Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat perencanaan dari pembangunan bangunan pantai (pelabuhan) diperlukan
data pasang surut, data gelombang, data angin dan data kenaikan muka air laut karena
pemanasaan global. Data-data tersebut diolah untuk mendapatkan elevasi tinggi dermaga,
dimana tinggi dermaga harus tidak banjir ketika terjai pasang tertinggi dan kapal masih bisa
bersandar ketika terjadi surut terendah hingga kurun waktu yang dtentukan. Pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pengolahan data pasang surut dari
BMKG maritim Semarang bertujuan untuk mengetahui tipe pasang surut di perairan tanjung
mas Semarang. Untuk mengetahuinya, data pengamatan pasang surut dievaluasi dengan
pendekatan harmonik air laut untuk mendapatkan konstanta harmonik barupa amplitudo (A)
dan beda fase (g0). Kemudian dianalisa untuk mendapatkan tipe pasang surut, kedudukan air
laut terendah dan tertinggi yang mungkin terjadi, besar mean sea level (S0), umur pasang surut
air laut, besar amplitudo dan beda fase setiap konstanta harmonik pasang surut yang
merupakan sifat-sifat dari suatu perairan. Termasuk juga komponen pasang surut yang
terbesar dan terkecil, tunggang air rata-rata dan waktu pasang surut purnama yang kemudian
akan digunakan untuk menentukan muka air rencana untuk perencanaan pembangunan
pelabuhan. Apabila tinggi gelombang dari suatu pencatatan diurutkan dari yang terbesar
sampai yang terendah atau sebaliknya,maka dapat ditentukan nilai H n yang merupakan rerata
dari n persen gelombang tertinggi. Dengan bentuk tersebut, maka akan diperoleh karakteristik
gelombang alam dalam bentuk gelombang tunggal. Misalnya H10 adalah tinggi rerata dari 10
% gelombang tertinggi dari suatu pencatatan gelombang. Bentuk yang paling banyak
digunakan adalah H33 atau rerata dari 33 % gelombang tertinggi dari sebuah pencatatan
gelombang; disebut juga Hs (tinggi gelombang signifikan).Perhitungan tinggi gelombang
dengan kala ulang menggunakan dua metode yaitu distribusi Gumbel (Fisher-Tippet Type I)
dan distribusi Weibull.

1.2 Tujuan
Untuk membandingkan antara Metode distribusi Fisher-Tippet Type I dan distribusi
Weilbull serta menetukan metode mana yang tepat untuk digunakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Gelombang
Secara umum gelombang yang terjadi di laut dapat terbentuk dari beberapa faktor
pnyebab seperti : angin, pasang surut, badai laut, dan seiche. Gelombang yang disebabkan
oleh angin. Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama
gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan bergantung
pada beberapa sifat gelombang periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk. Gelombang
seperti ini disebut Sea. Bentuk gelombang lain yang disebabkan oleh angin adalah gelombang

yang bergerak dengan jarak yang sangat jauh sehingga semakin jauh meninggalkan daerah
pembangkitnya gelombang ini tidak lagi dipengaruhi oleh angin. Gelombang ini akan lebih
teratur dan jarak yang ditempuh selama pergerakannya dapat mencapai ribuan mil. Jenis
gelombang ini disebut Swell. Tinggi gelombang rata-rata yang dihasilkan oleh angin
merupakan fungsi dari kecepatan angin, waktu dimana angin bertiup, dan jarak dimana angin
bertiup tanpa rintangan.Umumnya semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang
yang terbentuk dan pergerakan gelombang mempunyai kecepatan yang tinggi sesuai dengan
panjang gelombang yang besar. Gelombang yang terbentuk dengan cara ini umumnya
mempunyai puncak yang kurang curam jika dibandingkan dengan tipe gelombang yang
dibangkitkan dengan angin yang berkecepan kecil atau lemah. Saat angin mulai bertiup, tinggi
gelombang, kecepatan, panjang gelombang seluruhnya cenderung berkembang dan meningkat
sesuai dengan meningkatnya waktu peniupan berlangsung (Hutabarat dan Evans, 1984).
Jarak tanpa rintangan dimana angin bertiup merupakan fetch yang sangat penting
untuk digambarkan dengan membandingkan gelombang yang terbentuk pada kolom air yang
relatif lebih kecil seperti danau (di darat) dengan yang terbentuk di lautan bebas, (Pond and
Picard, 1978). Gelombang yang terbentuk di danau dengan fetch yang relatif kecil dengan
hanya mempunyai beberapa centimeter sedangkan yang terbentuk di laut bebas dimana
dengan fetch yang lebih sering mempunyai panjang gelombang sampai ratusan meter.
Kompleksnya gelombang-gelombang ini sangat sulit untuk dijelaskan tanpa membuat
pengukuran-pengukuran yang lebih akurat dan kurang berguna bagi nelayan atau pelaut.
Sebagai gantinya mereka membuat suatu cara yang lebih sederhana untuk mengetahui
gelombang yaitu dengan menggunakan suatu daftar skala gelombang yang dikenal
dengan Skala Beaufort untuk memberikan keterangan tentang kondisi gelombang yang
terjadi di laut dalam hubungannya dengan kecepatan angin yang sementara berhembus
(Hutabarat dan Evans, 1984).
Gelombang yang disebabkan oleh pasang surut. Gelombang pasang surut yang terjadi
di suatu perairan yang diamati adalah merupakan penjumlahan dari komponen-komponen
pasang yang disebabkan oleh gravitasi bulan, matahari, dan benda-benda angkasa lainnya
yang mempunyai periode sendiri. Tipe pasang berbeda-beda dan sangat tergantung dari
tempat dimana pasang itu terjadi. Tipe pasang surut yang terjadi di Indonesia terbagi atas dua
bagian yaitu tipe diurnal dimana terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari
misalnya yang terjadi di Kalimantan dan Jawa Barat. Tipe pasang surut yang kedua yaitu semi
diurnal, dimana pada jenis yang kedua ini terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
satu hari, misalnya yang terjadi di wilayah Indonesia Timur . Pasang surut atau pasang naik

mempunyai bentuk yang sangat kompleks sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
hubungan pergerakan bulan dengan katulistiwa bumi, pergantian tempat antara bulan dan
matahari dalam kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak merata pada
permukaan bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera. (Ceppenberg,1992).
Gelombang yang disebabkan oleh badai atau puting beliung . Bentuk gelombang yang
dihasilkan oleh badai yang terjadi di laut merupakan hasil dari cuaca yang tiba-tiba berubah
menjadi buruk terhadap kondisi perairan. Kecepatan gelombang tinggi dengan puncak
gelombang dapat mencapai 7 10 meter. Bentuk gelombang ini dapat menghancurkan pantai
dengan vegetasinya maupun wilayah pantai secara keseluruhan (Pond and Picard, 1978).
Gelombang yang disebabkan oleh tsunami. Gelombang tsunami merupakan bentuk
gelombang yang dibangkitkan dari dalam laut yang disebabkan oleh adanya aktivitas vulkanis
seperti letusan gunung api bawah laut, maupun adanya peristiwa patahan atau pergeseran
lempengan samudera (aktivitas tektonik). Panjang gelombang tipe ini dapat mencapai 160
Km dengan kecepatan 600-700 Km/jam. Pada laut terbuka dapat mencapai 10-12 meter dan
saat menjelang atau mendekati pantai tingginya dapat bertambah bahkan dapat mencapai 20
meter serta dapat menghancurkan wilayah pantai dan membahayakan kehidupan manusia,
seperti yang terjadi di Kupang tahun 1993 dan di Biak tahun 1995 yang menewaskan banyak
orang serta menghancurkan ekosistem laut. Gelombang yang disebabkan oleh seiche.
Gelombang seiche merupakan standing wave yang sering juga disebut sebagai gelombang
diam

atau

lebih

dikenal

dengan

jenis

gelombang

stasioner.

Gelombang

ini

merupakan standing wave dari periode yang relatif panjang dan umumnya dapat terjadi di
kanal, danau dan sepanjang pantai laut terbuka. Seiche merupakan hasil perubahan secara
mendadak atau seri periode yang berlangsung secara berkala dalam tekanan atmosfir dan
kecepatan angin (Pond and Picard, 1978).
2.2 Gelombang Rencana
Penentuan tinggi gelombang dan kala ulang gelombang rencana didasarkan pada jenis
konstruksi yang akan dibangun dan nilai daerah yang akan dilindungi.Gelombang
representatif adalah tinggi dan periode gelombang individu (individual wave) yang dapat
mewakili spektrum gelombang. Pada umumnya digunakan H33 atau rata-rata dari 33% nilai
tertinggi dari pencatatan gelombang yang juga disebut sebagai gelombang signifikan (HS)
(Triatmodjo, 2008).
2.3 Wave Run-up

Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan naik
(run-up) pada permukaan bangunan. Elevasi (tinggi) bangunan yang direncanakan tergantung
pada run-up dan limpasan yang diijinkan. Run-up tergantung pada bentuk dan kekasaran
bangunan, kemiringan dasar laut di depan bangunan, dan karakteristik gelombang. Karena
banyaknya variabel yang berpengaruh, maka besarnya run-up sangat sulit ditentukan secara
analitis. Berbagai penelitian tentang run-up gelombang gelombang telah dilakukan di
laboratorium. Hasil penelitian berikut berupa grafik-grafik yang dapat digunakan
untuk menentukan tinggi run-up. Gambar dibawah merupakan hasil percobaan yang
dilakukan oleh Irribaren untuk menentukan besar run-up gelombang pada bangunan dengan
permukaan miring untuk berbagai tipe material, sebagai fungsi bilangan Irribaren untuk
berbagai jenis lapis lindung yang mempunyai bentuk berikut :
tan
= ( HLo ) 0,5
Dengan :
Ir : bilangan Irribaren
r : sudut kemiringan sisi breakwater
H : tinggi gelombang di lokasi bangunan
L0 : panjang gelombang di laut dalam

III.METODE
1.)Memasukkan data berupa tahun pencatatan dan tinggi gelombang yang sudah diurutkan
dari besar ke kecil
2.)Menghitung besarnya probabilitas untuk setiap tinggi gelombang
3.)Menghitung nilai ym
4.)Menghitung parameter skala (A)
5.)Menghitung parameter lokasi (B)
6.)Menghitung tinggi gelombang dengan nilai tertentu
7.)Menghitung nilai yr
8.)Menghitung nilai gelombang signifikan Hsr
9.)Menghitung nilai a
10.Menghitung nilai nr
Menghitung nilai Hsr (m)
13.)Menghitung nilai r

IV.HASIL
4.1 Metode Weilbull
Tabel 1.Perhitungan Gelombang dengan Periode Ulang Metode Weibull
No.
Hsm
Urut m

3,95

3,74

3,45

3,25

3,19

3,10

3,02

2,86

2,46

10

2,45

11

2,39

12

2,34

13

2,32

14

2,10

15

1,63

0,9684 5,224
3
0,9038 3,108
4
0,8391 2,233
6
0,7745 1,700
6
0,7098 1,328
1
0,6451 1,048
3
0,5805 0,828
8
0,5158 0,651
6
0,4512 0,506
0
0,3865 0,384
8
0,3218 0,283
3
0,2572 0,198
4
0,1925 0,127
9
0,1279 0,070
5
0,0632 0,026
3

Jumlah 42,25 7,737


Ratarata

2,817

ym

17,72
1
1,181

Hsm.ym

ym

(HsmHsm')

Hsm^

Hsm-Hsm^

20,636 27,293 1,284 4,4170


0
4
11,6256 9,662 0,852 3,5794
5
7,7058 4,989 0,4011 3,2331

-0,4670

5,5271

2,892

3,0222

0,2278

4,2367

1,764

2,8747

0,3153

3,2497

1,099

2,7640

0,3360

2,5029

0,687

2,6771

0,3429

1,8637

0,425

2,6070

0,2530

1,2447

0,256

2,5493

-0,0893

0,9427

0,148

2,5014

-0,0514

0,6772

0,080

2,4612

-0,0712

0,4643

0,039

2,4276

-0,0876

0,2967

0,016

2,3997

-0,0797

0,1480

0,005

2,3769

-0,2769

0,0428

0,001

2,3594

-0,7294

61,164

49,357 5,828

0,187
8
0,139
4
0,080
3
0,041
3
0,001
9
0,127
2
0,134
4
0,182
0
0,227
2
0,246
7
0,513
6
1,408
2

0,1606
0,2169

Tabel 2. Gelombang dengan Periode Ulang Tertentu Metode Weibull


Periode
ulang
(tahun)
2
5
10

yr
(tahun)

Hsr (m)

nr

Hs-1,28
(m)

r Hs+1,28 r
(m)

0,6134
1,8861
3,0406

2,59
3,10
3,55

0,3531
0,7842
1,2213

0,23
0,51
0,79

2,30
2,45
2,54

2,88
3,74
4,56

25
50
100

4,7527
6,1641
7,6617

4,23
4,79
5,38

1,8836
2,4337
3,0190

1,22
1,57
1,95

2,67
2,78
2,89

5,79
6,80
7,88

4.2 Metode Fisher Tippett Type 1


Tabel 3. Perhitungan Gelombang dengan Periode Ulang Fisher-Tippett Type I

No.
Hsm
Urut m
1
3,950

ym

0,9630 3,277

Hsm.ym

ym

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

3,740
3,450
3,250
3,190
3,100
3,020
2,860
2,460
2,460
2,390
2,340
2,320
2,100
1,630

0,8968
0,8307
0,7646
0,6984
0,6323
0,5661
0,5000
0,4339
0,3677
0,3016
0,2354
0,1693
0,1032
0,0370

2,217
1,685
1,315
1,025
0,780
0,564
0,367
0,180
0,000
-0,181
-0,369
-0,574
-0,820
-1,193

12,944 10,73
3
9
8,2930 4,917
5,8122 2,838
4,2738 1,729
3,2684 1,050
2,4178 0,608
1,7033 0,318
1,0482 0,134
0,4435 0,033
-0,0010 0,000
-0,4331 0,033
-0,8634 0,136
-1,3325 0,330
-1,7228 0,673
-1,9440 1,422

Jumla
h
Ratarata

42,260

7,500

8,271

33,908

2,817

24,96
1

(HsmHsm')
1,2829
0,8513
0,4003
0,1872
0,1389
0,0799
0,0411
0,0018
0,1277
0,1277
0,1826
0,2278
0,2473
0,5146
1,4098

Hsm^

Hsm-Hsm^

4,2342

-0,2842

3,6833
3,4064
3,2143
3,0633
2,9361
2,8239
2,7212
2,6244
2,5305
2,4365
2,3389
2,2321
2,1042
1,9107

5,821

0,551

Tabel 4. Gelombang dengan Periode Ulang Tertentu Metode Fisher-Tippett Type 1

Periode
ulang
(tahun)

yr
(tahun
)

Hsr (m) nr

Hs-1,28
r (m)

Hs+1,28
r (m)

2
5
10
25
50
100

0,3665
1,4999
2,2504
3,1985
3,9019
4,6001

2,72
3,31
3,70
4,19
4,56
4,92

0,18
0,28
0,38
0,51
0,62
0,72

2,50
2,95
3,21
3,53
3,77
4,00

2,95
3,67
4,19
4,85
5,35
5,84

0,2723
0,4381
0,5905
0,7977
0,9563
1,1158

0,0567
0,0436
0,0357
0,1267
0,1639
0,1961
0,1388
-0,1644
-0,0705
-0,0465
0,0011
0,0879
-0,0042
-0,2807

4.3 Grafik Kala Ulang Ho max Metode Fisher-Tippet Type 1

Grafik Kala Ulang Ho max Metode Fisher-Tippett Type I


7.00
6.00
5.00

Hmax

Hsr (m)
Hs-1,28 sr (m)
Hs+1,28 sr (m)

4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

2 5 10 25 50 100

Kala Ulang

4.4 Grafik Kala Ulang Ho max Metode Weibull

Grafik Kala Ulang Ho max Weibull

H max

9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

Hsr (m)
Hs-1,28 sr (m)
Hs+1,28 sr (m)

10

25

50 100

Kala Ulang

V.PEMBAHASAN
Dengan Metode Fisher Tippet Type 1 dan Metode Weilbull didapatkan nilai Tinggi
dan periode dengan kala ulang tertentu. Kemudian dipilih hasil salah satu metode dan kala
ulangnya.Pada bahasan ini digunakan kala ulang 10 tahunan (H10). Dengan Metode Fisher
Tippet Type 1 karena standar deviasi metode ini lebih kecil daripada standar deviasi metode
Weilbull yaitu a 0,8353 pada metode Fisher Tippet Type dan pada Metode Weilbull a sebesar
2,133 sehingga tingkat interval keyakinannnya relatif besar.

VI.PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Metode penentuan Gelombang Kala Ulang yang paling tepat digunakan yaitu metode
Fisher Tippet Type 1 karena nilai standar deviasinya lebih kecil dan nilai regresinya lebih
besar sehingga mendekati kenyataan.

DAFTAR PUSTAKA
Hariyoni,dkk.2011.Studi Perencanaan Bangunan Pengendalian Akresi dan Abrasi di Pantai
Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi.Malang :Universitas Diponegoro
M. Furqon Azis.2006. Gerak Air Di Laut. ISSN 0216-1877.Vol I (4): 9-21
Pond Stephent dan George L. Pickard, 1978, Introductory to Dynamic Oceanography.
Pergamon Press: Oxford.
Triatmodjo,Bambang.1999.Teknik Pantai.Yogyakarta:Beta Offset

Anda mungkin juga menyukai