = T
0
300
1.75
7.5
Tentukan jumlah sedimen tertransport akibat data diatas !
Koefisien
refraksi pada
kedalaman 10 m
= Kr
0.85
Sudut datang
gelombang pada
kedalaman 10 m
()
- 160
Jawab
Diketahui : Hs = 1.75 m
T = 7.5 detik
Soal : Pertanyaan yang sama tentukan jumlah sedimen tertransport, jika arah gelombang 1800, Hs
= 1.82 m, T = 8.4 detik, Kr pada kedalaman 10 m = 0.71 dan pada kedalaman 10 m adalah 330
51
Air laut
terjadi pelapukan
Gelombang datang ke pantai atau ke bangunan pantai disebabkan adanya angin, pasang surut
atau gempa. Akibat gelombang tersebut terjadi pelapukan di pantai dalam bentuk : erosi pantai,
abrasi yang merusak daerah pemukiman penduduk, daerah wisata, pelabuhan, jalan dan lainnya.
c. Terumbu karang
Secara alami, alam telah menyediakan terumu karang di laut. Saat gelombang menuju
pantai, melewati daerah terumbu, maka energy gelombang yang melewati terumbu
tersebut akan mengalami pengurangan energi akibat lembah gelombang menyentuh
terumbu. Hal ini akan memperkecil erosi pantai.
Bila perlindungan alami tidak ada (ruusak), maka dibuat perlindungan buatan. Ada 5 pendekatan
dalam perencanaan perlindungan pantai buatan :
1. Mengubah laju angkutan sedimen sejajar pantai (dengan membangun groin)
2. Mengurangi energi gelombang yang menuju pantai (dengan bangunan pemecah
gelombang, groin)
3. Memperkuat tebing pantai sehingga tahan terhadap serangan gelombang (dengan
bangunan revetment, seawall)
4. Menambah suplai sedimen ke pantai (dengan cara sand by passing atau beach
nourishment)
5. Melakukan penghijauan berupa penanaman di daerah pantai ( dengan menanam pohon
bakau, api-api atau nipah)
53
bertulang. Ada yang disebut : tetrapod, quadripod, dolos dan lain-lain, dengan memodifikasi
bentuk material tersebut.
Puncak
W
W/10
Lapis lindung
Lapis tengah
lereng
W/200
Lapis inti
Gambar 6.1 Gambar groin dengan 3 lapisan
6.4 Batuan Lapis Lindung
Kerusakan umum yang terjadi pada bangunan adalah akibat tekanan yang besar terhadap dinding
bangunan. Tekanan ini terjadi akibat pecahnya gelombang saat terhalang oleh bangunan.Tekanan
yang besar juga terjadi saat arus naik ( Run Up ) dan arus turun ( Run Down ). Jika bangunan
terbentuk dari material yang tersementasi secara keseluruhan maka kemungkinan guling dan
geser yang terjadi akan lebih besar. Keruntuhan bagian luar ( lapis lindung ) tidak saja terjadi
akibat hantaman gelombang secara langsung, akan tetapi akibat tergerusnya lapisan tanah
dibawah bangunan pantai yang umumnya adalah pasir yang memiliki kohesi ( interlocking )
yang rendah. Jadi dapat ditarik kesimpulan stabilitas batu lapis lindung tergantung pada berat dan
bentuk material serta kemiringan sisi bangunan. Didalam perencanaan bangunan pantai,
ditentukan berat butir batu lindung yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hudson
a. H 3
W
)
K d ( S r 1) 3 cot
..( 6.1 )
Dimana :
54
Kd
Sr
= a / w (6.2)
55
2. Non Overtopping
Yaitu bangunan pantai yang tidak mengijinkan air tidak melimpas diatas puncak
bangunan. Jenis bangunan ini biasanya digunakan untuk daerah yang tinggi
gelombangnya besar. Hal ini dapat dilihat dari proses erosi yang terjadi setiap tahunnya.
Dalam perencanaan jenis bangunan ini, perlu diperhatikan bahwa puncak bangunan
direncanakan berdasar tinggi run up
56
Jawab :
Diketahui : Material batu alam. H = 1.5 m
a = 2600 kg/m3
w = 1025 kg/m3
cot = 2
Ditanya : berat batuan (W)
Jawab :
Dari rumus (6.2) : Sr
= a / w = 2.54
a. H 3
K d ( S r 1) 3 cot
2600. (1.5)3
W
3,5(2,54 1)3 2
W = 343,5 kg
Soal :
Rencanakan berat batuan bangunan pantai terbuat dari material batu alam, terdiri dari
lapis lindung dan inti, jika tinggi gelombang signifikan = 1.5 m. Berat jenis material 2600
kg/m3. Berat jenis air laut 1025 kg/m3. Gelombang diharapkan dapat melimpas dilereng
bangunan. Kemiringan lereng bangunan membentuk sudut 450
57
58
59
4. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Gaya-gaya semacam ini
biasanya terjadi pada zona bukaan dan zona sesar.
Lida (1970) berdasarkan data tsunami di Jepang menunjukkan bahwa gempa yang menimbulkan
tsunami sebagian besar merupakan gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen
dip-slip, yang terbanyak adalah tipe sesar naik misalnya tsunami Japan Sea 1983 dan Flores 1992
dan sebagian kecil tipe normal (sesar turun) misalnya sanriku Jepang 1993 dan Sumba 1977.
Gempa dengan mekanisme fokus sesar mendatarkecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan
tsunami.
7.3 Karakteristik Tsunami
Secara garis besar tsunamidapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode yang
ditimbulkan oleh suatu gangguan implusif yang terjadi pad medium laut. Periode gelombang
tsunami berkisar antara 10-60 menit.
Gangguan pembangkit tsunami biasanya berasal dari berbagai sumber, misalnya gempa bumi,
erupsi vulkanik atau land slide yang terjadi di dasar laut. Gelombang yang disebabkan oleh gaya
implusif bersifat transien atau gelombang yang bersifat sesaat. Gelombang ini berbeda dengan
gelombang-gelombang laut lain yang bersifat kontinyu, seperti gelombang permukaan laut yang
ditimbulkan oleh tiupan angin atau gelombang pasang laut yang disebabkan gaya tarik benda
angkasa.
Selain bersifat transien, gelombang tsunami juga bersifat dispersif, artinya periodenya berubah
terhadap jarak sumber gangguan implusif. Gelombang tsunami yang menjalar dekat dengan
60
daerah sumber gempa mempunyai periode lebih kecil dibandingkan dengan gelombang tsunami
yang menjalar jauh dari sumber.
Besar kecilnya tsunami yang terjadi di samping tergantung pada bentuk morfologis pantai juga
dipengaruhi oelh karakteristik sumber gangguan implusif yang ditimbulkannya. Karakteristik
gelombang tsunami meliputi energi, magnitudo, kedalaman pusat gempa dan mekanisme fokus.
Dalam penjalarannya ke pantai dari sumber gangguan implusif, gelombang tsunami akan
mengalamai tranformasi tinggi, panjang, kecepatan ataupun arah gelombang. Transformasi
disebabkan adanya perubahan kedalaman laut yang dilalui tsunami, atau tsunami melintasi alur
yang lebih sempit seperti selat, sungai atau teluk.
Bila tsunami melintasi alur yang sempit dan dangkal maka tinggi gelombang tsunami akan
mengalami perbesaran yang merupakan fungsi dari perubahan kedalaman dan lebar alur yang
dilewati. Tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai 100 km
berbentuk ellips dengan amplitudo sekitar 5 meter.
Kecepatan penjalaran tsunami di laut berkisar antara 50-1000 km perjam. Kecepatan ini
berkaitan dengan kedalaman laut. Pada dasarnya bila kedalaman laut berkurang setengahnya,
maka kecepatan berkurang tiga perempatnya. Sedangkan tinggi gelombang tsunami justru akan
bertambah jika mendekati pantai, karena adanya perubahan kedalaman laut yang dilalui tsunami.
Tinggi tsunami mencapai maksimum pada daerah pantai yang landai dan berlekuk seperti teluk
atau muara sungai, maka gelombang tsunami akan mencapai puluhan meter.
61
Sebagai contoh gempa bumi Flores yang mempunyai magnitude 6,6 SR secara teoritis akan
menimbulkan gelombang tsunami setinggi 1 sampai 2 meter di episenter, tetapi pada saat tiba di
pantai Flores gelombang tsunami mencapai maksimum sekitar 24 meter.
Dari hubungan empiris tersebut terlihat bahwa mengitudo minimum gempa bumi yang
memungkinkan terjadinya tsunami adalah 6,3 SR. Dan gempa-gempa dangkal yang lebih
berpotensi untuk menimbulkan gelombang tsunami. Di Jepang rata-rata kedalaman
maksimumnya sekitar 80 km.
7.5 Kecepatan Tsunami berdasarkan Kedalaman
62
Apabila sebagian besar laut naik turun secara mendadak, maka air di atasnya akan mengalami
gangguan berupa suatu geombang yang menyebar ke segala arah. Kecepatan gelombang ini
tergantung dari kedalaman laut dan percepatan gravitasi bumi.
Rumus sederhana dari kecepatan gelombang tsunami adalah :
V = g. D.(7.2)
Dimana :
V = kecepatan gelombang
Ditengah lautan di mana kedalaman laut cukup besar, maka kecepatan gelombang juga besar,
demikian pula periode gelombang, sedangkan amplitudonya kecil dan panjang gelombangnya
bisa mencapai puluhan kilometer.
Jika gelombang mendekati pantai dimana kedalaman laut berkurang, kecepatan gelombangnya
pun semakin kecil, tetapi diimbangi dengan berkurangnya periode gelombang dan bertambahnya
amplitudo (tinggi gelombang), sesuai dengan hukum Kekekalan Energi.
Andai gravitasi di suatu tempat adalah g = 10m/det 2 dan kedalaman laut di tempat itu di ambil D
= 500 m, maka kecepatan gelombang tsunami di tengah laut kurang lebih 250 km/jam.
Makin ke darat, laut semakin dangkal, sehingga diperkirakan kecepatan gelombang menurun
menjadi kurang lebih 20 m/det atau kurang dari 80 km/jam. Tetapi tinggi gelombang bertambah
diperkirakan mencapai 5 sampai 8 meter. Jadi seandainya tsunami berada lebih dari 50 km dari
63
daratan, maka diperkirakan gelombang tsunami akan datang lebih kurang 1 sampai 1,5 jam
setelah surutnya air laut secara mendadak.
7.6 Klasifikasi Tsunami
Lida (1963) membuat klasifikasi dari tsunami berdasarkan ukuran gelombangnya sebagai
berikut
a. Amat Kecil ( 0 )
b. Kecil ( 1 )
c. Menengah ( 2 )
d. Besar ( 3 )
e. Amat Besar ( 4 )
Ukuran amat kecil biasanya tidak terasa tetapi masih dapat diamati. Ukuran kecil mulai terasa
dan amat besar mulai merusak. Berdasarkan klasifikasi itu lida mengamati hubungannya dengan
gempa bumi dan memperoleh hubungan linear antara magnitude gempa bumi dengan besaran
tsunami.
Gempa bumi dengan magnitudo 7 Skala Richter dapat menimbulkan tsunami dalam skala 0
sedangkan magnitude gempa 8 dapat menghasilkan skala 1 sampai 2 dan gempa 8 sampai 9 bisa
menghasilkan tsunami yang dahsyat dapat mencapai skala 3. gempa bumi bermagnitudo kurang
dari 7 pada umumnya tidak menghasilkan tsunami yang merusak dan berskala minus.
64
Hubungan empiris antara magnitudo tsunami ddengan magnitudo gempa bumi yang
menimbulkannya diturunkan oleh Lida (1963) sebagai berikut :
m = 2,661 M 16,44..(7.3)
Dimana :
(International Tsunami Information Center) apabila terjadi gempa bumi di Laut Pasifik, dimana
memang gempa bumi di dunia ini 75 persen terjadi di sekitar pasifik, yang mempunyai
kedalaman dangkal dan bermagnitudo cukup besar maka perhatian khusus diberikan oleh PTWC
dengan tujuan untuk mengetahui apakah gempa bumi ini menimbulkan tsunami atau tidak.
Apabila menimbulkan tsunami, maka diadakan Tsunami Watch dengan jalan menanyakan kepada
petugas yang berada di sekitar episenter gempa bumi tersebut apakah ada penambahan
ketinggian gelombang laut.
Apabila di sekitar episenter terdapat Tide Gauge dengan sistem telemeter , maka hal ini dapat
dilakukan dengan melihat kepada recorder dari Tide Gauge ini. Bila terjadi tsunami yang
disebabkan karena gempa bumi, maka PTWC dapat memperhitungkan jam berapa gelombang
tsunami ini akan sampai di masing-masing negara anggota disekitar Samudera Pasifik.
Pemberitahuan ini diberikan oleh PTWC untuk kemudian Pemerintah setempat berusaha
mengungsikan penduduk pantai yang kira-kira akan dilanda tsunami.
Dalam hal ini di Indonesia yang termasuk salah satu negara di sekitar Samudera Pasifik tentunya
juga akan diberitahu oleh PTWC apabila akan ada tsunami yang melanda bagian utara dan timur
dari Indonesia (Irian Jaya bagian utara, Maluku bagian utara dan timur).
Untuk daerah Irian Jaya bagian utara dan Maluku bagian utara dan timur, telah dapat di
perkirakan waktu jalar gelombang tsunami yang berasal dari Pasifik ke daerah Jayapura dan
Sangihe
b. Tsunami Samudera Hindia
66
Tsunami dari Lautan Hindia yang melanda Indonesia sejak tahun 1797 sampai 1928, terdapat 14
buah tsunami. Diperkirakan tsunami tersebut kebanyakan berasal dari gempa tektonik yang
bersumber pada Belt Mediterania, dimana gempa-gempa dangkal yang terjadi di Samudera
Hindia ini terdapat sepanjang Belt Mediterania yang membujur mulai dari Sumatera, Jawa dan
Nusa Tenggara sejauh 200 km dari daratan.
Kedalaman laut dari batas plate tektonik lautan Hindia dengan plate tektonik Eurasia di daratan
Sumatera dan Jawa pada umumnya :
a. Untuk daerah selatan Jawa, 1000 m, sehingga waktu jalar tsunami tersebut kira-kira
membutuhkan waktu 1/2 jam untuk sampai ke pantai selatan Jawa.
b. Untuk sebelah barat daya Sumatera kedalaman Laut Hindia mulai dari batas plate
tektonik tersebut sampai ke pantai barat Sumatera, rata-rata berkedalaman 500 meter
sehingga waktu jalar gelombang tsunami sampai ke pantai barat Sumatera adalah kurang
lebih 1/4 jam.
Dengan demikian untuk mengurangi korban manusia akibat tsunami yang berasal dari Lautan
Hindia masih ada waktu selama antara dan jam untuk dapat mengungsikan penduduk
pantai.
Untuk dapat mengatasinya membutuhkan jaringan stasiun tsunami (stasiun seismo dan tide
gauge) yang telemeter untuk dapat mengetahui terjadinya gempa dangkal di laut hindia yang
cukup kuat beserta terjadinya tsunami yang harus sudah dapat diketahui sebelum gelombang
tsunami ini melanda daratan. Disamping itu juga dibutuhkan kesiagaan penduduk pantai beserta
aparat pemerintah yang sangat tinggi.
67
c. Tsunami Lokal.
Dilihat dari peta tsunami pontensial area di Indonesia, daerah yang sering mengalami
gelombang tsunami akibat gempa lokal atau tanah longsor di dasar lautan, teradapat di daerah
sekitar Maluku termasuk Nusa Tenggara pantai sebelah utara.
Penyebab tsunami ini kebanyakan berasal dari gempa-gempa lokal yang terjadi di daerah Maluku
di lautan yang kedalaman lautnya rata-rata 200 m.
Waktu jalar gelombang tsunami tentunya tergantung dari jaraknya sumber tsunami ke pantai.
Kalau di lihat pada peta Major Salau Earthquake (1897-1977), ternyata pada umumnya terdapat
dekat dengan pantainya.
Karena keadaan waktu jalar gelombang tsunami yang singkat pada umumnya, maka dalam hal
pengamanan penduduk dari gelombang tsunami, yang terpenting adalah pendidikan kepada
penduduk setempat di pantai di daerah iini.
Pada umumnya daerah rawan tsunami adalah daerah yang lokasinya dekat dengan jalur gempa
yang terletak di lautan dan episenternya dekat dengan pantai.
7.8 Antisipasi terhadap Ancaman Tsunami
Secara teori tsunami lebih mudah untuk di prediksi dibandingkan dengan gempa bumi.
Tenggang waktu terjadinya gempa bumi dan tibanya tsunami di pantai memungkinkan untuk
dapat menganalisa karekteristik gempa bumi tersebut.
68
Dalam tempo 20 sampai 30 menit, dapat ditentukan apakah suatu gempa bumi dapat
menyebabkan tsunami atau tidak. Informasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat
sebelum gelombang-gelombang tersebut menerjang pantai.
Karena terbatasnya fasilitas komunikasi sangat mungkin terjadi informasi belum sampai
sementara gelombang tsunami telah menyapu pantai. Hal inilah yang melandasi adanya sistem
peringatan dini (Tsunami Warning System), untuk itu diperlukan adanya alterlatif untuk
mengatasi kesulitan tersebut. Langkah-langkah yang diambil meliputi :
a. Adanya identifikasi daerah rawan tsunami .
b. Penyuluhan kepada penduduk dan aparat terkait di daerah rawan tsunami.
c. Proteksi daerah pantai di antaranya membuat jalur hijau sejauh 200 meter dari garis
pantai yang berfungsi sebagai penahan gelombang dan melestarikan kelestarian batu
karang yang sekaligus berfungsi sebagai pemecah gelombang.
d. Menetapkan letak pemukiman berada di belakang jalur hijau sehingga terlindung dari
ancaman gelombang, kalaupun terpaksa di bangun di dekat pantai, rumah yang baik
adalah rumah panggung dengan bagian bawah kosong sehingga memungkinkan air laut
untuk terus melewatinya.
e. Membuat dasar hukum yang kuat guna upaya pengaturan tata guna lahan yang terletak
pada daerah pantai.
7.9 Penanggulangan Tsunami
69
Melihat bagaimana terjadinya tsunami seperti penjelasan di atas, mulai surutnya air laut
sampai datangnya kembali gelombang tersebut, yang memakan waktu cukup lama. Lebihlebih apabila sumber tsunami berada lebih jauh di tengah laut maka perlu dilakukan cara-cara
penanggulangannya. Dengan demikian apabila masyarakat telah mengetahui apa yang terjadi
dan bagaimana akibatnya, mungkin jumlah korban akan bisa dikurangi, larena masih ada
waktu untuk meninggalkan tempat berbahaya tersebut. Cara penanggulangan bahaya
gelombang tsunami ini adalah dengan cara prepentif.
Dari pengalaman membuktikan bahwa korban tsunami hampir sebagian besar disebabkan karena
mereka yang jadi korban tidak mengetahui apa yang akan terjadi apabila air surut secara
mendadak, lebih-lebih setelah terjadi gempa bumi, malah korban umumnya pergi kelaut untuk
menonton peristiwa alam tersebut.
Secara teoritis dapat diketahui daerah-daerah di mana di Indonesia yang akan terkena gelombang
tsunami. Cara praktis menanggulangi bahaya tsunami untuk daerah-daerah yang diprakirakan
akan dilanda tsunami harus diberi penerangan secara mendetail apa dan bagaimana tsunami itu
dan sekaligus apa yang perlu dilakukan apabila air laut surut secara mendadak.
70
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Triatmojo, Pelabuhan, Beta Ofset, 2002
Nur Yuwono, Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pantai, Volume II, Keluarga Mahasiswa
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 1982
Nur Yuwono, Teknik Pantai, Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Gajah Mada, 1982
Radianta Triatmadja, Dasar-dasar Teknik Pantai , Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Gajah Mada, 1999
Shore Protection Manual Volume I, II
LDG, Tsunami Risk Evaluation Trough Seismic Moment From a Real time System , Paris,
1995
Buletin Meteorologi dan Geofisika, 1987
71
72