BAB I
PENDAHULUAN
Unsur- unsur gas mulia dalam tabel periodik terletak paa golongan 8A, yang
meliputi helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan
radon (Rn). Telah dipelajari tatkala membicarakan sistem periodik bahwa
gas-gas mulia memiliki struktur elektron yang stabil. Juga telah dipahami
bahwa unsur-unsur diluar golongan gas mulia banyak yang cenderung
melepaskan atau menangkap elektron, agar mereka memiliki struktur elektron
seperti gas mulia. Kestabilan struktur elektron gas mulia ini sempat membuat
para ahli kimia yakin sekali bahwa gas mulia benar-benar tidak dapat dan
tidak mungkin membentuk senyawa, dan itulah sebabnya gas-gas ini sering
dinamai gas-gas lembam (inert gases). Akan tetapi pada tahun 1962 senyawa
xenon dapat disintesa, gas-gas ini lebih pantas dinamai gas-gas mulia (noble
gases) berdasarkan kenyataan bahwa meskipun beberapa diantaranya dapat
bereaksi, gas-gas ini tetap memiliki tingkat kereaktifan yang sangat rendah.
Gas-gas mulia terdapat di atmosfer dalam jumlah yang sangat sedikit sekali.
Adapun helium di atmosfir kadarnya hanya sedikit, sebab gas helium sangat
ringan sekali sehingga mudah lolos dari tarikan gravitasi bumi. Unsur gas
mulia yang paling banyak terdapat di udara adalah argon. Oleh karena itu,
agar dapat lebih memahami mengenai kelimpahan, sifat-sifat, penamaan,
persenyawaan, dan kegunaan, gas mulia, maka dibuatlah makalah ini
2
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Gas mulia yang paling banyak diudara adalah argon, namun karena
komponen utama matahari dan bintang-bintang adalah helium maka
helium merupakan gas mulia yang paling banyak di alam semesta. Helium
juga terkandung dalam gas dialam sebagai hasil peluruhan zat radioaktif.
Jadi di antara gas-gas mulia tersebut, hanya Ar yang berada dalam jumlah
yang cukup untuk memungkinkan produksinya dalam skala besar. Dalam
hal helium, tersedia sumber pilihan lain, yaitu gas-gas alam di tempat-
tempat tertentu yang mengandung sampai 2% volume He.
4
Ne,Ar, terdapat dalam udara kering dan dibawah kerak bumi, sedangkan
Kr dan Xe hanya terdapat di udara kering.
Unsur-unsur gas mulia dalam tabel periodik terletak pada golongan 8A, yang
meliputi: Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe) dan
Radon (Rn). Semua unsur golongan 8A tidak berwarna dan tidak berbau, dan
merupakan gas monoatomik pada temperatur kamar. Mereka tidak mudah
terbakar dan juga tidak memicu terjadinya pembakaran.
Gas mulia memiliki konfigurasi elektron yang sudah stabil, hal ini didukung
kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu berada sebagai atom tunggal atau
monoatomik.
He Ne Ar Kr Xe
Nomor atom 2 10 18 36 54
Titik leleh dan titik didihnya yang sangat rendah mengindikasikan bahwa
gaya dispersi yang saling mengikat atom-atom dalam padatan maupun cairan
sangat lemah. Gas mulia sudah berbentuk gas monoatomik pada temperatur
kamar, sehingga untuk merubahnya menjadi fase padat maupun fase cair,
suhu yang diperlukan harus lebih rendah dari suhu saat gas mulia berfase gas.
7
Titik leleh dan titik didih unsur-unsur golongan ini meningkat sebanding
dengan banyaknya elektron yang dimiliki dan semakin bertambahnya berat
molekul, karena dengan semakin banyaknya elektron polarizabilitasnya
bertambah dan semakin bertambahnya berat molekul menyebabkan gaya
antar molekulnya meningkan. Semakin banyak elektron yang dimiliki maka
kemampuan efek induksi akan semakin besar, menyebabkan semakin
bertambahnya gaya antar molekul (gaya Van Der Waals). Berat molekul
menunjukkan banyaknya elektron, parsial (+) lebih kuat dari parsial (-).
Kemampuan untuk membentuk parsial (-) dan parsial (+) besar menyebabkan
interaksinya kuat dan energi yang dibutuhkan besar sehingga titik didihnya
tinggi. Energi ionisasi dari unsur helium ke xenon semakin kecil hal ini
dikarenakan jari-jari atom yang semakin besar sehingga elektron terluar akan
semakin jauh dari inti (gaya tarik inti semakin lemah) sehingga elektron
terluar makin mudah dilepaskan.
Helium tidak memiliki nilai pada titik lelehnya, hal ini dikarenakan sifat unik
dan fenomenal helium adalah bahwa gas helium tidak mudah berubah fasa
menjadi cair. Pada tekanan atmosfer, ia baru berubah menjadi fasa cair
setelah didinginkan sampai pada suhu 4,2K (sekitar -268,9C). Selanjutnya
jika helium cair ini terus didinginkan ternyata tidak membeku walaupun
sudah mencapai temperatur dekat dengan 0K (-273,15C). Penyebabnya
adalah karena massa atom helium yang sangat kecil dan interaksi antara
atom-atomnya sangat lemah.
Di alam, gas mulia berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak
reaktif. Oleh karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan
pemisahan secara fisis.
2) Proses adsorpsi
Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap yang secara selektif
menerap pengotor. Proses ini mennghasilkan He dengan kemurnian
99,997% atau lebih.
lebih banyak, yakni ~60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya ~30% O2 dan
10% N2. Sisa udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun karena
titik didih kedua gas tersebut sangat rendah.
Selanjutnya, Ar, Kr dan Xe dalam udara cair dipisahkan menggunakan
proses, antara lain :
1) Proses adsorpsi.
Pertama, O2 dan N2 dipisahkan terlebih dahulu menggunakan reaksi
kimia. O2 di reaksikan dengan Cu panas. Lalu N2 direaksikan dengan
Mg. sisa campuran (Ar, Xe dan Kr) kemudian akan di adsorpsi oleh
arang teraktivasi. Sewaktu arang dipanaskan perlahan, pada kisaran
suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau keluar dari arang. Ar di
peroleh pada suhu sekitar -80C, sementara Kr dan Xe pada suhu yang
lebih tinggi.
Untuk menguji hipotesis Prout (bahwa berat atom dari semua unsur
merupakan kelipatan dari hidrogen) Rayleigh membuat pengukuran yang
akurat dari kepadatan gas semacam ini dan ditemukan bahwa kepadatan
nitrogen diperoleh dari udara dengan menghilangkan O2, CO2 dan H2O
secara konsisten sekitar 0,5% lebih tinggi dari nitrogen yang diperoleh secara
kimiawi dari amonia. Ramsay mengasumsikan "nitrogen atmosfer" dengan
magnesium yang dipanaskan (3Mg + N2 Mg3N2), dan dibiarkan
dengan gas monoatomik yang lebih padat dengan jumlah yang lebih sedikit,
yang mana dalam sebuah karya bersama [Proc. R. Soc. 57, 265 (1895)],
diidentifikasi sebagai elemen baru yang diberi nama argon (Yunani : argos,
malas) karena sifat inert nya. Sayangnya tidak ada ruang untuk sebuah unsur
baru yang tidak reaktif dalam tabel periodik, yang menuntun pada saran milik
Ramsay bahwa seluruh kelompok baru mungkin diakomodasi. Pada 1898
Ramsay dan Travers MW telah mengisolasi tiga elemen baru lagi, dengan
destilasi suhu rendah dari udara cair (yang baru-baru ini menjadi tersedia) dan
ditandai dengan analisis spektroskopi: kripton (Yunani : kryptos,
tersembunyi), neon (Yunani : neos, baru) dan xenon (Yunani : xenos,
aneh/asing).
Pada tahun 1895 Ramsay juga mengidentifikasi helium sebagai gas yang
sebelumnya ditemukan tersumbat mineral uranium dan keliru dilaporkan
sebagai nitrogen. Lima tahun kemudian ia dan Travers mengisolasi helium
dari sampel neon atmosfer.
Setelah keberadaan kelompok baru sudah pasti, jelas bahwa gas mulia tidak
hanya menyempurnakan susunan dalam tabel periodik, gas mulia juga
merupakan jembatan antara halogen yang sangat elektronegatif dan logam
alkali yang sangat elektropositif. Unsur-unsur tersebut dikenal sebagai "gas
inert" yang terdiri dari Grup 0, meskipun A. Von Antropoff menyarankan
bahwa valensi maksimum delapan mungkin dicapai dan ditunjuk sebagai
Grup VIIIB. Mereka juga telah digambarkan sebagai "gas mulia", dengan
jumlahnya yang sangat sedikit di atmosfer atau di udara membuat gas mulia
disebut juga dengan gas jarang, gas "mulia" tampaknya nama yang lebih tepat
12
dan telah datang dalam penggunaan umum selama tiga dekade terakhir, gas
mulia memiliki sebutan sebagai Kelompok 18 dari tabel periodik.
Keinertan dari gas mulia memberi mereka posisi utama dalam teori elektron
valensi yang dikembangkan oleh GN Lewis (1916) dan W. Kossel \(1916)
dan pencapaian dari "oktet stabil" dianggap sebagai kriteria utama untuk
ikatan pembentukan antar atom. Sifat non-polar membuat mereka dikenal
sebagai gas yang hampir "sempurna".
Senyawa gas mulia belum pernah dipreparasi sebelum laporan ini, walaupun
berbagai usaha telah dilakukan demikian gas mulia ditemukan. W. Ramsay
mengisolasi gas mulia dan menambahkan golongan baru dalam tabel periodik
di akhir abad ke-19. Di tahun 1894, F. F. H. Moisson, yang terkenal dengan
isolasi F2, mereaksikan 100 cm3 argon yang diberikan oleh Ramsay dengan
gas fluorin dengan menggunakan loncatan listrik tetapi gagal mempreparasi
argon fluorida. Di awal abad ini, A. von Antoropoff melaporkan sintesis
senyawa kripton KrCl2, tetapi belakangan diketahui ia melakukan kesalahan.
Walaupun gas mulia memang sulit bereaksi, namun bukan berarti tidak
mungkin bersenyawa dengan unsur-unsur lain. Persenyawaan tersebut
dimungkinkan melalui beberapa cara, yaitu:
a. Ikatan Koordinasi
Hal ini dimungkinkan mengingat gas mulia memiliki pasangan elektron
bebas (sepasang untuk He dan empat pasang untuk gas mulia yang lain).
Oleh karena itu, gas mulia dapat berfungsi sebagai atom donor pasangan
electron bebas dalam ikatan koordinasi.
b. Keadaan tereksitasi
Dengan menyerap sejumlah energi, gas mulia dapat mengalami eksitasi
dari keadaan dasar. Helium dalam keadaan ini akan memiliki konfigurasi
elektron 1s12s1, setelah menyerap energi sebesar 4.650 kkal. Helium dalam
tabung lucutan listrik terdapat dalam ion He2+ , HeH+ dan HeH2+. Electron
logam dalam tabung tersebut ternyata juga menyerap gas mulia sehingga
terbentuk beberapa macam senyawa, misalnya : Pt3He dan FeAr
Hingga saat ini, gas mulia yang sudah berhasil disintesis menjadi suatu
senyawa baru empat unsur yang paling berat, yaitu: argon, krypton, xenon,
dan radon. Beberapa senyawa yang berhasil dibuat dari unsur gas mulia
tersebut, diantaranya:
15
A. Fluorida xenon
1. Xenon difluorida
Sifat kimia lain yang sangat terlihat dari fluorida xenon adalah kekuatan
oksidasinya :
2. Xenon tetrafluorida
Sifat kimia lain yang sangat terlihat dari fluorida xenon adalah kekuatan
oksidasinya :
3. Xenon heksafluorida
Reaksi dari fluorida xenon serupa dengan tingkat oksidasi tinggi dengan
keadaan interhalogens, redoks dan reaksi dominan metatesis. Salah satu
reaksi penting dari XeF6 adalah metatesis dengan oksida:
B. Senyawaan Xenon-Oksigen.
Oksida xenon tidak dapat dibuat secara interaksi langsung oleh suatu
unsur. Oksida dan oxofluorida diolah dengan hidrolisis fluorida xenon:
Larutan XeO3 tidak berwarna, tidak berbau dan stabil; diduga suatu
padatan putih yang mudah menguap di udara. XeO3 ini cukup berbahaya
karena mudah meledak.
Dalam larutan yang bersifat basa, XeO3 bereaksi menghasilkan ion
xenat(VI) :
XeO3 + OH HXeO4
Dalam larutan alkali, perxenat hanya direduksi lambat oleh air, bentuk
utamanya ialah ion HXeO62-. Adapun dalam larutan asam, terjadi reduksi
dengan cukup cepat :
Dalam hal ini radikal hidroksil terlibat sebagai suatu intermedit. Bilamana
barium perxenat dipanaskan dengan H2SO4 pekat, Xenon tetraoksida
terbentuk sebagai gas yang tidak stabil dan mudah meledak.
C. Senyawaan argon
Ar + HF HArF
D. Senyawaan kripton
Kr + F2 KrF2
1. Helium
Sebagai gas pengisi kapal udara dan balon udara untuk mempelajari
cuaca, karena sifatnya yang sukar bereaksi, tidak mudah terbakar dan
ringan.
Helium cair dipakai sebagai cairan pendingin untuk menghasilkan
suhu yang rendah karena memiliki titik didih yang sangat rendah
Udara yang dipakai oleh penyelam adalah campuran 80 % He dan 20
% oksigen. Helium digunakan untuk menggantikan nitrogen karena
jika penyelam berada pada tekanan yang tinggi (dibawah laut) maka
kemungkinan besar nitrogen larut dalam darah. Dalam jumlah sedikit
saja nitrogen larut dalam darah, maka akan terjadi halusinasi yang
disebut narkos nitrogen. Akibat halusinasi ini penyelam mengalami
seperti terkena narkoba sehingga membahayakan penyelam. Selain
itu, ketika nitrogen banyak larut dalam darah dan penyelam kembali
ke keadaan normal maka timbul gelembung gas nitrogen dalam darah
yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat karena nitrogen melewati
pembuluh-pembuluh darah bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Inilah yang disebut benos.
Campuran Helium dan Oksigen juga dipakai oleh para pekerja dalam
terowongan dan tambang bawah tanah yang bertekanan tinggi.
2. Neon
3. Argon
4. Kripton
5. Xenon
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Shriver dan Atkins. 2010. Inorganic Chemistry. Great Britain : Oxford University
Press
Suyanta. 2013. Buku Ajar Kimia Unsur. Yogakarta : Gadjah Mada University
Press