Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur- unsur gas mulia dalam tabel periodik terletak paa golongan 8A, yang
meliputi helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan
radon (Rn). Telah dipelajari tatkala membicarakan sistem periodik bahwa
gas-gas mulia memiliki struktur elektron yang stabil. Juga telah dipahami
bahwa unsur-unsur diluar golongan gas mulia banyak yang cenderung
melepaskan atau menangkap elektron, agar mereka memiliki struktur elektron
seperti gas mulia. Kestabilan struktur elektron gas mulia ini sempat membuat
para ahli kimia yakin sekali bahwa gas mulia benar-benar tidak dapat dan
tidak mungkin membentuk senyawa, dan itulah sebabnya gas-gas ini sering
dinamai gas-gas lembam (inert gases). Akan tetapi pada tahun 1962 senyawa
xenon dapat disintesa, gas-gas ini lebih pantas dinamai gas-gas mulia (noble
gases) berdasarkan kenyataan bahwa meskipun beberapa diantaranya dapat
bereaksi, gas-gas ini tetap memiliki tingkat kereaktifan yang sangat rendah.

Gas-gas mulia terdapat di atmosfer dalam jumlah yang sangat sedikit sekali.
Adapun helium di atmosfir kadarnya hanya sedikit, sebab gas helium sangat
ringan sekali sehingga mudah lolos dari tarikan gravitasi bumi. Unsur gas
mulia yang paling banyak terdapat di udara adalah argon. Oleh karena itu,
agar dapat lebih memahami mengenai kelimpahan, sifat-sifat, penamaan,
persenyawaan, dan kegunaan, gas mulia, maka dibuatlah makalah ini
2

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:


1. Darimanakah sumber gas mulia tersebut?
2. Bagaimana kelimpahan gas mulia dialam?
3. Bagaimana sifat fisik dan kimia gas mulia?
4. Bagaimana cara pengisolasian gas mulia?
5. Bagaimana penamaan gas mulia dan kontroversinya?
6. Bagaimana persenyawaan gas mulia?
7. Apa kegunaan gas mulia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Mengetahui sumber gas mulia.
2. Mengetahui kelimpahan gas mulia.
3. Mengetahui sifat fisik dan kimia gas mulia.
4. Mengetahui cara pengisolasian gas mulia.
5. Mengetahui penamaan gas mulia dan kontriversinya.
6. Mengetahui persenyawaan gas mulia.
7. Mengetahui kegunaan gas mulia
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber dan Kelimpahan Gas Mulia

A. Sumber Gas Mulia

Gas-gas mulia terdapat di atmosfer dalam jumlah yang sangat sedikit


sekali. Helium semula ditemukan pada matahari melalui pengamatan
spektroskopi ketika terjadi gerhana matahari tahun 1868. Argon adalah gas
mulia pertama yang diisolas dari udara oleh John Rayleigh dan William
Ramsay pada tahun 1895. Berdasarkan Tabel Berkala Mendeleev, di mana
gas mulia termasuk ke dalam satu golongan baru, Ramsay
memprediksikan adanya anggota tambahan dengan bobot atom di antara
He an Ar. Gas yang diprediksikan tersebut terbukti diisolasi dari udara
oleh Ramsay dan Morris Travers pada tahun 1898, diberi nama Neon.

Gas mulia yang paling banyak diudara adalah argon, namun karena
komponen utama matahari dan bintang-bintang adalah helium maka
helium merupakan gas mulia yang paling banyak di alam semesta. Helium
juga terkandung dalam gas dialam sebagai hasil peluruhan zat radioaktif.

Jadi di antara gas-gas mulia tersebut, hanya Ar yang berada dalam jumlah
yang cukup untuk memungkinkan produksinya dalam skala besar. Dalam
hal helium, tersedia sumber pilihan lain, yaitu gas-gas alam di tempat-
tempat tertentu yang mengandung sampai 2% volume He.
4

Ne,Ar, terdapat dalam udara kering dan dibawah kerak bumi, sedangkan
Kr dan Xe hanya terdapat di udara kering.

B. Kelimpahan Gas Mulia

Tabel 2.1. Kelimpahan gas mulia dalam udara kering

Unsur Kelimpahan (ppm)


He 5,24
Ne 18,21
Ar 9340
Kr 1,14
Xe 0,087

Tabel 2.2. Kelimpahan gas mulia dalam kerak bumi

Unsur Kelimpahan (ppm)


He 3 x 10-3
Ne 7 x 10-5
Ar 4 x 10-2
Kr -
Xe -

Kelimpahan helium dialam semesta (23%) adalah yang terbesar setelah


hidrogen (76%). Helium berasal dari reaksi fusi hidrogen di matahari.
Sebagian kecil unsur tersebut terjebak dibawah kerak bumi pada waktu
pembentukannya yang juga berlangsung di matahari. Partikel alfa yang
dihasilkan oleh peluruhan radioaktif meningkatkan jumlah atom-atom He
dalam kerak bumi, oleh karena itu helium sudah berhasil diekstrkasi
sebagai hasil samping gas alam dari daerah-daerah tertentu, misalya di
5

Amerika Utara. Adapun helium di atmosfir kadarnya hanya sedikit, sebab


gas helium sangat ringan sekali sehingga mudah lolos dari tarikan
gravitasi bumi. Unsur gas mulia yang paling banyak terdapat di udara
adalah Argon. Kelimpahan Helium diudara 5,24 ppm, Neon 18,21 ppm,
dan Argon 9340 ppm membuat dua unsur ini lebih banyak dari
kebanyakan unsur lainnya, seperti arsenik dan bismut, di kerak bumi.
Kelimpahan Kripton 1,14 ppm, dan Xenon 0,087 ppm. Kelimpahan
Helium di kerak bumi 3 x 10-3 ppm, Neon 7 x 10-5 ppm, Argon 4 x 10-2
ppm, sedangkan Kripton dan Xenon tidak ditemukan di bawah kerak bumi.

2.2 Sifat Fisik dan Kimia Gas Mulia

Unsur-unsur gas mulia dalam tabel periodik terletak pada golongan 8A, yang
meliputi: Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe) dan
Radon (Rn). Semua unsur golongan 8A tidak berwarna dan tidak berbau, dan
merupakan gas monoatomik pada temperatur kamar. Mereka tidak mudah
terbakar dan juga tidak memicu terjadinya pembakaran.

Gas mulia memiliki konfigurasi elektron yang sudah stabil, hal ini didukung
kenyataan bahwa gas mulia di alam selalu berada sebagai atom tunggal atau
monoatomik.

Unsur-unsur golongan 8A memiliki konfigurasi elektron penuh, oleh


karenanya unsur-unsur ini di alam tidak ditemukan dalam bentuk senyawa,
dan selama bertahun-tahun dianggap merupakan unsur yang inert
(lembam/tidak reaktif) sebelum akhirnya pada tahun 1963 Neil Bartlett
berhasil mereaksikan xenon dengan platinaheksafluorida PtF6. Afinitas
elektronnya hampir nol, sebaliknya potenasial ionisasinya tertinggi
dibandingkan dengan unsur lain.
6

Tabel 2.3. Sifat Fisik dan Kimia Gas Mulia

He Ne Ar Kr Xe
Nomor atom 2 10 18 36 54

Massa atom 4,002602 20,1797 39,948 83,80 131,29


Konfigurasi 1s2 [He]2s22p6 [Ne]3s23p6 [Ar]4s24p6 [Kr]5s25p6
elektron
Jari-jari atom 0,49 0,51 0,88 1,03 1,24
(angstrum)
Keelektronegatif - - - 2,6 2,4
an
Titik leleh (C) - -248,61 -189,37 -157,20 -111,80

Titik didih (C) -268,93 -246,06 -185,86 -153,35 -108,13

Energi ionisasi 2372 2080 1520 1351 1170


(kJ mol-1)
Afinitas elektron 21 29 35 39 41
(kJ/mol)
Densitas 0,1785 0,89994 1,7838 3,7493 5,8971
(mg/cm3)
Entalpi 0,08 1,74 6,52 9,05 12,65
penguapan
(kJ/mol)
Entalpi - 0,332 1,19 1,64 2,30
Peleburan
(kJ/mol)

Titik leleh dan titik didihnya yang sangat rendah mengindikasikan bahwa
gaya dispersi yang saling mengikat atom-atom dalam padatan maupun cairan
sangat lemah. Gas mulia sudah berbentuk gas monoatomik pada temperatur
kamar, sehingga untuk merubahnya menjadi fase padat maupun fase cair,
suhu yang diperlukan harus lebih rendah dari suhu saat gas mulia berfase gas.
7

Titik leleh dan titik didih unsur-unsur golongan ini meningkat sebanding
dengan banyaknya elektron yang dimiliki dan semakin bertambahnya berat
molekul, karena dengan semakin banyaknya elektron polarizabilitasnya
bertambah dan semakin bertambahnya berat molekul menyebabkan gaya
antar molekulnya meningkan. Semakin banyak elektron yang dimiliki maka
kemampuan efek induksi akan semakin besar, menyebabkan semakin
bertambahnya gaya antar molekul (gaya Van Der Waals). Berat molekul
menunjukkan banyaknya elektron, parsial (+) lebih kuat dari parsial (-).
Kemampuan untuk membentuk parsial (-) dan parsial (+) besar menyebabkan
interaksinya kuat dan energi yang dibutuhkan besar sehingga titik didihnya
tinggi. Energi ionisasi dari unsur helium ke xenon semakin kecil hal ini
dikarenakan jari-jari atom yang semakin besar sehingga elektron terluar akan
semakin jauh dari inti (gaya tarik inti semakin lemah) sehingga elektron
terluar makin mudah dilepaskan.

Helium tidak memiliki nilai pada titik lelehnya, hal ini dikarenakan sifat unik
dan fenomenal helium adalah bahwa gas helium tidak mudah berubah fasa
menjadi cair. Pada tekanan atmosfer, ia baru berubah menjadi fasa cair
setelah didinginkan sampai pada suhu 4,2K (sekitar -268,9C). Selanjutnya
jika helium cair ini terus didinginkan ternyata tidak membeku walaupun
sudah mencapai temperatur dekat dengan 0K (-273,15C). Penyebabnya
adalah karena massa atom helium yang sangat kecil dan interaksi antara
atom-atomnya sangat lemah.

Bilamana helium didinginkan, terjadi keanehan pada kerapatannya, yaitu


kerapatan terus bertambah, namun mencapai maksimum pada temperatur
2,17K. Dibawah temperatur tersebut kerapatannya justru berkurang dan
kemudian cenderung stasioner.
8

2.3. Isolasi gas mulia

Di alam, gas mulia berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak
reaktif. Oleh karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan
pemisahan secara fisis.

a. Ektraksi Helium dari Gas Alam


Gas alam mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2 uap air, He dan
pengotor lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses
pengembunan. Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu dipisahkan
(hal ini karena pada proses pengembunan, CO2 dan uap air dapat
membentuk padatan yang menyebabkan peyumbatan pipa). Kemudian gas
alam diembunkan pada suhu dibawah suhu pengembunan hidrokarbon tetapi
diatas suhu pengembunan He dengan demikian, di peroleh produk berupa
campuran gas yang mengandung ~50% He, N2, dan pengotor lainnya.
Selanjutnya, He di murnikan dengan proses antara lain :
1) Proses kriogenik (menghasilkan dingin)
Campuran gas diberi tekanan, lalu didinginkan dengan cepat agar N2
mengembun sehingga dapat dipisahkan. Sisa campuran dilewatkan
melalui arang teraktivasi yang akan menyerap pengotor sehingga di
peroleh He yang sangat murni.

2) Proses adsorpsi
Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap yang secara selektif
menerap pengotor. Proses ini mennghasilkan He dengan kemurnian
99,997% atau lebih.

b. Ekstraksi He, Ne, Ar, Kr dan Xe dari udara


Proses yang digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap awal,
CO2 dan uap air dipisahkan terlebuh dahulu. Kemudian, udara di embunkan
dengan pemberian tekanan ~200 atm di ikuti pendinginan cepat. Sebagian
besar udara akan membentuk fase cair dengan kandungan gas mulia yang
9

lebih banyak, yakni ~60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya ~30% O2 dan
10% N2. Sisa udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun karena
titik didih kedua gas tersebut sangat rendah.
Selanjutnya, Ar, Kr dan Xe dalam udara cair dipisahkan menggunakan
proses, antara lain :
1) Proses adsorpsi.
Pertama, O2 dan N2 dipisahkan terlebih dahulu menggunakan reaksi
kimia. O2 di reaksikan dengan Cu panas. Lalu N2 direaksikan dengan
Mg. sisa campuran (Ar, Xe dan Kr) kemudian akan di adsorpsi oleh
arang teraktivasi. Sewaktu arang dipanaskan perlahan, pada kisaran
suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau keluar dari arang. Ar di
peroleh pada suhu sekitar -80C, sementara Kr dan Xe pada suhu yang
lebih tinggi.

2) Proses distilasi fraksional.


Pemisahan udara cair menjadi komponen-komponennya dapat
dilakukan dengan penyulingan bertahap, seperti dijelaskan pada
gambar:

Udara bersih dimasukkan dalam kompresor, pada kompresor udara


diberi tekanan, kemudian udara di dinginkan dalam unit pendingin
sehingga udara mencair namun tidak semuanya mencair, yang tidak
mencair itu adalah CO2. Lalu udara dingin masuk ke celah
pengembang, yang tidak mencair yaitu CO2 akan keluar melalui celah
pengembang dan yang cair akan masuk ke udara cair. Kemudian di
10

saringan udara cair disaring untuk memisahkan CO2(g) dan hidrokarbon


lemah dan kemudian di destilasi dan udara cair masuk ke kolom
penyulingan. Lalu dipanaskan pada suhu antara -195,7C sampai -
185,8C sehingga nitrogen akan menguap dan keluar menjadi gas.
Setelah semua gas nitrogen keluar, lalu dipanaskan lagi pada suhu
antara -185,86 sampai -183,1C sehingga argon akan menguap dan
keluar menjadi gas.

2.4. Penamaan dan Kontroversinya

Pada tahun 1785 H. Cavendish dalam karya klasiknya tentang komposisi


udara, ia mencatat bahwa setelah berulang kali melakukan percobaan dari
sampel udara dengan gas-gas di atmosfer (gas O2), terdapat sisa gas kecil
yang tidak bisa ia hilangkan dengan cara kimia dan ia memperkirakan bahwa
akurasi menjadi tidak lebih dari 1/120 bagian dari keseluruhan. Dia tidak
bisa lagi mencirikan komponen udara ini, dan identifikasinya sebagai argon
harus membutuhkan waktu selama lebih dari satu abad. Tetapi penemuan
pertama helium, yang uniknya menjadi satu-satunya unsur yang ditemukan
diluar bumi sebelum ditemukan di bumi. Selama gerhana matahari pada
tanggal 18 Agustus 1868, sebuah garis kuning baru diamati di dekat garis
sodium D dalam spektrum kromosfer matahari. Hal ini membuat JN Lockyer
(pendiri pada tahun 1869 dari jurnal Nature) dan E. Frankland menyarankan
keberadaan sebuah unsur baru yang dinamakan helium (Yunani helios,
matahari). Hal yang sama diamati oleh L. Palmieri pada tahun 1881 dalam
spektrum gas vulkanik dari Gunung Vesuvius, dan keberadaan helium di
bumi akhirnya dikonfirmasi oleh W. Ramsay dalam penelitian intensifnya
tentang gas-gas atmosfer yang membawa pada pengakuan atas kelompok baru
dalam tabel periodik. Karya ini diprakarsai oleh fisikawan, Lord Rayleigh,
dan diakui pada tahun 1904 dengan penghargaan dari Hadiah Nobel untuk
Kimia dan Fisika kepada Ramsay dan Rayleigh secara hormat.
11

Untuk menguji hipotesis Prout (bahwa berat atom dari semua unsur
merupakan kelipatan dari hidrogen) Rayleigh membuat pengukuran yang
akurat dari kepadatan gas semacam ini dan ditemukan bahwa kepadatan
nitrogen diperoleh dari udara dengan menghilangkan O2, CO2 dan H2O
secara konsisten sekitar 0,5% lebih tinggi dari nitrogen yang diperoleh secara
kimiawi dari amonia. Ramsay mengasumsikan "nitrogen atmosfer" dengan
magnesium yang dipanaskan (3Mg + N2 Mg3N2), dan dibiarkan
dengan gas monoatomik yang lebih padat dengan jumlah yang lebih sedikit,
yang mana dalam sebuah karya bersama [Proc. R. Soc. 57, 265 (1895)],
diidentifikasi sebagai elemen baru yang diberi nama argon (Yunani : argos,
malas) karena sifat inert nya. Sayangnya tidak ada ruang untuk sebuah unsur
baru yang tidak reaktif dalam tabel periodik, yang menuntun pada saran milik
Ramsay bahwa seluruh kelompok baru mungkin diakomodasi. Pada 1898
Ramsay dan Travers MW telah mengisolasi tiga elemen baru lagi, dengan
destilasi suhu rendah dari udara cair (yang baru-baru ini menjadi tersedia) dan
ditandai dengan analisis spektroskopi: kripton (Yunani : kryptos,
tersembunyi), neon (Yunani : neos, baru) dan xenon (Yunani : xenos,
aneh/asing).
Pada tahun 1895 Ramsay juga mengidentifikasi helium sebagai gas yang
sebelumnya ditemukan tersumbat mineral uranium dan keliru dilaporkan
sebagai nitrogen. Lima tahun kemudian ia dan Travers mengisolasi helium
dari sampel neon atmosfer.

Setelah keberadaan kelompok baru sudah pasti, jelas bahwa gas mulia tidak
hanya menyempurnakan susunan dalam tabel periodik, gas mulia juga
merupakan jembatan antara halogen yang sangat elektronegatif dan logam
alkali yang sangat elektropositif. Unsur-unsur tersebut dikenal sebagai "gas
inert" yang terdiri dari Grup 0, meskipun A. Von Antropoff menyarankan
bahwa valensi maksimum delapan mungkin dicapai dan ditunjuk sebagai
Grup VIIIB. Mereka juga telah digambarkan sebagai "gas mulia", dengan
jumlahnya yang sangat sedikit di atmosfer atau di udara membuat gas mulia
disebut juga dengan gas jarang, gas "mulia" tampaknya nama yang lebih tepat
12

dan telah datang dalam penggunaan umum selama tiga dekade terakhir, gas
mulia memiliki sebutan sebagai Kelompok 18 dari tabel periodik.

Keinertan dari gas mulia memberi mereka posisi utama dalam teori elektron
valensi yang dikembangkan oleh GN Lewis (1916) dan W. Kossel \(1916)
dan pencapaian dari "oktet stabil" dianggap sebagai kriteria utama untuk
ikatan pembentukan antar atom. Sifat non-polar membuat mereka dikenal
sebagai gas yang hampir "sempurna".

Pada massa itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsur-unsur yang


tidak bereaksi dengan unsur-unsur lain (inert) dan diberi nama gas mulia. Di
tahun 1898, Huge Erdmann mengambil nama gas mulia (noble gases) dari
baha Jerman yaitu Edelgas untuk menyatakan tingkat kereaktifan gas mulia
yang sangat rendah. Nama noble dianalogikan dari noble metal (logam
mulia), emas, yang berhubngan dengan kekayaan dan kemuliaan. Para ahli
zaman dahulu yakin bahwa unsur-unsur gas mulia benar-benar tidak reaktif.
Pendapat ini dipatahkan, setelah seorang kimiawan Neil Bartlett telah berhasil
menemukan persenyawaan gas mulia (XePtF6), karena penemuannya tersebut
maka gugurlah anggapan bahwa gas mulia tidak dapat bereaksi. Seharusnya
penggunaan nama gas mulia atau noble gases tidak dapat dipertahankan lagi,
tetapi pada kenyataannya nama gas mulia tetap melekat pada golongan VIIIA.
Hal ini dikarenakan unsur-unsur golongan gas mulia paling stabil dan sangat
sulit bereaksi jika dibandingkan dengan golongan lain. Kestabilan gas mulia
ini terlihat dari sifat gas mulia di alam yaitu gas monoatomik (tunggal).
13

2.5. Persenyawaan gas mulia

H. Bartlett mempelajari sifat platina fluorida PtF6 tahun 1960-an, dan


mensintesis O2PtF6.
PtF6- + O2 O2 PtF6
PtF6 ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi
ionisasi 1180 kJmol-1, harga energi ionisasi xenon adalah 1170 kJmol-1,
energi ionisasi Xe cukup dekat dengan energi ionisasi O2, atas dasar data
tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlett mencoba mereaksikan Xe
dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil dengan
persamaan reaksi :
Xe + PtF6- XePtF6
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan
bahwa gas mulia tidak dapat bereaksi.

Senyawa gas mulia belum pernah dipreparasi sebelum laporan ini, walaupun
berbagai usaha telah dilakukan demikian gas mulia ditemukan. W. Ramsay
mengisolasi gas mulia dan menambahkan golongan baru dalam tabel periodik
di akhir abad ke-19. Di tahun 1894, F. F. H. Moisson, yang terkenal dengan
isolasi F2, mereaksikan 100 cm3 argon yang diberikan oleh Ramsay dengan
gas fluorin dengan menggunakan loncatan listrik tetapi gagal mempreparasi
argon fluorida. Di awal abad ini, A. von Antoropoff melaporkan sintesis
senyawa kripton KrCl2, tetapi belakangan diketahui ia melakukan kesalahan.

L. Pauling telah meramalkan keberadaan KrF6, XeF6, dan H4XeO6, dan


mengantisipasi sintesisnya. Di tahun 1932, seorang fellow riset, A. L. Kaye,
di laboratoriumnya D. M. L. Yost di Caltech, tempat Pauling juga bekerja,
berusaha mempreparasi senyawa gas mulia. Walaupun preparasi yang
dilakukannya rumit dan penuh semangat, usaha untuk mempreparasi senyawa
xenon dengan mengalirkan arus lucutan melalui campuran gas xenon, fluorin,
atau khlorin tidak berhasil. Pauling, dikabarkan setelah kegagalan itu, tidak
berminat lagi dalam studi senyawa gas mulia. Walaupun R. Hoppe dari
14

Jerman memprediksikan dengan pertimbangan teoritik bahwa senyawa XeF2


dan XeF4 bakal ada, jauh sebelum penemuan Bartlett, ia sendiri melakukan
sintesis setelah mengetahui penemuan Bartlett. Sekali suatu senyawa jenis
tertentu telah dipreparasi, senyawa analognya dipreparasi satu demi satu. Ini
juga umum dalam kimia sintetik di masa-masa selanjutnya, dan sekali lagi ini
menunjukkan pentingnya penemuan pertama.

Syarat persenyawaan gas mulia adalah


1. Gas mulia yang bereaksi itu harus memiliki jari-jari yang besar.
2. Gas mulia hanya bereaksi dengan unsur-unsur yang sangat elektronegatif,
seperti oksigen dan fluorin.

Walaupun gas mulia memang sulit bereaksi, namun bukan berarti tidak
mungkin bersenyawa dengan unsur-unsur lain. Persenyawaan tersebut
dimungkinkan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Ikatan Koordinasi
Hal ini dimungkinkan mengingat gas mulia memiliki pasangan elektron
bebas (sepasang untuk He dan empat pasang untuk gas mulia yang lain).
Oleh karena itu, gas mulia dapat berfungsi sebagai atom donor pasangan
electron bebas dalam ikatan koordinasi.

b. Keadaan tereksitasi
Dengan menyerap sejumlah energi, gas mulia dapat mengalami eksitasi
dari keadaan dasar. Helium dalam keadaan ini akan memiliki konfigurasi
elektron 1s12s1, setelah menyerap energi sebesar 4.650 kkal. Helium dalam
tabung lucutan listrik terdapat dalam ion He2+ , HeH+ dan HeH2+. Electron
logam dalam tabung tersebut ternyata juga menyerap gas mulia sehingga
terbentuk beberapa macam senyawa, misalnya : Pt3He dan FeAr
Hingga saat ini, gas mulia yang sudah berhasil disintesis menjadi suatu
senyawa baru empat unsur yang paling berat, yaitu: argon, krypton, xenon,
dan radon. Beberapa senyawa yang berhasil dibuat dari unsur gas mulia
tersebut, diantaranya:
15

a. Argon dalam senyawa HArF (argon hidrofluorida)


b. Kripton dalam senyawa KrF2 (kripton difluorida)
c. Xenon dalam senyawa XeF2 (xenon difluorida), XeF4 (xenon
tetrafluorida), XeF6 (xenon heksafluoro)
Dari beberapa senyawa tersebut, yang palng penting adalah senyawaan
xenon, baik dalam bentuk fluorida maupun oksidanya.

Bilangan oksidasi yang paling penting dari Xe di senyawanya adalah +2,+


4, dan +6. Xenon bereaksi langsung dengan fluor untuk menghasilkan
XeF2, XeF4, dan XeF6. Xenon juga membentuk beberapa oxofluorida.
Oxofluorida XeOF2 memiliki bentuk T dan XeO3F2 memiliki bentuk
trigonal bipiramida. XeOF4 bebentuk segiempat piramida sangat mirip
dengan IF5 di sifat fisik dan kimianya.

A. Fluorida xenon

Xenon, Xe, bereaksi dengan unsur yang paling elektronegatif, misalnya


fluorin, oksigen, dan dengan senyawa yang mengandung unsur-unsur ini,
misalnya platinum fluorida, PtF6. Walaupun senyawa xenon pertama
dilaporkan tahun 1962 sebagai XePtF6, penemunya N. Bartlett, kemudian
mengoreksinya sebagai campuran senyawa Xe[PtF6]x (x= 1-2). Bila
campuran senyawa ini dicampurkan dengan gas fluorin dan diberi panas
atau cahaya, flourida XeF2, XeF4, dan XeF6 akan dihasilkan. XeF2
berstruktur bengkok, XeF4 bujur sangkar, dan XeF6 oktahedral terdistorsi.
Walaupun preparasi senyawa ini cukup sederhana, namun sukar untuk
mengisolasi senyawa murninya, khususnya XeF4.

1. Xenon difluorida

Xenon difluorida dapat dibuat dengan menginteraksikan Xe dengan F2


dalam jumlah tak berlebihan pada tekanan 1 atm dan pada suhu 400C.
16

Ia larut dalam air menghasilkan larutan dengan bau tajam XeF2.


Hidrolisis berlangsung lambat dalam larutan asam, namun cepat dengan
adanya basa :

XeF2 + 2OH- Xe + O2 + 2F- + H2O

Larutan XeF2 adalah pengoksidasi kuat, mengoksidasi HCL menjadi Cl2


dan Ce(III) menjadi Ce(IV). XeF2 juga merupakan zat donor fluor bagi
senyawa organik; misalnya, dengan benzena membentuk C6H5F. XeF2
pereaksi yang baik untuk reaksi flourinasi benzene yaitu untuk
mensubsitusi atom H pada benzene dengan atom F

C6H6 + XeF2 C6H5F + Xe + HF

Sifat kimia lain yang sangat terlihat dari fluorida xenon adalah kekuatan
oksidasinya :

2XeF2(s) + 2H2O(l) 2Xe(g) + 4HF(g) + O2(g)

Seperti halnya dengan interhalogens, fluorida xenon bereaksi dengan


asam Lewis yang kuat untuk membentuk kation fluorida xenon:

XeF2(s) + SbF5(l) [XeF]+[SbF6]-(s)


17

2. Xenon tetrafluorida

Xenon tetrafluorida adalah yang paling mudah dibuat diantara ketiga


fluorida. Dalam pemanasan suatu campuran Xe dan F2 dengan
perbandingan mol 1 : 5 pada temperatur 600C dan tekanan sekitar 6 atm
dalam beberapa jam, XeF4 dihasilkan secara kuantitatif. Ia mirip dengan
XeF2, dapat memfluorinasi secara khusus cincin aromatik dalam
senyawaan seperti toluene.

Sifat kimia lain yang sangat terlihat dari fluorida xenon adalah kekuatan
oksidasinya :

XeF4(s) + Pt(s) Xe(g) + PtF4(s)

3. Xenon heksafluorida

Xenon heksafluorida, XeF6 diperoleh dengan mereaksikan XeF4 dan F2


di bawah tekanan, atau langsung dari Xe dan fluor pada temperatur
300C dan tekanan 60 atm.
18

Reaksi dari fluorida xenon serupa dengan tingkat oksidasi tinggi dengan
keadaan interhalogens, redoks dan reaksi dominan metatesis. Salah satu
reaksi penting dari XeF6 adalah metatesis dengan oksida:

XeF6(s) + 3H2O(l) XeO3(aq) + 6HF(g)

2XeF6(s) + 3SiO2 2XeO3(s) + 3SiF4

B. Senyawaan Xenon-Oksigen.

Hidrolisis fluorida-fluorida akan membentuk oksida. XeO3 adalah senyawa


yang sangat eksplosif. Walaupun XeO3 stabil dalam larutan, larutannya
adalah oksidator sangat kuat.Tetroksida XeO4, adalah senyawa xenon yang
paling mudah menguap. M[XeF8] (M adalah Rb dan Cs) sangat stabil tidak
terdekomposisi bahkan dipanaskan hingga 400C sekalipun. Jadi, xenon
membentuk senyawa dengan valensi dua sampai delapan. Fluorida-
fluorida ini digunakan juga sebagai bahan fluorinasi.

Oksida xenon tidak dapat dibuat secara interaksi langsung oleh suatu
unsur. Oksida dan oxofluorida diolah dengan hidrolisis fluorida xenon:

XeF6(s) + 3H2O(l) XeO3(s) + 6HF(aq)

3XeF4(s) + 6H2O(l) XeO3(s) + 2Xe(g) + 3/2O2(g) + 12HF(aq)

XeF6(s) + H2O(l) XeOF4(s) + 2HF(aq)


19

Larutan XeO3 tidak berwarna, tidak berbau dan stabil; diduga suatu
padatan putih yang mudah menguap di udara. XeO3 ini cukup berbahaya
karena mudah meledak.
Dalam larutan yang bersifat basa, XeO3 bereaksi menghasilkan ion
xenat(VI) :

XeO3 + OH HXeO4

Namun ion HXeO4 berdisproporsionasi lambat menghasilkan xenon dan


ion xenat (VIII) atau perxenat :

2HXeO4- + 2OH- Xe + XeO64- + O2 + 2H2O

Selain dengan disproporsionasi tersebut, perxenat juga dapat dihasilkan


dengan mengoksidasi HXeO4- menggunakan ozon. Larutan perxenat
berwarna kuning dan merupakan pengoksidasi yang kuat dan cepat.
Beberapa garam perxenat seperti Na4XeO6.8H2O stabil dan larut sebagian
dalam air.

Dalam larutan alkali, perxenat hanya direduksi lambat oleh air, bentuk
utamanya ialah ion HXeO62-. Adapun dalam larutan asam, terjadi reduksi
dengan cukup cepat :

H2XeO62-(aq) + H+(aq) HXeO4-(aq) + H2O(l) + 1/2O2(g)

Dalam hal ini radikal hidroksil terlibat sebagai suatu intermedit. Bilamana
barium perxenat dipanaskan dengan H2SO4 pekat, Xenon tetraoksida
terbentuk sebagai gas yang tidak stabil dan mudah meledak.

Ba2XeO6(s) + 2H2SO4(aq) 2BaSO4(s) + XeO4(g) + 2H2O(l)

Xenon tetraoksida ini berstruktur tetrahedral.


20

C. Senyawaan argon

Argon bereaksi dengan HF menghasilkan HArF (argon hidrofluorida).


Senyawa ini dihasilkan oleh fotolisis matriks Ar padat dan stabil pada suhu
rendah. Berikut adalah persamaan reaksinya:

Ar + HF HArF

D. Senyawaan kripton

Satu-satunya produk yang diperoleh bila krypton bereaksi dengan fluor,


adalah difluoridanya, KrF2.

Kr + F2 KrF2

Dari senyawaan krypton yang dikenal, semuanya merupakan garam


kompleks yang diturunkan dari KrF2. Satu contoh pembentukan garam
demikian, adalah:

KrF2 + SbF5 KrF+ + SbF6-

Berikut adalah gambar struktur Kristal dari KrF2 :


21

2.6. Kegunaan gas mulia

1. Helium

Sebagai gas pengisi kapal udara dan balon udara untuk mempelajari
cuaca, karena sifatnya yang sukar bereaksi, tidak mudah terbakar dan
ringan.
Helium cair dipakai sebagai cairan pendingin untuk menghasilkan
suhu yang rendah karena memiliki titik didih yang sangat rendah
Udara yang dipakai oleh penyelam adalah campuran 80 % He dan 20
% oksigen. Helium digunakan untuk menggantikan nitrogen karena
jika penyelam berada pada tekanan yang tinggi (dibawah laut) maka
kemungkinan besar nitrogen larut dalam darah. Dalam jumlah sedikit
saja nitrogen larut dalam darah, maka akan terjadi halusinasi yang
disebut narkos nitrogen. Akibat halusinasi ini penyelam mengalami
seperti terkena narkoba sehingga membahayakan penyelam. Selain
itu, ketika nitrogen banyak larut dalam darah dan penyelam kembali
ke keadaan normal maka timbul gelembung gas nitrogen dalam darah
yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat karena nitrogen melewati
pembuluh-pembuluh darah bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Inilah yang disebut benos.
Campuran Helium dan Oksigen juga dipakai oleh para pekerja dalam
terowongan dan tambang bawah tanah yang bertekanan tinggi.

2. Neon

Neon biasanya digunakan untuk mengisi lampu neon


Neon digunakan juga sebagai zat pendingin, indicator tegangan tinggi,
penangkal petir dan untuk pengisi tabung-tabung televisi.
Neon cair digunakan sebagai pendingin pada reactor nuklir.
22

3. Argon

Sebagai pengisi lampu pijar karena tidak bereaksi dengan kawat


wolfram yang panas
Untuk lampu reklame dengan cahaya berwarna merah muda
Digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau
roket

4. Kripton

Gas krypton bersama dengan argon digunakan untuk mengisi lampu


tioresensi (lampu neon) bertekanan rendah. Krypton inilah yang
membuat lampu menyala menjadi putih.
Untuk lampu kilat fotografi berkecepatan tinggi
Krypton juga digunanakan dalam lampu mercusuar, laser untuk
perawatan retina.

5. Xenon

Untuk pembuatan tabung elektron


Untuk pembiusan pasien pada saat pembedahan karena xenon bersifat
anestetika (pemati rasa)
Sebagai bahan baku pembuatan senyawa-senyawa xenon
Garam Perxenan (Na4XeO3) sebagai oksidator paling kuat
Untuk membuat lampu-lampu reklame yang member cahaya biru.
Pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri).
Untuk mengeluarkan cahaya pada kamera saat pemotretan (blitz)
23

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasrkan uraian pada pembahasan, diperloleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Gas mulia golongan 8A ditemukan tidak berwarna dan tidak berbau, dan
merupakan gas monoatomik pada temperatur kamar.
2. Gas mulia dianggap merupakan unsur yang inert (tidak reaktif) sampai Neil
Bartlett berhasil mereaksikan xenon dengan platinaheksafluorida PtF6.
3. L. Palmieri menemukan helium dibumi yang kemudian keberadaannya
dikonfirmasi oleh William Ramsay.
4. Argon ditemukan oleh Lord Rayleigh dan William Ramsay.
5. Neon, Kripton, Xenon ditemukan oleh William Ramsay dan Travers MW.
6. Gas mulia memiliki sebutan sebagai Kelompok 18 dari tabel periodi.
7. Diberi nama gas mulia karena sifatnya yang tidak reaktif. Samapai
ditemukannya reaksikan xenon dengan platinaheksafluorida PtF6, gugurlah
anggapan bahwa gas mulia bersifat tidak reaktif.
8. Nama gas mulia tetap melekat sampai sekarang dikarenakan kestabilan
konfigurasi elektronnya
9. Syarat persenyawaan gas mulia adalah unsur gas mulia harus memiliki jari-jari
yang besar dan gas mulia hanya bereaksi dengan unsur-unsur yang memiliki
kelektronegatifan paling besar seperti oksigen dan fluorin.
10. Persenyawaan dimungkinkan dengan beberapa cara, yaitu : ikatan koordinasi,
interaksi dipol, dan keadaan tereksitasi.
24

DAFTAR PUSTAKA

Chympom. 2012. Gas Mulia.


https://chypom1005.wordpress.com/2012/03/31/gas-mulia/. Diakses pada
tanggal 01 Desember 2015

Greenwood, N.N. and Earnshaw, A. 1997. Chemistry Of The Element Second


edition. England : Butterworth Heinemann

Housecroft, Catherine.E. dan Alan G. 2008. Sharpe. Inorganic ChemistryThird


edition. England: Pearson Education Limited

Shriver dan Atkins. 2010. Inorganic Chemistry. Great Britain : Oxford University
Press

Suyanta. 2013. Buku Ajar Kimia Unsur. Yogakarta : Gadjah Mada University
Press

Anda mungkin juga menyukai