Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu beban yang perlu diperhitungkan dalam merencanakan bangunan pantai
adalah beban akibat gelombang. Gelombang akan menimbulkan tekanan horizontal pada
momen guling (overturning moment) yang ditimbulkannya merupakan beban yang
mempengaruhi stabilitas struktur tersebut. Teori gelombang linier (Airy) didasarkan pada
asumsi bahwa tinggi (H) dan panjang gelombang (L) relatife kecil bilang dibandingkan
dengan kedalaman laut (d). Dengan asumsi tersebut persamaan kondisi batas pada muka
air laut (free surface boundary condition) dapat dilinierisasi. Pada analisa dengan deret
Taylor hanya suku pertama saja yang digunakan sedang suku orde yang lebih tinggi
diabaikan. Bila gelombang laut bergerak ke pantai asumsi ini mungkin tidak valid lagi
karena nilai H d dan L d menjadi relative besar.
Validitas beberapa teori gelombang telah dilakukan oleh Dean (1968) kemudian oleh
Le Mehaute (1970). Mereka memberikan daerah validitas untuk beberapa teori
gelombang sebagai fungsi periode (T), tinggi gelombang (H gT 2) serta kedalaman laut (d
gT2). Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan bahwa untuk memodelkan
gelombang yang adalah gelombang Cnoidal, Sobey (1987) menyimpulkan hal yang sama.
Disamping itu mereka juga merekomendasikan teori gelombang Fourier untuk digunakan
di laut dangkal maupun transisi (antara laut dangkal dan dalam). Pada umumnya
bangunan pantai didesain berdasarkan tinggi dan periode gelombang rencana serta pada
kedalaman laut tertentu. Pada laut dangkal yaitu pada ratio kedalaman laut dan panjang
gelombang (d L ) lebih kecil dari 0,125 serta angka ursell (H L 2/d3 ) lebih besar dari 26
perilaku gelombang akan lebih sesuai bila dimodelkan dengan gelombang tidak linier,
misalnya Fourier dan Cnoidal (Chakrabarti,1987).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana pengaruh gelombang terhadap dinding vertikal?
2. Bagaimana menerapkan beberapa teori gelombang dalam perhitungan matematis?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan laporan ini adalah :


1. Untuk mengetahui pengaruh gelombang pada dinding vertikal.
2. Untuk dapat menerapkan beberapa teori gelombang secara matematis.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan paper ini adalah pengaruh reaksi gelombang terhadap
dinding vertikal pada suatu pelabuhan serta beberapa teori gelombang dan teori
matematis yang digunakan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Umum Tentang Gelombang
Gelombang merupakan suatu fenomena naik-turunnya permukaan laut, dimana
energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah pantai. Kata
gelombang umumnya digunakan untuk gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
Gelombang yang dibangkitkan angin terbentuk di perairan dalam kemudian bergerak ke
perairan dangkal yang mengalami deformasi (refraksi, difraksi, refleksi) dan pada
akhirnya pecah di dekat pantai. Parameter gelombang seperti tinggi, periode, sudut
refraksi dan tipe gelombang sangat penting diketahui untuk mempelajari gelombang yang
2

ada di laut. Aktivitas gelombang menentukan transpor sedimen yang terjadi di pantai dan
perubahan garis pantai.
Bentuk dari sebuah gelombang dan rentetan diagram yang menunjukkan gerakan
partikel-partikel air yang ada di dalam gelombang. Walaupun gelombang bergerak makin
maju ke depan, partikel-partikel di dalam gelombang akan meninggalkan jejak yang
membentuk lingkaran. Jejak lingkaran yang dibuat oleh partikel-partikel akan menjadi
lebih kecil sesuai dengan makin besarnya kedalaman di bawah permukaan gelombang.
Gelombang memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipengaruhi oleh 3 bentuk angin :
1. Kecepatan angin, umumnya makin kencang angin bertiup maka makin besar
gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempuyai kecepatan yang tinggi
dan panjang gelombang yang besar.
2. Ketika angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya
cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin
pembangkit gelombang mulai bertiup.
3. Jarak tanpa rintangan ketika angin bertiup (fetch). Fetch di lautan lebih besar
daripada fetch di danau sehingga panjang gelombang yang terbentuk di lautan
lebih panjang hingga mencapai ratusan meter.
Gelombang laut merupakan salah satu contoh gelombang yang sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Selain gelombang laut, masih terdapat banyak contoh lainnya.
ketika melempar sebuah batu kecil pada permukaan air yang tenang, akan muncul
gelombang yang berbentuk lingkaran dan bergerak ke luar. Contoh lain adalah gelombang
yang merambat sepanjang tali yang terentang lurus bila menggerakan tali naik turun.
Ketika berbicara mengenai gelombang, tidak bisa mengabaikan getaran. Getaran dan
gelombang mempunyai hubungan yang erat sekali.
Gelombang adalah suatu getaran yang merambat, dalam perambatannya gelombang
membawa energi. Dengan kata lain, gelombang merupakan getaran yang merambat dan
getaran sendiri merupakan sumber gelombang. Jadi, gelombang adalah getaran yang
merambat dan gelombang yang bergerak akan merambatkan energi (tenaga).
Ketika melempar batu ke dalam genangan air yang tenang, gangguan yang diberikan
menyebabkan partikel air bergetar atau berosilasi terhadap titik setimbangnya. Perambatan
getaran pada air menyebabkan adanya gelombang pada genangan air tadi. Jika
menggetarkan ujung tali yang terentang, maka gelombang akan merambat sepanjang tali
3

tersebut. Gelombang tali dan gelombang air adalah dua contoh umum gelombang yang
mudah disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika melihat gelombang pada genangan
air, seolah-olah tampak bahwa gelombang tersebut membawa air keluar dari pusat
lingkaran. Demikian pula, ketika sedang menyaksikan gelombang laut bergerak ke pantai,
mungkin gelombang membawa air laut menuju ke pantai. Kenyataannya bukan seperti itu.
Sebenarnya yang terjadi adalah setiap partikel air tersebut berosilasi (bergerak naik turun)
terhadap titik setimbangnya. Hal ini berarti bahwa gelombang tidak memindahkan air
tersebut. Kalau gelombang memindahkan air, maka benda yang terapung juga ikut
bepindah. Jadi, air hanya berfungsi sebagai medium bagi gelombang untuk merambat.
Pada pernyataan di atas juga mengemuka bahwa ketika mandi di air laut, maka akan
terasa terhempas ketika diterpa gelombang laut. Hal ini terjadi karena setiap gelombang
selalu membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Ketika mandi di laut, tubuh
terhempas ketika diterpa gelombang laut karena terdapat energi pada gelombang laut.
Energi yang terdapat pada gelombang laut bisa bersumber dari angin dan lainnya.
Gelombang merupakan faktor penting di dalam perencanaan pelabuhan. Gelombang
di laut dibangkitkan oleh angin, gaya tarik matahari dan bulan, letusan gunung berapi
atau gempa di laut, kapal yang bergerak dan sebagainya.
Diantara beberapa bentuk gelombang tersebut yang sangat berpengaruh dalam
perencanaan pelabuhan adalah gelombang angin dan pasang surut. Gelombang digunakan
untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan seperti pemecah gelombang, studi
ketenangan di pelabuhan, dan fasilitas-fasilitas pelabuhan lainnya. Proses pembentukan
gelombang oleh angin sebenarnya merupakan proses pemindahan energi dari energi yang
dikandung oleh angin ke dalam laut melalui permukaannya. Karena sifat air tidak dapat
menyerap energi, maka energi ini diubah ke dalam bentuk gelombang yang kemudian
dibawa ke pantai. Di pantai energi ini dilepaskan dengan pecahnya gelombang.
Sea atau disebut juga Sea Waves adalah gelombang yang masih dalam proses
pembentukan. Sifatnya sangat acak karena belum menemukan bentuknya dan terjadi di
daerah tempat angin bertiup atau daerah pembentukan gelombang (Fetcs). Gelombang
yang teratur disebut Scolth. Scolth dibentuk oleh gelombang-gelombang yang
mempunyai frekuensi atau panjang gelombang yang hampir sama. Untuk mengetahui
tinggi,panjang, atau waktu gelombang, digunakan perekam gelombang (wave recorder)
dan untuk tekanan gelombang laut yang sangat besar digunakan perekam sonik ultra
gelombang (ultra sonic wave recorder).

2.2 Pembentukan dan Perambatan Gelombang


Gelombang laut merupakan pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva atau grafik sinusoidal. Penyebab utama
terbentuknya gelombang di laut adalah angin. Faktor-faktor yang mempengaruhi
gelombang yaitu besarnya kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan panjang daerah
pengaruh angin (fetch). Gelombang di laut dapat berupa sea atau wind wave (ombak) dan
swell (gelombang atau alun). Sea bentuknya sangat tidak teratur, oanjang gelombangnya
pendek, puncaknya runcing dan berbuih, dan timbul di suatu kondisi yang berangin.
Sebaliknya swell bentuknya teratur, bergerak secara perlahan menuju pantai meskipun
pada hari-hari yang tenang tanpa angin (calm) sekalipun. Swell terbentuk oleh suatu badai
yang terjadi jauh di lepas pantai sementara sea timbul akibat pengaruh angin lokal.
Gelombang terjadi karena beberapa sebab :

a. Angin
Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit
utama gelombang. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca tenang sekalipun
dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya badai yang besar dapat
menimbulkan gelombang yang merusak.Sifat-sifat gelombang paling tidak
dipengaruhi oleh :
1.Kecepatan angin.
Makin kencang angin makin besar gelombang yang terbentuk dengan
kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
2.Waktu (lamanya) hembusan angin.
Semakin lama angin bertiup, kecepatan, panjang dan tinggi gelombang akan
semakin meningkat pula.
3.Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch).
Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk
karena pengaruh angin. Fetch ini mempengaruhi periode dan tinggi
gelombang yang dibangkitkan. Gelombang dengan periode panjang akan
terjadi jika fetch besar atau panjang.

Gambar 1. Fetch dan pembangkitan gelombang oleh angin atau badai


b. Geometri laut
Topografi laut dan bentuk pantai juga mempengaruhi gelombang.
Bentuk gelombang akan berubah sesuai dengan kedalaman dasar air laut.
Apabila gelombang memasuki perairan dengan kedalaman 1,3 tinggi
gelombangnya maka gelombang akan pecah (surf). Pada perairan pantai yang
landai gelombang akan pecah perlahan-lahan (spilling breaker). Jika dasar
pantai terjal dan gelombang datang tiba-tiba, gelombang akan membubung
keatas dan segera pecah (plunging breaker). Pada dasar perairan yang sangat
terjal dan gelombang sama sekali tidak sempat pecah akan mendorong air ke
atas dan menyedotnya kembali (surging breaker). Yang terakhir ini biasanya
terjadi pada dinding pantai yang terjal atau dinding dermaga buatan manusia.

Gambar 2. A)plunging breaker, B) spilling breaker, C)surging breaker, D) Surf


6

c. Gempa
Gelombang juga bisa ditimbulkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang
ini biasa disebaut sebagai tsunamis. Gelombang jenis ini mempunyai panjang
gelombang yang sangat panjang mencapai 200 km dengan periode sampai 20
menit, tinggi 0,5 m dan mempunyai kecepatan sampai 800 km/jam.

2.2.1 Mekanisme Terjadinya Gelombang Laut


Partikel air berada dalam satu tempat, bergerak di suatu lingkaran, naik dan
turun dengan suatu gerakan kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula. Gerakan ini
memberi gambaran suatu bentuk gelombang. Pelampung yang mengapung di air
pindah ke pola yang sama, naik turun di suatu lingkaran yang lambat, yang dibawa
oleh pergerakan air.

Gambar 3. Pola pergerakan gelombang air laut


Di bawah permukaan, gerakan berputar gelombang itu semakin mengecil. Ada
gerak orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga kemudian di
dasar hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar dari sisi ke sisi yang
disebut surge .

2.2.2 Pergerakan Perjalanan Gelombang Menuju Pantai


Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch
pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang.
Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Gelombang
yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan mengalami
perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang
bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang
berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan
antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air
akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin
tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan
gelombang tersebut kemudian pecah.

Gambar 4. Pergerakan Gelombang menuju Pantai

Gelombang merupakan perwujudan dari permukaan yang menggelembung dari


laut yang terjadi pada suatu interval tertentu. Gangguan gelombang amat terasa
pada kedalaman tertentu dan oleh karena itu kedalaman dari air sangat berpengaruh
pada karakteristik gelombang.
Gelombang yang terjadi pada kedalaman air d > L/2 pada dasar laut tidak
begitu berpengaruh pada partikel-partikel air yang bergerak lambat. Sedangkan
gelombang yang terjadi pada air yang dangkal d < L/2. Gelombang pecah ketika

puncak gelombang melampaui kecepatan perambatannya. Pada air yang dalam


biasanya ini terjadi ketika tinggi gelombang melebihi 1/7 L.
Gelombang Osilasi/goyangan (wave of oscilation) adalah gelombang yang
terjadi terus menerus atau tidak terputus-putus dan tetap ada walaupun sudah pecah
pada air yang dalam karena gelombang tersebut akan dibentuk kembali. Panjang
antara dua puncak gelombang yang berurutan adalah panjang gelombang (L), dan
tinggi antara lembah dan puncak adalah tinggi gelombang atau amplitudo (H).
Bentuk gelombang yang bergerak di atas permukaan air dan waktu untuk mencapai
puncak yang berurutan adalah periode gelombang (T). Kecepatan pembentukan
gelombang disebut kecepatan gelombang atau kecepatan perambatan gelombang.
Karakteristik ini diberikan padan persamaan berikut.

Dimana:
v = kecepatan perambatan gelombang
L = panjang gelombang (ft)
T = periode gelombang (det)
Jika salah satu karakteristik diketahui, yang lainnya dapat dihitung dan dengan
nilai konstan untuk dan

maka:

2.3 Klasifikasi Gelombang


Klasifikasi gelombang didasarkan atas nilai perbandingan antara kedalaman (d)
dengan panjang gelombang (L). Pembagian klasifikasi adalah sebagai berikut:
9

gelombang pada perairan dalam (gelombang pendek)


gelombang pada perairan perantara
gelombang pada perairan dangkal (gelombang panjang)
Selama penjalaran gelombang dari laut dalam ke laut dangkal, orbit partikel
mengalami perubahan bentuk. Orbit perpindahan partikel berbentuk lingkaran pada
seluruh kedalaman di laut dalam. Di laut transisi dan dangkal lintasan partikel berbentuk
ellips. Semakin besar kedalaman bentuk ellips semakin pipih, dan di dasar gerak partikel
adalah horisontal.
Ada beberapa teori gelombang dan teori matematis yang dapat diterapkan pada
gelombang di laut diantaranya adalah: F.V. Gerstner (1802), G.B. Airy (1845), G.G.
Stokes (1880), Saint-valent dan Flamant (1888).
F.V. Gerstner (1802)
Merupakan pencetus pertama persamaan gerakan gelombang yang telah meletakkan
dasar-dasar teori gelombang modern. Teorinya didasarkan pada hubungan geometri dan
merupakan pencetus pertama persamaan gerakan gelombang. Ia mengasumsikan bahwa
gelombang berputar membentuk lingkaran dimana diameternya akan berkurang seiring
dengan penambahan kedalaman. Semua partikel mempunyai kecepatan permukaan air
serta mempunyai tekanan yang konstan pula.
G.B. Airy (1845)
Pendekatannya hampir sama. Ia menggunakan perputaran bentuk elip dimana perlu,
tetapi mengasumsikan bahwa pecahnya gelombang diatas ketinggian muka air rata-rata.
G.G. Stokes (1880)
Menjelaskan ketidakcocokan pada beberapa bagian dari teori gerstner serta
mengabaikannya. Mengembangkan rumus yang memperhitungkan kelakuan gelombang
yang sesungguhnya yaitu pecahnya gelombang pada posisi tertinggi diatas permukaan air
rata-rata kemudian bergerak sampai gelombang jatuh di lembah. Menurutnya teori stokes
hanya khusus untuk gelombang yang sangat kecil.
Saint-valent dan Flamant (1888)
10

Mengadopsi teori

Gerstner

untuk gelombang

pada

laut

dangkal

dengan

mengasumsikan gerakan orbit menjadi elip.


2.4 Peramalan Panjang dan Tinggi Gelombang
Ukuran (panjang dan tinggi) gelombang pada suatu tempat tergantung pada kecepatan
angin, lamanya angin bertiup, arah angin, fecth, dan kedalaman air laut.
Untuk mendapatkan data-data kelakuan gelombang yang akan digunakan dalam
perencanaan bangunan-bangunan di laut, perencana biasanya membutuhkan waktu yang
cukup lama. Untuk itu, biasanya dalam menentukan ukuran gelombang yang akan
digunakan dalam perencanaan konstruksi bangunan pada suatu tempat, Thomas
Stevenson dalam tahun 1864 untuk pertama kalinya memperkenalkan rumus untuk
menghitung tinggi gelombang (H, Ft) yang diakibatkan oleh fecth (F, nautical miles).
untuk fetch yang panjang (F > 30 nautical miles), dan

untuk fetch yang pendek (F < 30 nautical miles)


Dimana :
U = Kecepatan angin (Miles/Hour)
F = fetch, jarak horisontal antara timbulnya gelombang/angin yang menimbulkan
gelombnag sampai lokasi gelombang (NM, 1 nautical miles = 5280 ft = 1,6093 km)
H = Tinggi gelombang (ft)
Thomas Stevenson mengembangkan persamaan tersebut didasarkan pada pengamatan
yang dilakukan di suatu danau, kemudian di cek kembali di suatu tempat di laut utara.
Dalam pengecekan tersebut menunjukkan bahwa tinggi gelombang di tempat tersebut
ternyata sangat ditentukan oleh kecepatan angin padahal mereka tidak memasukkan
kecepatan angin sebagai variable.
D.A. Molitor dalam sebuah papernya memaparkan tekanan gelombang pada dinding
atau pemecah gelombang, yang diterbitkan pada Proceeding Amerika Society Of Civil
Engineers (Mei 1934), yang mengembangkan teori-teori yang sudah ada khususnya pada
perumusan Thomas Stevenson dengan memperkenalkan atau memasukkan kecepatan
angin sebagai variable dan menggunakan statutes Miles di samping juga menggunakan
Nautical Miles dimana:
untuk nilai F > 20 mil
untuk nilai F < 20 mil
11

Perbandingan (ratio) panjang gelombang dengan tinggi gelombang pada kecepatan


angin, lamanya semburan, kedalaman air dan karakteristik tanah dasar. Menurut observasi
yang dibuat oleh Kapten Gillard, ratio L/H untuk di daerah danau yang relatif agak dalam
atau untuk lautan dangkal yaitu antara 9 sampai 15 dan untuk gelombang di lautan atau
untuk laut dalam L/H adalah antara 17 sampai 33.
2.4.1

Arah dan Kecepatan Angin


Gelombang dibangkitkan oleh pemindahan energi dari energi yang
dikandung oleh angin ke dalam laut melalui permukaannya. Karena sifat air yang
tidak dapat menyerap energi, maka energi ini dirubah kedalam bentuk gelombang
yang kemudian dibawa kepantai. Di pantai energi ini dilepaskan dengan pecahnya
gelombang.
Pengukuran data angin di permukaan laut adalah yang paling sesuai dengan
dengan peramalan gelombang, oleh karena itu data angin dari daratan perlu
dikoreksi dengan persamaan berikut ini :

U =2,16 xU (2.2)
dimana :
Us : kecepatan angin yang diukur oleh kapal (knot)
U : kecepatan angin terkoreksi (knot)
Biasanya pengkuran angin dilakukan di daratan, padahal dalam rumus
rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang di atas
permukaan air laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi dari data angin
dilokasi stasiun angin ke data angin di atas permukaan laut. Hubungan antara
angin di atas laut dan angin di atas daratan terdekat diberikan oleh RL = UW/UL
seperti dalam Gambar 5. Gambar tersebut merupakan hasil penelitian yang
dilakukan di Great Lake, Amerika Serikat.

12

Gambar 5. Hubungan antara kecepatan angin di laut (UW) dan di darat (UL)
Dengan memasukkan nilai kecepatan angin terkoreksi (U) pada gambar 5.,
maka akan didapat RL. Kecepatan angin harus dikonversikan menjadi faktor
tegangan angin (UA). faktor tegangan angin berdasarkan kecepatan angin di laut
(UW), yang telah dikoreksi terhadap data kecepatan angin di darat (UL). Rumus
faktor tegangan angin berdasarkan kecepatan angin di laut adalah sebagai berikut:
Uw = RL x U
Rumus faktor tegangan angin adalah sebagai berikut :
UA= 0,71xUw1,23

Dimana :
Uw : kecepatan angin di laut
U : kecepatan angin terkoreksi (knot)
UA : faktor tegangan angin

2.4.2

Fetch
Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang dilaut, fecth dibatasi oleh
bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang,
gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin
tetapi juga dalam bergagai sudut terhadap arah angin. Fetch rerata efektif adalah:
13

Dimana:
Fett : fetch rerata efektif
Xi : panjang segmen yang diukur dari titik observasi gelombang keujung akhir
fetch
a : deviasi pada kedua sisi dari ara angin dengan menggunakan pertambahan 6 0
sampai sudut sebesar 42 pada kedua sisi dari arah angin
2.4.3

Difraksi (Diffraction)
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecahh
gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membelok di sekitar ujung
rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakangnya. Gejala semacam ini
biasa disebut difraksi gelombang.
Dalam difraksi gelombang terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus
perambatan gelombang menuju daerah terlindung, apabila tidak terjadi difraksi
gelombang, daerah diblakang rintangan akan tenang. Tetapi karena adanya proses
difraksi maka daerah tersebut terpengaruh oleh gelombang datang. Transfer
energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah
tersebut. Garis puncak gelombang di belakang rintangan mempunyai bentuk
busur lingkaran. Dianggap bahwa kedalaman air adalah konstan. Biasanya tinggi
gelombang berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju daerah terlindung.
Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang di suatu
tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik tersebut terhadap ujung
intangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghubungkan titik tersebut
dengan ujung rintangan , dan sudut antara arah penjalaran gelombang dan
rintangan . Perbandingan antara tinggi gelombang di titik yang terletak di
daerah terlindung dan tinggi gelombang datang disebut koefisien difraksi K.
HA = K Hp

2.4.4

K = f ( , ,r / L)

Refraksi
Adalah kejadian dimana garis puncak gelombang akan membelok dan
berusaha sejajar dengan garis kedalaman laut. Dan garis ortogonal gelombang,
yaitu garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan
arah penyaluran gelombang, juga akan membelok, dan berusaha untuk menuju
tegak lurus dengan garis kontur dasar laut (bottom contour).

2.4.5

Refleksi
14

Gelombang yang membentur dinding vertikal, karang yang terjal atau pantai
yang terjal tidak akan kehilangan energinya tetapi dipantulkan (refleksi).
Gelombang tersebut berbentuk standing wave atau clapotis yaitu dimana partikelpartikel air menyentuh dinding naik turun setempat tidak kurang daripada dua kali
tinggi gelombang asal (H).
Refleksi gelombang

di

dalam

pelabuhan

akan

menyebabkan

ketidaktenangan di dalam perairan pelabuhan. Fluktuasi maka air ini akan


menyebabkan gerakan kapal-kapal yang ditambat.
Gelombang datang yang mengenai atau membentur suatu rintangan akan
dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Tinjauan refleksi gelombang penting di
dalam perencanaan bangunan pantai, terutama pada bangunan pelabuhan.
Refleksi gelombang di dalam pelabuhan akan menyebabkan ketidaktenangan di
dalam perairan. Untuk mendapatkan ketenangan di dalam perairan, maka
bangunan bangunan yang ada di pelabuhan dan pantai harus dapat menyerap
atau menghancurkan energi gelombang. Suatu bangunan yang mempunyai sisi
miring dan terbuat dari tumpukan batu akan bisa menyerap energi gelombang
lebih banyak dibanding dengan bangunan tegak dan masif. Pada bangunan
vertikal, halus dan dinding tidak permeable, gelombang akan dipantulkan
seluruhnya. Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang
diberikan oleh koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang
refleksi Hr dan tinggi gelombang datang Hi :
X = Hr
Hi

Koefisien refleksi bangunan diestimasi berdasarkan tes model. Koefisien refleksi


berbagai tipe bangunan disajikan dalam Tabel 2.1. berikut ini :

Tabel 2.1. Koefisien refleksi


Tipe bangunan

Dinding vertikal dengan puncak diatas air

0,7 1,0

Dinding vertikal dengan puncak terendam

0,5 0,7
15

Tumpukan batu sisi miring

0,3 0,6

Tumpukan balok beton

0,3 0,5

Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lubang)

0,05 0,2

Dinding vertikal dan tak permeable memantulkan sebagian besar


gelombang. Pada bangunan seperti itu koefisien refleksi adalah X=1, dan tinggi
gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi gelombang datang. Gelombang
di depan dinding vertikal merupakan superposisi dari kedua gelombang dengan
periode, tinggi dan angka gelombang yang sama tetapi berlawanan arah. Apabila
refleksi adalah sempurna X=1 maka :
= Hi cos kx cos t

2.5 Reaksi Gelombang pada Dinding Vertikal


Dinding vertikal dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: pemecah
gelombang (Breakwater) dan dinding penahan gelombang (seawall). Pemecah gelombang
biasanya dibangun pada perairan yang cukup dalam untuk melindungi perairan pelabuhan
atau kolam pelabuhan. Sedangkan dinding penahan gelombang dibangun pada pinggir
pantai untuk melindungi pantai terhadap gelombang.
Breakwater umumnya dibangun pada perairan

yang

cukuo

dalam

menghancurkan/menyerap gelombang (attacking waves from breaking). Terdapat


perbedaan tekanan/gaya gelombang diantara kedua tipe tersebut, breaking wave
menyebabkan tekanan yang lebih besar dimana energinya dapat merusak dinding dan
sebagian besar energi tersebut disalurkan dengan cara mereflrksikann dari dinding. Jika
ketinggian dinding yang dibangun tidak cukup tinggi, maka sebagian dari gelombang
akan melewati dinding yang akan menyebabkan gangguan didalam perairan pelabuhan.
Tapi dalam pembahasan selanjutnya diasumsikan bahwa tinggi dinding cukup utnuk
menghancurkan/menyerap gelombang secara total.
Pola gelombang pada kenyataannya adalah sangat kompleks karena terlalu
banyaknya variable dan sulitnya membentuk model-model berdasarkan data-data
signifikan untuk prototype seluruh kondisi nyata sehingga dalam merencanakan
konstruksi breakwater yang vertikal maupun seawall sangat sulit mendapatkan derajat
keamanan serta keharmonisan yang sama.
Tekanan gelombang pada dinding vertikal terdiri dari:
16

1. Tekanan hidrostatis (Dhydrostatic pressure) yang merupakan gelombang yang


naik turun sepanjang dinding.
2. Tekanan dinamis (dinamic pressure) akibat bergeraknya pertikel-partikel air
Sejumlah teori dan formula telah dikembangkan untuk menentukan tekanan
gelombang pada dinding vertikal. Solusi yang dibuat oleh DAuria (1890), Lira(1926)
dan Ibarren (1938) yang disebut dengan metode statis-dinamis (static-dinamic methods).
Dalam teori ini diasumsikan bahwa adanya dinding yang tidak berpengaruh terhadap
pergerakan gelombang namun kenyataannya adalah sebaliknya sehingga teori tersebut
tidak begitu mendapat sambutan.
Victor Benezit (1923) pertama-tama memperkenalkan pengaruh klaptosis atau
standing wave yang dipantulkan oleh gelombang yang terjadi untuk tekanan pada dinding
vertikal. Dalam tahun 1928, George Sainflou memperkenalkan persamaan untuk tekanan
gelombang pada dinding vertikal yang berdasarkan pada pendekatan gerakan dari
gelombang elip traocodial yang berada di depan dinding.
M. Gourrent (1935) menganalisa metode-metode dari Benezit dan Sainflou dan
mengembangkan formula lain yang sangat mirip dengan formula Sainflou.
Dari teori Saint-Venant dan Flament menyatakan bahwa suatu partikel air pada suatu
permukaan air yang dalam, maka gelombang osilasi di suatu titik di atas air rata-rata
tingginya kira-kira sebagai berikut:

Puncak ketinggian di atas muka air rata-rata, a = ho + H/2 dimana gelombang ini
adalah dari klaptosis yang disebabkan benturan pada dinding vertikal. Permukaan dari
klaptosis ini pada posisi yang tertinggi adalah juga trochoid menurut Saint-Venant dan
Flamant. Tinggi dari pusat osilasi di atas air rata-rata adalah:

Atau empat kali tinggi dalam kasus gelombnag yang tidak dipantulkan. Tinggi
gelombang kloptosis adalah 2H, yaitu dua kali tinggi gelombang yang tidak dipantulkan.
Ketinggian puncak gelombang di atas muka air rata-rata a=H+4ho atau kira-kira dua kali
tinggi puncak gelombnag yang tidak dipantulkan.
Perhiutngan Sainflou adalah formula yang umum untuk tekanan pada suatu dinding
vertikal dan diagram tekanan gelombang pada bagian dasarnya adalah :

17

Dimana

adalah berat volume air.

Pada tahun 1934, D.A. Molitor mengembangkan metode empiris untuk menghitung
tekanan gelombang pada konstruksi pemecah gelombang vertikal dengan memanfaatkan
data hasil tes yang dilakukan di Great Lakes oleh Kapten D.D. Gaillard.
Tekanan gelombang maksimum adalah:

Dimana:
k = koefisien yang diambil antara 1.3 1.7 untuk kecepatan angin 30 sampai 70 mil
knot/jam di Great Lakes dan 1.8 untuk gelombang di lautan
= berat volume air
g = gravitasi (32,2 ft/det2)
v = kecepatan perambatan gelombang (ft/det)
(v = 2,26c

; untuk nilai )

H = tinggi gelombang laut (ft)


L = panjang gelombang (ft)
Tekanan gelombang maksimum terjadi pada ketinggian

di atas muka air rata-rata.

Menurut kapten Gaillard, puncak ketinggian gelombang adalah:

Diagram tekanan maksimum digambarkan dalam garis lurus antara puncak


gelombang sampai tekanan maksimum (h1) di atas muka air rata-rata. Molitor
mengasumsikan untuk gelombang yang jatuh di lembah elevasi (H-a di bawah muka air
rata-rata) tekanan gelombangnya adalah nol. Jarak setengah elevasi di lembah dan titik
tekanan maksimum, tekanan gelombangnya adalah 0,72p.

18

BAB III
CONTOH SOAL DAN PERHITUNGAN

3.1 Contoh Soal


1. Direncanakan penangkis gelombang tipe vertikal dengan kedalaman 9 m dari
permukaan air rata-ratadan kedalaman permukaan timbunan batu adalah 7,8 m dari
permukaan air rata-rata. Tinggi pelabuhan diluarp elabuhan adalah 1,2 m dan panjang
gelombang 50 m.
Hitung tekanan gelombang pada dinding vertikal!

19

Gambar 3.1 Dinding vertikal


Penyelesaian :
Menurut metode Sainflow
d/L = 8,00/50 = 0.16

Jarak antara muka air rerata gelombang berdiri dan muka air diam :

20

H+hoc = 1,2 +0,1184 = 1,3184 m

Gambar 3.2 Distribusi Tekanan Dinding Vertikal Metode Sainflow

21

Momen terhadap titik O

Menurut metode Molitor


Tekanan Maksimum

Tekanan gelombang maksimum terjadi pada :


H1 = 0,12 H = 0,12 x 1,2 = 0,144 m
1,84H = 2,208 m d>1,84 H

22

Gambar 3.3 Distribusi Tekanan Metode Molitor


p2 = 0,72 x p1 = 11400,504 kg/m2

Tekanan total = 10,450 ton


Perhitungan Momen

(0,223-0,142)) = 87,750 ton.m

2. Direncanakan penangkis gelombang vertikal dengan kedalaman 70 ft dari permukaan


air rata-rata dan kedalaman permukaan timbunan batu adalah 50 ft dari permukaan air

23

rata-rata. Tinggi gelombang di luar pelabuhan adalah 20.1 ft dan panjang gelombang
400 ft.
Hitung tekanan gelombang pada dinding vertikal !
Jawab:
H/L = 20.1/400

= 0,0503

d/L = 50/400

= 0,125

menurut SAINFLOW

Asumsi : muka air normal + 3m =


50 + 3 = 53 m

946.8992 lb/ft2

24

Momen terhadap titik O

+ 30'
+ 20'
+ 10'

23.8960

+ 3'

30

+0.00

P1 = 1354.9330 lb/ft2
53

80'
50
P2 = 946.8992 lb/ft2

Gambar 3.4 Distribusi Tekanan Pada Dinding Vertikal

25

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Gelombang air laut yang terjadi sangat mempengaruhi keadaan dinding vertikal,
secara matematis didapatkan hasil dari perhitungan sebagai berikut:
Untuk soal 1
Berdasarkan metode sainflow didapatkan hasil:
a. besarnya tekanan pada dinding vertikal adalah
b. besarnya moment pada titik O adalah
Berdasarkan metode molitor didapatkan hasil:
a. besarnya tekanan pada dinding vertikal adalah 10,450 to
b. besarnya moment pada titik O adalah 87,750 ton.m
Untuk soal 2
26

Berdasarkan metode sainflow didapatkan hasil:


a. besarnya tekanan pada dinding vertikal adalah
b. besarnya moment pada titik O adalah
2. Ada beberapa teori gelombang dan teori matematis yang dapat diterapkan pada
gelombang di laut diantaranya adalah: F.V. Gerstner (1802), G.B. Airy (1845), G.G.
Stokes (1880), Saint-valent dan Flamant (1888). Untuk menerapkannya dapat
dilakukan dengan perhitungan pada suatu kasus atau contoh soal, agar dapat
mengetahui cara menerapkan teori mengenai gelombang.

4.2 Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan diantaranya :
1. Perbanyak informasi mengenai materi dinding vertikal, penulis menyadari bahwa
paper ini masih harus dikembangkan karena masih terdapat kekurangan dalam
perhitungan diatas.
2. Teori yang didapatkan dalam pengerjaan paper ini sudah cukup jelas, namun jika
kurangnya pemahaman mengenai reaksi gelombang terhadap dinding vertikal akan
menyebakan kebingungan.

27

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.scribd.com/doc/90761274/TUGAS-KELOMPOK-Pelabuhan-Gelombang,
diunduh tanggal 18 Oktober 2014 jam 19.20
2. http://sutikajust-sutikajust.blogspot.com/2011/08/gelombang.html, diunduh tanggal 18
Oktober 2014 jam 19.22
3. https://www.scribd.com/doc/92089058/BAB-I-Pelabuhan-Satya,

diunduh

tanggal

18

Oktober 2014 jam 19.25


4. http://civilengineering-blog.blogspot.com/2012/08/ebook-perencanaan-pelabuhanbambang.html, diunduh tanggal 18 Oktober 2014 jam 20.00
5. (1) Teknik Unpal - BAB V SOAL SOAL DAN PENYELESAIAN Soal No. 1... dalam
https://www.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=216318581768580&id=215833831817055, diunduh tanggal 18 Oktober 2014
jam 21.00
6. http://elisa1.ugm.ac.id/comm_view.php?Teknik_Pantai, diunduh tanggal 19 Oktober 2014
jam 20.00

28

Anda mungkin juga menyukai