Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK 1

GEOLISTRIK
PENYEHATAN AIR BERSIH

Dosen Pengampu :
 Ibnu Rois, S.ST, M.Ling
Disusun oleh :
1. Ribka Odelia Bethesda P07133322001
2. Ari Puji Hastutik P07133322003
3. Sulistiawati Sanjaya P07133322008
4. Dwi Rizki Kardina P07133322010
5. Octavya Lumban Gaol P07133322011
6. Lily Aryani Dalimunte P07133322012
7. Vina Yuliana P07133322013
8. Sulistiyani Nur Asiatik P07133322014
9. Oktiana Murwandari P07133322018
10. Rasyidah P07133322019
11. Dea Nuraini Rahmadhani P07133322022
12. Azzukhruf Nusa Adira P07133322024

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geofisika adalah ilmu yang mempelajari bumi dengan menggunakan metode
fisikadan logika geologi untuk mempelajari struktur bawah permukaan bumi. Dalam
pengaplikasiannya metode geofisika dapat menggunakan sumber-sumber pengukuran
yang berbeda. Salah satu sumber yang digunakan dapat berupa sumber kelistrikan.
Metode yangmenggunakan sumber kelistrikan ini salah satunya adalah metode
resistivitas.Metode resistivitas adalah salah satu metode aktif geolistrik yang digunakan
untukmengetahui nilai resistivitas dari lapisan atau batuan, sangat berguna untuk
mengetahuikemungkinan adanya lapisan akifer, yaitu lapisan batuan yang merupakan
lapisan pembawaair. Umumnya lapisan akifer yang dicari adalah yang diapit oleh
lapisan batuan kedap air pada bagian bawah dan bagian atas. Geolistrik sendiri dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yangmempunyai kontras
resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Selainitu, dapat
digunakan juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi
bangunan. Metode Geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi di bawah
permukaan.Mengingat besarnya sumber daya alam di Indonesia, rasanya sangat penting
untukmemahami tentang metode Geolistrik dan langkah-langkah dalam menggunakan
metode ini. Oleh karena itu makalah tentang Geolistrik ini dibuat.
B. Tujuan
1. Memahami prinsip hukum ohm
2. Memahami konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi Wenner,
Schlumberger, dan dipole-dipole
3. Memahami cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan
interpretasi data
BAB III
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Geolistrik
Geolistrik resistivity merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat
resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi (Hendrajaya dan
Idam, 1990). Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah
elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda
potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung
variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding
point) (Apparao, 1997). Pada metode ini dikenal banyak konfigurasi elektroda, yaitu :
konfigurasi Wenner, Schlumberger, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi
Dipol-dipol, Rectangle Line Source dan sistem gradien 3 titik (Hendrajaya dan Idam,
1990).
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan metode ini dibagi menjadi dua yaitu
mapping dan sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas
yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara
horisontal. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi
resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini,
pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak
elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang, tetapi
mulai jarak elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda ini
sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Dari kedalaman lapisan
batuan yang terdeteksi, akan diperoleh ketebalan dan resistivitas masing-masing lapisan
batuan. Konfigurasi elektoda yang sering digunakan dalam teknik sounding yaitu
konfigurasi Schlumberger.

Gambar 1. Rangkaian elektroda konfigurasi Schlumberger


Keterangan : R1 = R4
Adapun kelemahan dari konfigurasi schlumberger adalah pembacaan tegangan pada
elektroda MN lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relative jauh, sehingga
diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik High Impedance
dengan mengatur tegangan minimal 4 digit atau 2 digit dibelakang koma, atau dengan
cara peralatan arus yang memepunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Keunggulan konfigurasi schlumberger adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya
sifat tidak homogen lapisan batuan pada permukaan yaitu membandingkan nilai
resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2 (Anonim, 2007a).
Parameter yang diukur yaitu : jarak antar stasiun dengan elektroda- elektroda (AB/2 dan
MN/2), arus (I), dan beda potensial (ΔV). Parameter yang dihitung yaitu : tahanan
jenis(R) dan factor Geometri (k).(Asisten Geofisika, 2006). Factor geometri (k) dapat
dicari dengan rumus :

Secara umum factor geometri untuk konfigurasi Schlumberger adalah sebagai berikut :
k = π (AB^2-MN^2)/4MN
Dimana :
ρ : Resistivitas Semu
0 : Titik yang diukur secara sounding
AB : Spasi Elektroda Arus (m)
MN : Spasi Elektroda Potensial (m), dengan syarat bahwa MN < 1/5 AB (menurut
Schlumberger)
k : Faktor Geometri
Berdasarkan Sunaryo, dkk (2003) resistivitas semu (ρa) pada pengukuran resistivitas
secara umum dengan cara menginjeksikan arus kedalam tanah melalui 2 elektroda arus
(C1 dan C2). Dan mengukur hasil beda potensial yang ditimbulkannya pada 2 elektroda
potensial (P1 dan P2). Dari data harga arus (I) dan beda potensial (V), dapat dihitung
nilai resistivitas semu (ρa) sebagai berikut :

Resistivitas ditentukan dari suatu tahanan jenis semu yang dihitung dari pengukuran
perbedaan potensi antar elektroda yang ditempatkan dibawah permukaan. Pengukuran
suatu beda potensial antara dua elektroda seperti pada gambar dibawah ini sebagai hasil
dua elektroda lain pada titik C yaitu tahanan jenis dibawah permukaan tanah dibawah
elektroda (Todd.D.K.1959).

Gambar 2. Siklus Elektrik Determinasi


Resistivitas dan Lapangan Elektrik Untuk Stratum Homogeneus permukaan bawah
tanah. (Todd, D.K, 1959). Titik pengukuran konfigurasi Schlumberger dapat dilihat
pada gambar berikut ini :

Gambar 3. Titik sounding konfigurasi Schlumberger


(‘Geolistrik Konfigurasi Schlumberger’, 2012)

Nilai Resistivitas Dari Berbagai Tipe Batuan (Telford, 1990; Astier; 1971, Mori, 1993)
Jenis Batuan/Tanah/Air Tingkat Resistivitas (Ωm)
Clay/lempung 1-100
Silt/lanau 10-200
Marls/batu lumpur 3-70
Kuarsa 10-2x108
Sandstone/Batu Pasir 50-500
Limestone/Batu kapur 100-500
Lava 100-5x104
Air tanah 0,5-300
Air laut 0,2
Breksi 75-200
Andesit 100-200
Tufa vulkanik 20-100
Konglomerat 2x103-104
(DEWI, no date)

BAB III
Metode Praktik
A. Persiapan :
1. Alat Resitivity meter model NRD 300 HF
2. Aki 12 Volt 12 AH
3. Kabel penghubung aki
4. Kabel M-N
5. Kabel A-B
6. Elektroda arus (Stainless) 2 buah
7. Elektroda potensial (tembaga) 2 buah
8. Meteran
9. Palu
10. Alat tulis
11. Table konfigurasi Schlumberger
B. Pelaksanaan :
1. Melakukan penentuan titik tengah (0 m) dari area yang akan dilakukan
pengukuran
2. Mengukur jarak M-N 1 m (atau masing-masing 0,5 m dari titik tengah),
kemudian menancapkan elektroda potensial (tembaga), Minimal kedalam 15
cm
3. Mengukur jarak A-B 3 m (atau masing-masing 1,5 m dari titik tengah), pastikan
titik A-M-O-N-B membentuk garis lurus, kemudian menancapkan elektroda
arus (stainless), Minimal kedalam 15 cm
4. Menghubungkan elektroda potensial ke alat resitivity meter dengan kabel M-N
5. Menghubungkan elektroda arus ke alat resitivity meter dengan kabel A-B
6. Menghubungkan alat resitivity meter ke aki (kabel merah + dan hitam -)
7. Memutar panel power ke ON untuk menghidupkan alat, kemudian besarkan
arus OUTPUT dengan memutar ke arah angka 1
8. Mengatur kompensator hingga menunjukkan angka 0 (lihat display Autorange)
dengan mengatur potensiometer kasar (course) dan halus (fine)
9. Tekan tombol START (ditahan), kemudian tekan tombol HOLD (ditahan)
10. Membaca arus (I) dan beda potensial (V) pada display, catat angka yang
pertama kali muncul, masukkan pada table pengolahan (table konfigurasi
schlumberger)
11. Lakukan hal yang sama (urutan d-j) pada jarak M-N dan A-B berikutnya sesuai
pada table konfigurasi Schlumberger
12. Setelah data terkumpul, lakukan pengolahan data-data tersebut dengan
menggunakan aplikasi IP2WIN hingga memperoleh grafik dan interpretasinya.

C. Menghitung tahanan jenis (ρ)


VMN
ρ = K x ----------
I
ρ = Tahanan jenis (Ohm meter)
VMN = Beda potensial M-N (mV)
I = Arus M-N (mA)

AM . AN
K = π ---------------
MN

K = Konstanta
AM = Jarak Titik A ke Titik M
AN = Jarak titik A ke Titik N
MN = Jarak titik M ke titik N
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
TABEL KONFIGURASI SCHLUMBERGER

DATA PENGUKURAN TAHANAN JENIS (KONFIGURASI SCHLUMBERGER)

Tanggal : 03 November 2022


Lokasi : Area belakang gedung GBH

  KONSTANTA (K) Volt I Rho


TITIK AB/2 MN/2 (mV) (mA) (ohm-m)
KE- 0,5 m      

1 1,5 6,28 000,3 1 1,8

2 2,5 18,84 000,5 1 9,4

3 4 49,4 000,7 1 34,5

4 6 112,2 000,7 1 78,4

5 8 200,1 000,7 1 140,07

313,2
6 10 000,8 1 250,5
B. Perhitungan
1. Menghitung Konstanta (K)
K = Konstanta
AM = Jarak Titik A ke Titik M
AN = Jarak titik A ke Titik N
MN = Jarak titik M ke titik N

a. Titik 1 (1,5m)
AM . AN
K = π ---------------
MN
1x2
K = 3,14 ---------------
1
K = 6,28 m

b. Titik 2 (2,5m)
AM . AN
K = π ---------------
MN
2x3
K = 3,14 ---------------
1
K = 18,84 m

c. Titik 3 (4 m)
AM . AN
K = π ---------------
MN
3.5 x 4.5
K = 3,14 ---------------
1
K = 49,4 m

d. Titik 4 (6 m)
AM . AN
K = π ---------------
MN
5.5 x 6.5
K = 3,14 ---------------
1
K = 112,2 m

e. Titik 4 (8 m)
AM . AN
K = π ---------------
MN
7.5 x 8,5
K = 3,14 ---------------
1
K = 200,1 m
f. Titik 4 (10 m)
AM . AN
K = π ---------------
MN
9.5 x 10,5
K = 3,14 ---------------
1
K = 313,2 m
2. Menghitung Ohm
ρ = Tahanan jenis (Ohm meter)
VMN = Beda potensial M-N (mV)
I = Arus M-N (mA)
VMN
ρ = K x ----------
I
a. Titik 1 (1,5m)
VMN
ρ = K x ----------
I
000,3 x 1
ρ = 6,28 x -------------
1

ρ = 1,8 ohm

b. Titik 2 (2,5m)
VMN
ρ = K x ----------
I
000,5 x 1
ρ = 18,84 x --------------
1

ρ = 9,4 ohm

c. Titik 3 (4 m)
VMN
ρ = K x ----------
I
000,7 x 1
ρ = 49,4 x --------------
1
ρ = 34,5 ohm

d. Titik 4 (6 m)
VMN
ρ = K x ----------
I
000,7 x 1
ρ = 112,2 x --------------
1
ρ = 78,4 ohm

e. Titik 5 (8 m)
VMN
ρ = K x ----------
I
000,7 x 1
ρ = 200,1 x --------------
1
ρ = 140,07 ohm

f. Titik 6 (10 m)
VMN
ρ = K x ----------
I
000,8 x 1
ρ = 313,2 x --------------
1
ρ = 250,5 ohm
D. Pembahasan
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada titik 1 sampai dengan titik 6
didapatkan hasil :
1. Pada titik 1 dengan jarak 1.5 m didapatkan hasil perhitungan ohm yaitu sebesar
1,8 ohm, yang artinya tingkat resistivasi pada jarak tersebut terdapat lapisan
tanah clay/lempung
2. Pada titik 2 dengan jarak 2.5 m didapatkan hasil perhitungan ohm yaitu sebesar
9,4 ohm, yang artinya tingkat resistivasi pada jarak tersebut terdapat lapisan
tanah clay/lempung
3. Pada titik 3 dengan jarak 4 m didapatkan hasil perhitungan ohm yaitu sebesar
34,5 ohm, yang artinya tingkat resistivasi pada jarak tersebut terdapat lapisan
tanah silt/lanau
4. Pada titik 4 dengan jarak 6 m didapatkan hasil perhitungan ohm yaitu sebesar
78,4 ohm, yang artinya tingkat resistivasi pada jarak tersebut terdapat lapisan
tanah mars/batu lumpur
5. Pada titik 5 dengan jarak 8 m didapatkan hasil perhitungan ohm yaitu sebesar
140,07 ohm, yang artinya tingkat resistivasi pada jarak tersebut terdapat lapisan
Sandstone/Batu Pasir
6. Pada titik 6 dengan jarak 10 m didapatkan hasil perhitungan ohm yaitu sebesar
250,5 ohm, yang artinya tingkat resistivasi pada jarak tersebut terdapat lapisan
Sandstone/Batu Pasir
Daftar Pustaka
DEWI, T.S. (no date) ‘METODE GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI
No Title’.
‘Geolistrik Konfigurasi Schlumberger’ (no date). Available at:
http://robophysic7.blogspot.com/2012/05/geolistrik-konfigurasi-schlumberger.html.

Anda mungkin juga menyukai