Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOHIDROLOGI

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ferryati Masitoh, S.Si, M. Si

ACARA VII

GEOLISTRIK

Disusun oleh :

Hanri Bawafi

130722607348

Offering H 2013

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2015
ACARA V

GEOLISTRIK

I. Tujuan
1. Mengetahui kandungan air tanah dengan metode geolistrik
2. Menganalisis hasil pemantauan dengan geolistrik

II. Dasar Teori


Pendugaan geolistrik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai
lapisan tanah di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan
mineral pada kedalaman tertentu. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan
bahwa material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila
dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan jenis yang lebih rendah daripada
batuan mineral. Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis
(resistivity) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau tanah melalui
elektroda arus (current electrode), kemudian arus diterima oleh elektroda potensial.
Beda potensial antara dua elektroda tersebut diukur dengan volt meter dan dari harga
pengukuran tersebut dapat dihitung tahanan jenis semua batuan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Todd, 1980 dalam Gusfan, 2008)
Harga tahanan jenis batuan tergantung macam materialnya, densitas, porositas
batuan, kandungan air, sifat air dan suhu. Dengan demikian tidak ada kepastian harga
tahanan jenis untuk setiap batuan. Batuan beku dan batuan malihan mempunyai harga
tahanan jenis berkisar antara 102 sampai dengan 108 Ohmmeter. Batuan endapan dan
batuan malihan yang lepas mempunyai harga tahanan jenis berkisar antara 1 sampai
dengan 104 Ohmmeter. Akuifer berupa material lepas mempunyai harga tahanan jenis
yang berkurang apabila makin besar kandungan air semakin besar kandungan
garamnya (misalnya air asin). Mineral lempung bersifat menghantarkan arus listrik
sehingga tahanan jenisnya akan kecil.
Cara kerja metode geolistrik ini didasarkan pada sifat-sifat listrik dari batuan
penyusun kerak bumi. Alat ini sering digunakan untuk memetakan penyebaran
akuifer. Alat untuk pendugaan geolistrik lebih dikenal dengan nama resistivitymeter.
Dengan mengalirkan arus listrik ke bumi lewat elektroda yang dipasang dan dicatat
pula tegangan yang ditimbulkan oleh arus tersebut, maka dapat ditutup besaran
tahanan jenis setiap kedalaman yang diinginkan, maka jarak antar elektroda diubah,
dimana semakin jauh jarak antara elektroda maka semakin dalam tahanan jenis batuan
yang didapat.
Konfigurasi posisi elektroda yang umum digunakan yakni konfigurasi
Schlumberger dan Wenner. Pada pendugaan geolistrik Schlumberger, elektroda
ditempatkan dalam satu garis lurus, simetris terhadap tititk pusat, seperti terlihat
dalam gambar berikut. Jarak elektroda C1 dan C2 (AB) dibuat lebih besar dari jarak
antara dua elektroda potensial P1 dan P2 (MN). Biasanya dalam praktek di lapangan
digunakan jarak AB = 5 MN dan hasilnya cukup baik. Titik duga 0 terletak ditengah-
tengah sebagai titik duga. Arus listrik I dialirkan dan diukur antara kutub-kutub arus
listrik C1 dan C2 sedangkan tegangan listrik V diukur antara kutub-kutub P1 dan P2.

Pada konfigurasi Wenner, penyusunan titik ukur mengunakan sistem grid,


sehingga lokasi tersebut dapat terukur dari berbagai arah. Jarak antara grid dan
intervalnya diatur sesuai luas lokasi. Pada gambar memperlihatkan empat buah kutub
listrik yang ditancapkan dengan interval yang sama pada sebuah garis lurus. Cara
rangkaian seperti ini disebut konfigurasi Wenner. Jarak elektroda C1 dan C2 (AB)
dibuat tiga kali dari jarak antara dua elektroda potensial (MN). Titik duga no 0
terletak di tengah-tengah. Arus listrik I dihubungkan antara arus listrik C1 dan C2 lalu
dialirkan secara bertahap. Kemudian hasil pembacaan tegangan V diukur selisihnya
antara kutub tegangan P1 dan P2. Tahap demi tahap interval kutup AB diperpanjang
dengan titik duga sebagai pusat untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik. (Runi,
2012 : 9-16)

III. Alat dan Bahan


1. Software Res2DINV
2. Data hasil geolistrik
3. Meteran
4. Alat geolistrik resistivitymeter
5. Kabel
6. GPS

IV. Langkah Kerja


1. Menyiapkan alat geolistrik dan membentangkan tali meteran
2. Menancapkan elektrode potensial dan elektrode arus pada jarak tertentu
3. Nyalakan alat geolistrik dan stabilkan indikator potensial dan arus ke angka nol
4. Lakukan penyetruman dan catat angka yang ditunjukkan indikator potensial dan
arus dengan menekan tombol “Hold” pada alat
5. Ulangi langkah tersebut dengan memindahkan elektrode pada jarak tertentu
6. Masukkan data yang ditunjukkan indikator potensial dan arus ke dalam Notepad
dengan menyesuaikan kriteria susunan data untuk software Res2DINV
7. Gunakan data pada kolom x, a, n dan rho a untuk konfigurasi Schlumberger dan x,
a dan rho a untuk konfigurasi Wenner, terapkan pada ketiga data lintasan yang
telah dibuat
8. Buka software Res2DINV, masukkan data dari Notepad dengan memilih Read
Data File kemudian pilih Last Square Inversion untuk memunculkan hasil
pembacaan dari geolistrik

V. Hasil Praktikum
Lintasan 1
a. Konfigurasi Wenner
b. Konfigurasi Schlumberger

Lintasan 2
a. Konfigurasi Wenner
b. Konfigurasi Schlumberger

Lintasan 3
a. Konfigurasi Wenner
b. Konfigurasi Schlumberger

VI. Pembahasan
Praktikum geolistrik lapangan diadakan di kecamatan Pakis, kabupaten Malang.
Geolistrik dilakukan untuk mengetahui nilai tahanan jenis atau resistivitas dalam
satuan ohm.meter, nilai resistivitas yang berbeda menunjukkan perbedaan material
lapisan tanah dan jenis batuan yang berbeda begitu pula dengan kandungan air tanah.
Berikut ini disajikan tabel resistivitas beserta material yang ditunjukkan oleh nilai
resistivitasnya. Pendugaan kandungan air tanah memiliki beberapa macam aturan
konfigurasi yaitu Wenner, Schlumberger, ½ Schlumberger, ½ Wenner, dipole-dipole
dan lain sebagainya. Dalam praktikum ini menggunakan dua metode yaitu Wenner
dan Schlumberger. Terdapat tiga lintasan yang masing-masing menggunakan
konfigurasi Wenner dan Schlumberger.
Setiap pemodelan resistivitas tentu mempunyai absolute error yang menunjukkan
adanya kesalahan antara pengukuran nilai resistivitas yang diperkirakan oleh software
dengan resistivitas di lapangan sebesar 25,2% pada iterasi ke-3, semakin kecil error
maka semakin akurat data yang dihasilkan. Untuk mengecilkan nilai error, perlu
dilakukan perhitungan ulang terhadap data masukan atau dengan mengubah
pengaturan pada software seperti yang dilakukan pada hasil praktikum ini yaitu
dengan mengklik Inversion, lalu memilih Inversion Method and Settings kemudian
klik Choose Logarithme and Apparent Resistivity lalu pilih Use Apparent Resistivity.
Dengan menggunakan apparent resistivity maka dihasilkan model resistivitas yang
jelas dan mampu menurunkan error yang tadinya 52,5% menjadi 25,2% pada lintasan
1 dan berlaku pada lintasan lainnya. Namun apabila model dengan kemungkinan
kesalahan RMS terlalu kecil kadang-kadang dapat menunjukkan variasi yang besar
dan tidak realistis dalam nilai-nilai resistivitas model dan mungkin tidak selalu
menjadi model terbaik. Error RMS yang terbaik biasanya terjadi antara iterasi ke-3
dan iterasi ke-5.
Lintasan 1 dengan error 25,2% yang menggunakan konfigurasi Wenner mencapai
kedalaman antara 0,25 m – 1,99 m terbentang ke arah kanan sepanjang 50 meter ke
kanan dari pusat pengukuran atau posisi elektroda potensial menunjukkan pendugaan
kandungan air dalam tanah terdapat pada nilai resistivitas 0,0172 – 0,25 ohm.meter
yang ditunjukkan dengan warna biru pada kedalaman 0,25 – 1,35 m, sedangkan pada
nilai resistivitas diatas 0,25 – 3,65 ohm.meter merupakan tanah lempung yang
ditunjukkan dengan warna hijau dan nilai resistivitas diatas 3,65 merupakan pasir dan
kerikil yang ditunjukkan warna kuning, merah dan ungu. Lapisan air tanah terbentang
pada jarak 1,5 – 2 m, 12 – 21m dan 23 – 43m. Kemudian pada konfigurasi
Schlumberger mencapai kedalaman antara 0,25 m – 2,69 m dengan error 24,6%,
lapisan air tanah dengan nilai resistivitas 0,0177 – 0,385 diduga berada pada
kedalaman 0,25 meter – 1,99 meter yang terbentang antara 1,5 – 2 m dan 12 – 48m
dari pusat pengukuran, sedangkan pada nilai resistivitas diatas 0,385 – 3,00
ohm.meter merupakan tanah lempung yang ditunjukkan dengan warna hijau dan nilai
resistivitas diatas 3,00 merupakan pasir dan kerikil yang ditunjukkan warna kuning,
merah dan ungu.
Lintasan 2 konfigurasi Wenner terbentang ke arah kanan sepanjang 46,5 meter
dari pusat pengukuran atau posisi elektroda potensial dengan error 27,7% yang
mencapai kedalaman 0,25 – 1,99 m menunjukkan pendugaan air tanah dengan nilai
resistivitas 0,0173 – 0,214 yang terbentang pada jarak antara 1,5 – 2 m, 10 – 21 m, 25
– 27 m dan 28 – 42 m dari pusat pengukuran dengan kedalaman 0,25 – 1,35 m,
sedangkan pada nilai resistivitas diatas 0,214 – 1,15 ohm.meter merupakan tanah
lempung yang ditunjukkan dengan warna hijau dan nilai resistivitas diatas 1,15
ohm.meter merupakan pasir dan kerikil yang ditunjukkan warna kuning, merah dan
ungu. Kemudian pada konfigurasi Schlumberger mencapai kedalaman antara 0,25 m –
2,69 m dengan error 26,9%, lapisan air tanah dengan nilai resistivitas 0,0178 – 0,335
diduga berada pada kedalaman 0,25 meter – 1,35 meter yang terbentang antara 1,5 – 2
m, 8 – 21m dan 25 – 42 m dari pusat pengukuran, sedangkan pada nilai resistivitas
diatas 0,335 – 2,36 ohm.meter merupakan tanah lempung yang ditunjukkan dengan
warna hijau dan nilai resistivitas diatas 2,36 merupakan pasir dan kerikil yang
ditunjukkan warna kuning, merah dan ungu.
Lintasan 3 konfigurasi Wenner terbentang sepanjang 31,5 meter dari pusat
pengukuran dengan error 16,3% yang mencapai kedalaman 0,25 – 1,99 m
menunjukkan pendugaan air tanah dengan nilai resistivitas 0,012 – 0,333 yang
terbentang pada jarak antara 8,5 – 21 m dan 30 – 31,5 m dari pusat pengukuran
dengan kedalaman 0,25 – 1,99 m, sedangkan pada nilai resistivitas diatas 0,333 – 3,06
ohm.meter merupakan tanah lempung yang ditunjukkan dengan warna hijau dan nilai
resistivitas diatas 3,06 merupakan pasir dan kerikil yang ditunjukkan warna kuning,
merah dan ungu. Kemudian pada konfigurasi Schlumberger mencapai kedalaman
antara 0,25 m – 1,99 m dengan error 16,3%, lapisan air tanah dengan nilai resistivitas
0,012 – 0,333 diduga berada pada kedalaman 0,25 meter – 1,99 meter yang terbentang
antara 8,5 – 21 m dan 30 – 31,5 m dari pusat pengukuran, sedangkan pada nilai
resistivitas diatas 0,333 – 3,06 ohm.meter merupakan tanah lempung yang
ditunjukkan dengan warna hijau dan nilai resistivitas diatas 3,06 merupakan pasir dan
kerikil yang ditunjukkan warna kuning, merah dan ungu. Pada lintasan ini antara
konfigurasi Wenner dan Schlumberger tidak terdapat perbedaan dikarenakan data
masukkan yang sedikit.

VII. Kesimpulan
Praktikum geolistrik untuk mengetahui potensi air tanah menghasilkan beberapa
kesimpulan diantaranya :
1. Data yang sedikit mengakibatkan hasil pemodelan pada konfigurasi Wenner sama
dengan konfigurasi Schlumberger, seperti pada lintasan 3
2. Semakin jauh jarak antar elektrode maka semakin dalam lapisan tanah yang
terbentuk pada hasil pemodelan. Pada praktikum ini jarak maksimal antar
elektroda yaitu 4 meter sehingga kedalaman yang ditunjukkan pada hasil
pemodelan tidak lebih dari 3 meter.
3. Nilai resistivitas berbeda karena dipengaruhi konfigurasi yang dipakai, ketelitian
pengukuran di lapangan, banyak atau sedikitnya data, kejenuhan permukaan tanah
terhadap air, keakuratan pada indikator potensial dan arus, jarak antar elektroda
dan litologi tanah yang diteliti
4. Garis kontur warna pada model hasil konfigurasi Wenner lebih tajam dan lebih
berliku daripada model konfigurasi Schlumberger
5. Warna biru pada pemodelan menunjukkan air tanah, warna hijau menunjukkan
tanah lempung yang jenuh terhadap air tanah dan warna kuning, merah serta ungu
menunjukkan material yang lebih kasar dan lebih keras daripada material yang
ditunjukkan pada warna hijau.
6. Dengan melihat hasil pemodelan yang ditunjukkan software Res2Dinv, lapisan
yang mengandung air tanah berada pada lapisan permukaan tanah atas yaitu
kedalaman 0,25 meter yang tidak ditemukan lapisan tanah impermeable di atasnya
dan tidak ditemukan tanah pada kedalaman lebih dari 2 meter, ini berarti air tanah
yang posisinya dangkal tersebut merupakan air resapan yang berada di lapisan
tanah bagian atas karena lapisan air tanah atau akuifer pasti berada di antara
lapisan tanah atas yang impermeable dan lapisan tanah bawah yang impermeable.
7. Warna biru yang tampak melengkung pada hasil pemodelan menunjukkan bahwa
di lokasi itulah terdapat lapisan tanah yang porositasnya tinggi sehingga
kandungan air tanah mengumpul di lokasi tersebut.
VIII. Daftar Pustaka
Asmaranto, Runi. 2012. Identifikasi Air Tanah (Groundwater) Menggunakan Metode
Resistivity (Geolistrik With Ip2win Software). E-Book Learning MK
Hidrogeologi 2012:9-15.
Halik, Gusfan dan Widodo, Jojok. 2008. Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Kampus Tegal Boto
Universitas Jember. Media Teknik Sipil 7(08):109-114.
Novia, Elfi, dkk. 2013. Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan Metoda Geolistrik
Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner di Universitas Negeri Padang Kampus Air
Tawar. Jurnal Pillar of Physics, Vol. 2. Oktober 2013, 01-08. Jurusan Fisika
FMIPA UNP
Wulandari, Novi; Sujito; Suaidi, Daeng. 2013. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas
2 Dimensi Untuk Menentukan Persebaran Air Tanah Di Desa Gunungjati
Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Malang
_______. 2010. Manual Instruction RES2DINV ver. 3.59. Malaysia: Geotomo
Software

Anda mungkin juga menyukai