Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Elevasi muka air merupakan parameter sangat penting di dalam


perencanaan bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode yang
lebih besar dari periode gelombang angin. Gelombang terjadi pada muka air
laut referensi yaitu muka air dalam (Still Water Level, SWL).

Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan


membentuk variasi muka air laut dengan periode panjang. Proses alam
tersebut meliputi tsunami, gelombang badai (storm surge), kenaikan muka air
karena gelombang (wave set-up), kenaikan muka air karena perubahan suhu
global dan pasang surut. Di antara beberapa proses tersebut fluktuasi muka air
karena badai dan tsunami (gempa) tidak dapat ditentukan (diprediksi) kapan
terjadinya. Sedangkan pasang surut mudah diprediksi dan diukur baik besar
maupun waktu terjadinya.

Fluktuasi muka air laut karena tsunami, pasang surut dan gelombang
badai adalah periodel dengan periode berbeda, mulai dari beberapa menit
(tsunami), setengah hari atau satu hari (pasang surut), dan beberapa hari
(gelombang badai). Sedangkan kenaikan muka air laut karena perubahan suhu
global selalu bertambah dengan pertambahan waktu. Apabila fluktuasi muka
air tersebut terjadi secara bersamaan dengan gelombang angin yang
mempunyai periode lebih kecil (beberapa detik), maka muka air tersebut
relatif konstan terhadap fluktuasi muka air laut karena gelombang angin.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan fluktuasi muka air?


2. Hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi muka air laut
beserta penjelasannya?

1.2 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian fluktuasi
2. Mengetahui penyebab terjadinya fluktuasi muka air laut

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN FLUKTUASI
Fluktuasi dalam KBBI merupakan gejala yang menunjukkan turun-
naiknya sesuatu. Sedangkan Fluktuasi muka air adalah kondisi atau keadaan
dimana terjadi perubahan tinggi (naik atau turun) muka air.

2. PENYEBAB TERJADINYA FLUKTUASI


Fluktuasi muka air laut yang disebabkan oleh proses alam diantaranya
adalah:
a. Tsunami
b. Gelombang badai (storm surge)
c. Kenaikan muka air karena Gelombang (wave set up)
d. Kenaikan muka air karena angin (wind set up)
e. Pemanasan global
f. Pasang surut
Diantara beberapa proses tersebut fluktuasi muka air kerena tsunami
dan badai tidak dapat diprediksi. Gambar 2.1. adalah contoh pasang surut
yang terjadi secara bersamaan dengan gelombang. Apabila tinjauan
difokuskan pada gelombang maka muka air pasang surut dapat dianggap
sebagai muka air diam.

Gambar 1. Pasang Surut terjadi bersamaan dengan gelombang

2
A. Tsunami
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena gempa bumi atau
letusan gunung api di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m
sampai 30 m dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Cepat
rambat gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut. Semakin besar
kedalaman semakin besar kecepatan rambatnya.
Kejadian tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di laut
tergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Kedalaman pusat gempa (episentrum) di bawah dasar laut h (km).
2. Kekuatan gempa M yang dinyatakan dalam skala Richter.
3. Kedalaman air di atas episentrum d (m).
Gelombang tsunami mempunyai hubungan erat dengan kekuatan
gempa dan kedalaman pusat gempa. Gambar 2.2. menunjukkan hubungan
antara kekuatan gempa M dengan kedalaman gempa terhadap kemungkinan
terjadinya tsunami.
Tabel 1. Hubungan antara besaran gempa dan tinggi tsunami di pantai

3
Gambar 2. Hubungan antara kekuatan gempa dan kedalaman episentrum dengan
terbentuknya gelombang tsunami

Gambar 3. Hubungan antara kekuatan gempa dan besaran tsunami

Besaran tsunami (m) berkaitan erat dengan kekuatan gempa M, yaitu:


m = 2,26 M – 14,18
Besaran tsunami m juga tergantung pada kedalaman laut (d) di lokasi
terbentuknya gempa.
m = 1,7 log (d) – 1,7
Periode gelombang tsunami tergantung pada kekuatan gempa seperti di berikan
dalam Gambar 2.4.

4
Gambar 4. Hubungan antara kekuatan gempa dan periode gelombang

Berikut ini adalah langkah-langkah penanggulangan tsunami :

 Daerah sempadan pantai harus cukup lebar dan ditanami dengan tsunami
keras
 Daerah pemukiman ditempatkan di lokasi yang aman, yang ditetapkan
berdasar tinggi gelombang tsunami dan topografi daerah
 Dibuat bangunan pelindung tsunami yang berupa tanggul di sepanjang
pantai
 Fasilitas pelabuhan sebaiknya dipisahkan dari pemukiman, untuk
mencegah benda-benda terapung seperti perahu, drum dan benda lainnya
dapat menjadi tenaga penghantam yang merusak bila terjadi tsunami

B. Kenaikkan muka air karena gelombang (wave set up)


Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menyebabkan
fluktuasi muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Pada waktu
gelombang pecah akan terjadi penurunan elevasi muka air rerata terhadap
elevasi muka air diam (wave set down) disekitar lokasi gelombang pecah.
Kemudian dari titik di mana gelombang pecah permukaan air rerata miring ke
atas ke arah pantai (wave set-up).

5
Gambar 5 Wave set-up dan wave set-down

Wave set-up di pantai dapat dihitung dengan menggunakan teori


Longuet-Higgins dan Stewart (1963, dalam CERC, 1984). Besar wave set-
down di daerah gelombang pecah diberikan oleh :
2/3
0,536 𝐻𝑏
𝑆𝑏 = −
𝑔1/2 𝑇
dengan:
Sb : set-down di daerah gelombang pecah
T : periode gelomabang
Ho’ : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Db : kedalaman gelombang pecah
g : percepatan gravitasi

Wave set-up di pantai:

𝐻𝑏
𝑆𝑤 = 0,19 [ 1 − 2,82√ ] 𝐻𝑏
𝑔 𝑥 𝑇2

6
C. Kenaikkan muka air karena angin (wind set up )
Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan
laut bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang
pantai. Kenaikkan muka air karena badai dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
𝐹𝑖 𝑉2
∆ℎ = 𝑑𝑎𝑛 ∆ℎ = 𝐹𝑐
2 2𝑔𝑑
Dimana :
Δh : kenaikkan elevasi muka air karena badai (m)
F : panjang fetch (m)
i : kemiringan muka air
c : konstanta 3,5 x 10-6
V : kecepatan angin (m/d)
d : kedalaman laut (m)
g : percepatan gravitasi (m/d2)

Gambar 6. Pasang surut dan gelombang badai

7
Gambar 7. Muka air laut karena badai

D. Pemanasan Global
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir menyebabkan
kenaikkan suhu bumi sehingga mengakibatkan kenaikkan muka air laut. Di
dalam perencanaan bangunan pantai, kenaikkan muka air karena pemanasan
global harus diperhitungkan. Memberikan perkiraan besarnya kenaikkan
muka air laut dari tahun 1990 sampai 2100 Gambar 2.8, gambar tersebut
berdasarkan anggapan bahwa suhu bumi meningkat seperti yang terjadi saat
ini (Bambang Triatmojo, TEKNIK PANTAI, 1999).

Gambar 8 Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global

E. Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut.
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi dan air terendah
yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari

8
posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Variasi
muka air laut menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang
mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar.
Didalam perencanaan bangunan pelindung pantai diperlukan data
pengamatan pasang surut minimal selama 15 hari. Karena pada setiap tanggal
1 dan 15 (bulan muda dan bulan purnama) posisi bumi-bulan-matahari kira-
kira berada pada garis lurus (gambar 2.10), sehingga gaya tarik bulan dan
matahari terhadap bumi saling memperkuat. Pada keadaan ini terjadi pasang
surut purnama (pasang besar, spring tide) Sedangkan pada tanggal 7
(seperempat revolusi bulan terhadap bumi) dimana bulan dan matahari
membentuk sudut siku-siku terhadap bumi (gambar 2.11) maka gaya tarik
menarik bumi saling mengurangi,pada keadaan ini terjadi pasang surut
perbani (pasang kecil, neap tide). Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan alat automatic water level recorder. Gambar 2.12 menunjukan
variasi pasang surut selama satu bulan yang menunjukan pasang surut
purnama dan perbani.

Gambar 9. Pergerakan Bumi –Bulan – Matahari

9
Gambar 10. Kedudukan Bumi – Bulan – Matahari Saat Pasang Purnama

Gambar 11. Kedudukan Bumi- Bulan – matahari Saat Pasang Perbani

10
Gambar 12. Variasi pasang surut karena perubahan posisi bumi-bulan-matahari

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Menurut Bambang


Triatmojo (1999) pasang surut yang terjadi di berbagai daerah dibedakan menjadi
empat tipe yaitu :
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Pasang surut tipe ini adalah dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan
dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi
secara berurutan dan teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24
menit.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Pasang surut tipe ini apabila dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan
satu kali air surut dengan periode pasang surut 24 jam 50 menit.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
diurnal)
Pasang surut tipe ini apabila dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan
dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)

11
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
Elevasi yang ditentukan berdasarkan data pasang surut yang dapat
digunakan sebagai pedoman di dalam perencanaan suatu bangunan pantai.
Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Muka air tinggi (high water level), yaitu muka air tertingi yang dicapai pada
saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level), yaitu muka air terendah yang dicapai
pada saat air surut pada satu siklus pasang surut.
3. Muka air tinggi rata-rata (mean high water level, MHWL), yaitu ratarata
dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
4. Muka air rendah rata-rata (mean low water level, MLWL), yaitu ratarata
dari dari muka air rendah selama periode 19 tahun.
5. Muka air laut rata-rata (mean sea Level, MSL), yaitu muka air rata-rata
antara muka air tinggi rata-rata dan muka air rendah rata-rata. Elevasi ini
digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highes high water level, HHWL), yaitu muka air
tertinggi pada saat pasang surut purnama dan pasang surut perbani.
7. Muka air rendah terendah (lowes low water level, LLWL), yaitu muka air
terendah pada saat pasang surut purnama dan pasang surut perbani.
Tabel 2. Elevasi Muka Air

12
Dalam perencanaan suatu bangunan pantai, penentua muka air laut
ditentukan berdasarkan pengukuran pasang surut selama minimal 15 hari. Hal ini
disebabkan karena untuk mendapatkan data pengukuran pasang surut selama 19
tahun sulit dilakukan.

Gambar 13. Elevasi Muka Air Laut Rencana ( Teknik Pantai, 1999)

Contoh pasut di Pulau Karampung

Gambar 14. Pasut di Pulau Karampung dan Pusat Prediksi Dishidros TNI AL

Metode peramalan pasang surut, metode yang dipakai adalah metode


admiraly, harmonik dan metode least square. Macam pasang surut berdasarkan
angka fromzall dapat dilihat pada tabel berikut

13
Tabel 3. Macam Pasang Surut

14
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Fluktuasi muka air adalah kondisi atau keadaan dimana terjadi
perubahan tinggi (naik atau turun) muka air. Fluktuasi muka air laut yang
disebabkan oleh proses alam diantaranya adalah:
a. Tsunami
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena gempa bumi atau letusan
gunung api di laut.
b. Kenaikan muka air karena Gelombang (wave set up)
Pada waktu gelombang pecah akan terjadi penurunan elevasi muka air
rerata terhadap elevasi muka air diam (wave set down) disekitar lokasi
gelombang pecah.
c. Kenaikan muka air karena angin (wind set up)
Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut
bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang
pantai.
d. Pemanasan global
Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir menyebabkan
kenaikkan suhu bumi sehingga mengakibatkan kenaikkan muka air laut.
e. Pasang surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air
laut. Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi dan air
terendah yang berurutan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo, Bambang. Teknik Pantai. Beta Offset. Malang : 1999.

https://www.slideshare.net/diniWithYunho/makalah-teknik-pantai

https://www.academia.edu/12083068/REKAYASA_PANTAI_II_FIX

https://ilmubatugeologi.blogspot.com/2016/03/fluktuasi-naik-dan-turun-muka-air-

laut.html

16

Anda mungkin juga menyukai