Anda di halaman 1dari 6

Placebo adalah istilah medis untuk terapi baik dalam bentuk obat-obatan maupun

prosedur-prosedur medis yang tidak memiliki bukti kegunaan bagi kesembuhan


pasien. Placebo bukanlah obat palsu, tetapi obat atau tindakan medis yang
"dipalsukan" oleh dokter yang diyakini memiliki dampak positif bagi pasien. Efek
placebo menunjukkan bahwa kekuatan pikiran adalah faktor terpenting dalam
fungsi tubuh manusia. Karena dengan kemampuan untuk menciptakan atau
menghapuskan gejala dengan seketika, efek obat sebenarnya dapat digantikan
oleh hanya dengan kekuatan keyakinan.
Quote:

Quote:

Quote:

Profesor Tony Dickenson melakukan suatu percobaan dengan memberikan kejutan


listrik terhadap 6 orang mahasiswa. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok, yang akan
diberi 2 macam obat, yaitu obat pengurang rasa sakit dan obat penambah rasa
sakit. Dengan level sengatan listrik yang sama, kelompok yang memakan obat
penambah rasa sakit merasakan rasa sakit lebih dari sebelum mereka memakan
obat. Sedangkan kelompok yang memakan obat pengurang rasa sakit dapat
menahan rasa sakit lebih lama dan merasa bahwa sengatan listrik berkurang.

Tapi tahukah anda, bahwa ternyata mereka sama sekali tidak diberikan obat
pengurang rasa sakit atau pun obat penambah rasa sakit. Kedua obat tersebut
sebenarnya sama, yaitu hanyalah tepung dan gula yang diberi pewarna berbeda.
Itulah yang disebut efek placebo. Lantas apa yang membuat mereka merasa lebih
sakit atau berkurang sakitnya? Pikiran mereka lah yang membuat obat placebo
tersebut bekerja seperti obat sesungguhnya.
Quote:

Quote:

Quote:

Selain contoh di atas, banyak sekali contoh yang ditemukan di sepanjang sejarah
hingga saat ini yang mendokumentasikan kekuatan pikiran untuk penyembuhan.
Percobaan placebo kali pertama dilakukan pada 1801. John Haygarth, seorang
dokter abad ke-18 asal Inggris, menyatakan bahwa eksperimen tersebut dengan
jelas membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu harapan dan keyakinan,
antusiasme hanya berdasarkan imajinasi, dapat dilakukan pada suatu penyakit.

Di penghujung 1950-an, saat itu ada keyakinan bila pembedahan untuk mengikat
arteri kelenjar susu dapat meredakan penyakit jantung. Untuk menguji efek
placebo, beberapa pasien mengalami pembedahan lengkap sedang lainnya hanya
menerima irisan di kulit, namun tidak dilakukan pembedahan lebih lanjut. Pada
kedua percobaan, tingkat penyembuhannya sama. Pembedahan semacam ini pun
lantas ditinggalkan.
Studi pada 1968 pada Pengobatan Psikosomatik menguraikan bagaimana suatu
kesan dapat mempengaruhi serangan asma. Peneliti meminta pasien untuk
menghisap substansi tanpa label yang diberitahukan pada mereka jika substansi
tersebut akan mengganggu asma mereka untuk sementara. Ketika pasien
menghisapnya, banyak yang mengalami serangan asma. Mereka mulai mendesah,
kesulitan bernafas, dan terengah-engah meskipun substansi yang mereka hisap
adalah larutan garam yang tidak berbahaya. Kemudian, peneliti memberi pasien
tersebut "penawar racun" yang dibuat dari larutan garam yang sama persis, dan
menyaksikan bila napas yang mendesah dan berat telah berhenti.
Quote:

Quote:

Quote:

Pada 1983 wawancara dengan Bapak Terapi Tertawa, Normandia Cousins,


membahas artikel di halaman depan LA Times tentang permainan sepak bola SMU
di mana empat orang menerima makanan yang mengandung racun. Dokter yang
menangani kasus ini tidak tahu dengan pasti penyebabnya, sehingga mengeluarkan
pernyataan umum untuk menghindari mesin penjual soft drink. Saat pengumuman
ini dibuat, 191 orang menjadi sangat sakit, dan pergi ke rumah sakit setelah
mereka meminum soft drink dari mesin penjual otomatis.

Suatu studi di Sekolah Kedokteran Baylor, yang diterbitkan pada 2002 di Jurnal
Kedokteran Inggris mengevaluasi tindakan pembedahan pada pasien penderita
sakit lutut yang parah. Ketua tim penulis Dr. Bruce Moseley, mengetahui bila
pembedahan lutut akan dapat membantu pasiennya. Semua ahli bedah mengetahui
tidak ada efek placebo pada pembedahan. Tetapi Moseley mencoba untuk
memahami bagian mana dari tindakan pembedahan yang meringankan pasiennya.
Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok pertama, Moseley
mengangkat tulang rawan yang rusak di lutut. Pada kelompok lain, dia
membersihkan sendi lutut, menyingkirkan material yang dianggap menyebabkan
efek peradangan. Kedua perawatan standar ini biasanya diberikan pada penderita
encok lutut. Kelompok ketiga menjalani bedah pura-pura sebagai kontrol untuk
membandingkan hasil pembedahan lainnya. Ketiga kelompok mendapatkan
perawatan paska operasi yang sama, termasuk program pelatihan. Namun hasilnya
sungguh mengejutkan. Kelompok yang menjalani tindakan pembedahan, seperti
yang diharapkan, membaik. Tetapi kelompok yang mendapatkan pembedahan
Placebo juga membaik seperti dua kelompok lainnya.

Program acara televisi secara nyata menggambarkan hasil yang mengundang


perhatian. Acara tersebut menunjukkan anggota kelompok placebo sedang
berjalan dan bermain basket, ketika melakukan hal-hal tersebut mereka
menyampaikan tidak dapat melakukannya sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Pasien dalam kelompok Placebo tidak mengetahui bila selama dua tahun mereka
telah mendapat pembedahan pura-pura. Satu anggota kelompok Placebo, Tim
Perez, yang berjalan dengan bantuan rotan sebelum pembedahan, kini mampu
bermain basket dengan cucunya.

Placebo Tetap Bekerja Sekali pun Tanpa Kebohongan


Quote:

Quote:

Quote:
Quote:

Pasien yang dirawat dengan placebo biasanya akan dibohongi bahwa obat atau
tindakan medis yang diberikan akan memberikan efek tertentu. Para peneliti dari
Osher Research Center Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess
Medical Center (BIDMC) telah menemukan bahwa placebo juga bekerja sekalipun
bila diberikan tanpa kebohongan yang diperlukan.

Banyak dokter Amerika (salah satu studi memperkirakan sekitar 50 persen) diam-
diam memberikan placebo kepada pasiennya yang tidak curiga. Karena kebohongan
secara etis dipertanyakan, profesor asosiasi pengobatan Harvard Medical School,
Ted Kaptchuk, bekerja sama dengan rekan-rekannya di BIDMC untuk menyelidiki
apakah kekuatan placebo bisa pula dimanfaatkan secara jujur.

Untuk melakukannya, 80 pasien yang menderita irritable bowel syndrome (IBS)


dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok, kontrol, sengaja tidak menerima
pengobatan, sementara kelompok lain menerima placebo yang secara jujur
dijelaskan sebagai pil gula. Pil itu benar-benar tidak memiliki bahan aktif dan
hanyalah terbuat dari zat-zat inert, selain itu juga dicetak label placebo pada
botolnya. Pil ini diperintahkan untuk diminum dua kali sehari.

Untuk periode tiga-minggu, para pasien dimonitor. Pada akhir percobaan, pasien
yang dirawat dengan placebo banyak yang melaporkan adanya pemulihan,
berjumlah hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
kontrol (59 persen berbanding 35 persen). Selain itu, pada ukuran hasil lainnya,
pasien yang memakai placebo mengalami peningkatan perbaikan dua kali lipat untuk
hitungan kasar yang setara dengan efek dari obat IBS yang paling kuat.

Anda mungkin juga menyukai