Anda di halaman 1dari 4

arusdc/fisika SMK Kelas 2

30
BAB VII
MEDAN MAGNET
DAN INDUKSI ELEKTROMAGNET


7.1 Medan Magnet

Gejala timbulnya medan magnet oleh arus
listrik pertama kali diselidiki oleh Hans
Christian Oersted (1777-1851) yang
melakukan percobaan penyimpangan magnet
jarum ketika diletakkan sejajar dengan kawat
penghantar berarus listrik.
Arah garis-garis medan magnet arah induksi
magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
ditentukan dengan kaidah tangan kanan atau
kaidah sekrup putar kanan, seperti gambar
di bawah ini :








7.2 Rumus Biot-Savart








Besarnya induksi magnet di sebuah titik P
yang berjarak r dari sebuah elemen arus i
yang sangat kecil yang panjangnya Al
dapat ditulis dalam bentuk persamaan :

2
sin
r
idl
k dB

=
dengan :
k =
t

4
0
= 10
-7
weber/ampere.meter

0
= permeabilitas magnet dalam ruang
hampa atau udara
= 4t.k =12,57 x 10
-7
weber/ampere.meter
sehingga rumus Biot-Savart dapat ditulis
sebagai :

2
0
sin
4 r
idl
dB

t

=
Beberapa rumus yang merupakan hasil
penurunan rumus Biot-Savart antara lain
digunakan untuk menentukan ;

a. Induksi magnet di dekat kawat lurus
panjang berarus listrik

a
i
B
t

2
.
0
=
dengan :
B = induksi magnet pada suatu titik
(wb/m
2
atau tesla)

0
= 4t x 10
-7
wb/Am
i = kuat arus (A)
a = jarak titik ke kawat berarus (m)








b. Induksi magnet di sekitar arus melingkar
- Induksi magnet di titik P yang berada
pada sumbu kawat melingkar berarus

2
0
2
sin . .
r
a i
B
u
=
- Induksi magnet di pusat lingkaran O

a
N i
B
2
. .
0

=
dengan N jumlah lilitan kawat (tipis)










c. Induksi magnet pada solenoida dan
toroida
- Solenoida adalah suatu lilitan atau
kumparan yang rapat dan tebal.
Induksi magnet pada ujung solenoida

l
N i n i
B
2
. .
2
. .
0 0

= =
dengan
l
N
n = adalah banyaknya
lilitan per satuan panjang solenoida.
Induksi magnet di tengah-tengah
solenoida

l
N i
n i B
. .
. .
0
0

= =
- Toroida adalah solenoida yang
dilengkungkan sehingga sumbu-
i
B
i
dl
P
i
B
a
P
x
y
z
P
a
i
r
arusdc/fisika SMK Kelas 2
31
sumbunya membentuk suatu
lingkaran.
Induksi magnet pada sumbu toroida

R
N i
B
t

2
. .
0
=
dengan R = jari-jari toroida.

7.3 Gaya Magnetik

Gaya magnetik atau gaya Lorentz adalah
gaya interaksi antara arus atau muatan listrik
yang bergerak dengan medan magnet
homogen yang mempengaruhinya.
Arah gaya magnetik ini dapat ditentukan
dengan kaidah tangan kanan, seperti gambar
di bawah ini.







Besarnya gaya magnetik pada penghantar
yang panjangnya l dan dialiri arus i dengan i
membentuk sudut u terhadap medan magnet
homogen B adalah :
F = B.i.l sinu
Untuk muatan listrik q yang bergerak
dengan dengan kecepatan v dalam medan
magnet homogen B, gaya magnetik yang
mempengaruhi muatan adalah :
F = B.q.v sinu
Keterangan :
B = medan magnet homogen (wb/m
2
atau
tesla)
i = arus listrik (Ampere)
l = panjang kawat penghantar (meter)
u = sudut (i, B) atau (v, B)
q = muatan listrik (Coulomb)
v = kecepatan gerak muatan (m/s)
F = gaya magnetik (Newton)

Penerapan Gaya Magnetik
Gaya magnetik digunakan dalam pembuatan
motor listrik atau elektromotor yang
berfungsi mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik berdasarkan prinsip kerja
momen kopel.






Kawat PQRS akan berputar pada sumbu
O-O oleh momen kopel
o = F.d
maka : o = F.(PS) = (B.i.PQ).(PS)
o = B.i.A
Bila PQRS membentuk sudut o dengan B
maka : o = B.i.A sino
Bila PQRS terdiri dari N lilitan maka :
o = N.B.i.A sino

7.4 Sifat Kemagnetan Bahan

Hukum Coulomb untuk magnet dapat
dituliskan sebagai :

2
2 1
.
r
m m
k F =
dengan :
F = gaya magnetik (N)
m = kuat kutub magnet (A.m)
r = jarak antara kedua kutub (m)
k = tetapan pembanding =
t

4
0
=
10
-7
wb/Am
Sedangkan rumus kuat medan magnet adalah

2
r
m
k H =
Hubungan kuat medan magnet dengan
induksi magnet atau rapat fluks magnet
dinyatakan dengan :

B
H =
adalah permeabilitas bahan, untuk hampa
udara atau udara = 1, sedangkan untuk
bahan-bahan lain >1.

Sifat kemagnetan bahan
1. Bahan ferromagnetik yaitu jenis bahan
yang sangat mudah dipengaruhi medan
magnet, contoh : kobal, besi, nikel,
gadolinium. Sifat kemagnetan bahan ini
akan hilang bila suhunya mencapai suhu
Curie.
2. Bahan paramagnetik yaitu jenis bahan
yang dapat dipengaruhi medan magnet
tetapi lebih sulit dibandingkan bahan
ferromagnetik dan tidak dapat dibuat
menjadi magnet permanen, contoh :
mangaan, platina, aluminium,
magnesium, timah, wolfram, oksigen,
dan udara.
3. Bahan diamagnetik yaitu jenis bahan
yang sulit dipengaruhi medan magnet
bahkan bersifat melawan kemagnetan
luar, contoh : bismut, timbal, antimon,
F
B





i





u





O





O










P










Q










R










S










S















U















B















F















B




















F

















arusdc/fisika SMK Kelas 2
32
air raksa, emas, perak, air, posfor, dan
tembaga.

7.5 Induksi Elektromagnetik

Induksi elektromagnetik adalah gejala
terjadinya arus listrik dalam suatu
penghantar akibat perubahan medan magnet
di sekitar kawat penghantar tersebut. Arus
listrik yang terjadi disebut arus imbas atau
arus induksi. Gejala ini pertama kali
diselidiki oleh Michael Faraday.

U S







Jarum galvanometer menyimpang selama
magnet batang digerakkan mendekati atau
menjauhi kumparan dan sebaliknya
kumparan yang digerakkan mendekati atau
menjauhi magnet batang, yang berarti arus
induksi timbul selama terjadi perubahan
garis-garis gaya medan magnet dalam
kumparan. Sedangkan bila kedua-duanya
diam, jarum galvanometer tidak
menyimpang, yang berarti tidak terjadi arus
induksi.
Dalam percobaan di atas, arus induksi timbul
karena adanya beda potensial antara ujung-
ujung kumparan yang disebut dengan gaya
gerak listrik induksi (ggl induksi)
Arah arus induksi ditentukan dengan hukum
Lenz atau kaidah tangan kanan, yang
berbunyi : arah arus induksi dalam suatu
penghantar itu sedemikian sehingga
menghasilkan medan magnet baru yang
melawan perubahan garis-garis gaya
magnet semula yang menimbulkannya.









Besarnya ggl induksi dari sebuah kawat
penghantar yang digerakkan di dalam medan
magnet dinyatakan dengan persamaan :
c = -B.l.v
dengan :
c = ggl induksi (volt)
B = induksi magnet (tesla)
l = panjang kawat (m)
v = kecepatan gerak kawat (m/s)
atau dengan persamaan :

dt
d
N
|
c =
c = ggl induksi (volt)
N = jumlah lilitan
dt
d|
= cepat perubahan fluks magnetik (wb/s)
Fluks magnetik | dirumuskan sebagai
perkalian induksi magnet (kerapatan garis
gaya B) dengan luas daerah A yang
dilingkupinya.
| = B. A

7.6 Penerapan Induksi Elektromagnetik

Konsep induksi elektromagnetik banyak
diterapkan dalam beberapa peralatan listrik,
misalnya :
- Arus pusar(arus Eddy) pada tungku
induksi (setrika listrik, kompor listrik,
solder listrik, dan sebagainya) dan rem
magnetik
- Dinamo
- Alternator
- Transformator

Transformator
Transformator atau trafo adalah alat untuk
memperbesar atau memperkecil tegangan
listrik bolak-balik berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik.
Transformator penurun tegangan disebut
trafo step down sedangkan yang menaikkan
tegangan disebut trafo step up.

Simbol transformator


(V
1
,N
1
) (V
2
,N
2
)


kumparan kumparan
primer sekunder
karena
dt
d
N V
|
c
1 1 1
= =
dan
dt
d
N V
|
c
2 2 2
= =
maka
2
1
2
1
N
N
V
V
=
i





B










v










arusdc/fisika SMK Kelas 2
33
dengan :
V
1
= tegangan pada kumparan primer
V
2
= tegangan pada kumparan sekunder
N
1
= jumlah lilitan pada kumparan primer
N
2
= jumlah lilitan pada kumparan sekunder
Apabila pengubahan tegangan tidak
menimbulkan pengurangan energi, maka
transformator tersebut merupakan trafo
ideal, dengan daya input pada primer sama
dengan daya output pada sekunder.
P
1
= P
2

V
1
.i
1
= V
2
.i
2

Tetapi biasanya pengubahan tegangan pada
transformator selalu menimbulkan
kehilangan energi yang disebabkan oleh :
- Pemanasan joule, yaitu panas yang
terjadi karena adanya hambatan listrik
pada penghantar berupa kumparan
- Pemanasan arus pusar, yaitu panas yang
timbul karena adanya arus pusar.
Sehingga pada transformator dikenal adanya
efisiensi yang merupakan prosentase daya
output terhadap daya input, yang ditulis
dengan persamaan :
% 100
1
2
x
P
P
= q
dapat juga dituliskan sebagai :
qV
1
.i
1
= V
2
.i
2

dengan :
q = efisiensi trasformator
V
1
= tegangan primer (volt)
V
2
= tegangan sekunder (volt)
i
1
= arus primer (A)
i
2
= arus sekunder (A)
N
1
= jumlah lilitan primer
N
2
= jumlah lilitan sekunder
P
1
= daya sekunder (watt)
P
2
= daya primer (watt)

o Latihan :

A. Soal Pilihan Ganda
1.

Anda mungkin juga menyukai