Latar Belakang
Pantai adalah wilayah yang harus dilindungi keindahan alamnya dengan
mempertahankan pola garis pantainya. Saat ini banyak yang dilakukan untuk
mengelola kawasan pesisir dengan membuat tempat wisata di pinggir pantai mau-pun
membuat bangunan di tengah laut. Pesisir sering juga digunakan sebagai pe-abuhan,
pemukiman, dan industri. Oleh karena itu, kawasan pesisir perlu diberi perlindungan
dari serangan gelombang untuk menghindari terjadinya abrasi. Ada berbagai macam
jenis pelindung pantai, misalnya breakwater, groin, revetment, dan jetty. Masalah yang
sering timbul pada daerah pesisir pantai adalah abrasi, erosi, dan sedimentasi. Untuk
melindungi kawasan pesisir dari erosi dan abrasi serta terjangan langsung dari
gelombang laut dibutuhkan sebuah bangunan pemecah gelombang atau dikenal sebagai
juga sebagai breakwater. Breakwater adalah prasarana yang dibangun untuk
memecahkan ombak/ gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang.
Pemecah gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis
pantai dan untuk menenangkan gelombang di pelabuhan sehingga kapal dapat merapat
di pelabuhan dengan lebih mudah dan cepat. Pemecah gelombang harus didesain
sedemikian sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan karena pasir yang
ikut dalam arus mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan
perlu dikeruk secara regular.
Pembangunan seawall, revetment dapat dipakai sebgai solusi akhir untuk
meningkatkan keamanan dan mengurangi resiko banjir di wilayah pesisir. Namun
sebenarnya pelindung pantai tipe ini atau yang menggunakan hard engineering dalam
pengaplikasiannya sering dianggap kurang optimal apabila dilihat dari bidang
lingkungan. Maka dari itu, pada makalah ini akan dibahas beberapa metode
perlingungan pantai berbasis eco-hybrid dan diharapkan penerapan dalam
pengaplikasian perlindungan pantai dapat memperhatikan keseimbangan lingkungan.
2. Pembahasan
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti
halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari
bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material -material seperti
pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis
beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya. Dari beberapa
jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada
konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas
pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi
pasir atau batu. Pada pemecahgelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas
tumpukan batu yang berfungsisebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada
pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton.
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa
dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa
(pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium)
sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu, dengan lapisan terluar dari
material dengan ukuran butiran sangat besar.
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
a. Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-
partikelhalus dari debu dan pasir.
b. Lapisan bawah pertama (under layer) disebut juga lapisan penyaring
(filterlayer) yang melindungi bagian inti (core) terhadap penghanyutan
material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat
bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.3.
c. Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan
pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada
lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton
atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan
ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar,
xblocaccropode dan lain-lain.
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk
unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari
beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber,
besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan
kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang
hemat biaya, dan jarang digunakan.
a. Floating Breakwater
Salah satu tipe breakwater yang dianggap cukup ramah lingkungan adalah
breakwater terapung (Floating Breakwater) karena memungkinkan terjadinya
sirkulasi air laut secara bebas dan hewan-hewan air dapat melintas di bawah struktur.
Suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada sistem breakwater konvensional yang
membendung aliran air laut. Selain itu struktur terapung juga bebas dari permasalahan
erosi dan sedimentasi serta kemampuan daya dukung tanah disekitar tapak struktur.
Sebuah rangkaian unit bernama Floaton ® yang terbuat dari High Density
Polyethylene (HDPE) diusulkan untuk digunakan sebagai breakwater terapung dan
sekaligus media tanam untuk budidaya rumput laut. Dengan menggunakan Floaton ®
sebagai Floating breakwater dan media budidaya diharapkan konstruksi rakit apung
menjadi lebih awet dan waktu yang terbuang untuk membuat rakir tiap tahun bisa
digunakan untuk melakukan perawatan rumput laut. Dengan menggunakan Floaton
® juga diperoleh fleksibilitas pemasangan dan kemudahan mobilisasi dan
instalasinya. Sebelum ditempatkan di tengah laut, struktur ini dapat dirakit di darat,
kemudian ditarik ke laut dan dengan mudah ditempatkan di lokasi yang direncanakan.
Selama ini, Floaton lebih banyak digunakan untuk membuat Keramba Jaring Apung
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Untuk menghentikan proses erosi dan mengembalikan garis pantai yang stabil,
langkah pertama yangdiperlukan adalah membalikkan proses hilangnya sedimen.
Jumlah sedimen yang terdeposit di pantai harus lebih banyak daripada jumlah yang
tersapu. Cara terbaik untuk melakukan ini adalah bekerjasama dengan alam,
menggunakan ilmu teknik sipil pintar dan memberikan alam sedikit bantuan, tetapi
membiarkannya melakukan kerja keras untuk kita.
Hybrid engineering merupakan sebuah pendekatan dari beberapa tahapan
perlindungan pesisir dengan tujuan akhir mengembalikan pertahanan alami pantai.
Hybrid engineering dibangun dengan menggunakan bahan‐bahan yang tersedia
secara lokal seperti kayu, bambu dan ranting pohon. Struktur permeabel ini
berfungsi untuk mengembalikan kondisi pantai melalui proses alami seperti
sedimentasi sehingga kondisi hidrodinamika dan ekologi akan kembali seperti
sedia kala dan merangsang pertambahan lahan yang sebelumnya sudah terkikis oleh
erosi.
Struktur permeabel dapat ditempatkan di depan garis pantai, dimana struktur
dapat dilalui oleh air laut tetapi tidak memantulkan gelombang melainkan
memecahnya. Sehingga, gelombang akan berkurang ketinggian dan energinya
sebelum mencapai garis pantai. Struktur permeabel juga dapat memungkinkan lumpur
untuk melewatinya, dan meningkatkan jumlah sedimen terperangkap pada atau dekat
pantai. Perangkat ini meniru proses alam, yaitu meniru fungsi dari struktur sistem
perakaran mangrove alami.
Teknik hybrid engineering diterapkan dalam bentuk petak‐petak, ditujukan
secara perlahan tapi pasti untuk mengembalikan tanah yang terabrasi oleh laut. Teknik
ini telah berhasil diterapkan di rawa‐rawa pantai di Belanda selama berabad‐abad.
Teknik hybrid engineering saat ini semakin banyak diterapkan di seluruh dunia pada
wilayah pesisir yang rentan, untuk menggantikan struktur keras dengan cara dan biaya
yang lebih efektif. Namun, teknik ini hanya akan berhasil jika diterapkan dengan benar.
Struktur permeabel baru perlu ditempatkan di ujung arah laut setelah sedimen sudah
cukup banyak terperangkap di pantai dan sudah memenuhi jumlah lahan yang ter‐
reklamasi.