Anda di halaman 1dari 22

FISIKA INTI

A. Susunan Inti
1. Hipotesis Proton Elektron
Pada awalnya sebelum tahun 1932, dihipotesiskan bahwa inti terdiri
dari A proton dan (A – Z ) elektron. Menurut anda, apakah hipotesis ini benar?
Marilah kita mengkajinya bersama-sama. Dengan asumsi ini, karena massa proton
jauh lebih besar dari massa elektron, maka massa elektron dapat diabaikan
sehingga massa inti sekitar A kali massa proton. Bagaimana dengan muatannya?
Karena terdiri dari A proton dan (A-Z) elektron, maka muatannya menjadi: A(+e)
+ (A – Z)(-e ) = +Ze. Dari uraian di atas, sepertinya hipotesis inti terdiri dari
proton dan elektron adalah benar. Akan tetapi, ada beberapa ketidaksesuaian
antara hipotesis ini dengan hasil eksperimen yang ada, yaitu antara lain:

a. Keberadaan elektron dalam inti tidak sesuai dengan asas ketidakpastian.


Dari eksperimen hamburan Rutherford diketahui bahwa ukuran inti sekitar
10–14 meter. Ini berarti ketidakpastian posisi elektron (Δx) di dalam inti ada
dalam orde 10–14 meter.
b. Keberadaan elektron dalam inti juga bertentangan dengan eksperimen
pengukuran efek momen magnetik nuklir.

Di tahun 1932 ketidaksesuaian antara hipotesis inti yang terdiri dari


proton dan elektron dengan hasil eksperimen yang ada akhirnya teratasi dengan
penemuan neutron oleh James Chadwick. Oleh karena itu dihipotesiskanlah
bahwa inti terdiri dari proton dan neutron.

2. Hamburan Ruther Ford


Pada tahun 1911, Ertnest Rutherford bersama dua orang asistennya
melakukan suatu percobaan untuk menguji teori atom JJ.Thomson, yang
menyatakan bahwa :
Elektron tersebar merata pada atom, seperti halnya kimsis pada roti, dan
massa atom tersebar merata diseluruh isi atom.
Rutherford melakukan percobaan dengan menggunakan beberapa kompenen,
seperti Gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1 Percobaan Rutherford


1. Kotak Timbal yang didalamnya terdapat pemancar partikel alpha
2. Slit atau celah yang terbuat dari pelat timbal.
3. Pelat Tipis yang terbuat dari emas
4. Layar Berpendar berfungsi sebagai dektetor, yang dilapisi oleh zat ZnS
(Seng Sulfida)
Di dalam kotak timbal, terdapat unsur radioaktif radium yang
menghasilkan unsur radon dan partikel alpha. Partikel alpha digunakan karena
sifatnya yang sama atau setara dengan atom He yang bermuatan (+2) dan
bermassa 4 sma (2 proton dan 2 neutron). Jika partikel yang digunakan bermuatan
negatif misalnya partikel beta atau elektron, maka elektron akan bergabung
dengan e- lain dan diteruskan sinarnya.
Selanjutnya terdapat sebuah celah yang disebut dengan slit. Celah ini
dipasang dengan tujuan untuk menyaring arah pergerakan partikel alpha, agar
tetap lurus (tidak konvergen maupun tidak divergen). Celah tersebut dibuat dari
bahan timbal. Bahan timbal digunakan karena partikel alpha yang daya tembusnya
paling kecil, tidak bisa menembus timbal dan sifat timbal yang menahan radiasi.
Pelat emas digunakan karena sifatnya yang sulit teroksidasi, mudah
dibentuk, dan tersusun atas kristal ccp (cubic close packed). Jika logam yang
digunakan bersifat mudah teroksidasi, maka yang tertembak adalah oksidanya
bukan atomnya.
Layar atau detektor, dilapisi ZnS yang berfungsi untuk menangkap
radiasi dan mengubahnya menjadi energi lain (listrik).
Partikel alpha yang dihasilkan unsur radio aktif Radium ditembakkan
dengan kecepatan 2x107 m/s. Partikel alpha yang memiliki daya tembus yang
paling kecil dibandingkan dengan partikel Beta dan Gamma tidak bisa menembus
timbal. Karena terdapat celah, partikel alpha tetap bergerak lurus melewati celah
dan menumbuk lempeng emas.

Gambar 1.2 Model atom Thomson dan Rutherford


Jika teori atau model atom Thomson benar, maka seluruh partikel
alpha akan diteruskan. Akan tetapi hasil yang muncul dari percobaan Rutherford
meskipun terdapat banyak partikel yang diteruskan, ada sebagian kecil partikel
dibelokkan dan dipantulkan.
Gambar 1.3 Percobaan Rutherford menembakkan sinar alfa pada
lempengan emas tipis
Hasil ini kemudiam membawa Rutherford menuju 3 kesimpulan :
1. Sebagian besar partikel alpha menembus lempeng emas tanpa dibelokkan,
karena melewati ruang kosong. Sehingga ia berasumsi bahwa jarak antara inti
atom dan elektron sangatlah jauh jiak dibandingkan dengan ukuran elektron dan
inti atom.
2. Sedikit sekali partikel alpha yang dipantulkan kembali. Hal ini menunjukkan
bahwa partikel alpha (+2) menumbuk inti atom yang bermuatan positif.
3. Sebagian kecil partikel alpha dibelokkan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
muatan inti atom sejenis dengan partikel alpha (+2), ketika partikel alpha lewat
didekat ini atom, partikel akan dibelokkan oleh gaya tolak-menolak muatan listrik
yang sejenis.
Meskipun model Rutherford telah mampu menjelaskan struktur atom
yang rumit dengan baik dan mudah dipahami serta menjelaskan bentuk lintasan
elektron, akan tetapi model ini masih memiliki kekurangan :
1. Tidak bisa menjelaskan dimana letak elektron dan cara rotasinya
2. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen
3. Tidak dapat menjelaskan elektron tidak jatuh ke inti atom

3. Energi Kinetik Partikel Alpha


Kita gunakan persamaan hukum kekekalan peluruhan yaitu energi
sebelum reaksi= energi setelah reaksi.

Untuk partikel α, karena ia terbentuk dari penguraian unsur Radium


(Ra), maka,

Dimana Q adalah energi reaksi dalam satuan massa atom (u) yang ditentukan
dengan,
Selanjutnya, energi kinetik partikel α dihitung dengan persamaan

4. Transmusi Nuklir dan penemuan neutron


Percobaan Rutherford yang berhasil menemukan proton dan inti atom
masih menyimpan misteri. Jika atom tersusun atas proton dan elektron, jumlah
massa proton dan elektron seharusnya sama dengan massa atom.
Para ilmuan menduga dalam inti atom masih terdapat partikel dengan muatan
netral dan beratnya merupakan selisih antara massa atom dan jumlah massa
proton dan elektron. Dua puluh tahun kemudian, misteri itu akhirnya
terkuak, James Chadwick, seorang ilmuan Inggris berhasil menemukan partikel
neutron pada tahun 1932.
Chadwick mengamati bahwa berilium yang ditembak dengan partikel
α memancarkan suatu partikel yang mempunyai daya tembus yang sangat tinggi
dan tidak dipengaruhi oleh medan magnet maupun medan listrik. Partikel ini
diberi nama neutron. Sifat-sifat neutron adalah :

1. Tidak bermuatan karena sinar neutron dalam medan listrik ataupun medan
magnet tidak dibelokkan ke kutub positif dan negatif.
2. Mempunyai massa yang hampir sama dengan massa atom, yaitu 1,675
x 10-24 g atau 1,0087 sma.

KELOMPOK 2
B. Sifat-sifat Inti
1. Isotop
Isotop adalah unsur yang memiliki Nomor Atom (Proton) sama tapi
Nomor massanya (Neutron) berbeda. Karena nomor atom merupakan identitas
sebuah unsur, maka Isotop meski mempunyai nomor massa berbeda tetap di
golongkan dalam satu unsur sama. Karena itu dalam tabel periodik, seluruh Isotop
dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama. Isotop dari setiap elemen akan
memiliki jumlah elektron valensi yang sama sehingga mau tidak mau akan
memiliki sifat kimia yang sama pula.
Isotop suatu unsur meskipun memiliki sifat kimia yang hampir sama,
tapi karakteristik dan sifat fisiknya berbeda antara isotop yang satu dengan isotop
yang lain dalam satu unsur. Hal ini karena sifat fisik unsur biasanya di pengaruhi
oleh jumlah Neutron yang ada dalam Nukleus. Sifat fisik unsur seperti titik leleh,
titik didih, kerapatan dan lain-lain tergantung pada masa atom. Karena nomor
masa suatu Isotop tidak sama, maka otomatis massa atomnya pun berbeda.
Massa Atom di peroleh dari penambahan jumlah Massa
Neutron+Massa Elektron+Massa Proton. Karena masa elektron sangat kecil,
sehingga biasanya di abaikan. Karena itu akhirnya untuk mengukur massa atom
hanya perlu di lakukan penambahan massa neutron dan massa proton saja, yang
rumusnyaadalah:
Massa Atom = Massa Neutron + Massa Proton
Dalam nomenklatur ilmiah, isotop (nuklida) dispesifikasikan
berdasarkan nama unsur tertentu oleh sebuah hyphen dan jumlah nukleon (proton
dan neutron) dalam nukleus atom (misal, helium-3, karbon-12, karbon-14, besi-
57, uranium-238). Dalam bentuk simbolik, jumlah nukleon ditandakan sebagai
sebuah prefik naik-ke-atas terhadap simbol kimia (misal, 3He, 12C, 14C, 57Fe,
238U, dan lain-lain). Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi
memiliki nomor massa yang berbeda disebut dengan isotop.

2. Spektrometer Massa
Spektrometer massa adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk
menentukan struktur kimia dari molekul organik berdasarkan perhitungan massa
dari molekul tersebut serta pola fragmentasinya. Dalam spektrometri massa,
molekul sampel dalam fase uap dibombardir dengan elektron berenergi tinggi
(70eV) yang menyebabkan lepasnya satu elektron dari kulit valensi molekul
tersebut.
Molekul yang kehilangan satu elektron akan menjadi suatu kation
radikal. Kation radikal tersebut mengandung semua atom-atom dari molekul asal,
minus satu elektron, dan disebut ion molekul dan dinyatakan dengan M+.Dalam
spektroskopi massa, molekul–molekul senyawa organik ditembak dengan berkas
elektron dan diubah menjadi ion-ion positif yang berenergi tinggi (ion - ion
molekuler atau ion - ion induk), yang dapat dipecah-pecah menjadi ion-ion yang
lebih kecil (ion- ion pecahan) atau fragmen. Lepasnya elektron dari molekul akan
menghasilkan radikal kation. Pola fragmentasi suatu molekul sangat berbeda
dengan molekul yang lain dan hasil analisisnya dapat berulang (reproducible).

M ➜M+

Sebagai contoh, metanol memberikan ion molekul sebagai berikut:

CH3-O-H➜CH3-O-H+2e-1m/z = 32

Ion molekuler M+ selanjutnya terurai menjadi sepasang pecahan atau fragmen,


yang dapat berupa radikal dan ion atau molekul kecil radikal.

M + ➜m1+ +m2

Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan selanjutnya


dipisahkan sesuai dengan massa dan muatannya oleh pembelokan medan magnet
yang dapat berubah, dan akan menimbulkan arus pada kolektor yang sebanding
dengan limpahan relatif molekul ion tersebut.
Spektrum massa mengambarkan perbandingan limpahan relatif
terhadap m/z (massa/muatan). Partikel-partikel netral yang dihasilkan dalam
proses fragmentasi (m2) atau radikal (.m2) tidak dapat dideteksi dalam
spektrometer massa. Spektrum massa akan menghasilkan puncak-puncak yang
tercatat dalam rekorder, yang dipaparkan sebagai grafik batangan. Fragmen-
fragmen disusun sedemikian sehingga peak-peak ditata menurut kenaikan m/z
dari kiri ke kanan dalam spektrum. Intensitas peak sebanding dengan kelimpahan
relatif fragmen-fragmen yang bergantung pada stabilitas relatif mereka. Puncak
yang paling tinggi dinamakan base peak (puncak dasar) ditandai dengan nilai
intensitas sebesar 100%; peak-peak yang lebih kecil misalnya 20%, 30%, adalah
nilai relatif terhadap peak dasar. Puncak uang paling tinggi pada spektrum
methanol adalah puncak M-1 pada m/z = 31.
Puncak ini timbul karena lepasnya atom hidrogen dari ion molekul.

CH3-O-H ➜CH2 = O + -H + Hm/z = 31

3. Massa Inti
Pengukuran massa inti mempunyai peranan penting dalam
perkembangan fisika inti. Spektroskopi massa merupakan teknik pertama dalam
pengukuran massa inti yang mempunyai ketelitian tinggi. Karena massa inti
bertambah secara teratur dengan penambahan satu proton atau neutron,
pengukuran massa-massa inti memungkinkan semua isotop stabil dipetakan.
Untuk menentukan massa inti dan kelimpahan (abudance) relatif dalam suatu
sampel bahan yang mungkin merupakan campuran isotop-isotop yang berlainan,
kita harus mempunyai cara untuk memisahkan isotop satu dengan isotop lainnya
berdasarkan massanya.
Untuk mengukur massa inti dengan ketelitian tinggi diperlukan alat
canggih yang dikenal sebagai spektroskop massa. Massa-massa yang dipisahkan
bisa difokuskan untuk membuat bayangan pada pelat fotografis; dalam hal ini
instrumen itu disebut spektrograf.
Apabila massa-massa yang dipisahkan dilewatkan celah pendeteksi dan direkam
secara elektronis (misalnya sebagai arus), maka instrumen itu disebut
spectrometer. Semua spektroskop massa diawali oleh sumber ion, yang
menghasilkan berkas atom atau molekul terionisasi. Sering kali uap dari bahan
yang sedang diselidiki ditembaki dengan elektron-elektron untuk menghasilkan
ion-ion; dalam kasus lain ion – ion dapat dibentuk sebagai lucutan bunga api
antara elektrode – elektrode yang dilappisi oleh bahan tersebut.
Ion-ion yang muncul dari sumber mempunyai rentangan kecepatan
yang luas, seperti yang diduga untuk distribusi termal dan sudah barang tentu
terdiri atas berbagai massa yang berbeda-beda.
Sumber ion menghasilkan berkas dengan distribusi termal kecepatan. Selektor
kecepatan hanya melewatkan ion-ion yang dengan kecepatan tertentu, dan
pemilihan momentum dilakukan oleh medan magnet seragam yang
memungkinkan identifikasi massa secara individual.
4. Ukuran Inti
Mendefinisikan secara tepat jari-jari inti atom sama sulitnya seperti
untuk jari-jari sebuah atom. Tetapan R0 harus ditentukan dari percobaan, dan
salah satu percobaan khasnya adalah dengan menghamburkan partikel-partikel
bermuatan (misalnya partikel alfa atau electron) dari inti atom guna menarik
kesimpulan mengenai jari-jari inti atom dari distribusi partikel yang terhambur.
Dari berbagai percobaan seperti itu kita ketahui nilai R0 sekitar 1,2×10-15m.
(nilai sebenarnya, seperti dalam kasus fisika atom, bergantung pada bagaimana
kita mendefinisikan jari-jari, dan nilai R0 biasanya berada dalam rentang 1,0×10-
15m hingga 1,5×10-15m). Panjang 10-15m adalah 1 femtometer (fm, tetapi para
fisikawan sering kali menyebut panjang ini 1 fermi, untuk menghargai jasa
fisikawan Amerika keturunan Italia, Enrico Fermi.

KELOMPOK 3
C. Radio Aktifitas Alam
1. Radioaktivitas
Atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang beredar
mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan penggaraman),
hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama elektron pada kulit
terluar, sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi yang menyangkut perubahan
pada inti disebut reaksi inti atau reaksi nuklir (nucleus = inti).
Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi
nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung
inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat
terjadi pada inti yang stabil maupun inti yang tidak stabil. Reaksi nuklir disertai
perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi nuklir disertai
pembebasan kalor yang sangat dahsyat, lebih besar dan reaksi kimia biasa.
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi
yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan
muatannya. Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang
bermuatan negatif diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard
menemukan jenis sinar yang ketiga yangtidak bermuatan dan diberi nama sinar
gamma.

2. Peluruhan Radioaktivitas
Inti atom yang tidak stabil secara spontan akan berubah menjadi inti
atom yang lebih stabil. Proses perubahan tersebut dinamakan peluruhan radioaktif
(radioactive decay). Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi. Bila
ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya
yang tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan
radiasi alfa ( ) atau radiasi beta. Sedangkan bila ketidakstabilannya disebabkan
karena tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasar, maka akan
berubah dengan memancarkan radiasi gamma.
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu
peluruhan alfa, peluruhan beta , dan peluruhan gamma.

3. Transformasi Radioaktif Berurutan


Secara elektrotatis proton-proton dalam inti atom akan saling tolak
dengan gaya tolak menolak yang akan semakin besar jika jarak dua buah proton
berdekatan atau semakin dekat. Fakta meneunjukan bahwa proton-proton bersatu
di dalam inti atom pada jarak yang sangat dekat (sekitar 2.10-15 m ), dimana secara
elektrostatis proton-proton tidak mungkin bersatu.

KELOMPOK 4
1. Kesetimbangan Radioaktif
Beberapa nuklide radioaktif yang nomor atomiknya kurang dari 82
didapati dalam alam, walaupun tidak banyak. Anggota dari masing-masing deret
peluruhan memunyai umur paro yang jauh lebih pendek dari pada nuklide induk.
Sebagai akibatnya, jika kita mulai dengan sampel induk, maka setelah suatu
selang waktu tertentu keadaan seimbang akan tercapai yaitu masing-masing
nuklide anak meluruh dengan laju yang sama dengan terbentuk.
Istilah kesetimbangan ini biasanya digunakan untuk mengungkapkan
kondisi bahwa turunan dari fungsi dimana waktu sama dengan nol. Bila kondisi
ini diterapkan pada anggota dari rantai radioaktif itu berati bahwa derivatif
persamaan.
dN1/dt, dN2/dt,...,dNn/dt

adalah sama dengan nol atau bahwa nomor atom dari setiap anggota rantai tidak
berubah. Kondisi untuk kesetimbangan persamannya yaitu:
Contoh dari pendekatan keseimbangan sekuler yaitu pada kasus ini
bahwa dari induk atom yang berumur panjang dan seorang anak atom berumur
pendek. Diasumsikan bahwa anak atomnya telah dipisahkan dari ibunya, sehingga
bahwa yang terakhir ini awalnya murni.

2. Deret Radioaktif Alam


Deret radioaktif merupakan deret nuklida radioaktif. Pada deret ini
setiap anggotanya terbentuk dari hasil peluruhan nuklida sebelumnya. Deret akan
berakhir dengan nuklida stabil. Suatu unsur radioaktif (isotop radioaktif) selalu
meluruh sehingga terbentuk unsur yang baru. Unsur yang terbentuk masih juga
bersifat radioaktif sehingga akan meluruh, demikian terus akan terjadi sehingga
akhirnya akan diperoleh hasil akhir terbentuk inti atom yang stabil/mantap. Dari
hasil inti yang terbentuk yang bersifat radioaktif sampai diporoleh inti atom yang
stabil/mantap, ternyata serangkaian inti-inti atom yang terjadi memiliki nomor
massa yang membentuk suatu deret.
Ada empat deret radioaktif yang masing-masing berakhir pada
nuklida-anak atau yang stabil/mantap. Kebanyakan unsur radioaktif yang
didapatkan dalam alam merupakan anggota dari empat deret radioaktif, masing-
masing deret terdiri dari urutan produk nuklida-anak atau yang stabil, yang
semuanya dapat diturunkan dari nuklida-induk tunggal.

3. Satuan Radioaktif
Satuan radiasi ini merupakan pengukuran yang digunakan untuk
menyatakan aktivitas suatu radionuklida dan dosis radiasi ionisasi.
1) Curie (Ci) dan Becquerrel (Bq)
Curie dan Becquerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk
menyatakan keaktifan yakni jumlah disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu.
Dalam system satuan SI keaktifan dinyatakan dalam bq. Satu bq sama dengan satu
disintegrasi per sekon satuan lain yang juga bisa digunakan ialah curie. Satu Ci
ialah keaktifan yang setara (aktifitas) dari 1garam radium yaitu 3,7.1010 dps.
1 Ci = ,7.1010 dps = 3,7.1010 Bq

2) Gray (Gy) dan Rad (Rd)


Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan
keaktifan yakni jumlah (dosis) radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad adalah
singkatan dari 11 radiation absorbed dose. Dalam system satuan SI, dosis
dinyatakan dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah absorbs 1 joule per kilogram
materi.
1 Gy = 1 J/kg
Satu rad adalah absorbs 10-3 joule energy/gram jarngan.
1 Rd = 10-3 J/g
Hubungan Gray dan Rad 1 gy = 100 rd
Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja bergantung pada dosis tetapi
juga pada jenis radiasi itu sendiri.

KELOMPOK 5
D. Peluruhan Alfa
1. Peluruhan Alfa
Peluruhan alfa adalah salah satu bentuk peluruhan radioaktif dimana
sebuah inti atom berat tidak stabil melepaskan sebuah partikel alfa dan meluruh
menjadi inti yang lebih ringan dengan nomor massa empat lebih kecil dan nomor
atom dua lebih kecil dari semula.
Partikel alfa terdiri dari dua buah proton dan dua buah neutron yang
terikat menjadi sebuah partikel yang identik dengan nukleus helium dan
karenanya dapat dituliskan juga sebagai 𝐻𝑒 2+ . Partikel alfa di pancarkan oleh
nukleus yang radioaktif seperti uranium atau radium dalam proses yang disebut
dengan peluruhan alfa.
Dalam peluruhan alfa, sebuah partikel-α dipancarkan dari sebuah inti.
Oleh karena sebuah partikel adalah sebuah inti helium, maka inti induknya
kehilangan dua proton dan dua neutron. Dengan menerapkan hukum kekekalan
muatan dan nukleon. Maka kita dapat menuliskan peluruhan alfa ini secara
simbolik sebagai:
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 → 𝑍−2𝑋′ + 42𝐻𝑒
Dengan X dan X’ menyatakan jenis inti yang berbeda. Reaksi diatas juga dapat
ditulis sebagai :
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 → 𝑍−2𝑋′ + 𝛼

Partikel alfa sebenarnya adalah sebuah inti helium. Inti helium


merupakan inti stabil dengan nomor massa dan nomor atom yang kekal.
Peluruhan alfa dapat dianggap sebagai reaksi fisi nuklir karena inti induk terpecah
menjadi dua inti anak.
Dalam sebuah sistem yang inti induknya diam, maka dari kekekalan
energi kita dapati bahwa
Mi . c2 = Ma . c2 + Mα . c2 +2me + Q
atau
Q = [Mi – Ma – mα – 2me]. c2

2. Spektrum Zarah Alfa


Spektrum zarah alfa bersifat diskrit, terdiri dari grub energi yang
diskrit. Hal ini disebabkan oleh energi disintegrasi peluruhan alfa memiliki nilai
tertentu.pada gambar berikut disajikan spektrum zarah alfa yang dipancarkan oleh
238
inti 92𝑈. Dapat diketahui bahwa beberapa sumber radioaktif alami memiliki
spektrum yang berbeda-beda. Spektrum alfa terdiri dari tiga hal yaitu:
1. Spektrum terdiri dari single group atau lintasan, contohnya Rn dan RnA
yang membentuk struktur yang benar (fine structure).
2. Spektrum terdiri dari group utama dan group yang berenergi besar (long-
Range Particle).
3. Spektrum terdiri dari dua atau lebih ciri khas, daerah dekat/closely spaced
(V dan E)memiliki intensitas sama atau sedikit beda (rare-earth alpha
emitters).

Apabila pemancaran zarah alfa diikuti oleh pemancaran sinar gamma


maka transisinya melalui dua tahap, yakni dari inti induk memancarkan alfa
menghasilkan inti turunan yang tereksitasi, selanjutnya inti turunan terksitasi ini
memancarkan sinar gamma menuju keadaan inti mantap seperti disajikan pada
gambar dibawah.
𝐴 𝐴
𝑍𝑋 𝑍𝑋

α α
𝐴−4
𝑍−2𝛾

𝐴−4
𝑍−2𝛾
𝐴−4
𝑍−2𝛾

Gambar : peluruhan alfa yang diikuti sinar gamma

3. Tingkat-tingkat Energi Inti


Seperti elektron atom, inti atom juga berada di beberapa tingkat
energi, dengan perbedaan celah energi tingkat-tingkat ini lebih besar
dibandingkan tingkat-tingkat elektronik. Pada umumnya energi pemisahan dan
tingkat-tingkat inti berorde juta eV. Jika (E2-E1) sebesar 1 MeV atau 106 eV,
maka panjang gelombang radiasi dari transisi tersebut adalah 1,2 x 1012 cm.
Panjang gelombang tersebut berhubungan dengan panjang gelombang sinar X
sangat pendek atau sinar gamma panjang. Dengan demikian sinar gamma
dipancarkan karena transisi inti dan tingkat energi lebih tinggi ke tingkat lebih
rendah.
Ciri penting dan tingkat eksitansi adalah energi yang dipancarkan
tidak benar-benar tajam, spektrum energinya berupa pita bukan garis. Hal ini
untuk memenuhi prinsip ketidakpastian Heisenberg, yaitu ketidakpastian
pengukuran waktu berhubungan dengan ketidakpastian pengukuran energi. Jika
keadaan inti tersebut tidak stabil dengan waktu hidup rata-rata τ = akan berenergi
mutlak tepat. Ketidakpastian energi ini diukur dengan level width Г dan
hubungannya dengan τ adalah:

Г.τ= = 6,6 . 10-16 eV.s
2𝜋

Г didefinisikan sebagai berikut, jika E adalah enrgi di pusat pita (yaitu energi
dengan probabilitas paling besar), maka energi sebesar E ± 1⁄2 Г akan terjadi ½
kali energi E.

4. Teori Peluruhan Alfa


Ada beberapa teori peluruhan alfa, diantaranya yaitu Teori Gamow
dan teoriSemi Klasik. Peluruhan alfa tidak mungkin terjadi menurut fisika klasik.
Gamow, Gurney dan Condon pada tahun 1982 secara terpisah berhasil
menjelaskan peristiwa peluruhan alfa dengan menggunakan perhitungan
mekanika kuantum. Mereka mengasumsi bahwa zarah alfa berada dalam inti yang
dilingkupi oleh sebuah potensial inti. Potensial didalam inti tersebut diasumsikan
sama dengan nol untuk mensimulasikan efek coulum di dalam inti. Kedalaman
yang pasti dari sumur potensial tersebut tidak berpengaruh pada hasil akhir dari
perhitungan mekanika kuantum.
Tinjauan mekanika gelombang memberikan deskripsi yang lebih
akurat tentang peluruhan alfa. Jika dua buah proton dan dua neutron bergabung
membentuk zarah alfa dalam sebuah inti, maka zarah ini akan terikat oleh gaya
inti. Akan tetapi ia bebas bergerak didalamnya secara bolak-balik menumbuk
dinding inti. Seolah-olah seperti zarah yang terperangkap dalam sumur potensial
tinggi. Yang secara klasik zarah tersebut tidak mungkin dapat keluar dari sumur.
Semakin besar energi kinetik alfa dan semakin sering menumbuk dinding maka
semakin besar peluar alfa untuk lolos. Hal ini berarti bahwa peluang terjadinya
peluruhan alfa bergantung pada tenaga kinetik alfa.

KELOMPOK 6
E. Peluruhan Beta
1. Sifat – sifat sinar beta
a) Sinar beta (β) dihasilkan oleh pancaran partikel – partikel beta.
b) Sinar beta adalah partikel elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
c) Sinar beta bermuatan -1e.
d) Radiasi sinar beta memiliki daya tembus lebih besar daripada sinar alfa,
tetapi lebih kecil daripada sinar gamma.
e) Sinar beta dibelokkan dengan kuat oleh medan magnetik dan medan
listrik, karena massanya sangat kecil.
f) Kecepatan partikel sinar beta berharga antara 0,32c dan 0,9c.
g) Diserap oleh logam dengan ketebalan 1 mm, misalnya tembaga
h) Batas jangkauannya beberapa cm di udara

2. Spectrum zarah beta ()


Dalam waktu yang hampir bersamaan dengan penemuan sinar X oleh
Roentgen, Becquerel pada tahun 1896 dalam mempelajari gejala fluoresensi atau
pendaran, mengamati terjadinya pendaran kertas yang dilepasi bahan pendar dari
garam sulfat kalium-uranium meskipun tidak menperoleh penyinaran cahaya
sebelumnya karena gelapnya cuaca. Gejala pendaran dengan sendirinya itu selalu
terjadi apabila bahan pendarnya mengandung uranium. Lebih lanjut pendaran itu
tidak tergantung kondisi fisik di sekelilingnya, juga kondisi fisis bahan pendar itu
sendiri. Maka ditariklah kesimpulan bahwa pendaran itu pasti berasal dari atom
Uranium. Penemuan ini merupakan awal dari fisika nuklir, dan gejala itu oleh M.
Curie disebut radioak tivitas dari kata aktivitas radiasi radium.
Selang dua tahun kemudian pada tahun 1898 M. Curic menemukan 2
unsur lain yang berperilaku seperti uranium, yang kemudian dinamakan polonium
dan radium Pada tahun itu juga ditemukan pula bahwa thorium bersifat radioaktif
oleh M. Curie dan oleh Schmidt. Pada tahun 1900, Rutherford dan Dom
menemukan sifat radioaktif dari gas yang dilepaskan oleb radium yang lalu
disebut radon dari kata radium emanation, dan oleh thorium yang lalu disebut gas
thoron.
Kemudian Becquerel dan Geisel menyelidiki sifat-sifat sinar
radioaktif yang dipancarkan oleh unsur radioaktif, dan memberikan nama zarah
alfa sinar yang tenyata berupa pancaran zarah pada bermuatan positif, yang
temyata adalah inti helium yakni terdiri atas 2 proton dan 2 neutron dan zarah beta
pada sinar yang berupa zarah neutron, bermuatan listrik negatif yang ternyata
adalah elektron.
Yang memancar dari inti atom dengan kecepatan yang sangat tinggi
dari hasil transmutasi neutron menjadi proton+ elektron. berikutnya Villard pada
tahun 1900 mengidentifkasi pancaran gelombang elektromagnetik yang menyertai
pancaran zarah alfa maupun pancaran zarah beta, yang dinamakan sinar gama
yang panjang gelombangnya temyata dalam orde per sepuluh Angstrom bahkan
lebih pendek lagi. Pada tahun 1899, Rutherford, mengukur banyaknya muatan
listrik dibagi massa untuk zarah alfa secara umum dengan pengukuran
pembelokannya di dalam medan magnet oleh adanya gaya Lorentz, dan bersama
Geiger pada tahun 1908, mengukur banyaknya pancaran zarah alfa per gram
radium.
Pada tahun 1935 secara teoretis, Yukawa mengemukakan hipotese
tentang adanya zarah yang lalu dinamakan meson yang massanya beberapa
ratus.kali massa elektron Adanya zarah meson ini kemudian terbukti melalui
penyidikan sinar cosmos dan kemudian ditemukan berbagai macam meson. Sejak
itu berkembanglah pengetahuan tentang zarah elementair selain proton, elektron,
neutron, positron, neutrino.
3. Peluruhan Beta ()
Seperti peluruhan alfa, peluruhan beta merupakan suatu cara untuk inti
dapat merubah komposisinya supaya mencapai kemantapan yang lebih besar atau
peluruhan beta adalah peluruhan sebuah proton berubah menjadi neutron atau
sebuah neutron menjadi proton. Peluruhan beta terjadi pada inti tidak stabil yang
relatif ringan. Dalam peluruhan ini akan dipancarkan partikel beta yang mungkin
bermuatan negatif (-) atau bermuatan positif (+). Partikel - identik dengan
elektron sedangkan partikel + identik dengan elektron yang bermuatan positif
(positron).
Dalam proses peluruhan - terjadi perubahan neutron menjadi proton
di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai
persamaan inti berikut:

zX
A
→Z+1YA + â- + í

Sedangkan dalam proses peluruhan b+ terjadi perubahan proton


menjadi neutron di dalam inti atom sehgga proses peluruhan ini dapat dituliskan
sebagai persamaan inti berikut.
zX
A
→Z-1YA + â- + í

Ada tiga jenis peluruhan , yaitu :


1. Pemancaran negatron (-)
2. Pemancaran positron (+) dan
3. Tangkapan elektron (EC)
Peluruhan beta pada hakekatnya merupakan konversi spontandari
netron nukril menjadi proton dan elektron, kesukaran tersebut dapat diatasi
dengan mengnggap bahwa elektron meninggalkan inti setelah elekron itu tercipta.
Energi elektron yang teramamati secara malar dari 0 hingga harga maksimum
Kmaks = yang merupakan karakteristik nukluidenya. Dalam setiap kasus , energi
maksimumnya ialah
Emaks = m0 c2 + Kmaks

Dalam peluruhan beta nuklide tertentu arah elektron yang terpancar


dan inti rekoil dapat diamati, ternyata arah tersebut tidak selalu tepat berlawanan
seperti yang diramalkan oleh hukum kekekalan momentum linier. Ketakkekekalan
momentum sudut diturunkan dari spin ½ dari elektron, proton dan netron.
Peluruhan beta menyangkut konversi netron nuklir menjadi proton :
n → p + e-

4. Hipotesis Neutrino
Dari eksperimen yang telah dilakukan berkaitan dengan peluruhan
beta ini, yaitu:
1. Spin intrinsic proton, neutron dan electron masing-masing bernilai ½ jika
terjadi peluruhan neutron (spin 1/2). Gabungan spin proton dan electron
hasil peluruhan bisa sejajar (spin total = 1) atau berlawanan (spin total 0),
dan tidak ada kemungkinan.
spin totalnya ½. Oleh karena itu, proses peluruhan ini tampaknya melanggar
hukum kekekalan momentum sudut.
2. Persoalan energi beta. Dari pengukuran elektron yang dipancarkan
didapatkan bahwa spektrum energinya kontinyu dari 0 hingga nilai
maksimum Ke(max). Menurut perhitungan dalam peluruhan netron, nilai Q
= (mn − mp − me )c2 = 0,782 MeV .
Neutrino (yang dalam bahasa Italia berarti netral kecil) dan diberi
lambang ν . Neutrino ini memiliki massa diam nol. Neutrino ini juga memiliki anti
partikel yang dinamakan antineutrino ν . Pada kenyataannya yang dipancarkan
dalam peluruhan beta adalah antineutrino. Dengan demikian proses peluruhan
beta secara lengkap adalah:

n → p + e− +ν

Energi reaksi ini muncul sebagai energi kinetik elektron, energi


antineutrino dan energi pental proton. Proses peluruhan beta lainnya adalah
peluruhan proton, yang reaksinya p → n + e+ +ν.

KELOMPOK 7
F. Peluruhan Gamma
1. Interaksi Sinar Gamma (γ) dan Materi
Terdapat tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi
elektromagnetik melewati suatu bahan penyerap, yaitu efek fotolistrik, hamburan
Compton, dan produksi pasangan. Ketiga proses tersebut melepaskan electron
yang selanjutnya dapat mengionisasi atom-atom lain dalam bahan. Peluang
terjadinya interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan bahan ditentukan oleh
koefisien absorbs linier (µ). Hal tersebut dikarenakan penyerapan intensitas
elektromagnetik melalui tiga proses utama, maka nilai µ juga ditentukan oleh
peluang terjadinya ketiga proses tersebut. Sedangkan koefisien absorbs total
merupakan jumlah dari ketiga koefisien absorbsI tersebut.

2. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah peristiwa diserapnya energi foton seluruhnya
oleh elektron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut terlepas
dari ikatan atom. Dengan kata lain, efek fotolistrik timbul karena adanya interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan electron-elektron dalam atom bahan. Pada
peristiwa ini energi foton diserap seluruhnya oleh electron yang terikat kuat oleh
suatu atom sehingga electron tersebut terlepas dari ikatan inti atom. Elektron yang
terlepas dinamakan fotoelektron. Efek fotolistrik terutama terjadi antara 0,01 MeV
hingga 0,5 MeV.

3. Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi hf
berinteraksi dengan elektron bebas atau elektron yang tidak terikat dengan kuat
oleh inti, yaitu elektron terluar dari atom. Elektron itu dilepaskan dari ikatan inti
dan bergerak dengan energi kinetik tertentu disertai foton lain dengan energi lebih
rendah dibandingkan foton datang.Foton lain inidinamakanfotonhamburan.
Kemungkinan terjadinya hamburan Compton berkurang bila energi
foton yang datang bertambah dan bila Z bertambah. Dalam hamburan Compton
ini, energi foton yang datang yang diserap atom diubah menjadi energi kinetik
elektron dan foton hamburan. Perubahan panjang gelombang foton hamburan
dari λ menjadi λ’ dirumuskan
∆ λ=λ’ – λ = h/me c ( 1 – cos θ )
dengan memasukkan nilai-nilai h, m dan c diperoleh
∆ λ ( A ) = (0242,0 ) ( 1 – cos θ )
Hamburan foton penting untuk radiasi elektromagnetik dengan energi
200 keV hingga 5 MeV dalam sebagian besar unsur-unsur ringan.

Anda mungkin juga menyukai