A. Susunan Inti
1. Hipotesis Proton Elektron
Pada awalnya sebelum tahun 1932, dihipotesiskan bahwa inti terdiri
dari A proton dan (A – Z ) elektron. Menurut anda, apakah hipotesis ini benar?
Marilah kita mengkajinya bersama-sama. Dengan asumsi ini, karena massa proton
jauh lebih besar dari massa elektron, maka massa elektron dapat diabaikan
sehingga massa inti sekitar A kali massa proton. Bagaimana dengan muatannya?
Karena terdiri dari A proton dan (A-Z) elektron, maka muatannya menjadi: A(+e)
+ (A – Z)(-e ) = +Ze. Dari uraian di atas, sepertinya hipotesis inti terdiri dari
proton dan elektron adalah benar. Akan tetapi, ada beberapa ketidaksesuaian
antara hipotesis ini dengan hasil eksperimen yang ada, yaitu antara lain:
Dimana Q adalah energi reaksi dalam satuan massa atom (u) yang ditentukan
dengan,
Selanjutnya, energi kinetik partikel α dihitung dengan persamaan
1. Tidak bermuatan karena sinar neutron dalam medan listrik ataupun medan
magnet tidak dibelokkan ke kutub positif dan negatif.
2. Mempunyai massa yang hampir sama dengan massa atom, yaitu 1,675
x 10-24 g atau 1,0087 sma.
KELOMPOK 2
B. Sifat-sifat Inti
1. Isotop
Isotop adalah unsur yang memiliki Nomor Atom (Proton) sama tapi
Nomor massanya (Neutron) berbeda. Karena nomor atom merupakan identitas
sebuah unsur, maka Isotop meski mempunyai nomor massa berbeda tetap di
golongkan dalam satu unsur sama. Karena itu dalam tabel periodik, seluruh Isotop
dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama. Isotop dari setiap elemen akan
memiliki jumlah elektron valensi yang sama sehingga mau tidak mau akan
memiliki sifat kimia yang sama pula.
Isotop suatu unsur meskipun memiliki sifat kimia yang hampir sama,
tapi karakteristik dan sifat fisiknya berbeda antara isotop yang satu dengan isotop
yang lain dalam satu unsur. Hal ini karena sifat fisik unsur biasanya di pengaruhi
oleh jumlah Neutron yang ada dalam Nukleus. Sifat fisik unsur seperti titik leleh,
titik didih, kerapatan dan lain-lain tergantung pada masa atom. Karena nomor
masa suatu Isotop tidak sama, maka otomatis massa atomnya pun berbeda.
Massa Atom di peroleh dari penambahan jumlah Massa
Neutron+Massa Elektron+Massa Proton. Karena masa elektron sangat kecil,
sehingga biasanya di abaikan. Karena itu akhirnya untuk mengukur massa atom
hanya perlu di lakukan penambahan massa neutron dan massa proton saja, yang
rumusnyaadalah:
Massa Atom = Massa Neutron + Massa Proton
Dalam nomenklatur ilmiah, isotop (nuklida) dispesifikasikan
berdasarkan nama unsur tertentu oleh sebuah hyphen dan jumlah nukleon (proton
dan neutron) dalam nukleus atom (misal, helium-3, karbon-12, karbon-14, besi-
57, uranium-238). Dalam bentuk simbolik, jumlah nukleon ditandakan sebagai
sebuah prefik naik-ke-atas terhadap simbol kimia (misal, 3He, 12C, 14C, 57Fe,
238U, dan lain-lain). Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi
memiliki nomor massa yang berbeda disebut dengan isotop.
2. Spektrometer Massa
Spektrometer massa adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk
menentukan struktur kimia dari molekul organik berdasarkan perhitungan massa
dari molekul tersebut serta pola fragmentasinya. Dalam spektrometri massa,
molekul sampel dalam fase uap dibombardir dengan elektron berenergi tinggi
(70eV) yang menyebabkan lepasnya satu elektron dari kulit valensi molekul
tersebut.
Molekul yang kehilangan satu elektron akan menjadi suatu kation
radikal. Kation radikal tersebut mengandung semua atom-atom dari molekul asal,
minus satu elektron, dan disebut ion molekul dan dinyatakan dengan M+.Dalam
spektroskopi massa, molekul–molekul senyawa organik ditembak dengan berkas
elektron dan diubah menjadi ion-ion positif yang berenergi tinggi (ion - ion
molekuler atau ion - ion induk), yang dapat dipecah-pecah menjadi ion-ion yang
lebih kecil (ion- ion pecahan) atau fragmen. Lepasnya elektron dari molekul akan
menghasilkan radikal kation. Pola fragmentasi suatu molekul sangat berbeda
dengan molekul yang lain dan hasil analisisnya dapat berulang (reproducible).
M ➜M+
CH3-O-H➜CH3-O-H+2e-1m/z = 32
M + ➜m1+ +m2
3. Massa Inti
Pengukuran massa inti mempunyai peranan penting dalam
perkembangan fisika inti. Spektroskopi massa merupakan teknik pertama dalam
pengukuran massa inti yang mempunyai ketelitian tinggi. Karena massa inti
bertambah secara teratur dengan penambahan satu proton atau neutron,
pengukuran massa-massa inti memungkinkan semua isotop stabil dipetakan.
Untuk menentukan massa inti dan kelimpahan (abudance) relatif dalam suatu
sampel bahan yang mungkin merupakan campuran isotop-isotop yang berlainan,
kita harus mempunyai cara untuk memisahkan isotop satu dengan isotop lainnya
berdasarkan massanya.
Untuk mengukur massa inti dengan ketelitian tinggi diperlukan alat
canggih yang dikenal sebagai spektroskop massa. Massa-massa yang dipisahkan
bisa difokuskan untuk membuat bayangan pada pelat fotografis; dalam hal ini
instrumen itu disebut spektrograf.
Apabila massa-massa yang dipisahkan dilewatkan celah pendeteksi dan direkam
secara elektronis (misalnya sebagai arus), maka instrumen itu disebut
spectrometer. Semua spektroskop massa diawali oleh sumber ion, yang
menghasilkan berkas atom atau molekul terionisasi. Sering kali uap dari bahan
yang sedang diselidiki ditembaki dengan elektron-elektron untuk menghasilkan
ion-ion; dalam kasus lain ion – ion dapat dibentuk sebagai lucutan bunga api
antara elektrode – elektrode yang dilappisi oleh bahan tersebut.
Ion-ion yang muncul dari sumber mempunyai rentangan kecepatan
yang luas, seperti yang diduga untuk distribusi termal dan sudah barang tentu
terdiri atas berbagai massa yang berbeda-beda.
Sumber ion menghasilkan berkas dengan distribusi termal kecepatan. Selektor
kecepatan hanya melewatkan ion-ion yang dengan kecepatan tertentu, dan
pemilihan momentum dilakukan oleh medan magnet seragam yang
memungkinkan identifikasi massa secara individual.
4. Ukuran Inti
Mendefinisikan secara tepat jari-jari inti atom sama sulitnya seperti
untuk jari-jari sebuah atom. Tetapan R0 harus ditentukan dari percobaan, dan
salah satu percobaan khasnya adalah dengan menghamburkan partikel-partikel
bermuatan (misalnya partikel alfa atau electron) dari inti atom guna menarik
kesimpulan mengenai jari-jari inti atom dari distribusi partikel yang terhambur.
Dari berbagai percobaan seperti itu kita ketahui nilai R0 sekitar 1,2×10-15m.
(nilai sebenarnya, seperti dalam kasus fisika atom, bergantung pada bagaimana
kita mendefinisikan jari-jari, dan nilai R0 biasanya berada dalam rentang 1,0×10-
15m hingga 1,5×10-15m). Panjang 10-15m adalah 1 femtometer (fm, tetapi para
fisikawan sering kali menyebut panjang ini 1 fermi, untuk menghargai jasa
fisikawan Amerika keturunan Italia, Enrico Fermi.
KELOMPOK 3
C. Radio Aktifitas Alam
1. Radioaktivitas
Atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang beredar
mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan penggaraman),
hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama elektron pada kulit
terluar, sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi yang menyangkut perubahan
pada inti disebut reaksi inti atau reaksi nuklir (nucleus = inti).
Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi
nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung
inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat
terjadi pada inti yang stabil maupun inti yang tidak stabil. Reaksi nuklir disertai
perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi nuklir disertai
pembebasan kalor yang sangat dahsyat, lebih besar dan reaksi kimia biasa.
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi
yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan
muatannya. Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang
bermuatan negatif diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard
menemukan jenis sinar yang ketiga yangtidak bermuatan dan diberi nama sinar
gamma.
2. Peluruhan Radioaktivitas
Inti atom yang tidak stabil secara spontan akan berubah menjadi inti
atom yang lebih stabil. Proses perubahan tersebut dinamakan peluruhan radioaktif
(radioactive decay). Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi. Bila
ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya
yang tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan
radiasi alfa ( ) atau radiasi beta. Sedangkan bila ketidakstabilannya disebabkan
karena tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasar, maka akan
berubah dengan memancarkan radiasi gamma.
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu
peluruhan alfa, peluruhan beta , dan peluruhan gamma.
KELOMPOK 4
1. Kesetimbangan Radioaktif
Beberapa nuklide radioaktif yang nomor atomiknya kurang dari 82
didapati dalam alam, walaupun tidak banyak. Anggota dari masing-masing deret
peluruhan memunyai umur paro yang jauh lebih pendek dari pada nuklide induk.
Sebagai akibatnya, jika kita mulai dengan sampel induk, maka setelah suatu
selang waktu tertentu keadaan seimbang akan tercapai yaitu masing-masing
nuklide anak meluruh dengan laju yang sama dengan terbentuk.
Istilah kesetimbangan ini biasanya digunakan untuk mengungkapkan
kondisi bahwa turunan dari fungsi dimana waktu sama dengan nol. Bila kondisi
ini diterapkan pada anggota dari rantai radioaktif itu berati bahwa derivatif
persamaan.
dN1/dt, dN2/dt,...,dNn/dt
adalah sama dengan nol atau bahwa nomor atom dari setiap anggota rantai tidak
berubah. Kondisi untuk kesetimbangan persamannya yaitu:
Contoh dari pendekatan keseimbangan sekuler yaitu pada kasus ini
bahwa dari induk atom yang berumur panjang dan seorang anak atom berumur
pendek. Diasumsikan bahwa anak atomnya telah dipisahkan dari ibunya, sehingga
bahwa yang terakhir ini awalnya murni.
3. Satuan Radioaktif
Satuan radiasi ini merupakan pengukuran yang digunakan untuk
menyatakan aktivitas suatu radionuklida dan dosis radiasi ionisasi.
1) Curie (Ci) dan Becquerrel (Bq)
Curie dan Becquerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk
menyatakan keaktifan yakni jumlah disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu.
Dalam system satuan SI keaktifan dinyatakan dalam bq. Satu bq sama dengan satu
disintegrasi per sekon satuan lain yang juga bisa digunakan ialah curie. Satu Ci
ialah keaktifan yang setara (aktifitas) dari 1garam radium yaitu 3,7.1010 dps.
1 Ci = ,7.1010 dps = 3,7.1010 Bq
KELOMPOK 5
D. Peluruhan Alfa
1. Peluruhan Alfa
Peluruhan alfa adalah salah satu bentuk peluruhan radioaktif dimana
sebuah inti atom berat tidak stabil melepaskan sebuah partikel alfa dan meluruh
menjadi inti yang lebih ringan dengan nomor massa empat lebih kecil dan nomor
atom dua lebih kecil dari semula.
Partikel alfa terdiri dari dua buah proton dan dua buah neutron yang
terikat menjadi sebuah partikel yang identik dengan nukleus helium dan
karenanya dapat dituliskan juga sebagai 𝐻𝑒 2+ . Partikel alfa di pancarkan oleh
nukleus yang radioaktif seperti uranium atau radium dalam proses yang disebut
dengan peluruhan alfa.
Dalam peluruhan alfa, sebuah partikel-α dipancarkan dari sebuah inti.
Oleh karena sebuah partikel adalah sebuah inti helium, maka inti induknya
kehilangan dua proton dan dua neutron. Dengan menerapkan hukum kekekalan
muatan dan nukleon. Maka kita dapat menuliskan peluruhan alfa ini secara
simbolik sebagai:
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 → 𝑍−2𝑋′ + 42𝐻𝑒
Dengan X dan X’ menyatakan jenis inti yang berbeda. Reaksi diatas juga dapat
ditulis sebagai :
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 → 𝑍−2𝑋′ + 𝛼
α α
𝐴−4
𝑍−2𝛾
𝐴−4
𝑍−2𝛾
𝐴−4
𝑍−2𝛾
Г didefinisikan sebagai berikut, jika E adalah enrgi di pusat pita (yaitu energi
dengan probabilitas paling besar), maka energi sebesar E ± 1⁄2 Г akan terjadi ½
kali energi E.
KELOMPOK 6
E. Peluruhan Beta
1. Sifat – sifat sinar beta
a) Sinar beta (β) dihasilkan oleh pancaran partikel – partikel beta.
b) Sinar beta adalah partikel elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
c) Sinar beta bermuatan -1e.
d) Radiasi sinar beta memiliki daya tembus lebih besar daripada sinar alfa,
tetapi lebih kecil daripada sinar gamma.
e) Sinar beta dibelokkan dengan kuat oleh medan magnetik dan medan
listrik, karena massanya sangat kecil.
f) Kecepatan partikel sinar beta berharga antara 0,32c dan 0,9c.
g) Diserap oleh logam dengan ketebalan 1 mm, misalnya tembaga
h) Batas jangkauannya beberapa cm di udara
zX
A
→Z+1YA + â- + í
4. Hipotesis Neutrino
Dari eksperimen yang telah dilakukan berkaitan dengan peluruhan
beta ini, yaitu:
1. Spin intrinsic proton, neutron dan electron masing-masing bernilai ½ jika
terjadi peluruhan neutron (spin 1/2). Gabungan spin proton dan electron
hasil peluruhan bisa sejajar (spin total = 1) atau berlawanan (spin total 0),
dan tidak ada kemungkinan.
spin totalnya ½. Oleh karena itu, proses peluruhan ini tampaknya melanggar
hukum kekekalan momentum sudut.
2. Persoalan energi beta. Dari pengukuran elektron yang dipancarkan
didapatkan bahwa spektrum energinya kontinyu dari 0 hingga nilai
maksimum Ke(max). Menurut perhitungan dalam peluruhan netron, nilai Q
= (mn − mp − me )c2 = 0,782 MeV .
Neutrino (yang dalam bahasa Italia berarti netral kecil) dan diberi
lambang ν . Neutrino ini memiliki massa diam nol. Neutrino ini juga memiliki anti
partikel yang dinamakan antineutrino ν . Pada kenyataannya yang dipancarkan
dalam peluruhan beta adalah antineutrino. Dengan demikian proses peluruhan
beta secara lengkap adalah:
n → p + e− +ν
KELOMPOK 7
F. Peluruhan Gamma
1. Interaksi Sinar Gamma (γ) dan Materi
Terdapat tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi
elektromagnetik melewati suatu bahan penyerap, yaitu efek fotolistrik, hamburan
Compton, dan produksi pasangan. Ketiga proses tersebut melepaskan electron
yang selanjutnya dapat mengionisasi atom-atom lain dalam bahan. Peluang
terjadinya interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan bahan ditentukan oleh
koefisien absorbs linier (µ). Hal tersebut dikarenakan penyerapan intensitas
elektromagnetik melalui tiga proses utama, maka nilai µ juga ditentukan oleh
peluang terjadinya ketiga proses tersebut. Sedangkan koefisien absorbs total
merupakan jumlah dari ketiga koefisien absorbsI tersebut.
2. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah peristiwa diserapnya energi foton seluruhnya
oleh elektron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut terlepas
dari ikatan atom. Dengan kata lain, efek fotolistrik timbul karena adanya interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan electron-elektron dalam atom bahan. Pada
peristiwa ini energi foton diserap seluruhnya oleh electron yang terikat kuat oleh
suatu atom sehingga electron tersebut terlepas dari ikatan inti atom. Elektron yang
terlepas dinamakan fotoelektron. Efek fotolistrik terutama terjadi antara 0,01 MeV
hingga 0,5 MeV.
3. Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi hf
berinteraksi dengan elektron bebas atau elektron yang tidak terikat dengan kuat
oleh inti, yaitu elektron terluar dari atom. Elektron itu dilepaskan dari ikatan inti
dan bergerak dengan energi kinetik tertentu disertai foton lain dengan energi lebih
rendah dibandingkan foton datang.Foton lain inidinamakanfotonhamburan.
Kemungkinan terjadinya hamburan Compton berkurang bila energi
foton yang datang bertambah dan bila Z bertambah. Dalam hamburan Compton
ini, energi foton yang datang yang diserap atom diubah menjadi energi kinetik
elektron dan foton hamburan. Perubahan panjang gelombang foton hamburan
dari λ menjadi λ’ dirumuskan
∆ λ=λ’ – λ = h/me c ( 1 – cos θ )
dengan memasukkan nilai-nilai h, m dan c diperoleh
∆ λ ( A ) = (0242,0 ) ( 1 – cos θ )
Hamburan foton penting untuk radiasi elektromagnetik dengan energi
200 keV hingga 5 MeV dalam sebagian besar unsur-unsur ringan.