Anda di halaman 1dari 22

SIFAT PERIODITAS UNSUR

Penulis

Kelompok : 4 (Empat)

Anggota : 1. Tania Amalia Fitri (1413023064)

2. Ulfa Rahma Ainul Fikria (1413023067)

Mata kuliah : Kimia Anorganik

Dosen : 1. Dra. Nina Kadaritna,M.Si.

2. Dr. Noor Fadiawati,M.Si.

3. M.Mahfudz S,S.Pd.,M.Sc.

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandarlampung, 1 Oktober 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................... ...............................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................... ...............................................1
II. PEMBAHASAN
2.1 Sifat-Sifat Periodisitas Unsur...2
2.2 Jari-Jari Atom...........................................................................................................2
2.3 Jari-Jari Ion...............................................................................................................5
2.4 Muatan Inti Efektif...6
2.5 Energi Ionisasi..8
2.6 Energi Afinitas...11
2.7 Keelektronegatifan.....14
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari pembahasan mengenai tabel periodik, jelas bahwa sifat-sifat yang tergantung pada
konfigurasi elektron akan bervariasi periodik dengan nomor atom. Kolom-kolom vertikal
tidak saja memuat unsur-unsur yang sifat kimianya serupa, tetapi atom-atom yang
konfigurasinya mirip.Ternyata sifat-sifat kimia suatu unsur harus bergantung kepada struktur
elektron dari atom. Struktur tersebut tidak hanya menentukan bagaimana unsur tersebut dapat
mengikat unsur lain, tetapi juga mengikat sesamanya.

Ada banyak sifat, baik dari unsur maupun senyawanya yang menunjukkan periodisitas
yang berdasarkan konfigurasi elektron, namun ada beberapa sifat penting yang dapat
digunakan untuk menjelaskan atau meramalkan perilaku kimia unsur tersebut. Sifat-sifat
penting tersebut adalah jari-jari atom, energi ionisasi, energi afinitas, keelektronegatifan dan
muatan inti efektif. Dalam pengajaran kimia anorganik terdapat kecenderungan untuk
mengurangi tekanan pada sifat-sifat periodik.Dalam makalah ini lah akan dibahas sifat-sifat
tersebut secara lebih terperinci dan terpisah-pisah diluar konteks periodisitas.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut :


1. Apa saja sifat sifat periodisitas unsur ?
2. Bagaimana kecenderungan dari masing-masing sifat tersebut dalam satu golongan dan
satu periode?
3. Apa kaitannya aturan Slater (efek perisai) terhadap jari-jari atom?
4. Bagaimana cara menghitung elektronegativitas?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Mengetahui sifat sifat periodisitas unsur.
2. Mengetahui kecenderungan dari masing-masing sifat tersebut dalam satu golongan dan
satu periode
3. Mengetahui kaitannya aturan Slater (efek perisai) terhadap jari-jari atom.
4. Mengetahui bagaimana cara menghitung elektronegativitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat-Sifat Perioditas Unsur

Sifat-sifat atom mempunyai suatu keteraturan periodisitas. Keteraturan ini dapat


diprediksi menggunakan tabel periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis
konfigurasi elektron dari setiap unsur. Setiap unsur mempunyai kecenderungan
mengambil atau melepaskan elektron valensi untuk mencapai pembentukan oktet.
Kestabilan oktet dapat dilihat dalam gas inert atau gas mulia, yang termasuk golongan 18
(dulu VIIIA).

Ada dua macam keteraturan lainnya yang penting. Pertama, elektron ditambahkan satu
kali dari kiri ke kanan tabel. Pada peristiwa ini, tarikan inti elektron kulit terluar
bertambah, jadi elektron menjadi dekat ke inti dan mengikat lebih kuat. Kedua,
penurunan kolom pada tabel periodik, elektron terluar menjadi kurang kuat ikatannya
terhadap inti. Hal ini terjadi karena jumlah tingkat energi terisi yang utama bertambah
seiring penurunan unsur pada masing-masing golongan. Salah satu manfaat penataan
unsur-unsur di dalam tabel periodik unsur adalah pemahaman sifat-sifat kimiawi baik
bagi unsur -unsur dalam posisi periode maupun golongan. Adanya persamaan sifat dan
keteraturan memudahkan untuk mempelajari setiap unsur dalam tabel periodik.
Keteraturan ini menjelaskan sifat periodisitas yaitu antara lain jari-jari atom, energi
ionisasi, afinitas elektron, dan elektronegativitas.

2.2 Jari-Jari Atom

Jari-jari atom merupakan salah satu sifat periodisitas unsur. Jari-jari atom adalah jarak
dari inti atom ke elektron terluar dalam suatu atom. Satuan yang biasa digunakan untuk
memberikan ukuran atom adalah satuan angstrom, tetapi angstrom bukanlah satuan SI.
Satuan SI yang dapat digunakan ialah nanometer (nm) atau pikometer (pm).

2
Beberapa faktor yang memengaruhi ukuran atom adalah sebagai berikut :

1. Keragaman ukuran atom dalam satu golongan pada tabel berkala

Jarak elektron dari inti bergantung pada bilangan kuantum utama, n. Akibatnya
semakin tinggi bilangan kuantum yang ditempati oleh elektron di kulit terluar,
semakin besar suatu atom. Keadaan ini berlaku untuk anggota-anggota golongan yang
bernomor atom rendah dimana persentase kenaikan ukuran dari dari satu periode ke
periode berikutnya besar. Sedangkan persentase kenaikan ukuran dari periode satu ke
periode berikutnya lebih kecil untuk unsur-unsur dengan atom tinggi. Pada unsur-
unsur demikian, elektron dikulit terluar ditarik oleh inti lebih kuat. Hal ini disebabkan
karena kulit bagian dalam yaitu subkulit d dan f kurang efektif dibandingkan
elektron-elektron s dan p dalam melindungi elektron-elektron kulit terluar dari tarikan
inti. Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin banyak kulit elektron dalam
suatu atom (makin bawah letak suatu unsur dalam suatu golongan pada tabel berkala),
makin besar ukuran atom tersebut.

2. Keragaman ukuran atom dalam satu periode pada tabel berkala

Elektron di kulit bagian dalam tidak efektif sepenuhnya dalam melindungi elektron-
elektron yang ada di kulit terluar dari tarikan inti. Muatan inti efektif (effective
nucleur charge) (Zeff), yaitu kombinasi muatan inti dengan elektron di kulit bagian
dalam yang berpengaruh pada elektron dikulit terluar. Ternyata elektron di kulit
terluar sedikit melindungi satu sama lain dari tarikan inti, keefektifannya kurang lebih
sepertiga. Elektron di kulit terluar mengalami daya tarikan ke inti yang lebih kuat
dengan semakin jauh unsur dari sebelah kiri tabel periodik dalam satu periode.
Akibatnya jari-jari atom menurun dari kiri ke kanan dalam satu periode.

3. Keragaman ukuran atom dalam deret transisi

Dalam periode keempat yang lebih tinggi keadaannya sedikit berbeda, karena
menyangkut unsur-unsur transisi. Dalam deret transisi, tambahan elektron masuk ke
kulit elektron bagian dalam. Tambahan elektron tersebut berperan serta secara efektif

3
dalam melindungi elektron terluar. Jadi jumlah elektron di kulit terluar adalah
konstan. Elektron terluar mengalami gaya tarikan yang sama. Sehingga ukuran atom
hanya berubah sedikit dalam deret transisi.

Biasanya atom tidak diamati secara terpisah tetapi behubungan dengan atom lain, baik
yang sejenis atau tidak sejenis dan ukuran atom dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Terdapat beberapa jenis jari-jari atom yang digunakan untuk menyatakan jarak dari inti
atom ke lintasan stabil terluar dari elektronnya, di antaranya adalah jari-jari kovalen, jari-
jari ion dan jari-jari van der Waals. Ketiganya dipilih disebabkan oleh perbedaan dari
sifat-sifat elemen yang akan diukur.

2.2.1. Jari-jari Kovalen


Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari kovalen untuk elemen-elemen yang
memiliki jenis ikatan kovalen. Umumnya elemen-elemen ini merupakan elemen-
elemen non-logam. Secara teknis jarak yang diukur adalah setengah jarak antara
pusat dua atom identik yang terikat secara kovalen. Sebenarnya jari-jari kovalen
tidak konstan, melainkan berubah tergantung pada sifat ikatan kovalen di antara
atom-atom. Pada umumnya jari-jari kovalen untuk suatu atom nonlogam sama
dengan jari-jari atomnya, sedangkan jari-jari kovalen untuk suatu atom logam
selalu lebih pendek dari jari-jari atomnya.

Nilai jari-jari yang tercantum adalah dari jenis ikatan kovalen tunggal. Jari-jari
dinyatakan dalam satuan angstrom dan pikometer. Data untuk gas mulia tidak
dinyatakan disini karena sulitnya mengukur jari-jari kovalen atom-atom tersebut.
4
2.2.2. Jari-jari Van der Waals
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari van der Waals untuk elemen yang
atom-atomnya tidak dapat saling berikatan. Contoh dari kelompok ini adalah gas
mulia, di mana dikatakan bahwa atom-atom dari elemen ini tak termampatkan
atau terpadatkan (unsquashed).

2.3 Jari-jari Ion

Jika elektron diambil dari suatu atom logam untuk membentuk ion positif
(kation), terjadi pengurangan ukuran yang nyata. Biasanya elektron yang lepas
berasal dari kulit dengan bilangan kuantum utama tertinggi, sehingga
menghasilkan ion yang mempunyai satu kulit lebih sedikit dari atom logamnya.
Sedangkan jika atom bukan logam menerima satu atau lebih elektron untuk
membentuk ion negatif (anion), terjadi peningkatan ukuran.

2.3.1 Jari-Jari Ion Positif


Jari-jari Li+ lebih kecil dibandingkan Li, karena Li yang memiliki 3 elektron dan
3 proton ketika membentuk Li+ elektron akan berkurang 1 menjadi 2 elektron dan
3 proton. Sehingga gaya tarik inti dengan elektron semakin besar yang
menyebabkan jari-jari semakin kecil.

2.3.2 Jari-Jari Ion Negatif


Jari-jari F- lebih besar dibandingkan F, karena F yang memiliki 9 elektron dan 9
proton ketika membentuk F- elektron bertambah sedangkan jumlah proton tetap.
Sehingga gaya tarik inti dengan elektron semakin kecil yang menyebabkan jarak
inti dengan elektron semakin jauh maka jari-jari ion semakin besar.

5
Tambahan elektron pada sebuah atom menyebabkan peningkatan gaya tolak
diantara elektron-elektron. Elektron-elektron lebih tersebar, sehinggan ukuran
atom bertambah besar. Pauling mengamati jarak antar ion untuk lima senyawa
ionik (baku) NaF, KCl, RbBr, CsI, dan Li2O. Untuk keempat senyawa pertama,
kebanyakan faktor yang mempengaruhi ukuran ion telah dijaga konstan karena
ion-ion dalam tiap senyawa tersebut bersifat isoelektronik dan bervalensi satu.
Pauling kemudian menganggap bahwa ukuran suatu ion berbanding terbalik
dengan muatan inti efektif yang bekerja pada elektron-elektron terluar. Muatan
inti efektif merupakan hasil pengurangan muatan inti sebenarnya dikurangi
konstanta perisai dari elektron-elektron dalam ion. Untuk jari-jari dari sederatan
ion isoelektronik dituliskan dengan persaman berikut


rion=

dimana Cn adalah tetapan yang bergantung pada bilangan kuantum utama dari
elektron terluar.

2.4 Muatan Inti Efektif

Dalam memperhitungkan periodisitas dalam konfigurasi elektron, muatan efektif dari inti
atom secara dekat berkaitan dengan periodisitas dalam energi ionisasi dan afinitas
elektron. Muatan inti efektif (Zeff) adalah muatan positif yang mempengaruhi suatu
elektron. Muatan inti efektif, Zeff masuk kedalam banyak perhitungan dan penjelasan
kualitatif dari banyak sifat dan kecenderungan sifat.

Zeff = (Z ) atau Zeff = (Z s)

dimana Zeff adalah muatan inti efektif, Z adalah nomor atom, dan / adalah konstanta
perisai untuk elektron tersebut. Suatu elektron dalam atom berinterksi dengan inti dan
semua elektron yang lain.

Sejak tahun 1930 Slater menyarankan kaidah untuk menghitung Zeff. Cara Slater ini telah
digunakan secara luas di masa lampau. Slater membagi elektron kedalam kelompok-
kelompok seperti 1s, 2sp, 3sp, 3d, 4sp, dan sebagainya. Tiap kelompok didefinisikan

6
sebagi internal dan eksternal terhadap kelompok lain dengan jalan menggunakan inti
sebagai titik asal. Selanjutnya dianggap bahwa Zeff untuk suatu elektron s atau p tertentu
tak bergantung pada bilangan kuantum l. Pada umumnya slater menganggap bahwa
adalah fungsi dari n dan Ni , dimana n adalah bilangan kuantum utama dan Ni adalah
jumlah elektron total dikurnagi dengan jumlah elektron yang termasuk dalam kelompok-
kelompok di sebelah luar elektron yang ditinjau. Kaidah-kaidah tersebut berlaku cukup
baik untuk unsur-unsur baris pertama namun kurang baik untuk baris selanjutnya.

Tidak ada atom selain atom hidrogen yang tidak memiliki efek perisai, hal itu dapat
diketahui dari efek perisai yang dinyatakan dalam
= (1,00 X N2) + (0,85 X N1) + (0,35 X N0)

Dengan aturan Slater


1. Untuk orbital ns dan np:
Setiap elektron di orbital yang sama memberikan efek perisai sebesar 0,35
Setiap elektron di orbital (n-1) memberikan efek perisai sebesar 0,85
Setiap electron di orbital (n-2) dan seterusnya memberikan efek perisai sebesar
1,00
2. untuk orbital nd dan nf:
Setiap elektron di orbital yang sama memberikan efek perisai sebesar 0,35
Setiap elektron di orbital selain nd dan nf memberikan efek perisai sebesar 1,00

Pertama atom dikelompokkan, sebagai berikut :

(1s) (2s2p) (3s3p) (3d) (4s4p) (4d) (4f) (5s5p) ....

hanya atom hidrogen yang tidak memiliki elektron lain di orbital yang sama, tidak ada
orbital n-1 dan tidak ada orbital n-2. Jadi untuk efek perisai hidrogen = 0

Untuk mengevaluasi konstanta perisai telah dirumuskan oleh Clementi dan Raimond
kaidah yang cukup baik untuk unsur-unsur 2-36. Clementi dan Raimondi telah

7
menganggap bahwa adalah fungsi dari dua bilangan kuantum utama n dan l, jumlah
elektron N, nomor atom Z dan elektron valensi.

2.5 Energi Ionisasi

Energi ionisasi didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk melepas satu elektron
yang terikat paling lemah dari atom dalam fasa gas (g), sebagaimana ditunjukkan dalam
persamaan berikut.

A(g) A+ (g) + e (g)

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi energi ionisasi :


1. Besarnya muatan inti efektif yang merupakan fungsi jumlah pelindung inti yang
diberikan oleh elektron-elektron sebelah dalam.
2. Jarak radiasi dari inti menuju elektron yang paling lemah terikat, yaitu elekron
terluar (jari-jari rapat muatan maksimumnya).
3. Sejauh mana elektron terluar menembus awan muatan yang dibentuk oleh
elektron-elektron sebelah dalam.

Derajat tembus elektron dalam suatu asas kuantum utama menurun menurut urutan s > p
> d > f. Urutan ini bersesuain juga dengan kuat ikatan berbag elektron dalam kulit
tertentu. Jadi suatu elektron ns mempunyai rapat muatan di dekat inti yang lebih besar
dibandingkan elektron np, elektron np lebih daripada elektron nd, dan seterusnya.

Diantara ketiga faktor tersebut, faktor pertama yaitu muatan inti efektif yang benar-benar
mengendalikan faktor kedua yaitu jari-jari rapat muatan maksimum.

Mudah lepasnya elektron dari suatu atom tergantung pada beberapa faktor diatas.
Semakin jauh elektron dari inti, semakin kecil gaya tarikan ke inti dan semakin mudah
pula ia dilepaskan. Pada atom yang besar, daerah yang mempunyai kemungkinan terbesar
ditemukannya elektron di kulit terluar terletak lebih jauh dari intinya, dibandingkan pada

8
atom-atom yang lebih kecil sehingga energi ionisasi menurun dengan semakin
meningkatnya ukuran atom.

Gambar diatas menunjukkan dimana energi ionisasi digambarkan sebagai fungsi nomor
atom. Titik-titik minimum terjadi pada nomor atom logam alkali dan titik-titik maksimum
terjadi pada volume atom. Selain itu titik-titik maksimum terjadi pada gas-gas mulia. Hal
itu dikarenakan gas mulia memiliki konfigurasi elektron sangat mantap sehingga hanya
dapat diganggu dengan menggunakan energi yang besar.

Tabel diatas memuat daftar energi ionisasi untuk 20 unsur pertama. Penurunan berturutan
dalam satu golongan dapat dikatakan berbanding terbalik dengan kenaikan jari-jari atom.

9
Energi ionisasi diungkapkan dalam satuan elektron volt (eV), 1 eV = 96.49 kJmol-1. Energi
ionisasi pertama, yang mengeluarkan elektron terluar, merupakan energi ionisasi terendah,
dan energi ionisasi ke-2 dan ke-3, yang mengionisasi lebih lanjut kation, meningkat dengan
cepat. Entalpi ionisasi, yakni perubahan entalpi standar proses ionisasi dan digunakan dalam
perhitungan termodinamika, adalah energi ionisasi yang ditambah dengan RT (R adalah
tetapan gas 8.31451 J mol-1 K-1 dan T adalah temperatur, 2.479 kJ (0.026 eV), pada suhu
kamar). Perbedaan kedua parameter ini kecil. Energi ionisasi pertama bervariasi secara
periodik dengan nomor atom dalam tabel periodik, dengan unsur di kiri bawah tabel
(cesium, Cs) memiliki energi ionisasi pertama yang terkecil dan unsur yang terkanan dan
teratas (helium, He) adalah yang terbesar. Dapat dipahami bahwa unsur alkali umumnya
memiliki energi ionisasi terendah sebab unsur-unsur ini akan terstabilkan dengan
pengeluaran satu elektron terluar untuk mencapai konfigurasi gas mulia.

Unsur-unsur gas mulia memiliki struktur elektronik yang stabil, dan dengan demikian energi
ionisasinya terbesar. Walaupun energi ionisasi meningkat hampir secara monoton dari
logam alkali sampai gas mulia, ada penurunan di beberapa tempat, seperti antara nitrogen N
dan oksigen O, serta antara fosfor p dan belerang S.
Tabel 2.5 Parameter elektronik atom (eV). I: energi ionisasi pertama, A: afinitas elektron, :
keelektronegativan (Mulliken).

10
2.6 Afinitas Elektron

Hampir semua atom netral mempunyai kapasitas untuk menerima paling tidak satu
elektron tambahan, yang kemudian dikenal dengan istilah afinitas elektron. Pada proses
ini umumnya dibebaskan energi, berlawanan dengan proses pengeluaran elektron dari
suatu atom yang membutuhkan energi. Karena afinitas elektron menunjuk pada energi,
maka lebih sering disebut sebagai energi afinitas (A).

Secara konvensional, definisi afinitas elektron adalah energi yang dibebaskan bila tiap
mol atom netral atau ion dalam keadaaan gas menangkap elektron membentuk ion
negatif.

Dengan demikian, proses yang terjadi dapat dipandang sebagai kebalikan dari proses
pelepasan elektron, yaitu :

() + 1


() + 2 2

Dapat dipahami bahwa A1 > A2 > A3 dan seterusnya, karena tambahan elektron kedua dan
seterusnya akan mendapat tolakan dari spesies negatif hasil, sehingga tidak lagi
dibebaskan energi melainkan dibutuhkan energi yang semakin besar dengan demikian
energi yang dibebaskan semakin kecil atau bahkan negatif atau dengan kata lain justru
membutuhkan energi.

Berlawanan dengan perjanjian konvensional, publikasi para ahli kimia akhir-akhir ini
memandang afinitas elektron langsung dengan besaran termodinamika H. Jadi, afinitas
elektron didefinisikan sebagai perubahan entalpi penangkapan elektron oleh atom dalam
fase gas dari jarak tak terhingga.

Elektron dapat masuk karena ditarik oleh inti yang bermuatan positif. Di sekitar inti
terdapat elektron yang menolak elektron lain yang akan masuk. Jika daya tarik inti lebih

11
besar daripada daya tolak elektron, maka dikeluarkan energi saat elektron masuk.
Sebaliknya, bila daya tarik inti lebih kecil, maka akan diperlukan energi untuk
memasukkan elektron. Jika energi keluar, afinitas elektron bertanda negatif (eksotermik)
dan bila energi diperlukan bertanda positif (endotermik).

Dengan memperhatikan data afinitas elektron berbagai unsur, secara umum ternyata
- Dalam satu periode, afinitas elektron bertambah dari kiri ke kanan
- Dalam satu golongan, afinitas elektron bertambah dari bawah ke atas
Catatan : afinitas elektron yang bertanda negatif disebut lebih besar bila nilainya makin
negatif.

Dalam satu periode, afinitas elektron bertambah dari kiri ke kanan, hal ini disebabkan
muatan inti efektif dalam satu periode semakin besar, sehingga daya tarikan inti semakin
besar dan dilepaskan energi yang lebih besar, menyebabkan afinitas elektron semakin
besar. Sedangkan dalam satu golongan, afinitas elektron berkurang dari atas ke bawah,
karena muatan inti efektif dari atas ke bawah semakin kecil sehingga energy yang
dilepaskan semakin kecil.

Pada unsur golongan 2 (alkali tanah), mempunyai nilai afinitas elektron yang rendah.
Unsur ini relatif stabil karena telah menempati subkulit s. Golongan 17 (halogen)

12
mempunyai afinitas elektron yang tinggi karena adanya tambahan elektron pada atom
sebagai hasil dari pemenuhan orbital. Golongan 18 (gas mulia) mempunyai afinitas
elektron sangat positif, karena masing-masing atom memperlihatkan sebuah kestabilan
oktet dan cenderung tidak akan dapat menerima sebuah elektron lagi. Pengecualian
terjadi pada orbital s yang terisi penuh dan p setengah penuh seperti pada Be dan Mg,
serta N dan P. Hal ini disebabkan oleh orbitalnya memunyai daya tarik tambahan
terhadap elektronnya sehingga daya tarik inti (muatan efektif) pada elektron yang akan
masuk menjadi lebih kecil, akibatnya perlu energi dari luar, seperti pada Be dan N
bertanda positif (endotermik). Keperiodikan afinitas elektron berguna untuk
membandingkan kecendrungan unsur membentuk ion negatif. Yang paling cendrung
adalah unsur yang paling kanan dan paling atas, yaitu F.

Berikut ini adalah contoh grafik kecendrungan afinitas elektron :

13
2.7 Elektronegativitas

Ke-elektronegatifan adalah salah satu parameter atom paling fundamental yang


mengungkapkan secara numerik kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam
molekul. Kelektronegatifan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam
ikatan, struktur dan reaksi dari sudut pandang sifat atom. Berbagai cara telah diajukan
untuk menjelaskan dasar teori kekuatan tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif
dilakukan untuk mencari nilai numerik dari ke-elektronegatifan. Keelektronegatifan unsur
ditentukan oleh muatan inti dan jari-jari kovalennya. Nilai mutlak keelektronegatifan
tidak dapat diukur, tetapi nilai relatifnya dapat dicari seperti dengan cara Pauling. Ia
menetapkan unsur flour (F) sebagai standard dan berdasarkan itu dihitung nilai untuk
unsur yang lain.

Skala Pauling, dikenalkan pertama sekali tahun 1932, masih merupakan skala yang paling
sering digunakan, dan nilai-nilai yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila
nilainya dekat dengan skala Pauling. L. Pauling mendefinisikan ke-elektrogenatifan
sebagai kekuatan yang dimiliki oleh atom dalam sebuah molekul untuk menarik elektron
ke dalam dirinya. Awalnya persamaan berikut diusulkan untuk mendefinisikan karakter
ionik ikatan antara A dan B.

2 () + 2 () 2

1
( ) = ( ( ) + ( ))
2
1
( ) > 2 ( ( ) + ( ))
1
( ) 2 ( ( ) + ( )) > 0

D > 0

D adalah energi ikatan kovalen. Namun, kemudian diamati D tidak selalu positif, dan
Pauling memodifikasi definisinya dengan:
1
= ( ) ( ( ) + ( ))
2

14
dan meredefinisikan karakter ionik ikatan A-B. Lebih lanjut, ke-elektronegatifan
didefinisikan dengan cara agar perbedaan ke-elektronegatifan atom A dan B sebanding
dengan akar kuadrat karakter ion.
| | = 0,0208

Dimana A dan B adalah dua buah tetapan. Menurut Pauling, nilai A dan B tidak
berubah dari molekul ke molekul dan merupakan besaran karakteristik untuk atom A dan
B. A dan B disebut elektronegatifitas atom A dan B. Dengan menggunakan data
termokimia yang tepat dan secara sebarang menetapkan satu nilai (2,1 untuk hidrogen),
Pauling membuat skala, yang pertama dan yang paling luas digunakan, dari
elektronegativitas atom nisbi. Melalui lusinan metode berbeda, yang ditemukan kemudian
untuk menentukan elektronegativitas, didapatkan nilai-nilai yang sering kali
dibandingkan dengan nilai asli Pauling.

Karena ke-elektronegatifan Pauling meningkat dengan kenaikan bilangan oksidasi atom,


nilai-nilai ini berhubungan dengan bilangan oksidasi tertinggi masing-masing unsur.
Kelektronegatifan yang dihitung dengan nilai-nilai energi ikatan yang terbaru diberikan
dalam tabel.

15
A. L. Allred dan E. G. Rochow mendefinisikan ke-elektronegatifan sebagai medan listrik
di permukaan atom Zeff /r2 . Mereka menambahkan konstanta untuk membuat
keelektronegatifan mereka XAR sedekat mungkin dengan nilai Pauling dengan
menggunakan r adalah jari-jari ikatan kovalen atom.

= ( 3590 ) + 0,744
2

Nampak hasilnya adalah unsur-unsur dengan jari-jari kovalen yang kecil dan muatan inti
efektif yang besar memiliki ke-elektronegatifan yang besar. R. Mulliken mendefinisikan
ke-elektronegativan M sebagai rata-rata energi ionisasi I dan afinitas elektron A sebagai
berikut :
+
M =
2

I dan A dalam satuan eV

16
Walaupun definisi Mulliken jelas sebab berhubungan langsung dengan orbital atom,
biasanya nilai ke-elektronegatifan Pauling atau Allred-Rochow yang digunakan. Karena
nilai-nilai ini tidak terlalu banyak berbeda, ke-elektronegatifan Pauling biasanya cukup
bila dipilih salah satu. Nilai keelektronegatifan berubah tidak hanya dengan perubahan
definisi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ikatan atom, dan nilai-nilai itu harus
digunakan dengan hati-hati. Keelektronegatifan atom-atom penyusun adalah besaran
yang sangat penting untuk menjelaskan ikatan, struktur dan reaksi senyawa. Oleh karena
itu, kimiawan teori selalu berusaha untuk memperluas dasar parameter ini. Nilai
keelektronegatifan berguna untuk menentukan kecenderungan pasangan elektron dalam
ikatan. Jika perbedaannya besar, pasangan itu cenderung ke atom yang
keelektronegatifannya lebih besar sehingga ikatan bersifat polar. Akan tetapi jika
perbedaan itu kecil sekali, maka pasangan elektron berada ditengah dan tidak polar.

Kecenderungan skala elektonegatifitas atom-atom unsur dalam tabel periodik unsur


menunjukkan perubahan yang relatif kontinu. Unsur-unsur yang terletak pada satu
golongan mempunyai harga elektronegatifitas yang semakin menurun dengan naiknya
nomor atom. Sedangkan dalam satu periode, umumnya naik dengan naiknya nomor atom.
Dengan demikian, keelektronegatifan Cs adalah yang terendah, sementara f yang
tertinggi.

17
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Untuk memahami sifat fisik dan kimiawi unsur-unsur, dibuat empat kategori logam, bukan
logam, metaloid, dan gas mulia. Untuk membandingkan kecenderungan atom secara relatif
untuk unsur-unsur peralihan dan unsur-unsur non-peralihan perlu ditelaah sifat-sifat tertentu
secara tersendiri, yaitu sifat-sifat atom. Ada beberapa sifat yang digunakan untuk
menunjukkan periodisitas berdasarkan konfigurasi elektron. Sifat tersebut adalah jari-jari
atom, energi ionisasi, energi afinitas, keelektronegatifan dan muatan inti efektif.

Jenis-jenis jari atom dibedakan menjadi jari-jari atom terikat dan jari-jari atom tak-terikat.
Jari-jari atom terikat ada jari-jari ion dan jari-jari kovalen, sedangkan jari-jari atom tak
terikat ada jari-jari van der Waals. Ada tiga faktor yang mempengaruhi ukuran atom
diantaranya keragaman ukuran atom pada satu golongan dalam deret berkala, keragaman
ukuran atom pada satu periode dalam tabel berkala dan keragaman ukuran atom dalam deret
transisi.

Energi ionisasi adalah adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron yang
paling renggang dalam atom fase gas. Sedangkan energi afinitas adalah energi yang
dikaitkan dengan penerimaan elektron oleh atom dalam fase gas.

Elektronegativitas adalah kekuatan suatu atom untuk menarik elektron. Unsur logam
memiliki elektronegativitas rendah sedangkan unsur non-logam mempunyai
elektronegativitas yang tinggi. Ada beberapa cara yang diusulkan ahli kimia untuk
menghitung keelektronegatifan diantanya Pauling, Mulliken, Gordy dan Alfred dan Rochow.

18
DAFTAR PUSTAKA

Clyde, Joel Selbin. 1987. Kimia Anorganik Teori. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada

Housecroft, E. Catherine dan Alan G. Sharpe. 2008. Inorganic Chemistry. England :

Pearson Education Limited

Saito, Taro. 2008. Kimia Anorganik : Portal Pendidikan Gratis Indonesia.

S, Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

19

Anda mungkin juga menyukai