Anda di halaman 1dari 16

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam kehidupan sehari-hari , sering dijumpai fenomena sinar pelangi yang
terbentuk karena pembiasan air oleh cahaya matahari. Pelangi terdiri dari berbagai
warna seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Warna tersebut
terbentuk dari satu berkas sinar polikromatik ultraviolet matahari. Warna-warna
tersebut merupakan spektrum yang berkesinambungan, dalam ilmu kimia disebut
dengan spektrum diskontinu. Selain spektrum kontinu terdapat pula spektrum
diskontinu atau diskrit.
Para ilmuan pada tahun 1913 telah mengembangkan dan meneliti tentang
gelombang yang dipancarkan oleh suatu atom. Dan penelitian tersebut
menghasilkan sebuah penemuan bahwa atom hydrogen dapat mengeluarkan dan
menyerap sebuah cahaya pada frekuensi tertentu. Tetapi pada hasil penemuan
tersebut tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan para ahli sains pada
masa itu, hingga pada akhirnya pada tahun yang sama ilmuan Denmark, Neils Bohr
mengemumakan sebuah pendapat yang bertentangan dengan tradisi ilmu
sebelumnya. Neils Bohr mengemukakan bahwa elektron dapat berputar
mengelilingi proton pada orbit dan jari-jari tertentu. Selain itu bohr juga dapat
mengaitkan teorinya dengan deret-deret yang terbentuk dari spectrum-spektrum
tertentu. Untuk lebih memahami tentang hal ini maka di susunlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana sebuah spektrum dapat terbentuk spektrum kontinu ataupun diskrit
?
2. Bagaimana hubungan spektrum hydrogen dangan terbentuknya deret seperti
deret lyman dan balmer ?
3. Bagaimana penjelasan teori Neils Bohr beserta dengan hubungan dengan
spektrum ataom hidrogen dan ion mirip hidrogen ?
2

4. Mengapa garis-garis halus pada atom hydrogen menjadi kelemahan atom Neils
Bohr ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penyebab spektrum dapat terbentuk spektrum kontinu
ataupun diskrit ?
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan spektrum hydrogen dangan
terbentuknya deret seperti deret lyman dan balmer.
3. Untuk dapat menjelaskan teori Neils Bohr beserta dengan hubungan dengan
spektrum ataom hidrogen dan ion mirip hidrogen ?
4. Untuk mengetahui alasan mengapa garis-garis halus pada atom hydrogen
menjadi kelemahan atom Neils Bohr ?
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Spektrum kontinu dan spektrum diskrit


Catatan tentang panjang gelombang ( atau frekuensi dan panjang gelombang) dari
radiasi yang dipancarkan atau diadsorpsi oleh sebuah atom disebut spectrum.
Dalam sebuah percobaan, cahaya putih polikromatik dibiaskan dalam sebuah
prisma, akan terbentuk sebuah spectrum yang berkesinambungan yang terdiri dari
warna-warnayang berubah secara bertahap mulai dari warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru sampai ungu. Spectrum yang berkesinambungan ini disebut
spectrum kontinu.
Sebaliknya cahaya radiasi yang dihasilkan oleh gas yang berpijar terdiri atas
beberapa panjang gelombang secara terputus-putus sehingga terlihat seperti garis,
disebut: spektrum diskontinu atau spektrum garis.
2.2 Spektrum atom (spektrum absorpsi dan emisi)
Berdasarkan cara memperolehnya, spektrum/spektra terbagi:
1. Spektum Emisi
Spectrum emisi diperoleh dengan cara pemanasan atau eksitasi secara elektrik.
Dalam keadaan tereksitasi, atom memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu atau menghasilkan spektrum garis.Spektrum garis yang dihasilkan bersifat
khas untuk setiap atom. Jadi, antara spectrum atom satu dengan yang lainnya
berbeda.
2. Spektrum Absoprsi
Spectrum absorpsi diperoleh bila berkas cahaya putih (kontinyu) dilewatkan
melalui uap atom. Spektrum Absorpsi tampak sebagai garis-garis hitam dibalik
warna spektrum putih dan panjang gelombang yang diserap khas untuk setiap
atom.
4

2.3 Fenomena spektrum garis atom hidrogen dan beberapa deret terkait fenomena
tersebut
Jika muatan listrik dilewatkan melalui gas hydrogen, molekul H2 akan terurai,
menghasilkan atom H yang tereksitasi secara energetik. Atom-atom H ini akan
memancarkan sinar dengan frekuensi diskrit ( garis ). Kontribusi penting untuk
memahami spectrum ini pertama dibuat oleh guru sekolah swiss bernama johann
balmer, pada tahun 1885. Ia menunjukkan bahwa bilangan gelombang sinar dalam
daerah tampak memenuhi persamaan :
1 1
22 2

Garis-garis yang dinyatakan oleh rumus ini, sekarang disebut deret balmer. Jika
lebih lanjut ditemukan garis-garis di dalam daerah ultra ungu dihasilkan deret
lyman, dan garis-garis di dalam infra merah disebut deret paschen. Ahli
spektroskopi swedia, Johannes ridberg pada tahun 1890 mencatat bahwa ketiga
deret tersebut sesuai dengan rumus :

Dengan n1= 1 (lyman), 2 (balmer), dan 3 (paschen), dan pada setiap kasus n2 =
n1+1, n1+2, dst. Konstanta RH itu sekarang disebut konstanta Rydberg untuk
atom hydrogen.
5

2.4 Teori dan model atom Bohr serta kaitannya dengan fenomena spektrum garis
atom hydrogen
Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak
Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai
spektrum atom hidrogen. Sebelumnya Einstein menerapkan Teori Kuantum untuk
menerangkan efek fotolistrik. Menurut Einstein, cahaya atau radiasi terdiri atas
kuantum-kuantum energi yang disebut foton.

Setiap foton memiliki energi tertentu yang bergantung pada panjang


gelombangnya.

E=hv (h = tetapan Planck, 6,63x10-34 Js)

Bohr mengemukakan teori baru mengenai struktur dan sifat-sifat atom. Teori atom
Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom
dari Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun 1911. Menurut Rutherford,
gaya tarik inti terhadap elektron akan diimbangi oleh gaya sentrifugal yang
dihasilkan dari gerakan putaran elektron mengelilingi inti. Bila kecepatan elektron
mengelilingi inti besar, maka gaya yang dihasilkan pun kuat untuk mengimbangi
gaya tarik inti sehingga elektron tidak jatuh ke dalam inti. Pendapatnya ini
bertentangan dengan Teori Elektrodinamika Klasik dari Maxwell. Menurut
Maxwell, setiap partikel bermuatan listrik yang bergerak menurut lintasan
lengkung atau spiral, sebagian besar energi kinetiknya akan diubah menjadi energi
radiasi. Energi kinetik elektron akan berkurang terus-menerus sehingga kecepatan
elektron akan berkurang dan akhirnya jatuh ke inti.
6

Gambar 1. Lintasan spiral elektron atom Rutherford

Bohr mengemukakan bahwa apabila elektron dalam orbit atom menyerap suatu
kuantum energi, elektron akan meloncat keluar menuju orbit yang lebih tinggi.
Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu kuantum energi, elektron akan
jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom. Berikut teori yang diajukan
olehnya:

1. Dalam atom terdapat lintasan-lintasan tertentu tempat elektron dapat mengorbit


inti tanpa disertai pemancaran atau penyerapan energi. Lintasan tersebut
dinomori dengan n = 1, 2, 3, dst.
2. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi
terendah atau tingkat dasar. Bila elektron bergerak dalam salah satu lintasan
kuantumnya, maka elektron tidak akan memancarkan atau menyerap energi.
Elektron dalam lintasan ini berada pada keadaan stasioner.
3. Elektron dapat berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi lain disertai
pemancaran atau penyerapan energi. Dalam peralihan (transisi) ini, sejumlah
energi tertentu (kuantum) terlibat, sesuai dengan persamaan Planck, E = hv.
7

Gambar 2. Model atom Niels Bohr

Niels Bohr juga memberikan penjelasan teoritis untuk spektrum pancar atom
hidrogen, yaitu meramalkan garis-garis dalam spektrum atom hidrogen. Pancaran
radiasi atom hidrogen berenergi, dapat dihubungkan dengan jatuhnya elektron dari
orbit berenergi tinggi ke orbit berenergi lebih rendah dan memberikan satu
kuantum energi (foton).

Gambar 3. Percobaan spektrum hidrogen

Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai
sebuah teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama
8

dari atom hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat,
dan dengan demikian dapat dianggap sebagai model yang telah usang. Namun
demikian, karena kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem
tertentu, model Bohr tetap diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.

Gambar 4. Model Bohr untuk atom hidrogen

Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n = 1, n = 2, n =3 dst.


Bilangan ini dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N juga digunakan
untuk menamakan lintasan.
Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22, 32, 42, n2. Untuk orbit tertentu
dengan jari-jari minimum a0 = 0,53 .
Jika elektron dibebaskan dari inti, energinya sama dengan nol. Jika elektron
tertarik ke inti dan dimiliki orbit n, energi dipancarkan dan energi elektron
menjadi lebih rendah, yaitu:

= 2

B adalah konstanta numerik dengan nilai 2,179 x 1018 J.

Salah satu anggapan dalam teori Bohr adalah adanya sejumlah energi tertentu
(diskrit) yang terlibat jika sebuah elektron dari atom hidrogen berpindah dari satu
lintasan ke lintasan lain. Andaikan elektron awalnya berada pada tingkat tereksitasi
9

yang ditandai dengan bilangan kuatum utama . Saat proses pemancaran, elektron
berpindah ke keadaan yang berenergi lebih rendah yang ditandai bilangan kuantum
utama (subskrip i dan f masing-masing menyatakan keadaan awal dan keadaan
akhir). Selisih antara energi awal dan energi akhir adalah:

Dimana

1
= ( 2 )

1
= ( 2 )

1 1
Jadi = (( 2 ) ( 2 ))

Karena transisi ini menghasilkan pemancaran foton berfrekuensi v dan berenergi


hv, maka dapat dituliskan:

1 1
= = (( 2 ) ( 2 ))

Bila foton dipancarkan > . Akibatnya suku dalam tanda kurung bernilai
negatif dan bernilai negatif (energi dilepaskan ke lingkungan). Bila energi
diserap, < dan suku dalam tanda kurung bernilai positif, jadi juga bernilai
positif. Setiap garis spektrum dalam spektrum pancar berkaitan dengan transisi
tertentu dalam atom hidrogen. Intensitas garis spektrum bergantung pada berapa
banyak foton dengan panjang gelombang yang sama dipancarkan.
10

Gambar 5. Tingkat-tingkat energi atom Hydrogen

Energi nol berhubungan dengan atom yang terionisasi sempurna (n = ).


Ionisasi atom hidrogen normal memerlukan gerakan elektron dari tingkat energi
n = 1 ke tingkat energi n = , yaitu suatu proses yang memerlukan 2,179 x
1018 J.
Peralihan elektron dari tingkat energi lebih tinggi ke peringkat energi n =2
menghasilkan garis-garis dalam deret Balmer; ke n = 1 menghasilkan garis-
garis dalam deret Lyman.
Perbedaan energi di antara tingkat energi yang berdekatan lebih kecil dengan
bertambahnya nilai n.

2.5 Spektrum spesi ion mirip atom hydrogen


11

Gambar 6. Tingkatan energi

Sebelumnya telah dipaparkan bahwa:

Peralihan elektron dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi n = 2


menghasilkan garis-garis dalam deret Balmer; ke tingkat energi n = 1
menghasilkan garis-garis dalam deret Lyman.

Spesi ion mirip hidrogen adalah ion yang memiliki jumlah elektron yang sama
dengan hidrogen yaitu satu atau berelektron tunggal. Contohnya + , 2+ , 3+ .
Ion-ion tersebut mengalami peralihan elektron dari tingkat lebih tinggi ke tingkat
energi n = 1. Sehingga akan menghasilkan spektrum seperti hidrogen, yaitu
spektrum dalam deret Lyman.

2.6 Garis garis halus spektrum atom hidrogen sebagai kelemahan teori niels bohr
keberhasilan teori Bohr terletak dalam kemampuannya untuk meramalkan garis-
garis dalam spektrum atom hidrogen dan spesi ion mirip hidrogen. Tetapi tidak
dapt menjelaskan atom berelektron kompleks.
12

Gambar 7. Tinngkatan energi atom hidrogen dalam berbagai deret

Selain itu, salah satu penemuannya pada waktu itu adalah terdapat sekumpulan
garis-garis halus, terutama jika atom-atom yang dieksitasikan diletakkan dalam
medan magnet. Yaitu, beberapa garis utama yang ditemukan saling berdekatan.
Namu, Bohr tidak dapat menjelaskannya.

Efek Zeeman adalah efek garis-garis tambahan dalam spektrum emisi saat atom-
atom tereksitasi diletakkan di daerah bermedan magnetik homogen. Dalam medan
magnet, energi keadaan atomik tertentu bergantung pada harga ml seperti juga
pada n. Keadaan atom dengan bilangan kuantum n, terpecah menjadi beberapa sub
keadaan jika atom itu berada dalam medan magnetik, dan energinya bisa sedikit
berubah lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan magnet. Gejala itu
menyebabkan terpecahnya spektrum garis menjadi garis-garis halus yang terpisah
jika atom dilewatkan dalam medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung
dari besarnya medan magnet itu. Peristiwa terpecahnya spektrum garis menjadi
garis-garis halus dalam medan magnet ini disebut efek Zeeman.

Bilangan kuantum orbital muncul karena teramatinya efek Zeeman. Pieter Zeeman
(1865 1943) pada tahun 1896 mengamati suatu gejala terpisahnya garis-garis
13

dalam suatu spektrum bila sumber spektrum dipaparkan pada medan magnet. Garis
spektrum cahaya terjadi bila elektron-elektron dalam atom berubah dari tingkat
energi yang satu ke tingkat energi yang lain. Pada efek Zeeman normal, satu garis
tunggal pecah menjadi tiga garis bila arah medan tegak lurus lintasan cahaya, atau
pecah menjadi dua garis bila arah medan sejajar lintasan cahaya. Gejala ini dapat
diterangkan dengan prinsip elektromagnetik klasik, yaitu gerakan elektron orbital
di dalam sumber yang menjadi semakin cepat atau semakin lambat akibat
pengaruh medan yang bekerja.

Suatu keadaan atom dengan bilangan kuantum orbital l dalam medan magnet
terpecah menjadi 2l + 1, jika atom itu berada dalam medan magnet yaitu menjadi
+l , 0 dan l . Akan tetapi perubahan ml terbatas pada ml = 0, l maka garis
spektrum yang timbul dari transisi antara dua keadaan dengan l yang berbeda
hanya terpecah menjadi tiga komponen yang dapat ditunjukkan oleh gambar
berikut ini.

Gambar 8. Efek Zeeman


14

Efek Zeeman yaitu gejala terpecahnya spektrum garis menjadi garis-garis halus
apabila melewati medan magnet. Bilangan kuantum orbital yang disebut juga
bilangan kuantum azimut ini dapat menjawab gejala atomik yang dikenal dengan
efek Zeeman.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori Bohr :
1. Elektron berputar mengelilingiinti pada lintasan orbitnya tanpa
mengemisikan dan mengadsorbsi energi.
2. Keberhasilan teori Bohr terletak dalam kemampuannya untuk
menerangkan garis-garis tegas pada spectrum atom hydrogen. Tetapi,
salah satu penemuannya pada waktu itu adalah juga sekumpulan garis-
garis halus yang berdekatan dengan beberapa garis utama.
3. Spectrum atom hydrogen terbentuk karena adanya penguraian molekul H2
yang menghasilakan atom H yang terksitasi dan dari eksitasinya atom H
tersebut memancarkan sinar dengan frekuensi diskrit/garis.

3.2 Saran

Penulis mengharapkan masukan dari pembaca apabila dalam makalah ini


terdapat kesalahan agar makalah selanjutnya dapat lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W.1996.Kimia Fisika Jilid 1 Edisi keempat.Jakarta : Erlangga.

Cotton, Albert dan Geofrey Wilkinson.2007.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta :


Universitas Indonesia

Petrucci, Ralph H.2006.Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern Jilid 1 Edisi
Keempat.Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai