Anda di halaman 1dari 33

X.

Proses Pantai

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:


1. menjelaskan faktor-faktor yang bepengaruh dalam proses pantai;
2. menjelaskan mekanisme erosi pantai;
3. melakukan identifikasi kondisi pantai;
4. menjelaskan konsep sedimen pantai, evolusi pantai dan dinamika sedimen;
5. menjelaskan definisi dan klasifikasi morfologi pantai.

10. 1. Pendahuluan
Pantai adalah daerah pertemuan antara darat, laut dan udara sehingga
merupakan kawasan yang paling dinamis (dynamic area) dan sekaligus kawasan
sangat rentan (vulnerable area) terhadap segala macam gangguan baik dari alam
maupun dari campur tangan manusia. Pengertian pantai bukan hanya merupakan
hamparan daratan yang berhadapan dengan laut, namun sekaligus bisa berupa
teluk (bay), muara (estuary), danau di tepi laut (lagoon). Pada gambar 10.1
berikut ini adalah contoh kawasan pantai yang masih asli (virgin) yang belum
mengalami sentuhan perubahan sama sekali.

Gambar 10.1. Pantai di kawasan Temajok kawasan Paloh Utara Kalimantan Barat

211
Pantai yang terletak di pantai temajok Kecamatan Paloh Kabupaten
Sambas Kalimantan Barat ini masih alami dan bahkan sedang mengalami pantai
tumbuh. Hal ini terlihat dari terbentuknya pola cusp yang merupakan ciri pantai
yang sedang berkembang atau mengalami deposisi sedimen yang dinamis.
Sedangkan pada gambar 10.2 berikut ini adalah contoh kawasan pantai di
Tanah Lot Bali yang sudah mengalami banyak sentuhan perubahan baik oleh
tangan manusia maupun oleh kerusakan akibat proses abrasi oleh gelombang.

Gambar 10.2. Pantai di kawasan Tanah Lot Bali yang mengalami abrasi dan
adanya tumpukan tetrapod sebagai pemecah energi gelombang.

Dewasa ini, pemahaman mengenai perubahan pantai sangat penting untuk


diketahui. Daerah pantai adalah daerah yang dinamis dan komplek. Pantai adalah
kawasan yang paling sering mengalami perubahan, sehingga morfologi pantai dan
karakteristik sedimen pantai juga akan mengalami perubahan. Garis pantai selalu
bergerak dan berubah secara dinamis. Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah pola gelombang, angin, transpor sedimen tegak
lurus dan sejajar pantai, topografi, dan batimetri.
Secara geologis, perubahan pada pantai sudah jarang terjadi karena proses
pembentukannya sudah sejak berabad-abad yang lalu yaitu tepatnya pada zaman
holocene atau plesitocene. Namun untuk perubahan secara sedimen dan

212
morfologis dapat berlangsung mulai dari jangka hitungan detik dan harian hingga
jangka bulanan dan tahunan.
Secara umum, skala waktu dapat dibagi menjadi dua, yaitu perubahan
skala pendek (short term) dari hitungan hari hingga satu tahun, sedangkan untuk
skala panjang (long term) dari hitungan satu tahun hingga waktu yang lebih lama
lagi. Dinamika perubahan sedimen kerap terjadi secara temporer dalam skala
harian hingga bulanan sedangkan perubahan morfologi kerap terjadi dalam skala
bulanan hingga tahunan (lihat Gambar 10.3).
Ada beberapa perubahan sedimen pada proses dinamika pantai diantaranya
yaitu terbentuknya ripple dan cusp, sedangkan pada morfologi terjadi perubahan
dunes, bar beach, tidal flat, sandbank/sand dunes, lagoon, dan lain-lain.
Sementara untuk perubahan geologis adalah terbentuknya pantai itu sendiri
(ocean), dataran kontinental, teluk (bay), cathment basin dan lain-lain.

Sumber: Walker, 2005

Gambar 10.3 Klasifikasi proses pantai terhadap skala waktu dan ruang
(adaptasi dari Larson dan Kraus 1995)

Proses sedimentasi dan perubahan morfologi yang dinamis menyebabkan


terjadinya dinamika pantai seperti maju dan mundurnya garis pantai. Mundurnya
garis pantai sering disebut sebagai erosi (erosion) atau abrasi sedangkan garis

213
pantai yang maju sering disebut dengan deposisi atau akresi (acresion). Akibat
dari akresi maupun erosi akan mengakibatkan perubahan garis pantai dan
lingkungan kawasan pantai secara drastis, sehingga perubahan garis pantai perlu
dikaji dan diprediksi sejak dini agar dapat dilakukan antisipasi serta penanganan
kawasan pantai secara tepat dan efektif.
Proses dinamika perubahan suatu pantai dalam skala ruang dan waktu bisa
menyebabkan maju atau mundur garis pantai dimana untuk proses sedimentasi
pada pantai perubahan itu terjadi antara skala centimeter (cm) hingga meter (m)
sedangkan untuk perubahan morfologi pada pantai biasanya terjadi antara skala
meter (m) hingga kilometer (km).
Prediksi perubahan garis pantai meskipun dilakukan untuk jangka waktu
satu tahun dan untuk jenis pantai pasir (sand beach), tapi maju mundurnya pantai
bisa mengalami perubahan yang cukup tajam, yaitu hampir 1 km tererosi atau
terakresi. Jika mengalami erosi, garis pantai akan mundur dan berakibat pada
kerusakan lingkungan dan sarana infrastruktur lainnya. Peristiwa erosi biasanya
terjadi musiman dan akan kembali lagi seperti sediakala. Namun, erosi akan
menjadi sangat berbahaya kalau tidak terjadi keseimbangan sedimen pantai karena
akan menyebabkan erosi yang bersifat permanen dan akan sulit untuk
dikembalikan lagi ke bentuk semula. Untuk mencegah terjadinya erosi yang
permanen perlu dilakukan suatu kajian untuk mencari metode yang tepat dan
mudah dalam memprediksi perubahan garis pantai sehingga dapat mendeteksi
sejak dini apakah suatu kawasan pantai sedang terjadi erosi atau akresi pantai.
Dengan adanya kemudahan dalam mendeteksi erosi atau akresi maka
penanggulangan dan penyelamatan kawasan pantai akan lebih efktif dan efisien.

10.2. Parameter Pembentuk Perubahan Pantai


Dalam proses perubahan pantai yang dinamis, ada beberapa parameter
yang berpengaruh dalam pembentukan perubahan pantai yaitu sebagai berikut.
10.2.1. Tinggi gelombang dan Panjang Gelombang
Persamaan untuk menghitung panjang gelombang dan kecepatan
gelombang adalah seperti di bawah ini:

214
g 2
L= T tanh kh (10.1)

g
C= tanh kh (10.2)
k
dengan σ adalah 2 π /T, L dan C adalah panjang dan kecepatan gelombang, T
adalah periode gelombang, k adalah 2 π /L, g adalah percepatan gravitasi, dan h
adalah kedalaman gelombang.
Untuk perhitungan proses pantai banyak diperlukan informasi mengenai
panjang gelombang di laut dalam (L0) , Tinggi gelombang yang dipakai adalah
tinggi gelombang laut dalam (H0).dan tinggi gelombang pecah (Hb).

10.2.2. Gelombang pecah dan kelandaian pantai

Battjes (1974) mengusulkan penggunaan kelandaian pantai untuk


menentukan tipe gelombang pecah splilling, plunging, dan surging yang disebut
dengan bilangan Irribaren, yaitu:
tan β
ξ0 = (10.3)
H0
L0

dengan β adalah landai pantai H0 dan L0 adalah tinggi dan panjang gelombang di
laut dalam. Tipe-tipe gelombang pecah dan pengaruh karakteristik energi pada
pantai dapat dilihat pada Tabel 10.1. di bawah ini.

Tabel 10.1. Tipe gelombang pecah dan kelandaian pantai

breaker Phase
slope d/H Dispersal of Energy
type difference
Energy is dissipated over a broad
spilling <3° 1 (high) >1
distance
Energy is concentrated where
plunging 3-11° .9-1
waves break
1-.5
Energy is released along the beach
collapsing 11-15° .8-.9
face
Large amount of energy is
surging >15° <.8 <.5
reflected
phase difference = Tswash/Twave

215
Horikawa (1998) membuat suatu perbandingan antara kemiringan dasar
pantai β dan Ho/Lo dalam menentukan tipe gelombang pecah yang dapat dilihat
pada Gambar 10.4 berikut.

Gambar 10.4. Penentuan jenis gelombang pecah berdasar H0/L0 dan slope pantai

Menurut Miche, gelombang akan pecah jika memenuhi kriteria dalam


persamaan berikut:
HB ⎛ 2π hB ⎞
= 0.142 tanh ⎜⎜ ⎟⎟ (10.4)
LB ⎝ LB ⎠
dari persamaan di atas, perbandingan tinggi gelombang dan kedalaman air untuk
di air dangkal adalah 0.78. Persamaan tersebut belum memasukkan pengaruh
landai pantai. Karena itu Goda (1975) menawarkan rumus yang memasukkan
pengaruh kemiringin atau kelandaian pantai.

= 0.17 [1 − exp {− 1.5 πhB / L0 (1 + 15 tan α )}]


HB
(10.5)
L0
Sunamura (1983) memberikan rumus yang lebih sederhana untuk
gelombang pecah yang memasukkan pengaruh kelandaian pantai, yaitu:
γ B =1.09 (tan α ) 0.19 (hB / L0 ) −0.1 (10.6)

10.3. Proses Erosi Pantai


Pantai adalah daerah yang merupakan interaksi antara daratan dan lautan
sehingga menjadikan pantai menjadi daerah yang dinamis dan berubah terus tiap

216
saat. Dinamika pantai diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu pantai stabil, pantai
erosi dan pantai akresi. Pantai. Contoh dari pantai erosi dapat dilihat dan dianalisa
melalui suatu potret udara atau rekaman video. Salah satu contoh pendeteksian
erosi melalui gambar dapat dilihat pada Gambar 10.5 di bawah ini.

Sumber : USACE, 2000

Gambar 10.5. Erosi pantai tipe sediment kohesif yang ditandai dengan perubahan
warna

Pada Gambar 10.5 terlihat adanya perubahan warna (discolored) di


sepanjang pesisir pantai berwarna putih sementara yang lainnya berwarna hitam.
Warna putih ini merupakan transport sediment sepanjang pantai (littoral transport
sediment) yang membawa sedimen dari suatu daerah pantai menuju ke daerah
yang lain. Jika tidak ada kesetimbangan proses sedimen selama kurun waktu
tertentu, maka persitiwa erosi pantai tersebut akan bersifat permanen. Erosi pantai
sebenarnya merupakan peristiwa yang wajar terjadi, karena bersifat sementara.
Namun yang perlu diwaspadai adalah erosi yang bersifat permanen dimana
mundurnya garis pantai bersifat tetap bahkan bisa bertambah cepat dan besar.
Erosi dapat disebabkan oleh interaksi antara bentuk topografi, batimetri dan

217
morfologi pantai dengan pola transformasi gelombang yang dapat dilihat pada
Gambar 10.6 di bawah ini.

(a)

Arah gelombang
Bangunan jetty di
Batu Payung Kalbar

Erosi sebelah hilir


jetty

Arah rambatan
gelombang

(b)
Gambar 10.6. Pengaruh batimetri, topografi dan morfologi terhadap transformasi
gelombang di perairan pantai dan pembentukan transpor sedimen.

218
Gambar 10.6 (a) dan (b) menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat
antara bentuk batimetri, bentuk topografi dan bentuk morfologi dengan interaksi
gelombang dan arus sehingga membentuk suatu transpor sedimen. Pada Gambar
10.6. (b) juga dapat dilihat pengaruh dari bangunan pantai yaitu jetty yang
menjorok tegak lurus pantai dan menyebabkan terjadinya erosi di sebelah atas
jetty.

10.4. Identifikasi Kondisi Pantai


Sunamura dan Horikawa (1974) memberikan persamaan empiris yang
memasukkan pengaruh kemiringan dasar pantai, kecuraman gelombang, dan
ukuran butiran sedimen untuk menentukan dan memprediksi profil pantai yang
mengalami proses erosi atau akresi secara dini, sebagai berikut:
Persamaan yang dikembangkan oleh Dean (1973)
⎛ H0 ⎞ C1 (π w)
⎜⎜ ⎟⎟ = (10.7)
⎝ L0 ⎠ (g T )
Persamaan yang dikembangkan oleh Hattori and Kawamata (1980)
⎛ H0 ⎞ C w
⎜⎜ ⎟⎟ tan β = 2 (10.8)
⎝ L0 ⎠ (g T )
Persamaan yang dikembangkan oleh Kraus et al. (1991)
2
⎛ H0 ⎞ ⎛ w ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = C 4 ⎜ ⎟ (10.9)
⎝ wT ⎠ ⎜ gH ⎟
⎝ 0 ⎠
Persamaan yang dikembangkan oleh Horikawa dan Sunamura (1974)
H0 d
= C S (tan β ) −0.27 ( 50 ) 0.67 (10.10)
L0 L0
dengan Cs adalah koefisien tak berdimensi antara 4 hingga 8, β adalah
kemiringan landai pantai, d adalah d50, H0 dan L0 adalah tinggi dan panjang
gelombang di laut dalam.
Dari persamaan 10.10 dan Gambar 10.7, jika sisi kiri dari Persamaan
10.10 lebih besar dari sisi kanan Persamaan 10.10, maka pantai akan terjadi erosi,

219
sebaliknya jika sisi kiri dari Persamaan 10.10 lebih kecil dari sisi kanan
Persamaan 10.10, maka pantai akan terjadi akresi atau deposisi,.

Gambar 10.7. Klasifikasi Profil Pantai (Sunamura dan Horikawa,1974)

Sunamura (1985) mengusulkan parameter tak berdimensi K * untuk


menerangkan perubahan morfologi pantai dan erosi atau akresi yang ditunjukkan
oleh persamaan berikut:
H B2
K* = (10.11)
g T 2 d 50

dengan K * adalah parameter tak berdimensi, H adalah tinggi gelombang rata-

rata, T periode gelombang rata-rata, d50 adalah diameter butiran sedimen, dan g
adalah percepatan gravitasi.
Persamaan 10.11. kemudian dikombinasikan dengan Gambar 10.8. untuk
mengetahui perubahan garis pantai dan perubahan morfologi secara umum.

220
Gambar 10.8. Model Perubahan Pantai (modifikasi setelah Sunamura,1985)

Pada Gambar 10.8. dapat dilihat pola perubahan morfologi pantai yang
dinamis dimana proses erosi dan akresi sebenarnya suatu proses yang alami dan
wajar, namun pada suatu saat bisa terjadi proses yang bersifat permanen bila
gejala erosi atau akresi terus berlanjut. Gambar 10.8. tersebut sangat membantu
dalam memberikan gambaran karakteristik perubahan morfologi pantai dan
parameter-parameter yang berpengaruh dalam proses perubahan morfologi.

221
10.5. Klasifikasi Sedimen Pantai
Parameter tanah yang paling sering diukur untuk mengetahui suatu
karakteristik pantai adalah gradasi butiran tanah dan ukuran diameter gradasi yang
dipakai adalah median diameter (d50) (CEM, 2001). Sedimen pantai sebagaimana
dalam teori mekanika tanah terbagi menjadi beberapa klasifikasi diameter butiran
yang dapat dilihat pada Gambar 10.9. sebagai berikut.

Sumber : CEM (2001)


Gambar 10.9. Klasifikasi diameter butiran

222
10.6. Evolusi Pantai
Pantai akan mengalami perubahan secara periodik sehingga garis pantai
bisa mengalami deposisi atau erosi. Perubahan maju mundurnya garis pantai ini
menurut ruang dan waktu dibagi menjadi tiga skala perubahan (Lihat Gambar
10.10), yaitu perubahan skala kecil dengan jangka waktu harian hingga bulanan,
perubahan skala menengah dengan jangka waktu bulanan hingga tahunan dan
skala besar dengan jangka waktu tahunan hingga dekade-an.

Gambar 10.10. Skala Perubahan Evolusi Pantai

Pantai selama mengalami perubahan secara spasial yaitu maju mundurnya


garis pantai juga diiringi dengan perubahan pola geomorfologi yang dapat
merubah karakteristik pantai secara keseluruhan. Dengan kata lain, perubahan-
perubahan geomorfologi tersebut secara tidak langsung merupakan gejala awal
perubahan karakteristik pantai secara mendasar dan permanen karena akan
fenomena perubahan pantai akan berlangsung secara alami dan terus-menerus
(evolution).
Pola terjadinya perubahan karakteristik pantai yang ditandai dengan
munculnya fenomena dinamika geomorfologi pantai dapat dilihat pada Gambar
10.11. di bawah ini.

223
Gambar 10.11. Skala perubahan pola geo-morfologi pantai

10.6.1. Iklim dan Dinamika Sedimen

Dinamika sedimen pantai kaitannya dengan perubahan musim dapat


diobservasi dari proses perubahan sedimen yang terjadi di dekat pantai yaitu di
sekitar daerah gelombang pecah (breaker zone) hingga garis pantai.
Sedimen pantai akan bergerak dinamis dalam skala ruang dan waktu.
Dalam musim penghujan atau badai maka distribusi sedimen pantai akan
berbentuk coarse dan tidak tersortir dengan baik, sedangkan pada musim kemarau
akan terjadi kebalikannya sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 10.12. di
bawah ini.

224
Gambar 10.12. Perubahan sedimen pantai akibat pengaruh musim

10.7. Geomorfologi pantai


Perubahan geomorfologi pantai secara umum disebabkan oleh lima faktor
utama yaitu pergerakan lempengan tektonik global, hidrodinamika laut, sedimen,
faktor cuaca atau iklim dan perubahan kenaikan muka air laut serta sejarah

225
geologi setempat (Hayes, 1992). Beberapa contoh terjadinya perubahan
geomorfologi dan penyebabnya dapat dilihat pada Gambar 10.13, Gambar 10.14
dan Gambar 10.15 di bawah ini.
.

Gambar 10.13. Proses terbentuknya sand bar di kedalaman laut dekat pantai

Gambar 10.13. merupakan peristiwa terjadinya sand bar (endapan


sedimen yang memanjang sejajar pantai) akibat adanya proses gelombang tepi
(edge wave) yang diakibatkan oleh dua peristiwa rambatan gelombang yaitu
refleksi dan gelombang berdiri akibat membentur landai pantai. Edge wave ini
menimbulkan tarikan sedimen dari pantai dan membawanya menuju ke laut dan
dijatuhkan di dasar pantai atau di daerah dimana terjadi gelombang pecah
(breaker zone).

226
Sumber: CEM (2000)
Gambar 10.14. Proses terbentuknya pola ritmis cusp di tepi pantai

Sumber: CEM (2000)


Gambar 10.15. Proses terbentuknya pola sand bar di tepi pantai

227
Gambar 10.14 dan 10.15 merupakan proses terbentuknya pola-pola
morfologi pantai yang mencirikan adanya dinamika prubahan garis pantai yang
terus berubah dalam skala ruang dan waktu.

10.8. Klasifikasi Morfologi Pantai


Morfologi pantai merupakan gagasan yang menjelaskan mengenai
mekanisme perubahan yang dinamis terhadap morfologi pantai yang berhubungan
dengan karakteristik fisik lingkungan pantai seperti partikel sedimen, kelandaian
pantai, jenis pantai, gelombang laut, dan gelombang pecah.
Berdasarkan karakteristik fisik suatu pantai, klasifikasi atau kriteria suatu
pantai dibagi menjadi tiga bagian yaitu (Benedet dkk, 2003) :
a. pantai reflektif (reflective beach)
b. pantai intermediate (intermediate beach)
c. pantai disipatif (dissipative beach)
Metode untuk menentukan apakah suatu pantai tersebut adalah pantai
reflektif, menengah (intermediate) atau dissipative adalah dengan berdasarkan
pada suatu parameter tak berdimensi yang disimbolkan dengan omega ( Ω ) yang
merupakan fungsi dari ukuran gradasi butir sedimen dan gelombang dan dapat
dituliskan ke dalam bentuk persamaan empiris oleh Wright and Short (CEM,
2001) sebagai berikut.

Hb
Ω= (10.12)
T . ws

dengan Hb adalah tinggi gelombang pecah, T adalah periode gelombang, dan ws


adalah parameter kecepatan jatuh sediment tak berdimensi. Kecepatan jatuh
sediment dapat dihitung dengan rumus empiris dari percobaan Dean (Benavante,
2002) yaitu sebagai berikut.

Ws = 273 D501.1 (10.13)

228
Tinggi gelombang pecah Hb disamping dapat dihitung dengan cara iterasi
model matematis, juga dapat dihitung dengan rumus empiris oleh Komar and
Gaughan (Benavante, 2002)csebagai berikut.

Hb = 0.39 g0.2 (T H02)0.4 (10.14)

Rumus untuk menentukan kriteria jenis pantai juga diusulkan oleh Guza
and Inman (USACE, 2000) yang berdasarkan pada parameter skala surf ( surf-
scaling parameter) dapat dituliskan dalam persamaan empiris berikut ini.

ab ω 2
ε= (10.15)
g tan 2 β

dengan ab dalah amplitude gelombang pecah, ω adalah 2π , T adalah periode


T
gelombang, g adalah percepatan gravitasi dan β adalah kelandaian pantai.
Dimana jika ε ≤ 2.0-2.5 adalah jenis pantai reflektif dan jika ε > 2.5-20.0 adalah
jenis pantai dissipatif dengan gelombang pecah plunging dan jika ε >20.0 maka
pantai termasuk jenis dissipatif, spilling breaker dan surf zone yang luas dan lebar.
Pada Gambar 10.16. di bawah ini dapat diketahui kriteria morfologi pantai
secara keseluruhan berdasarkan parameter yang berpengaruh yaitu H0, L0, d50,
dan kondisi variasi pasang surutnya.

229
Sumber: USACE, 2000
Gambar 10.16. Kriteria morfologi pantai

a. Pantai Reflektif
Pantai reflektif mempunyai parameter ( Ω <1) yang berarti mempunyai
ukuran gradasi butiran sedimen dari medium hingga coarse yang memberikan
definisi bahwa pada pantai tersebut mempunyai tipe gelombang pecah surging,

230
tinggi gelombang rendah, refleksi gelombang yang konstan, tidak ada endapan
sedimen di daerah gelombang pecah, kemiringan pantai curam, transpor sedimen
yang jarang. Contoh pantai reflektif dapat dilihat pada Gambar 10.17. berikut ini.

Sumber: USACE,2000
Gambar 10.17. Contoh pantai reflektif di California, USA

Pola dan parameter pantai reflektif menurut Hayes (1992) dapat dikenali
melalui Gambar 10.18 berikut ini.

Sumber: Hayes (1992)


Gambar 10.18. Pantai reflektif menurut Hayes (1992)

231
b. Pantai Intermediate
Pantai menengah (intermediate) mempunyai parameter (1< Ω <6)
mengandung ukuran butiran dari fine hingga medium dan pantai ini mempunyai
ciri besar tinggi gelombang dan periode rata-rata, tipe gelombang pecah adalah
plunging dan spilling, mempunyai endapan sedimen satu atau dua di daerah
gelombang pecah (breaker zone), terjadi rip current, mobilitas perubahan garis
pantai yang sering, terkadang terjadi perubahan transisi daratan pantai. Pantai
jenis medium dibagi menjadi empat kategori lagi yaitu: (1) longshore bar-trough;
(2) rhythmic bar and beach (crescentic bars); (3) transverse bar and beach; (4)
ridge and runnel or low tide terrace.
c. Pantai Dissipatif
Pantai dissipatif (dissipative beach) mempunyai parameter ( Ω >6) dan
mengandung ukuran butiran fine. Pantai ini mempunyai ciri gelombang yang
besar, refleksi yang rendah, topografi yang datar, gelombang pecah spilling yang
sering terjadi. Gambar dan karakteristik pantai dissipatif dapat dilihat pada
Gambar 10.19. di bawah ini.

Sumber : CEM, 2001


Gambar 10.19. Pantai dissipatif di California Selatan

Pola dan parameter pantai dissipatif menurut Hayes (1992) dapat dikenali
melalui Gambar 10.20 berikut ini.

232
Sumber: Hayes (1992)
Gambar 10.20. Pantai dissipatif menurut Hayes (1992)

10.9. Contoh Kasus Perubahan Morfologi Pantai di Pantai Kalimantan Barat

10.9.1. Analisa Morfologi dan Klasifikasi Pantai.


Beberapa foto dokumentasi untuk pantai Pasir Panjang dan Batu
Payung dapat dilihat pada Gambar 10.21. berikut.
Pantai Batu Payung Pantai Pasir Panjang

Sumber: Parnawati (2005)


Gambar 10.21. Lokasi dan Karakteristik Pantai Batu Payung dan Pasir
Panjang

233
Sumber: Parnawati (2005)
Gambar 10.22. Pola dan karakteristik gelombang pecah pantai Batu Payung

Terlihat bahwa pantai Batu Payung dan Pasir Panjang secara umum pola
gelombang pecahnya adalah jenis multiple plunging atau mengalami beberapa kali
pecah sebelum menyentuh tepi pantai. Jenis gelombang seperti ini didukung oleh
slope atau kemiringan dasar pantai yang sangat landai.
Kelandaian dasar pantai dilihat dari data peta batimetri adalah sebesar
0.008 sehingga dapat diverifikasi bahwa pantai Batu Payung dan Pasir Panjang
merupakan pantai dengan kelandaian yang sangat kecil. Diameter tengah atau D50
pantai Pasir Panjang dan Batu Payung masuk kategori pasir medium sand (Skala
Wentworth) dan fine sand (ASTM).
Pantai Sei Raya sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10.23 di bawah
adalah termasuk pantai yang unik dimana masih cukup banyak tanaman bakau
dan mangrove yang tumbuh disana. Meskipun demikian tanaman bakau dan
mangrove sudah banyak mengalami kerusakan dan menyebabkan pantai Sei Raya
menjadi pantai yang tererosi.

234
Pantai Sei Raya

Sumber: Danial (2006)


Gambar 10.23. Lokasi dan karakteristik pantai Sei Raya

Pantai Sei Raya dari hasil analisa gradasi butiran dimana d50 rata-ratanya
adalah 0.63 atau jenis coarse sand menurut klasifikasi Wentworth dan tidak
tersortir dengan baik (poorly sorted).

10.9.2. Analisa Perubahan Garis Pantai.


Dari Tabel 10.2. dapat diketahui bahwa rata-rata D50 untuk pantai Pasir
Panjang adalah 0.276 mm dan rata-rata D50 untuk Batu Payung adalah 0.250
mm. Diameter butiran pasir ini termasuk dalam kategori pasir fine sand untuk

235
klasifikasi berdasarkan ASTM, sedangkan menurut klasifikasi Wenthword
masuk kategori medium sand. Pantai Sei Duri dan Sei Kunyit berdasarkan
penelitian LIPI tahun 1994 diameter tengah gradasi butiran pasirnya (D50)
rata-ratanya adalah 0.25 mm
Sedangkan pada pantai Sei Raya dimana banyak tanaman mangrove
dan dekat muara Sungai Raya diameter tengahnya (D50) rata-ratanya adalah
0.63 mm. Berdasarkan Klasifikasi ASTM maka dapat digolongkan ke dalam
jenis pasir medium sand, sedangkan menurut klasifikasi Wenthword masuk
jenis pasir coarse sand. Berikut ini adalah resume diameter tengah gradasi
butiran untuk lima pantai.
Tabel 10.2. Diameter D50 untuk lima daerah pantai
No. Nama Pantai D50 Keterangan Jenis Tahun
Sampel
1 Pantai 0.168 Musim Hujan Sekunder 2001
Sengkubang
2 Pantai Sei Duri 0.110 Musim Hujan Sekunder 2001
3 Pantai Sei Raya 0.63 Musim Hujan Primer 2006
4 Pantai Batu 0.249 Musim Hujan Sekunder 2001
Payung
0.250 Musim Sekunder 2005
kemarau
0.250 Musim Hujan Primer 2006
5 Pantai Pasir 0.276 Musim Sekunder 2005
Panjang kemarau
0.274 Musim Hujan Primer 2006

236
Hasil analisa perubahan garis pantai dapat dilihat pada Tabel-tabel
10.3., 10.4., 10.5.,10.6., dan 10.7. berikut ini.

Tabel 10.3. Analisa perubahan morfologi dan garis pantai Sengkubang


Parameter input satuan Keterangan
H0 1 m Laut dalam
T0 4,6 detik Periode
L0 33,0096 Panjang gelombang
cepat rambat
C0 7,176 m/detik gelombang
tan β 0,008 landai pantai
persen tengah
d50 0,000167655 m diameter
Hasil Analisa
Hb 1,133709 m
Ws 0,019188 non-dimensi
Ω 12,84471 dissipatif
ε 1682,776 dissipatif
γb 1,12698 non-dimensi
db 1,005971 m
ξ0 0,045963 spilling breaker
perubahan H0/L0 0,030294
garis (tanβ)-0.27 d50/L0)0.67 0,001045
pantai Cs 28,99511
kondisi erosi
Keterangan
K* Horikawa 36,93202 terjadi proses erosi

Pada tabel 10.3. dapat diketahui karakteristik pantai Sengkubang dimana


termasuk dalam kategori pantai dissipatif dengan tipe gelombang pecah adalah
spilling. Kondisi pantai Sengkubang mengalami proses erosi yang cukup besar
dimana nilai parameter Cs = 28.99 dan nilai parameter K* Horikawa adalah 36.93
dimana lebih besar dari angka 20.
Erosi pantai Sengkubang dapat diverifikasi dari survey lapangan dimana
memang erosi pantai tersebut sangat parah dan pada tempat-tempat tertentu sudah
dekat dengan badan jalan raya (lihat Gambar 10.24.).

237
Gambar 10.24. Erosi pantai Sengkubang

Tabel 10.4. Analisa perubahan morfologi dan garis pantai Sei Duri
Parameter input satuan Keterangan
H0 1 m Laut dalam
T0 4,6 detik Periode
L0 33,0096 Panjang gelombang
cepat rambat
C0 7,176 m/detik gelombang
tan β 0,008 landai pantai
persen tengah
d50 0,000110364 mm diameter
Hasil Analisa
Hb 1,133709 m
Ws 0,012114 non-dimensi
Ω 20,34569 dissipatif
ε 1682,776 dissipatif
γb 1,12698 non-dimensi
db 1,005971 m
ξ0 0,045963 spilling breaker
perubahan H0/L0 0,030294
garis (tanβ)-0.27 d50/L0)0.67 0,00079
pantai Cs 38,3698
kondisi erosi
Keterangan
K* Horikawa 56,10382 terjadi proses erosi

238
Pada tabel 10.4. dapat diketahui karakteristik pantai Sei Duri dimana
termasuk dalam kategori pantai dissipatif dengan tipe gelombang pecah adalah
spilling. Kondisi pantai Sei Duri mengalami proses erosi yang cukup besar
dimana nilai parameter Cs = 38.36 dan nilai parameter K* Horikawa adalah
56.10 dimana lebih besar dari angka 20.
Erosi pantai Sei Duri dapat diverifikasi dari foto lapangan dimana
memang erosi pantai tersebut sangat parah dan pada tempat-tempat tertentu
sudah dekat dengan badan jalan raya (lihat Gambar 7.25).

Sumber: Johny (2006)


Gambar 7.25. Erosi pantai Sei Duri

239
Tabel 10.5. Analisa perubahan morfologi dan garis pantai Sei Raya

Parameter input satuan Keterangan


H0 1 m Laut dalam
T0 4,6 detik Periode
L0 33,0096 Panjang gelombang
cepat rambat
C0 7,176 m/detik gelombang
tan β 0,008 landai pantai
persen tengah
d50 0,00063 mm diameter
Hasil Analisa
Hb 1,133709 m
Ws 0,082307 non-dimensi
Ω 2,994377 intermediate
ε 1682,776 dissipatif
γb 1,12698 non-dimensi
db 1,005971 m
ξ0 0,045963 spilling breaker
perubahan H0/L0 0,030294
garis (tanβ)-0.27 d50/L0)0.67 0,002537
pantai Cs 11,94331
kondisi erosi
Keterangan
terjadi proses menuju
K* Horikawa 9,828288 akresi

Pada tabel 10.5. dapat diketahui karakteristik pantai Sei Raya dimana
termasuk dalam kategori pantai dissipatif dengan tipe gelombang pecah adalah
spilling. Kondisi pantai Sei Raya mengalami proses erosi yang tidak besar dimana
nilai parameter Cs = 11.94 dan nilai parameter K* Horikawa adalah 9.829 dimana
lebih kecil dari angka 10 sehingga pantai Sei Raya sedang menuju proses ke arah
dominan akresi atau terjadinya pengendapan sedimen di pesisir.
Fenomena pantai Sei Raya menarik karena masih ada tanaman mangrove
dan pohon nipah yang masih berfungsi untuk melindungi pantai dan
mengendapkan sedimentasi meskipun kondisinya masih tererosi.

240
Tabel 10.6. Analisa perubahan morfologi dan garis pantai Pasir Panjang

Parameter input satuan Keterangan


H0 1 m Laut dalam
T0 4,6 detik Periode
Panjang
L0 33,0096 gelombang
cepat rambat
C0 7,176 m/detik gelombang
tan β 0,008 landai pantai
persen tengah
d50 0,000276 mm diameter
Hasil Analisa
Hb 1,133709 m
non-
Ws 0,033202 dimensi
Ω 7,423028 dissipatif
ε 1682,776 dissipatif
non-
γb 1,12698 dimensi
db 1,005971 m
ξ0 0,045963 spilling breaker
perubahan H0/L0 0,030294
garis (tanβ)-0.27 d50/L0)0.67 0,001459
pantai Cs 20,76223
kondisi erosi
Keterangan
K* Horikawa 22,43413503 terjadi proses erosi

Pada tabel 10.6. dapat diketahui karakteristik pantai Pasir Panjang dimana
termasuk dalam kategori pantai dissipatif dengan tipe gelombang pecah adalah
spilling. Kondisi pantai Pasir Panjang mengalami proses erosi yang cukup besar
dimana nilai parameter Cs = 20.76 dan nilai parameter K* Horikawa adalah 22.43
dimana lebih besar dari angka 20.

241
Tabel 10.7. Analisa perubahan morfologi dan garis pantai Batu Payung

Parameter input satuan Keterangan


H0 1 m Laut dalam
T0 4,6 detik Periode
Panjang
L0 33,0096 gelombang
cepat rambat
C0 7,176 m/detik gelombang
tan β 0,008 landai pantai
persen tengah
d50 0,00025 mm diameter
Hasil Analisa
Hb 1,133709 m
Ws 0,029778 non-dimensi
Ω 8,276506 dissipatif
ε 1682,776 dissipatif
γb 1,12698 non-dimensi
db 1,005971 m
ξ0 0,045963 spilling breaker
perubahan H0/L0 0,030294
garis (tanβ)-0.27 d50/L0)0.67 0,001366
pantai Cs 22,18519
Horikawa kondisi erosi
Keterangan
K* Horikawa 24,76728507 terjadi proses erosi

Pada tabel 10.7. dapat diketahui karakteristik pantai Batu Payung dimana
termasuk dalam kategori pantai dissipatif dengan tipe gelombang pecah adalah
spilling. Kondisi pantai Batu Payung mengalami proses erosi yang cukup besar
dimana nilai parameter Cs = 22.185 dan nilai parameter K* Horikawa adalah
24.767 dimana lebih besar dari angka 20.
Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa pantai-pantai di
Kalimantan Barat yaitu Pantai Sengkubang, pantai Sei Duri, Pantai Sei Raya,
Pantai Batu Payung dan pantai Pasir Panjang adalah sebagai berikut.
a. Rata – rata d50 adalah 0.25 mm sedangkan pada pantai Sei Raya adalah 0.63
mm yang berarti masuk dalam kategori pantai pasir (sandy beach).

242
b. Tipe morfologi pantai adalah dissipatif, yaitu mempunyai tipe sedimen pasir
kategori fine, energi gelombang yang besar, topografi yang datar, kemiringan
dasar pantai yang landai, gelombang pecah adalah multiple spilling.
c. Secara umum dari hasil analisa parameter gelombang dan karaktersitik
sedimen serta morfologi pantai, maka pantai Sengkubang, Sei Duri, Sei Raya,
Batu Payung dan Pasir Panjang sudah mengalami erosi yang cukup besar.
d. Pada pantai Sei Raya meskipun tererosi namun terjadi fenomena proses pantai
menuju akresi, hal ini karena tanaman mangrove meskipun banyak yang mati
masih dapat berfungsi sebagai tempat mengendapnya sedimen.
e. Pada pantai Sei Raya jenis pasirnya adalah masuk kategori coarse sehingga
pantai ini bisa dikategorikan pantai semi reflektif karena kemungkinan ada
perbahan dari dissipatif menuju reflektif.

RANGKUMAN

1. Proses perubahan suatu pantai dalam skala ruang dan waktu bisa
menyebabkan maju atau mundur garis pantai
2. Proses sedimentasi pada pantai perubahan itu terjadi antara skala
centimeter (cm) hingga meter (m)
3. Perubahan morfologi pada pantai biasanya terjadi antara skala meter (m)
hingga kilometer (km).
4. Pembagian morfologi pantai dibagi menjadi 3, yaitu pantai reflektif,
pantai intermediate, dan pantai dissipatif

243

Anda mungkin juga menyukai