Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

OSEANOGRAFI FISIKA
(Kondisi Hidro-Oseanografi TAL)

DISUSUN OLEH :

NAMA : JEFRY D SARIMANELLA

NIM : 201764007

PRODI : ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teluk Ambon merupakan perairan pesisir yang berada di Pulau Ambon dan terbagi oleh
dua ambang yang sempit yaitu Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar. Pulau Ambon
sendiri berada diantara dua buah laut dalam yaitu Laut Banda dan Laut Seram. Teluk Ambon
memiliki garis pantai sepanjang 107,2 km dan Laut Banda merukan salah satu wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) di Maluku.

Teluk Ambon kini mengalami degradasi fungsi akibat pencemaran dan sampah serta
aktifitas manusia yang tidak terkendali (Pattipeilohy, 2014). Penurunan kualitas tersebut antara
lain berkurangnya ekosistem mangrove (Suyadi, 2012), perubahan tata guna lahan pemukiman
(Selanno et al., 20015) dan kerusakan daerah pesisir (Hiariey dan Baskoro, 2011). Dampak dari
pemanfaatan sumberdaya yang tidak berkelanjutan tersebut tentu akan menghambat
pengembangan potensi Teluk Ambon khususnya di bidang perikanan dan kelautan. Beberapa
potensi dibidang perikanan dan kelautan yang bisa dikembangkan antara lain dibidang
ekowisata (Pattipilohy, 2014), ikan baronang, perikanan laut dalam, mangrove, wisata selam,
budidaya perikanan serta di bidang perindustrian dan perdagangan (Latuconsina et al., 2012).

Sebagai salah satu perairan yang penting untuk transportasi, perikanan, pelabuhan dan
perumahan maka kondisi fisis serta dinamika oseanografi yang terjadi di Teluk Ambon mutlak
harus dipahami. Pasang surut, arus laut, dan gelombang merupakan beberapa fenomena dasar
yang dipelajari untuk berbagai kebutuhan seperti navigasi, perencanaan pelabuhan, serta
prediksi arah penyebaran tumpahan minyak bumi atau sampah domestik.

Pada umumnya gelombang laut adalah gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin baik
langsung maupun tidak langsung. Pada daerah tiupan angin (dikenal dengan istilah 'fetch'),
terjadi peristiwa transfer energi angin ke energi gelombang dalam spektrum frekwensi yang
luas. Dengan kata lain, didaerah angin tersebut terbentuk campuran gelombang dengan
bermacam-macam frekuensi. Sedangkan pasang surut merupakan gerak fluktuasi massa air
secara periodic dan harmonik, yang disebabkan oleh adanya gaya tarik benda-benda langit
terutama matahari dan bulan terhadap bumi (Park dalam The Open University, 2006).

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik gelombang, menganalisis
pasang surut selama 4 jam di Teluk Ambon, dan mengestimasi arus sejajar pantai dengan
menggunakan parameter gelombang.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini yaitu :


1. Untuk mengetahui karakteristik gelombang di Teluk Ambon.
2. Mengestimasi pasang surut selama 4 jam di Teluk Ambon.
3. Mengestimasi arus sejajar pantai dengan menggunakan parameter gelombang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pantai

Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa indonesia yang sering rancu
pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai kepantaian dapat
dilihat pada Gambar 2.1. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat
pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah
daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi di air surut terendah.

Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai
yang terjadi.

Gambar 2.1 Defenisi dan batasan pantai

Menurut Sandy (1996), pantai adalah bagian dari muka bumi dan muka airlaut rata-rata
terendah sampai muka laut rata-rata tinggi. Budi (1984) mendefinisikan pantai sebagai shore,
beach, dan coast. Shore adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat
surut hingga batas tertinggi atau efektif yang dapat dicapai gelombang meliputi:

1. Pantai bagian depan (foreshore), yaitu daerah antara pasang tersurut sampai daerah
pasang tertinggi
2. Pantai bagian belakang (backshore), yaitu daerah antar pasang tertinggi sampai
daerah tertinggi terkena ombak.
3. Pantai lepas (offshore), yaitu daerah yang meluas dari titiki pasang surut terendah
kea rah laut.

Beach adalah daerah tempat akumulasi dari sedimen lepas seperti kerikil, pasir, dan
lainnya kadang-kadang hanya sampai pada batas backshore tapi lebih sering sampai pada
foreshore. Coast adalah daerah lebar bervariasiyang meliputi shore dan perluasannya sampai
pada daerah pengaruh penetrasi laut sebagai tebing pantai, estuaria, laguna, dune, dan rawa-
rawa.

2.2 Gelombang

2.2.1 Defenisi gelombang

Deskripsi tentang sebuah gelombang hingga kini masih belum jelas dan akurat, oleh
karena permukaan laut merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang selalu
berubah dan tidak stabil (Garrison, 1993). Gelombang merupakan fenomena alam penaikan
dan penurunan air secara periodik dan dapat dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gross
(1993) mendefenisikan gelombang sebagai gangguan yang terjadi di permukaan air. Sverdrup
at al, (1946) mendefenisikan gelombang sebagai sesuatu yang terjadi secara periodik terutama
gelombang yang disebabkan oleh adanya peristiwa pasang surut.

Massa air permukaan selalu dalam keadaan bergerak, gerakan ini terutama ditimbulkan
oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air dan menghasilkan energi gelombang
dan arus. Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan tergantung pada
beberapa sifat gelombang, periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk, gelombang jenis
ini disebut “Sea”. Gelombang yang terbentuk akan bergerak ke luar menjauhi pusat asal
gelombang dan merambat ke segala arah, serta melepaskan energinya ke pantai dalam bentuk
empasan gelombang. Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer
sebelum mencapai suatu pantai, jenis gelombang ini disebut “Swell”.

2.2.2 Klasifikasi gelombang

Menurut Nontji (1987) antara panjang dan tinggi gelombang tidak ada satu hubungan
yang pasti akan tetapi gelombang mempunyai jarak antar dua puncak gelombang yang makin
jauh akan mempunyai kemungkinan mencapai gelombang yang semakin tinggi. Pond and
Pickard (1983) mengklasifikasikan gelombang berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan
pada Tabel 1. berikut ini :

Tabel 1. Klasifikasi gelombang berdasarkan periode

Periode Panjang Gelombang Jenis Gelombang

0 – 0,2 Detik Beberapa centimeter Riak (Riplles)

0,2 – 0,9 Detik Mencapai 130 meter Gelombang angin

0,9 -15 Detik Beberapa ratus meter Gelombang besar


(Swell)

15 – 30 Detik Ribuan meter Long Swell

0,5 menit – 1 jam Ribuan kilometer Gelombang dengan


periode yang
panjang (termasuk
Tsunami)

5, 12, 25 jam Beberapa kilometer Pasang surut

Bhat, 1978; Garisson, 1993; Gross, 1993 mengemukakan bahwa ada 4 bentuk
besaran yang berkaitan dengan gelombang. Yakni :

a. Amplitudo gelombang (A) adalah jarak antara puncak gelombang dengan permukaan
rata rata air.
b. Frekuensi gelombang ( f ) adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu titik
dalam suatu waktu tertentu (biasanya didefenisikan dalam satuan detik).
c. Kecepatan gelombang (C) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu satuan
waktu tertentu.
d. Kemiringan gelombang (H/L) adalah perbandingan antara tinggi gelombang dengan
panjang gelombang.

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian
beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m.
Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung
berapi, dan longsor bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami)
serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang dikenal sebagai
gelombang pasang surut.Sebuah gelombang terdiri dari beberapa bagian antara lain:

1) Puncak gelombang (Crest) adalah titik tertinggi dari sebuah gelombang.


2) Lembah gelombang (Trough) adalah titik terendah gelombang, diantara dua puncak
gelombang.
3) Panjang gelombang (Wave length) adalah jarak mendatar antara dua puncak gelombang
atau antara dua lembah gelombang.
4) Tinggi gelombang (Wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan lembah
gelombang.
5) Periode gelombang (Wave period) adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak
gelombang yang berurutan untuk melalui satu titik.

Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya, gelombang akan


semakin tinggi dan curam, dan akibatnya mulai pecah (Kennet, 1982). Sebuah gelombang akan
pecah bila perbandingan antara kedalaman perairan dan tinggi gelombang adalah 1,28
(Yuwono, 1986) atau bila perbandingan antara tinggi gelombang dan panjang gelombang
melampaui 1 : 7 (Gross, 1993).Saat pecah gelombang akan mengalami perubahan bentuk.
Dyer, 1978 membedakannya kedalam tiga bentuk empasan (breaker type), sementara Galvin
(1966) mengklasifikasikan tipe empasan gelombang yaitu : tipe plunging, spilling, surging, dan
collapsing

1) Plunging, terjadi karena seluruh puncak gelombang melewati kecepatan gelombang,


tipe empasan ini berbentuk cembung kebelakang dan cekung kearah depan. Gelombang
ini sering timbul dari empasan pada periode yang lama dari suatu gelombang yang
besar, dan biasanya terjadi pada dasar pantai yang hampir lebih miring di bandingkan
pada tipe Spilling. Walaupun sangat menarik, namun umumnya gelombang ini tidak
terjadi lama dan juga tidak baik untuk berselancar. Bahkan tipe empasan ini mampu
menimbulkan kehancuran yang cukup hebat.
2) Spilling, terjadi dimana gelombang sudah pecah sebelum tiba di depan pantai
Gelombang ini lebih sering terjadi, dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh
karena itu reaksinya lebih lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk
berselancar.
3) Surging, adalah tipe empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai. Tipe
empasan ini sangat mempengaruhi lebarnya zona surf suatu perairan karena jenis
gelombang yang pecah tepat di tepi pantai akan mengakibatkan semakin sempitnya
zona surf. Gelombangnya lebih lemah saat mencapai pantai dengan dasar yang lebih
curam dan kemudian gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai (Gross, 1993).
4) Collapsing, merupakan gelombang yang pecah setengah dari biasanya. Saat pecah
gelombang tersebut tidak naik kedarat, terdapat buih dan terjadi pada pantai yang sangat
curam (Galvin, 1968).

2.3. Pasang Surut Air Laut (Pasut)

Pasut merupakan proses naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan butan
terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut juga merupakan gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari, dan bulan. Pasang surut air laut
dapat dibedakan atas 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Diurnal tide yaitu pasang surut tunggal yang terjadi apabila dalam waktu 24 jam terjadi
dua kali air tinggi dan satu kali air rendah.
2. Semi diurnal tide yaitu pasang surut ganda terjadi apabila dalam waktu 24 jam terjadi
dua kali air tinggi dan dua kali air rendah.

Mixed tide yaitu pasang surut campuran terjadi apabila dalam waktu 24 jam terdapat
kedudukan air tinggi dan rendah yang tidak teratur.

2.4 Arus
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Arus
laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan massa air laut
tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan
bumi menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini
menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menye-imbangkan
energi di seluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang
lain. Angin merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain
gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi arus laut

Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor (Nining, 2002) yaitu :

1) Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di sekitarnya : Beberapa
sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh
arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas – batas ini menghasilkan sistem
aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu
bentuk bulatan.
2) Gaya Coriollis dan arus ekman : Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana
gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga
yangmenyebabkan timbulnya perubahan – perubahan arah arus yang kompleks
susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan.
3) Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking : Perbedaan densitas menyebabkan
timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara
ke arah daerah tropik.
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum berlangsung pada hari jumat, 12 Juli 2019 di lokasi Pantai Rumah Tiga
(Poka – Ambon) pada pukul 08:00 hingga 13:00 WIT. Dimana pada praktikum ini terdiri
atas 5 stasiun dan stasiun yang diamati yaitu pada stasiun 3.

B. Alat dan Bahan

ALAT KEGUNAAN
Palem (kayu ukuran 5x7 Mengukur tinggi gelombang dan pasang surut.
cm,tinggi 3 m)
Kompas Menentukan arah dan sudut datangnya gelombang.
Ditempel pada kayu untuk menentukan tinggi
Meter Kain
gelombang dan tinggi pasang surut.
Untuk mencatat data haisl praktikum yang
Alat Tulis
diperoleh
Untuk menghitung waktu peridoe pasang surut dan
Stopwatch
gelombang.
BAHAN KEGUNAAN
Alat tulis menulis Untuk mencatat data di lapangan
Tali Di gunakan untuk mengikat bola
Meter kain Di tempel di kayu sebagai skala untuk
menentukan tinggi gelombang dan tinggi
kemiringan pantai

C. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan melalui proses observasi atau pengamatan pada palem
(kayu) yang sudah ditempelkan meter kain. Metode yang digunakan pada praktek ini ialah
metode survey dan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung terhadap palem (kayu).

D. Teknik pengambilan data


Teknik pengambilan data melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Penentuan Lokasi
Untuk memulai pengukuran terhadap tinggi gelombang dan pasut, pertama-tama
kita harus tentukan terlebih dahulu lokasi dimana kita akan ambil sebagai titik untuk
mengamati serta mengukur data tinggi gelombang dan pasut.

2. Pengukuran Gelombang
Pengukuran gelombang dilakukan dengan proses pengamatan (observasi) secara
langsung terhadap palem kayu yang sudah ditempelkan meter kain agar kita dapat
melihat tinggi gelombang datang. Tidak lupa juga untuk menggunakan stopwatch untuk
melihat periode setiap tinggi gelombang datang yang diamati. Data yang diperoleh dari
pengamatan gelombang adalah tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T). ukur
jumlah puncak (10) dan lembah (10) untuk mencari rata-rata permukaan air. Setelah itu
dilakukan Pengambilan data puncak gelombang yang dilakukan sebanyak 3x
pengulangan selama 20 menit untuk setiap pengulangan.
Pengambilan data pasut juga dilakukan sama seperti teknik pengukuran
gelombang sebelumnya, namun pengambilan data pasut dilakukan setiap 10 menit
mulai dari pukul 09:00 WIT sampai pukul 13:00 WIT dengan jumlah data pasut yang
didapati yaitu minimal sebanyak 24 data data per 10 menit.

3. Metode Analisis Data


Metode analisa data yang digunakan dalam praktikum ini yaitu untuk menghitung :
a. Panjang gelombang,merupakan jarak antara dua rangkaian puncak gelombang (
atau melalui 2 puncak berturut-turut)(Sulaiman dan Soehardi, 2008), sebagai
beriukut :
𝑔𝑑
L = T√ 𝐹

Keterangan :

L = Panjang gelombang (m)

T = Periode waktu (s)

g = Grafitasi (m/s2)

d = Kedalaman (m)

F = Frekuensi (s)

- Kecepatan gelombang, merupakanjarak yang ditempuh gelombang dalam satu


satuan waktu tertentu (Sulaiman dan Soehardi, 2008), sebagai berikut :
C = √𝑔𝑑

Keterangan : C = Kecepatan gelombang (m/s)

g = Gravitasi (m/s2)

d = Kedalaman (m)

- Tipe gelombang, merupakan ciri-ciri gelombang yang dimana terjadi di zona


surf (Sulaiman dan Soehardi, 2008) sebagai berikut :
tan 𝛽 𝑔 𝑇2
Ni = L0 =
√𝐻/𝐿0 2𝜋

Keterangan : Ni = Bilangan iribaren

tan𝛽 = Kemiringan pantai

H = Tinggi gelombang (m)

L0 = Panjang gelombang (m)

g = Gravitasi (m/s2)

𝑇2 = Periode waktu (s)

Tipe karakteristik gelombang di zona surf (Sulaiman dan Soehardi, 2008) :

a. Splling Ni < 0.4


b. Plunging 0.4 < Ni < 2.3
c. Collapsing 2.3 < Ni < 3.2
d. Surging Ni > 3.2

- Arus sejajar pantai,merupakan arus yang membawa sedimen dalam arah


sejajar pantai sehingga, jika arus ini dominan maka biasanya akan membentuk
morfologi pantai, berbentuk pantai lurus (Longshore current) (Sulaiman dan
Soehardi, 2008) sebagai berikut :
Vm = 1,17√𝑔𝐻𝑏 sin 𝜃𝑏 cos 𝜃𝑏

Keterangan : Vm = Arus sejajar pantai

1,17 = Konstanta

g = Grafitasi (m/s2)

Hb = Tinggi gelombang (m)

sin𝜃𝑏 cos𝜃𝑏 = Sudut datang gelombang


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. karakteristik gelombang di Teluk Ambon

Stasiun
No Karakteristik
St1
Min 0,5
Max 1,17
Pengulangan 1
Average 0,76
Sudut datang Gel 230°
Min 1,17
1 Tinggi.Gel (m) Max 1,5
Pengulangan 2
Average 1,29
Sudut datang Gel 215°
Min 1,12
Max 1,34
Pengulangan 3
Average 1,22
Sudut datang Gel 120°
Min 0,09
Max 10,57
Pengulangan 1
Average 5,45
Sudut datang Gel 230°
Min 0,01
Max 19,03
2 Periode.Gel (s) Pengulangan 2
Average 9,6
Sudut datang Gel 215°
Min 0,09
Max 14,39
Pengulangan 3
Average 6,37
Sudut datang Gel 120°
Min 0,17
Max 1,89
Pengulangan 1
Average 1,27
Sudut datang Gel 230°
Min 0,12
Max 5,43
3 Panjang.Gel (m) Pengulangan 2
Average 0,27
Sudut datang Gel 215°
Min 0,16
Max 2,06
Pengulangan 3
Average 1,27
Sudut datang Gel 120°
Min 0,52
4 Kec.Gel (m/s) Pengulangan 1
Max 5,6
Average 3,78
Sudut datang Gel 230°
Min 0,12
Max 5,43
Pengulangan 2
Average 0,27
Sudut datang Gel 215°
Min 0,14
Max 1,81
Pengulangan 3
Average 0,31
Sudut datang Gel 120°

1.Tinggi gelombang

Dari data di atas:


a) pada pegulangan ke-1 tinggi gelombang yang di dapatkan memiliki
nilai minimum 0,5 m dengan nilai maksimum 1,17 m dan rata- rata
tinggi gelombang sebesar 0,76 m dan sudut datang gelombang sebesar
230°.
b) Pada pengulangan ke-2 nilai minimum sebesar 1,17 m ,nilai maksimum
yaitu 1,50 m,rata-rata yang di dapatkan sebesar 1,29m,sudut datang
gelombang 215°, dan rata-rata tinggi gelombang yang di dapatkan yaitu
0,37m.
c) Pada pengulangan ke-3 nilai minimum sebesar 1,12 m,nilai maksimum yaitu
0,64 m,rata-rata yang di dapatkan sebesar 0,37 m,sudut datang gelombang
215°, dan rata-rata tinggi gelombang yang di dapatkan yaitu 0,37m.

2. periode gelombang

a) Dari data di atas pada pegulangan ke-1 periode gelombang yang di


dapatkan memiliki nilai minimum 0,17 dengan nilai maksimum 1,89
dan rata- rata periode gelombang sebesar 1,27 dan sudut datang
gelombang sebesar 230°.
b) Dari data di atas pada pegulangan ke-2 periode gelombang yang di
dapatkan memiliki nilai minimum 0,01dengan nilai maksimum
19,03dan rata- rata periode gelombang sebesar 9,6dan sudut datang
gelombang sebesar 215°
c) Dari data di atas pada pegulangan ke-3 periode gelombang yang di
dapatkan memiliki nilai minimum 0,09dengan nilai maksimum
14,39dan rata- rata periode gelombang sebesar 6,37dan sudut datang
gelombang sebesar 120°

3. Panjang gelombang

a) Dari data di atas pada pegulangan ke-1 panjang gelombang yang di


dapatkan memiliki nilai minimum 0,17 dengan nilai maksimum 1,89
dan rata- rata periode gelombang sebesar 1,27 dan sudut datang
gelombang sebesar 230°.
b) Dari data di atas pada pegulangan ke-2 panjang gelombang yang di
dapatkan memiliki nilai minimum 0,12 dengan nilai maksimum 5,43
dan rata- rata panjang gelombang sebesar 0,27 dan sudut datang
gelombang sebesar 215°
c) Dari data di atas pada pegulangan ke-3 panjang gelombang yang di
dapatkan memiliki nilai minimum 0,16dengan nilai maksimum 2,06
dan rata- rata panjang gelombang sebesar 1,27 dan sudut datang
gelombang sebesar 120°

4. kecepatan gel

a) Dari data di atas pada pegulangan ke-1 kecepatan gelombang yang di


dapatkan memiliki nilai minimum 0,52 dengan nilai maksimum 5,6 dan
rata- rata kecepatan gelombang sebesar 3,78 dan sudut datang
gelombang sebesar 230°.
b) Dari data di atas pada pegulangan ke-2 kecepatan gelombang yang di
dapatkan memiliki nilai minimum 0,12 dengan nilai maksimum 5,43
dan rata- rata kecepatan gelombang sebesar 0,27 dan sudut datang
gelombang sebesar 215° .
c) Dari data di atas pada pegulangan ke-3 kecepatan gelombang yang di
dapatkan memiliki nilai minimum 0,14 dengan nilai maksimum 0,31
dan rata- rata kecepatan gelombang sebesar 0,31 dan sudut datang
gelombang sebesar 120°
Tipe gelombang

tipe
Stasiun Pengulangan
gelombang

Pengulangan 1 plunging

1 Pengulangan 2 surging

Pengulangan 3 surging

Tabel. Tipe gelombang

Pada pengulangan gelombang ke 1-3 didapati tipe gelombang yaitu plunging,surging,surging.

II. Arus sejajar pantai

Stasiun Pengulangan Kecepatan arus (m/s)


Min 0,112
Pengulangan 1 Max 0,18
Average 0,14
Min 0,19
1 Pengulangan 2 Max 0,36
Average 0,26
Min 0,019
Pengulangan 3 Max 0,089
Average 0,065

tabel.arus sejajar pantai

berdasarkan tabel diatas:

1. pengulangan ke-1 memiliki kecepatan minimum sebesar 0,112 m/s,kecepatan maksimum


sebesar 0,18 m/s dan kecepatan arus rata-rata sebesar 1,14 m/s.
2. pengulangan ke-2 memiliki kecepatan minimum sebesar 0,19 m/s,kecepatan maksimum
sebesar 0,36 m/s dan kecepatan arus rata-rata sebesar 0,26 m/s.
3. pengulangan ke-3 memiliki kecepatan minimum sebesar 0,019 m/s,kecepatan maksimum
sebesar 0,089 m/s dan kecepatan arus rata-rata sebesar 0,065 m/s.
III. Pasang surut

grafik perbandingan pasut


250
200
pasut praktikum
pasut

150
100 pasut estimasi
50 Linear (pasut praktikum)
0
Linear (pasut estimasi)
0 5 10 15 20 25 30
pengulangan

Tabel perbandingan pasut


Ket. Korelasi: jika kurang dari 0,5=buruk
Jika lebih dari 0,5 dan sama dengan 1 =sangat baik
pasut pasut
ramalan praktikum nilai korelasi
189 146 0,977
186 140
185 138
183 135
180 133
178 125
175 126
172 125
170 123
168 122
164 120
160 119
159 117
152 115
139 112
136 108
131 104
127 96
120 90
116 84
110 69
109 67
100 63
90 57
Berdasarkan hasil nilai korelasi data ramalan pasut dan data praktikum pasut adalah 0,977 jadi dapat
disimpulan bahwa hubungan antara kedua data tersebut sangat baik
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan:

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis nilai rata-rata tinggi gelombang yaitu 1,09 m. rata-rata nilai periode gelombang 7,14
s.panjang gelombang rata-rata=0,93m. kecepatan rata-rata gelombang=1,45m/s.
2. Kecepatan rata-rata arus sejajar pantai yang di dapat = 0,155m/s.
3. Berdasarkan hasil nilai korelasi data ramalan pasut dan data praktikum pasut adalah 0,977
jadi dapat disimpulan bahwa hubungan antara kedua data tersebut sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yosua.A, Moh.Jasin, dan Jeffry.Mamoto.2015.Analisis Karakteristik Gelombang Di


Pantai Bulo Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa. Jurnal Sipil. Volume 3, Nomor 1.

2. Royke.M.R.2009.Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus Permukaan Di Teluk


Manado. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Volume 5, Nomor 3.

3. Intan.M, Denny.N dan Indrayanti.2012.Kajian Arus Sejajar Pantai (Longshore Current)


Akibat Pengaruh Transformasi Gelombang Diperairan Semarang. Jurnal Oseanografi.
Volume 1, Nomor 2, Halaman 128-138.

Anda mungkin juga menyukai