Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

1. WAKTU DAN TEMPAT PENGUKURAN


Proses pengukuran dan akuisisi data dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Februari 2023 sampai
Jumat, 24 Februari 2023 pada pukul 08.00-16.30 WIB. Pengukuran dilakukan di Desa Sumuradem Timur,
Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Jumlah lintasan ERT (Electrical
Resistivity Tomography) atau geolistrik 2D terdiri dari 2 lintasan sedangkan jumlah titik untuk VES (Vertical
Electrical Sounding) atau geolistrik 1D sebanyak 2 titik.

Gambar 1. Peta lokasi pengukuran geolistrik VES dan ERT pada area pengukuran (Google Hybrid, 2022)

2. RESISTIVITAS BATUAN

Secara umum faktor yang mempengaruhi sifat kelistrikan batuan adalah konduksi elektronik,
konduksi elektrolitik, dan konduksi dielektrik. Sifat kelistrikan disini adalah karakteristik batuan ketika
dialirkan pada batuan tersebut. Konduksi elektronik terjadi pada material yang memiliki banyak elektron
bebas di dalamnya sehingga arus listrik dialirkan dalam material oleh elektron bebas.

2
Konduksi elektrolitik banyak terjadi pada batuan atau mineral yang bersifat porus dan pada pori-
pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit sehingga memungkinkan arus listrik mengalir akibat dibawa oleh
ion-ion larutan elektrolit. Konduktivitas dan resistivitas batuan pori bergantung pada volume dan susunan
pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak dan
sebaliknya. Konduksi dielektrik terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik artinya batuan tersebut
mempunyai elektron sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik
dari luar, maka elektron-elektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan
intinya, sehingga terjadi polarisasi.

Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu; konduktor baik (10-6<ρ< 100 Ohm.m), konduktor pertengahan (100<ρ< 107 Ohm.m), isolator
(ρ> 107).

Tabel 1. Tabel harga resistivitas material bumi (disarikan dari Telford, 1990)

3. INFORMASI GEOLOGI
Lokasi pengukuran secara geologi seluruhnya terletak pada Endapan Dataran Banjir (Qaf)
(Gambar 2). Menurut Abidin dan Sutrisno (1992), Endapan Dataran Banjir terdiri dari litologi lempung
tufan, lanau, dan pasir halus. Lempung memiliki karakteristik nilai resistivitas yang cenderung rendah. Nilai
ini lebih rendah daripada nilai resistivitas akuifer air tanah.

3
Gambar 2 Peta Geologi Area Pengukuran

4
BAB II. METODOLOGI

1. PERALATAN SURVEI

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran Geolistrik adalah sebagai berikut:

1. Syscal Jr. Resistivitymeter 6. Aki 12 volt

2. Roll kabel 80 m 12 buah, 100 m 2 buah 7. Kabel power

3. Elektroda Stainless Steel 49 buah 8. Palu 4 buah

4. Meteran 100 m 2 buah 9. HT 4 buah

5. Box multichannel 10. Sepatu safety 5 buah

Gambar 3 Peralatan Survei ERT dan VES

2. PROSEDUR AKUISISI
1. Proses akuisisi dimulai dengan menentukan titik ukur.
2. Setelah sampai dititik ukur, maka berikutnya adalah menentukan arah bentangan kabel.
Idealnya arah bentangan mengikuti kriteria berikut:
a. Kabel dibentang pada kondisi topografi yang relatif datar

5
b. Bentangan kabel sesuai dengan arah strike perlapisan batuan
c. Bentangan tidak sejajar dengan sungai
3. Mengatur posisi peralatan, membentangkan meteran dan memasang elektroda sesuai
dengan desain survei.
4. Menghubungkan Syscal Jr. Resistivitymeter dengan elektroda sesuai menggunakan kabel arus
dan kabel potensial.
5. Menghubungkan Syscal Jr. Resistivitymeter dengan sumber daya (baterai) menggunakan
kabel power.
6. Menghidupkan Syscal Jr. Resistivitymeter dan mengatur arus keluaran.
7. Mulai pengukuran untuk data pertama sesuai dengan logsheet.
8. Melakukan QC data, mengulangi pengukuran jika data tidak bagus.
9. Menggeser posisi elektroda sesuai dengan desain survei di logsheet.
10. Mengulangi proses nomor 7 dan 9 sampai selesai.
11. Setelah selesai pengukuran, kemudian alat di-packing kemudian pindah ke titik lainnya.

3. PENGOLAHAN DATA

Pada tahap pengolahan data, data yang diperoleh dari pengukuran baik data ERT maupun VES,
diproses untuk mendapatkan nilai resistivitas semu dengan mengalikan nilai resistansi dengan faktor
geometri. Proses awal yang dilakukan semua disiapkan dengan menggunakan software Ms. Excel.
Kemudian dengan software notepad data kita susun sesuai software yang akan digunakan untuk
pengolahan lanjutan.

Pada tahap pengolahan lanjutan untuk data ERT (2D), software yang digunakan yaitu Res2DInv.
Software ini didesain untuk interpretasi electrical tomography pemodelan 2D berdasarkan data
resistivitas. Data ERT yang telah disusun dalam format .dat pada software Res2DInv dilakukan inversi
untuk mendapatkan respon data (calculated data) yang memiliki nilai yang sama dengan data terukur
(measured/observed data) yang kemudian dari keduannya akan diperoleh nilai data resistivitas. Kemudian
dari hasil tersebut dilakukan pemodelan untuk tiap-tiap lintasan terukur. Dari pemodelan tersebut dapat
diketahui zona-zona yang memiliki nilai resistivitas tinggi dan rendah serta apabila jarak antar lintasan
memenuhi maka korelasi antar lintasan dapat dilakukan.

6
Pada tahap pengolahan lanjutan untuk data VES (1D) digunakan proses forward dan inverse.
Pengolahan forward dan inverse data VES ini menggunakan software VESCORE yang dibuat oleh penulis.
Software ini dibuat dengan algoritma yang disusun oleh Koefoed,1979. Algoritma ini juga pernah
digunakan sebelumya oleh Eddy Hartantyo, 1998 dan Ali Fahmi, 2013. VESCORE membutuhkan data
jumlah data, nilai AB/2 dan nilai rho apparent sebagai input pertama. Proses forward dilakukan dengan
memasukkan model awal. Model awal yang dimasukkan mengikuti kaidah curve matching. Proses
selanjutnya adalah inverse dimana proses ini berfungsi untuk mendapatkan model perlapisan resistivitas
dengan nilai kesalahan (error) yang kecil. Terakhir model disimpan dan dilakukan interpretasi.

Hasil pemodelan korelasi antar lintasan kemudian dipadukan dengan data geologi lapangan dan
informasi geologi lokal-regional sehingga interpretasi pada daerah pengukuran dapat dilakukan secara
komprehensif.

7
BAB III. HASIL PENGUKURAN

1. ANALISIS HASIL PENGOLAHAN


Hasil pengolahan ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel dan model log resistivitas untuk
geolistrik 1D, sedangkan geolistrik 2D ditampilkan dalam bentuk model 2D resistivitas. Dalam grafik 1D
dan model 2D terdapat data hasil pengukuran, model resistivitas, dan data terhitung. Adapun RMS error
berasal dari selisih antara data pengukuran dengan data terhitung. Data terukur pada geolistrik 1D
ditampilkan dengan titik-titik merah dan data terhitung ditampilkan dengan garis biru. Kemudian model
perlapisan resistivitas ditampilkan oleh garis hitam. Selain dalam grafik, model perlapisan ditampilkan
dalam tabel dan log resistivitas (Lihat Gambar 4 dan Gambar 5). Data terukur pada geolistrik 2D
ditampilkan pada baris pertama, data terhitung pada baris kedua, dan model resistivitas 2D pada baris
terakhir (Gambar 6 dan Gambar 7). Sebaran data resistivitas semu atau nilai terukur di lapangan pada
lokasi penelitian berada pada kisaran 0.1 – 50 ohm meter dengan sebaran yang baik dan tidak terlalu
banyak noise. Dengan tidak banyak noise menghasilkan error masing-masing titik sebagai berikut, Titik
VES 1 memiliki RMS error 7,88%, Titik VES 2 memiliki RMS error 6,38%, lintasan ERT 1 memiliki RMS error
18,3%, dan lintasan ERT 2 memiliki RMS error 14,1%.

Gambar 4 Hasil pengolahan data titik VES 1

8
Gambar 5 Hasil pengolahan data titik VES 2

Gambar 6 Hasil pengolahan data lintasan ERT 1

9
Gambar 7 Hasil pengolahan data lintasan ERT 2

2. INTERPRETASI
Berdasarkan sebaran data hasil yang diperoleh, distribusi nilai resistivitas pada area pengukuran
tiap-tiap titik dan lintasan dibagi menjadi dua kelompok rentang nilai resistivitas. Kelompok pertama yaitu
rentang resitivitas rendah dengan nilai < 2 Ohm meter, kedua merupakan rentang resistivitas sedang
dengan nilai > 2 Ohm meter atau 2 sampai 14 Ohm meter. Kedua kelompok rentang nilai ini dapat
dikategorikan nilai resistivitas yang cukup rendah karena di bawah nilai 15 Ohm meter. Berdasarkan data
geologi, area pengukuran berada pada Endapan Dataran Banjir yang terdiri dari litologi lempung tufan,
lanau, dan pasir halus. Nilai resistivitas yang rendah sampai sangat rendah ini sangat cocok diasosiasikan
dengan litologi lempung yang mendominasi area pengukuran.
Kelompok resistivitas pertama yang sangat rendah diinterpretasikan sebagai lapisan lempung,
sedangkan kelompok resistivitas kedua yang rendah diinterpretasikan sebagai lempung tufan. Model
resistivitas dan interpretasi dari lintasan ERT 1 dan ERT 2, serta titik VES 1 dan VES 2 menunjukkan pola
yang sama, yaitu terdapat lapisan lempung dan lapisan lempung tufan (Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar
10). Kehadiran lempung di seluruh area pengukuran sampai kedalaman 150 meter, memperkecil
kemungkinan adanya air tanah karena peran lempung yang memiliki sifat penahan air atau biasa berperan
sebagai batuan tudung (cap rock) pada akuifer air tanah. Seluruh lintasan dan titik geolistrik terukur juga
ditampilkan dalam model 3D yang ditunjukkan Gambar 11, Gambar 12, Gambar 13, dan Gambar 14

10
Gambar 8 Model resistivitas dan interpretasi VES 1 dan VES 2

Gambar 9 Model resistivitas dan interpretasi ERT 1

11
Gambar 10 Model resistivitas dan interpretasi ERT 2

Gambar 11 Model 3D ERT 1, ERT 2, VES 1, dan VES 2 dari arah NE

12
Gambar 12 Model 3D ERT 1, ERT 2, VES 1, dan VES 2 dari arah NW

Gambar 13 Model 3D ERT 1, ERT 2, VES 1, dan VES 2 dari arah SE

13
Gambar 14 Model 3D ERT 1, ERT 2, VES 1, dan VES 2 dari arah SW

14
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai resistivitas dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama yaitu rentang resitivitas
rendah dengan nilai < 2 Ohm meter, kedua merupakan rentang resistivitas sedang dengan
nilai > 2 Ohm meter atau 2 sampai 14 Ohm meter
2. Nilai resistivitas yang diperoleh merupakan nilai yang dikategorikan rendah sampai sangat
rendah dan sangat cocok diasosiasikan dengan litologi lempung yang mendominasi area
pengukuran
3. Kelompok resistivitas pertama yang sangat rendah diinterpretasikan sebagai lapisan
lempung, sedangkan kelompok resistivitas kedua yang rendah diinterpretasikan sebagai
lempung tufan.
4. Kehadiran lempung di seluruh area pengukuran sampai kedalaman 150 meter,
memperkecil kemungkinan adanya air tanah karena peran lempung yang memiliki sifat
penahan air atau biasa berperan sebagai batuan tudung (cap rock) pada akuifer air tanah.

2. SARAN

Pengukuran geolistrik dilakukan untuk estimasi keberadaan lapisan akuifer, sungai bawah tanah,
dan identifikasi litologi. Nilai resistivitas yang sangat rendah sangat berkorelasi dengan kehadiran lempung
yang dominan. Pada area pengukuran terbukti dari data geolistrik bahwa kehadiran lempung sangat
dominan, sehingga memperkecil kemungkinan keterdapatan air tanah pada area pengukuran. Untuk
memenuhi kebutuhan air di area pengukuran, pemilik lahan dapat berkonsultasi dengan ahli hidrogeologi
atau ahli lingkungan agar dapat menemukan alternatif solusi sumber air selain air tanah.

15
BAB V. PENUTUP
Metode geolistrik VES dan ERT ini adalah metode pendekatan untuk mengetahui perlapisan
batuan. Metode ini memiliki ambiguitas dalam proses pengolahan dan pemodelan sehingga data yang
sama dapat menghasilkan interpretasi yang bermacam. Selain itu, semakin dalam maka resolusi geolistrik
semakin kecil. Misalkan pada kedalaman kurang dari 10 m geolistrik mampu mendeteksi lapisan dengan
ketebalan 1 m, namun untuk ketebalan lapisan yang sama pada kedalaman 25 m sudah tidak dapat
mendeteksinya.

Dengan demikian, kepastian perlapisan batuan di area pengukuran dapat dilihat dari hasil
pengeboran, apabila keadaan hasil pengukuran ini menyimpang dari hasil pengeboran, maka perlu adanya
penyesuaian keadaan tersebut. Kemudian keputusan atau pendapat hendaknya ditetapkan oleh pihak-
pihak yang berkompeten.

16
BAB VI. REFERENSI

Abidin, H.Z. dan Sutrisno. (1992). Peta Geologi Lembar Pamanukan, Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.

Koefoed, O. (1979). Resistivity sounding on an earth model containing transition layers with linear change
of resistivity with depth. Geophysical Prospecting, 27(4), 862-868.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. & Keys, D.S. (1976). Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge
University Press.

17
BAB VII. DOKUMENTASI

Proses pengambilan data geolistrik

18

Anda mungkin juga menyukai