Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Selain menjadi negara dengan pulau terbanyak, Indonesia juga memiliki

garis pantai terpanjang nomor dua di dunia (setelah Kanada), dengan panjang
99.093 km, telah bertambah dari sebelumnya sekitar 91.000 km (Antara News,
2015). Gelombang dapat menimbulkan energi untuk pantai, menimbulkan arus
dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai, serta
menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada penentuan tata letak (layout)
pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai. Gelombang merupakan
faktor utama di dalam penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran,
perencanaan bangunan pantai dan sebagainya. Oleh karena itu seorang ahli teknik
pantai harus memahami dengan baik karakteristik dan perilaku gelombang baik di
laut dalam, selama penjalarannya menuju pantai maupun di daerah pantai, dan
pengaruhnya terhadap bangunan pantai, yang dalam makalah ini akan dibahas
mengenai teori gelombang knoidal (Triatmodjo, 2008).
1.2.

Rumusan Masalah
Adapun dalam makalah ini membahas mengenai teori gelombang knoidal,

bagaimana prinsip dari teori gelombang knoidal?


1.3.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui apa yang dimaksud

dengan gelombang knoidal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gelombang
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang
angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang
surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan
bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi
atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan
sebagainya. Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut yang paling penting
dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin (untuk selanjutnya disebut
gelombang) dan pasang surut.

Gambar di atas menunjukkan suatu gelombang yang berada pada sistem


koordinat x-y. Gelombang menjalar pada arah sumbu x.
Keterangan:
d

= jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut)

(x,t) = fluktuasi muka air terhadap muka air diam

= amplitudo gelombang

= tinggi gelombang = 2

= panjang gelombang, yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang


berurutan

= periode gelombang, yaitu interval waktu yang diperlukan oleh


partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan
kedudukan sebelumnya

= kecepatan rambat gelombang = L/T

= angka gelombang = 2/L

= frekuensi gelombang = 2/T


Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air d

dan panjang gelombang L, (d/L) gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga


macam, yaitu:
1. Gelombang di laut dangkal jika
2. Gelombang di laut transisi jika

d/L 1/20
1/20 < d/L < 1/2

3. Gelombang di laut dalam jika

d/L 1/2

2.2. Teori Gelombang Knoidal


Terdapat beberapa teori yang membahas mengenai gelombang, yakni teori
gelombang amplitudo kecil (Airy) yang dianggap bahwa tinggi gelombang adalah
sangat kecil terhadap panjangnya atau kedalamannya. Apabila tinggi gelombang
relatif

besar

digunakan

teori

gelombang

amplitudo

berhingga

yang

memperhitungkan besaran dengan orde yang lebih tinggi. Teori gelombang


amplitudo berhingga terdiri dari teori gelombang Stokes, Knoidal, dan Tunggal
(Triatmodjo, 2008).

Profil gelombang knoidal ini sudah lama dikenal. Berdasarkan Sarpkaya


(1981), teori gelombang knoidal dikembangkan pertama kali oleh Korteweg dan
de Vries pada tahun 1895 secara intuituf. Karakteristik gelombang pada teori
Korteweg dan de Vries dinyatakan dengan fungsi eliptis Jacobian cn karena itu
disebut sebagai teori gelombang knoidal. Selanjutnya Laitone pada tahun 1961
dan Chappelear pada tahun 1962 melakukan pendekatan ke dua dan ke tiga.
Pengembangan berikutnya dilakukan oleh Fenton pada tahun 1979 dan masih
banyak penelitian lain yang mengembangkan teori gelombang knoidal
berdasarkan persamaan Korteweg dan de Vries hingga tahun 1985.

Teori gelombang amplitude berhingga dari stokes berlaku apabila


perbandingan antara kedalaman dan panjang gelombang d/L adalah lebih besar
dari sekitar 1/8 1/10. Untuk gelombang panjang dengan amplitude berhingga di
laut dangkal lebih sesuai apabila digunakan teori gelombang knoidal. Gelombang
knoidal adalah gelombang periodic yang biasanya mempunyai puncak tajam yang

dipisahkan oleh lembah yang cukup panjang. Teori ini berlaku apabila d/L < 1/8
dan parameter Ursell UR > 26. Parameter Ursel didefinisikan sebagai UR = HL2/d3.

Gambar diatas merupakan salah satu contoh hasil model pada dasar
perairan berubah, diperlihatkan bahwa profil gelombang mula-mula adalah
sinusoidal sesuai dengan input yang diberikan. Pada jarak mendekati 150 m,
dengan kedalaman hampir 1,0 m, bagian lembah gelombang mengalami
pengurangan amplitudo sedangkan bagian puncak gelombang mengalami
penambahan amplitudo atau gelombang mengalami shoaling. Setelah memasuki
kedalaman 1 m, terbentuk profil gelombang knoidal sempurna dan bagian lembah
gelombang memisah dari bagian puncak gelombang. Pada kedalaman 1 m,
amplitudo bagian puncak mencapai lebih dari 1 m, kurang lebih 1,20 m dan
gelombang tidak mengalami breaking, jadi model belum bisa mensimulasikan
breaknig. Tetapi bisa juga dikarenakan profil gelombang knoidal ini sudah dikenal
sangat stabil.
Gambar 2.8. menunjukan beberapa parameter gelombang kniodal.
Karakteristik gelombang dinyatakan dalam bentuk parameter yang merupakan
fungsi dari k. parameter k tidak mempunyai arti fisik, dan hanya digunakan untuk
menyatakan hubungan antara berbagai parameter gelombang. Ordinat dari
permukaan air ys diukur terhadap dasar diberikan oleh :

y s= y t + H cn2 2 K ( k )

( xL Tt ) , k }

dengan :
yt

: jarak dari dasar ke lembah gelombang

cn

: fungsi cosinus ellips

K(k)

: integral ellips

: modulus dari integral ellips

Nilai k berkisar antara 0 dan 1. Apabila k = 0, profil muka air menjadi


sinusoidal seperti dalam teori gelombang airy; sedangkan jika k = 1, profil
gelombang menjadi profil gelombang tunggal.
Jarak dari dasar ke lembah gelombang yt adalah :
y t y c H 16 d2
H
= =
K ( k ) { K ( k )E ( k ) } +1
2
d d d 3L
d
dengan yc adalah jarak dari dasar ke puncak gelombang.
Panjang gelombang diberika oleh :
L=

16 d3
k K (k )
3H

Periode gelombang :
T

16 y t d
g
=
d
3 H yt

k K (k )
H 1 E (k )
1+

y t k 2 2 K (k )

Tekanan pada jarak y diatas dasar didekati dengan persamaan berikut :


p= pg ( y s y )

Di dalam menghitung beberapa parameter gelombang knoidal digunakan


beberapa grafik seperti diberikan dalam gambar 2.13. sampai 2.19. Gambar 2.13.
dan 2.14. menunjukan profil gelombang knoidal dalam bentuk tak berdimensi
untuk berbagai nilai k2, sedangkan gambar 2.15. sampai 2.19. adalah grafik-grafik
dalam bentuk tak berdimensi dari berbagai parameter gelombang knoidal. Untuk
memberikan kejelasan terhadap pemakaian grafik-grafik tersebut, berikut ini
diberikan contoh hitungan.
Contoh :
Gelombang di laut dengan kedalaman d = 5 m dengan periode 10 detik
dan tinggi 1,5 m.
Pertanyaan :
a. Hitung panjang dan cepat rambat gelombang dengan teori gelombang
knoidal.
b. Hitung jarak antara dasar laut dan puncak serta lembah gelombang.
c. Tentukan profil muka air.
Penyelesaian :
a. Hitungan dilakukan dengan menggunakan grafik-grafik pada gambar 2.12.
sampai 2.19.
Dihitung :
H 1,5
=
=0,3
d
5
dan
T

g
9,18
=10
=14
d
5

Dengan menggunakan gambar 2.15. untuk kedua nilai tersebut di atas


dapat dihitung nilai k2 :
k 2=1101,8

Dengan menggunakan gambar 2.16. untuk nilai k2 = 110-1,8 didapat :

L2 H
70 53
=70
L=
=73,4 m
1,5
d3
Perlu dicek apakah gelombang tersebut berada dalam batasan teori
gelombang knoidal. Batasan tersebut adalah nilai d/L dan parameter
Ursell.
d
5
1
=
=0,068< Terpenuhi
L 73,4
8
Parameter Ursell :
L2 H
1
=
3
d
d
L

()

1
0,3=64,9> 26 Terpenuhi
( Hd )= ( 0,068
)
2

Kecepatan rambat gelombang


L 73,4
C= =
=7,34 m/d
T
10
b. Untuk menghitung jarak antara dasar laut dan puncak serta lembah
gelombang digunakan grafik 2.17. Untuk nilai L2 H/d3 = 64,9 didapat :
y c d
=0,71 y c =0,71 1,5+5=6,07 m
H
y t d
+1=0,71 y t=( 0,711 ) 1,5+5=4,565 m
H
c. Untuk menentukan profil muka air digunakan gambar 2.13. berdasarkan
nilai k2 = 110-1,8. Dalam grafik, kurva yang mendekati nilai tersebut
adalah k2 = 110-2, berarti profil muka air mendekati kurva tersebut.
Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti, dapat dibuat kurva k2 = 110-1,8
dengan melakukan interpolasi (kira-kira).

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung
pada gaya pembangkitnya. Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut yang
paling penting dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin (untuk
selanjutnya disebut gelombang) dan pasang surut.
Untuk gelombang panjang dengan amplitude berhingga di laut dangkal
lebih sesuai apabila digunakan teori gelombang knoidal. Teori gelombang knoidal
dikembangkan pertama kali oleh Korteweg dan de Vries pada tahun 1895 secara
intuituf. Gelombang knoidal adalah gelombang periodik yang biasanya
mempunyai puncak tajam yang dipisahkan oleh lembah yang cukup panjang.
Teori ini berlaku apabila d/L < 1/8 dan parameter Ursell UR > 26. Parameter Ursel
didefinisikan sebagai UR = HL2/d3.

DAFTAR PUSTAKA
Kardono, Priyanto. 2015. Garis Pantai Indonesia terpanjang kedua di
Indonesia. http://www.antaranews.com/berita/487732/garis-pantaiindonesia-terpanjang-kedua-di-dunia

Anda mungkin juga menyukai