Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) baru-baru ini mendorong harga
bahan bangunan menjadi mahal, terutama naiknya harga kayu sebagai bahan dasar
pembuatan rumah tinggal. Kayu yang berupa balok dan kasau dipakai untuk
konstruksi rumah banyak didatangkan dari daerah luar pulau Bali, seperti Kalimantan,
Sumatera, dan Sulawesi. Lonjakan harga kayu yang signifikan mendorong untuk
mencari bahan alternatif yang dapat menggantikan kayu sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat. Banyak cara dan upaya yang telah dilakukan di antaranya
memanfaatkan penggunaan kayu lokal, namun hasilnya belum maksimal.
Bambu merupakan salah satu bahan bangunan tertua dan sangat serbaguna
dengan banyak aplikasi di bidang konstruksi bangunan, khususnya di negara-negara
berkembang. Bambu tumbuh melimpah di seluruh kepulauan Indonesia, dan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad.
Pertumbuhan bambu yang cepat membuat bambu sebagai sumber daya yang dapat
berkelanjutan.
Bambu merupakan material kuat dan ringan dan sering dapat digunakan tanpa
pengolahan atau finishing. Konstruksi bambu mudah untuk membangun, tahan
terhadap gaya gempa, dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan. Sumber daya kayu
berkurang dengan adanya pembatasan yang dikenakan pada penebangan di hutan
alam, terutama di daerah tropis, telah memfokuskan perhatian dunia pada kebutuhan
untuk mengidentifikasi pengganti material yang dapat diperbaruhi, ramah lingkungan
dan secara luas dapat dimanfaatkan. Keberadaan kayu yang semakin langka karena
pemanfaatkan kayu masa lalu secara besar-besaran, sementara pertumbuhan kayu
hingga dapat digunakan sebagai material konstruksi bangunan sangat lama bisa
mencapai 40 tahun dibandingkan dengan bambu yang hanya sekitar 3 sampai 5 tahun.
Dengan pertumbuhan yang cepat, kemampuan adaptasi yang baik untuk
sebagian besar kondisi iklim dan kondisi tanah, bambu muncul sebagai alternatif yang
sangat cocok. Namun, dalam rangka memanfaatkan sepenuhnya potensi bambu
sebagai material konstruksi bangunan, upaya pembangunan harus diarahkan untuk
pelestariannya. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif untuk penanaman
bambu merupakan upaya melestarikan bambu. Dengan pemanfaatan bambu yang luas
dibidang struktur bangunan, maka sirkulasi keberadaan bambu dapat mendukung
perekonomian rakyat serta memberikan dampak positip yang besar terhadap
lingkungan.
Dari permasalahan tersebut yang melatarbelakangi kelompok kami untuk
mencoba mengkaji dengan membuat balok dan kasau dari bahan beton tulangan
bambu. Bahan yang dipakai menggunakan bahan yang mudah didapat dan murah
harganya, seperti bambu, limbah gergajian, pasir, dan semen. Bambu diperlukan untuk
menambah kuat tarik dan kuat lentur balok dan kasau. Seperti layaknya konstruksi
beton bertulang, pasir dan semen merupakan bahan beton yang digunakan untuk
menyelimuti tulangan bambu dan membentuk penampang balok dan kasau, sedangkan
1

limbah gergajian dicampurkan ke dalam adukan semen pasir untuk mengurangi berat
sendiri dari balok dan kasau. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya terhadap
pemanfaatan potensi bahan lokal limbah gergajian dan bambu, serta dapat dipakai
untuk bahan dalam pembuatan rumah tinggal sederhana, karena balok dan kasau ini
mudah dibuat, mudah dikerjakan, dan murah harganya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Program kreatifitas mahasiswa ini dalam rangka memecahkan permasalahan :
1. Bagaimanakah kuat lentur dan kuat tekan beton tulangan bambu ?
2. Bagaimanakah nilai ekonomis beton tulangan bambu dibandingkan dengan
balok dan kasau kayu ?
1.3 TUJUAN
Program kreatifitas mahasiswa ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui potensi bambu sebagai alternatif pengganti kayu.
2. Meminimalisir penggunaan kayu dengan penggunaan bambu.
1.4. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari penulisan PKM ini diharapkan dapat memahami potensi bambu sebagai
bahan konstruksi khususnya sebagai pengganti kayu dan dapat meningkatkan
nilai ekonomis bambu.
1.5. MANFAAT PENULISAN
Penulisan PKM ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memahami potensi bambu sebagai bahan konstruksi.
2. Mampu menggunakan bambu sebagai alternatif pengganti kayu.

BAB II
TINJAUANI PUSTAKA
2.1 Bambu
Bambu merupakan kelompok hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial
dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Keberhasilan bambu mensubstitusi kayu untuk
bahan baku industri berbasis bahan baku kayu dapat dilihat dari beberapa produk yang

beredar di pasaran seperti sumpit (chopstick), tusuk gigi (toothstick), particleboard,


playbambu dan gagang korek api.
Lebih 1.000 species bambu dalam 80 negara, sekitar 200 species dari 20
negara ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di
Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran
rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya
ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air.
2.2 Kontruksi Bambu
Bambu pada umumnya telah dikenal masyarakat luas dan dalam konstruksi
tidak disadari masyarakat lebih memilih bambu, seperti untuk tiang penyanggah
gedung bertingkat apabila dalam pembangunan/pengecatan, karena mudah diperoleh,
murah dan ukuran lebih panjang dengan kekuatan yang mampu menjamin kekokohan
penyanggah. Konstruksi bangunan yang menggunakan bambu telah digunakan turun
temurun oleh masyarakat adat Toraja, rumah tongkonan dengan menggunakan bambu
sebagai konstruksi penutup atap dan penyanggah sangat baik untuk sirkulasi udara
dan memuiliki nilai arsitektur tinggi serta nilai adat yang khas.
Penggunaan bambu untuk tujuan konstruksi bangunan jangka panjang
sebaiknya dilakukan pengawetan lebih awal, agar bambu yang digunakan memiliki
nilai pakai yang dapat menjamin waktu pakai lama. Tanpa pengawetan di tempat
terbuka bambu hanya dapat digunakan 1 3 tahun, apabila dibawah
naungan/terlindung 4 7 tahun, dan pada kondisi ideal dapat digunakan 10 15
tahun, apabila dengan pengawetan dapat digunakan lebih dari 15 tahun (Liese, 1980
dalam Morisco 2005)
Pemakaian bambu pada bahan bangunan bisa diterapkan dalam beberapa hal,
kelebihan bambu untuk membangun rumah adalah tahan dari bencana gempa karena
mempunyai struktur ringan dan elastis, adapun pemakaian bambu pada bahan
bangunan seperti bekisting, tiang rumah, dinding rumah, lantai bangunan, struktur
rangka atap, furniture, pagar, pintu rumah, plafond, dan masih banyak lagi.
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Bambu
2.3.1 Keunggulan Bambu
Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus.
Untuk melakukan budi daya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah
tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi.
Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam,
atau 120 cm per hari. Berbeda dengan pohon kayu hutan yang baru siap ditebang
dengan kualitas baik setelah berumur 40-50 tahun, maka bambu dengan kualitas baik
dapat diperoleh pada umur 3 - 5 tahun.
Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat disejajarkan
dengan baja, sekalipun demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan
dengan baik. Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembabannya tinggi, oleh
karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat
3

bambu yang elastis, struktur bambu mempunyai ketahan yang tinggi baik terhadap
angin maupun gempa.
2.3.2 Kelemahan Bambu
Sifat fisik bambu yang membuatnya sukar dikerjakan secara mekanis, variasi
dimensi dan ketidakseragaman panjang ruasnya serta ketidakawetan bahan bambu
tersebut menjadikan bambu tidak dipilih sebagai bahan komponen rumah.
Sering ditemui barang-barang yang berasal dari bambu yang dikuliti
khususnya dalam keadaan basah mudah diserang oleh jamur biru dan bulukan
sedangkan bambu bulat utuh dalam keadaan kering dapat diserang oleh serangga
bubuk kering dan rayap kayu kering, sifat bambu yang mudah terbakar.
Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena
perangkaian batang-batang struktur bambu sering kali dilakukan secara konvensional
memakai paku, pasak, atau tali ijuk.
2.4 Beton Tulangan Bambu
2.4.1 Karakteristik Beton
Kuat Tekan fc ditentukan dengan silinder standar berukuran 6 in x 12 in
( diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk SNI ) yang di rawat di bawah kondisi
standar laboratorium dan dibebani pada kecepatan pembebanan tertentu, pada umur
28 hari.
Kuat tarik beton menggunakan rumus :

Modulus elastisitas beton normal menggunakan rumus :

Asumsi-asumsi dalam perencanaan rankga batang beton bertulang bambu


adalah seperti pada beton bertulangan bja yaitu :
1 Regangan pada baja dan beton berbandingan lurus dengan jaraknya dari
sumbu netral.
2 Regangan Padat serat beton terluar ec adalah 0,003.
3 Tegangan yang terjadi pada baja fs dibawah kuat leleh yang ditentukan f y
untuk mutu tulangan yang digunakan adalah fs =Es.es dan untuk tegangan fs >
fy maka tegangan maksimum di tepakan sama dengan tegangan lelehnya.
Kuat tarik beton diabaikan.
Bila diaplikasikan beton bertulang bambu maka anggapan-anggapan untuk
beton adalah sama sedangkan untuk bambu tegangan leleh baja f y diideleasasikan
menjadi tegangan tarik bambu dan dinyatakan sebagai fbambu
2.4.2 Karakteristik Bambu
Kuat tarik bambu menggunakan rumus :

2.4.3 Tulangan Bambu


Tulangan pada beton mempunyai fungsi untuk menahan gaya tarik yang
bekerja pada penampang beton. Beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya
tekan saja, sebab beton lemah terhadap gaya tarik dan beton juga bersifat getas. Oleh
karena itu dipasang tulangan untuk mengatasi kelemahan beton.
Berdasarkan penelitian para ahli, menunjukkan bahwa bambu mempunyai
tegangan tarik yang cukup besar terutama pada bagian kulitnya.
Morisco dan Marjono (1996) juga mengadakan pengujian kekuatan tarik
bambu Ori (Bambusa bambos Becke), bambu Petung (Dendrocalamus asper Schukt),
bambu Wulung (Gigantochloa vercillata Munro) dan bambu tutul (Bambusa vulgaris
Schrad).
Hasil pengukian selengkapnya disajikan dalam Tabel 1 dan 2.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Morisco dan Marjono (1996) disusun
dalam diagram tegangan-regangan yang dibandingkan dengan diagram teganganregangan baja seperti ditunjukkan dalam Gambar2.

Sifat fisik bambu dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuat lekat
tulangan bambu (petung) yang dilapisi cat dapat mencapai 1,0 MPa. Dalam satu
batang bambu sifat mekaniknya berbeda-beda maka disarankan bahan tulangan
diambilkan hanya bagian luar (kira-kira 30% tebal dari bambu bagian pangkal dan
50% tebal dari bambu bagi an tengah atau ujung). Dari berbagai jenis bambu yang
telah diteliti kuat lekatnya ternyata bambu petung mempunyai kuat lekat yang paling
tinggi, yaitu sekitar 1,1 MPa (dipilin). Kuat lekat bambu apus, ori dan wulung hampir
sama, yaitu sekitar 0,6 MPa. Kalau dilihat keterkaitannya antara kuat lekat ini dan
sifat kembang susut bambu, ternyata kembang susut bambu petung paling rendah
dibandingkan dengan tiga jenis bambu tersebut (Triwiyono, 2000).
. Menurut Ghavani (1998), bagian luar batang bambu relatif lebih kedap air
bila dibandingkan dengan bagian dalam, serta memiliki kekuatan tarik hampir tiga
kalinya bagian dalam. Berdasarkan kenyataan tersebut dibuatlah struktur pilihan yang
dibentuk dengan cara memilin beberapa serat bagian luar menjadi satu seperti struktur
kabel. Bambu dipotong menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Masingmasing bagian dibelah memanjang selebar 4 - 5 mm, dari belahan diambil sepertiga
dari sisi luarnya atau kurang lebih 3 - 4 mm. Sebuah tulangan bambu pilinan
diperlukan dua atau tiga serat dengan cara dipilin. Kuat tarik kulit bambu hampir sama
dengan kuat tarik baja tulangan bahkan lebih tinggi. Hasil pengujian 3 spesies bambu,
Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper
Backer kuat tarik kisaran 1180-2750 Kg/cm (Siswanto, 2000). Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan bahwa balok dan kolom yang menggunakan tulangan bambu
mengalami tegangan tarik yang tinggi. Proses Pemilinan Tulangan Bambu jika
regangan tariknya cukup besar dan retak pada beton cukup lebar serta lendutan yang
besar (Triwiyono, 2000).

BAB III
METODE PENELETIAN
Pelaksanaan penelitian diperlukan bahan seperti semen, pasir, serbuk gergajian
kayu, air, besi tulangan 6 mm untuk sengkang, kawat bendrat, dan bilah bambu,
sedangkan peralatan, seperti timbangan, cawan, mikser (pengaduk mortar), cetakan
kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm berikut pemadatnya dan cetakan balok serta kasau,
mesin uji tekan, mesin uji lentur, dan alat pendukung lainnya, seperti gelas ukur,
sendok aduk, sendok mortar, dan jidar. Proses penelitian ini dibagi menjadi lima
tahapan, yaitu tahap persiapan, pencampuran dan pengadukan, pencetakan, perawatan,
tahap pemeriksaan dan pengujian.

Persiapan
Pencampuran dan
Pengadukan
6

Pencetakan

Perawatan
Permeriksaan
dan Pelaksanaan Program
Gambar 1. Diagram
Alir Tahapan
Pengujian

3.1 Persiapan
Dalam tahap persiapan dilakukan pengelompokan bahan yang digunakan
sesuai dengan proporsi perbandingan, yaitu semen portland : pasir : serbuk gergajian
kayu (Tabel 3).
3

Semua bahan ditimbang berdasarkan perbadingan berat dan dilakukan untuk


semua benda uji lentur dan benda uji tekan.Untuk mendapatkan jumlah air yang
dipakai dalam adukan perlu dicari terlebih dahulu konsistensi normal adukan semen,
pasir, dan serbuk gergajian yaitu antara 100 % - 130 %. Bila sudah tercapai
konsistensi normal, maka jumlah air yang dipakai untuk pembuatan benda uji sesuai
dengan air yang didapat pada uji konsistensi normal.
3.2 Pencampuran dan Pengadukan
Tahap pencampuran dan pengadukan dilakukan dengan penimbangan bahan
sesuai proporsi dan kelompokny,a kemudian bahan tersebut dimasukkan kedalam
mikser (mesin pengaduk mortar). Selanjutnya, air dituang ke dalam mikser lebih
kurang 2/3 jumlah air pengaduk, kemudian dilakukan pengadukan apabila telah
dicapai pengadukan yang merata. Bila dipandang masih kaku, maka sisa air
pengaduknya dapat dimasukkan semuanya. Pengadukan dihentikan apabila sudah
diperoleh adukan yang homogen dan merata.
3.3 Pencetakan
Dalam tahap berikut adalah tahap pencetakan. Tahap ini diawali dengan
pembuatan benda uji kuat lentur kayu buatan, yaitu pengisian ke dalam cetakan
didahului dengan memasukkan rangkaian tulangan bilah bambu dan dijaga agar tidak
menempel pada dinding cetakan. Pengisian dukan ke dalam cetakan dilakukan secara
bertahap sambil dipadatkan hingga penuh. Kemudian permukaan diratakan dengan
jidar untuk memperoleh permukaan yang rata dan halus. Pembuatan benda uji kuat
tekan digunakan cetakan berbentuk kubus dengan sisi 5 cm x 5 cm x 5 cm yang
terbuat dari baja. Adukan semen, pasir, dan serbuk gergajian dimasukkan ke dalam
cetakan dalam dua lapisan, yaitu lapisan pertama diisi dari tinggi cetakan kemudian
7

ditumbuk 16 kali, setelah itu diisi lagi untuk lapis kedua dan ditumbuk 16 kali lagi,
kemudian diratakan bagian atasnya.
3.4 Perawatan
Tahap berikutnya dilakukan dengan perawatan. Selesai pencetakan kayu
buatan dan didiamkan 1 satu hari dibiarkan hingga mengeras. Cetakan dapat dilepas,
kemudian balok dan kasau yang selesai dicetak ditempatkan pada daerah yang
terlindung dan lembab selama 28 hari. Untuk benda uji kuat tekan adukan cetakan
dibuka setelah umur 1 hari kemudian direndam dalam air.
3.5 Pemeriksaan dan Pengujian
Tahap pemeriksaan dan pengujian merupakan tahapan terakhir. Dalam tahap
ini pengujian kuat tekan adukan berikut kuat lentur balok dan kasau dilakukan pada
umur 28 hari. Semua benda uji dilakukan penimbangan terlebih dahulu dan prosedur
pengujian sesuai dengan SK SNI M - 25 1991 03 (Kusdiyono, 2001)

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 ANGGARAN KEGIATAN
Tabel 4. Anggaran Kegiatan
No.
1
2
3
4

Uraian Kegiatan
Peralatan Penunjang
Bahan Habis Pakai
Transportasi
Lain-lain
Total Biaya

Biaya (Rp)
3.000.000,3.000.000,1.500.000,2.500.000,10.000.000,-

4.2 JADWAL KEGIATAN


Tabel 5. Jadwal Kegiatan

No.

KEGIATAN

Persiapan
Pencampuran dan
Pengadukan
Pencetakan
Perawatan
Permeriksaan dan Pengujian

2
3
4
5

Mingg
u1

BULAN 1
Mingg Mingg
u2
u3

Mingg
u4

BULAN 2
Mingg Mingg
u1
u2

DAFTAR PUSTAKA
Awaludin Ali, Afrianto A.N. 2000. Pilinan Serat Bambu sebagai Tulangan Kolom dan
Balok Beton. Kursus Singkat Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya di
Bidang Teknik Sipil. Yogyakarta. PAU FT. UM.
A Mufit. 2006. Penguatan Kelembagaan Riptek dalam Upaya Peningkatan Peran Iptek
dalam Pembangunan Daerah dalam Semiloka. Semarang. Bapeda. DPU.
1999. SKSNI M-25-1991-0. Pemeriksaan Keteguhan Lentur Kayu. Jakarta.
Kusdiyono. 1999. BPKM Bahan Bangunan I. Semarang. Jurusan Teknik Sipil Polines.
------2001. Petunjuk Praktikum Pengujian Bahan Bangunan II. Semarang:
Jurusan Teknik Sipil Polines.
Siswanto. Fauzie. 2000. Sifat Fisik, Mekanik dan Cara Pengawetan Bambu. Kursus Singkat
Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya dibidang Teknik Sipil. Yogyakarta:
PAU FT, UGM.
Triwiyono. Andreas. 2000. Bambu Sebagai Tulangan Struktur Beton. Kursus Singkat
Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya dibidang Teknik Sipil.
Suwanto, Bodja. 1999 Teknologi Bahan II. Semarang: Jurusan Teknik Sipil Polines.

10

Anda mungkin juga menyukai