Anda di halaman 1dari 40

REVIEW JURNAL

TUGAS EKSPLORASI TAMBANG

NAUFAL SYAUQI
2110024427061
Review Jurnal I

Judul Penyelidikan Bijih Besi Dengan Metode Geomagnet Dan Geolistrik


Penulis Yeremias K. L. Killo, Rian Jonathan, Sarwo Edy Lewier, Yusias
Andrie
Keterangan Jurnal Mahasiswa Teknik Pertambangan Upn “Veteran” Yogyakarta
ISSN
Masalah 1. Diketemukannya adanya boulder dan singkapan tetapi belum
diketahui penyebaran biji besi nya.
2. Belum diketahuinya jenis bijih besi yang ada di lokasi penelitian
Tujuan 1. Mendapat gambaran baik secara vertical maupun horizontal tentang
kondisi bawah permukaan termasuk yang diduga sebagai bijih besi.
2. Menganalisis data hasil pengukuran dan menginterpretasi data
geolistrik tersebut dalam 2 penampang, yaitu penampang
Geomagnet dan Resistivity.

Tinjauan Pustaka Metode yang digunakan dalam eksplorasi ini yaitu metode geofisika,
metode ini menerapkan prinsip – prinsip fisika yang digunakan untuk
mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
bumi. Dalam hal ini metode geofisika yang dipilih adalah metode
geolistrik tahanan jenis (resistivity 2D) dan metode geomagnet.
Metode geomagnet digunakan karena bijih besi yang memiliki magnet
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran bijih besi yang
berada di bawah permukaan berdasarkan anomali medan magnet,
untuk metode geolistrik tahanan jenis (resistivity) karena dengan
metode ini dapat mengetahui ketebalan lapisan bijih besi yang berada
di dalam tanah berdasarkan harga resistivitas bijih besi. Konfigurasi
yang dipakai adalah konfigurasi Wenner alpha. Paket program yang
digunakan adalah RES2DINV sehingga hasil output program yang
bisa ditampilkan adalah hasil Resistivity. Untuk Prospeksi awal pola
yang di lakukan adalah pengukuran Geomagnet, sedangkan
penyebaran dan kedalaman benda Magnetit yang di duga
Bijih Besi akan di tunjukkan pada RES2DINV. Rekomendasi dari 2
metode bisa di gunakan untuk pendugaan potensi Bijih Besi di daerah
tersebut.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
noneksperimental. Penelitian dilakukan dengan mengamati keadaan
batuan secara langsung dan menambil sampel secara sistematis pada
lubang bukaan untuk dilakukan uji laboratorium.
Hasil dan Analisa Peta Anomali Geomagnet
Pembahasan Peta Anomali Geomagnet di buat dengan bantuan program surfer.
Semua data pengukuran Anomali Geomagnet yang telah di download
dari alat geomagnet kemudian dimasukan kedalam program surfer
sebagi data base, akan tetapi data ini harus digabungkan terlebihdahulu
dengan data koordinat titik pengukuran. Setelah data masuk kedalam
data surfer maka dilanjutkan dengan membuat kontur, dimana anomali
geomagnet yang sama akan dihubungkan dengan
garis kontur.

Gambar. 1 Peta Anomali Geomagnet

Peta anomali geomagnet hasil dari program surfer dari 8 Lintasan yang
telah dilakukan pengukuran geomagnet di lapangan Berdasarkan Peta
Anomali Geomagnet maka anomali positif ditunjukan dengan warna
merah dan anomali negatif ditunjukan dengan warna biru. Dugaan
bijih besi terdapat pada pasangan anomali positif dan negatif dimana
anomali positif terdapat di sebelahutara dari anomali negatif.

Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik


Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik Intepretasi data
geomagnet dan geolistruik adalah perbandingan antara grafik
geomagnet dengan penampang resistivity dan penampang IP. Berikut
ini dalah intepretasi data geomagnet dan geolistrik pada setiap
Lintasan.

Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik Lintasan 1 – 8.


Lintasan 1-8 dibuat dengan arah dari Utara ke selatan sepanjang 470
m dengan 48 elektroda.
Pada grafik geomagnet Lintasan 1 terdapat anomali positif dan negatif
disekitar elektroda ke 17 sampai dengan 25 sebagai dugaan bijih besi
magnetit, hal ini didukung dengan adanya kontrasresistivity dan IP
yang terjadi pada penampang resistivity dan IPdisekitar elektroda 170
m sampai dengan 240 m pada kedalaman 40 m sampai dengan 70 m.
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang terjadi maka untuk dugaan
bijih besi hematite pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 240 m
sampai dengan 270 m pada kedalaman2 m sampai 15 m.

Pada grafik geomagnet Lintasan 2 terdapat anomali positif dan negatif


disekitar elektroda ke 19 sampai dengan 24 sebagi dugaan bijuh besi
magnetit, hal ini didukung dengan adanya kontras resistivity dan IP
yang terjadi pada penampang resistivity dan IPdisekitar elektroda 180
m sampai dengan 230 m pada kedalaman 3 m sampai dengan 10 m.
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang terjadi maka untuk dugaan
bijih besi hematite pada Lintasan 2 terdapat pada elektroda 340 m
sampai dengan 390 m pada kedalaman
20 m sampai 40 m.

Relevensi Menggunakan software RES2DINV


Terhadap
Penelitian
Review Jurnal II

Judul Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk


Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS
Surabaya
Penulis Andrias Sanggra Wijaya
Keterangan Jurnal Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN 1410-2994
Masalah Bagaimana potensi struktur lapisan tanah dengan menggunakan
metode geolistrik resistivitas
Tujuan Untuk menentukan stuktur lapisan tanah di halaman belakang SCC
ITS Surabaya metode geolistrik resistivitas.
Tinjauan Pustaka A. Metode Geolistrik Resistivitas
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan
meliputi pengukuranmedan potensial, arus, dan elektromagnetik yang
terjadibaik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus kedalam
bumi. Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas
yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah
permukaan secara horisontal.

B. Resistivitas Semu
Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada anggapan bahwabumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis
yang terukur merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak
tergantung pada spasi elektroda. Besarnya resistivitas semu (ρa) adalah
2𝜋 ∆V
ρa = 1 1 1 1
[( r1− r2)− ( r3− r4)] 𝐼

atau ρa = K∆V
𝐼

dengan K= 2𝜋
1 1 1 1
[( − )− ( − )]
r1 r2 r3 r4

Dimana K adalah faktor geometri yaitu: besaran koreksi letak kedua


elektroda potensial terhadap letak elektroda arus
C. Metode Konfigurasi Wenner
Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915).
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering
digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasisama
panjang (r1 = r4 = a dan r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus adalah
tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-
nya adalah a/ 2, maka jarak masing elektroda arus dengan titik
soundingnya adalah 3a / 2 . Target kedalaman yang mampu dicapai
pada metode ini adalah a/ 2. Dalam akuisisi data lapangan susunan
elektroda arus dan potensial diletakkan simetri dengan titik sounding.
Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda
potensial adalah sama. Seperti yangtertera pada gambar 1.

Gambar 1. Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner

Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM = NB = a


dan jarak AN = MB = 2a
2𝜋
K= 1 1 1 1
[( − )− ( − )]
𝑎 2𝑎 r3 r4

K= 2𝜋𝑎
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner
adalah:
Kw = 2𝜋𝑎 dan ρw = Kw.R

Metodologi 1. Beda potensialnya (tegangan)


Penelitian 2. Besarnya resistivitas semu
3. jarak spasi
Hasil Pembahasan Setelah data pengukuran dan perhitungan didapatkan, kemudian
dilakukan inversi 2 dimensi dengan menggunakan metode optimasi
least-square non-linier yang ada pada software Res2Dinv. Hasil
inversi 2 dimensi ini didapatkan gambar penampang distribusi
resistivitas bawah permukaan yang diteliti

Gambar. 2 Penampang resistivitas lintasan 1

Dari hasil inversi 2D dengan menggunakan metode least square non


linier yang ada pada software Res2Dinv, didapatkan distibusi
resistivitas bawah permukaan yang dicitrakan dengan warna yang
berbeda Dari gambar penampang resistivitas tersebut dihasilkan tiga
bagian gambar yang berbeda pada masing-masing lintasan, yaitu
gambar pertama merupakan distribusi resistivitas yang terukur di
lapangan, gambar kedua menjelaskan distribusi resistivitas
berdasarkan nilai resistivitas semu hasil perhitungan dan gambar
ketiga menjelaskan distribusi resistivitas setelah dilakukan inversi
yang menunjukkan nilai resistivitas sebenarnya.
Hasil inversi menunjukkan nilai resistivitas sebenarnya yang berbeda
dengan resistivitas semu hasil perhitungan. Prosentase kesalahan
antara nilai resistivitas semu yang didapatkan melalui pemodelan
dengan resistivitas bawah permukaan yang sebenarnya disebut dengan
RMS error. RMS error dianggap optimal jika variasi resistivitas bawah
permukaan dan sistem pelapisan batuan bawah permukaan sesuai
dengan perkiraan kondisi geologi daerah penyelidikan dan tidak harus
terkecil
Tabel. 1 Nilai Resistivitas Material – Matrial Bumi

Hasil pengukuran pengukuran data geolistrik pada lintasan 1


menunjukkan besarnya nilai resistivitas sebesar 0,643 – 56,3 Ωm.
Dengan mencocokkan hasil inversi tersebut dengan tabel 1, maka
dapat diketahui jenis lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas
semunya. Untuk nilai resistivitas sebesar 0,643-2,31 Ωm diperkirakan
merupakan lapisan dimana terkandung air tanah di dalamnya dimana
nilai resistivitasnya relatif kecil. Lapisan yang mengandung air tanah
tersebut berada pada kedalaman 1,35-1,99 m yang ditunjukkan
dengan warna biru tua.

Untuk nilai resitivitas sebesar 4,37-8,28 Ωm diperikirakan merupakan


lapisan yang berupa pasir yang bercampur dengan lempung. Dimana
pasir merupakan material batuan yang dapat meloloskan air, namun
dengan adanya sisipan lempung maka pada lapisan ini dapat
menyimpan air dan mengalirkannya namun dalam jumlah yang
terbatas. Untuk nilai resistivitas sebesar 15,7-56,3841 Ωm
diperkirakan merupakan lapisan yang terdiri dari aluvium.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa struktur tanah di halaman belakang SCC ITS tersusun atas
campuran tanah alluvial, air tanah, pasir, dan kerikil.
Relevansi Resistivitas Semu
Terhadap 2𝜋 ∆V
ρa = 1 1 1 1
[( r1− r2)− ( r3− r4)] 𝐼
Penelitian
atau ρa = K∆V
𝐼

dengan K= 2𝜋
1 1 1 1
[( − )− ( − )]
r1 r2 r3 r4

Dimana K adalah faktor geometri yaitu: besaran koreksi letak kedua


elektroda potensial terhadap letak elektroda arus.

Metode Konfigurasi Wenner


2𝜋
K= 1 1 1 1
[( − )− ( − )]
𝑎 2𝑎 r3 r4

K= 2𝜋𝑎
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner
adalah:
Kw = 2𝜋𝑎 dan ρw = Kw.R
Review Jurnal III

Judul Analisis Anomali Sinyal Ultra Low Frequncy Berdasarkan Data


Pengukuran Geomagnetik Sebagai Indikator Prekursor Gempa
Bumi Wilayah Lampung Tahun 2016
Penulis Ulfa Wahyuningsih, Syamsurijal Rasimeng, Karyanto, Rudianto
Keterangan Jurnal Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 4/No. 2
ISSN
Masalah 1. Bagaimana parameter anomali sinyal ULF berdasarkan data
pengukuran geomagnetik
2. Bagaimana onset time peningkatan sinyal ULF sebelum
terjadinya gempa bumi
3. Bagaimana episenter gempa bumi dari anomali sinyal ULF yang
terekam
Tujuan 1. Mengetahui parameter anomali sinyal ULF dikatakan sebagai
indikator prekursor gempa bumi
2. Mengetahui waktu mula (onset time)peningkatan sinyal ULF
sebelum terjadinya gempa bumi.
3. Mengetahui arah yang menunjukkan episenter gempa bumi dari
anomali sinyal ULF yang terekam
Tinjauan Pustaka Penelitian ini mengamati sepuluh titik gempa dengan magnitudo > 5
Mw yang berada di wilayah lampung pada tahun 2016, dimana titik-
titik penelitian yang akan diamati tercatat pada stasiun gempabumi
yang berada di Liwa, Lampung Barat. Lampung merupakan salah
satu bagian dari Pulau Sumatera yang memiliki potensi gempabumi
yang cukup tinggi. Pertemuan dari Lempeng Indo-Australia yang
menunjam Lempeng Eurasia merupakan salah satu faktor penyebab
wilayah ini seringkali mengalami gempabumi. Selain itu pertemuan
kedua lempeng tersebut juga menyebabkan terbentuknya deretan
gunungapi, Sistem Sesar Sumatera (Sumatera Fault System), serta
pergerakan tanah di sepanjang sesar dari Aceh hingga Selat Sunda.
Terdapatnya sesar-sesar kecil di wilayah Lampung yang merupakan
sesar orde dari sesar utama yang terbentang dari Aceh hingga ke
Teluk Semangko menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah yang rentan terhadap bahaya gempabumi.

Peningkatan Emisi ULF PadaPatahan Batuan

A. Efek Elektrokinetik
Dalam teorinya, Fenoglio, dkk, (1995) menjelaskan bahwa efek ini
muncul karena batuan mengalami perubahan tekanan yang disebabkan
oleh deposit silika pada batuan tersebut sehingga menghasilkan aliran
gangguan magnet bumi.

B. Efek Induksi
Menurut (Kovtun, 1980; Mogi, 1985) efek induksi adalah efek yang
muncul akibat adanya aktivitas di sumber gempabumi (focal zone)
yang menyebabkan perubahan pada konduktivitas geo-elektrik dan
amplitudo pada gelombang elektromagnetik, non-lithospheric.

C. Efek Micro-Fracturing
Molchanov dan Hayakawa, (1995) menjelaskan bahwa emisi
gelombang elektromagnetik dengan spektrum Ultra Low Frequency
(ULF) yang terekam diasumsikan dapat mengalami peningkatan
secara signifikan apabila terjadi patahan pada batuan.

D. Indeks DST (Disturbance StromTime)


Indeks Dst merupakan parameter pendukung yang digunakan dalam
mengukur intensitas badai magnetik dan ring current. Indeks Dst ini
telah dihitung oleh WDC- C2 Kyoto, Jepang sejak tahun 1957
menggunakan data dari empat stasiun observasi pada garis lintang-
lintang tengah dan lintang khatulistiwa di seluruh dunia.
Berdasarkan proyeksi garis lintang terhadap garis khatulistiwa pada
komponen horizontal lokal dari medan magnet, indeks Dst negatif
mencerminkan adanya badai magnetik, di mana ion positif yang
dihasilkan selama badai berlangsung, mengarahkan arus listrik
kearah barat.
E. Single Station Transfer Function(SSTF)
Fungsi transfer merupakan fungsi dari komponen bilangan kompleks
Fourier yang didefinisikan sebagai sistem linier yang memiliki dua
masukan (input) dan satu keluaran (output). Fungsi transfer tersebut
dapat menyelesaikan suatu persamaan dari komponen X, Y, dan Z
geomagnet. Dengan menggunakan metode SSTF ini diharapkan dapat
menunjukkan anomali beserta waktu munculnya prekursor
gempabumi (onset time) sekaligus estimasi lokasi episenter
gempabumi yang akan terjadi.
Δ𝑍 (𝜔)=𝐴.Δ𝑋 (𝜔)+𝐵.Δ𝑌 (𝜔)
Tan 𝜃=(𝐵)
𝐴

Tan 𝜃 = tan-1 (𝐵)


𝐴

Keterangan :
Δ𝑍 : Kumpulan data magnet bumi pada komponen vertikal (nT)
Δ𝑋 : Kumpulan data magnet bumi pada komponen utara-selatan
(nT)
Δ𝑌 : Kumpulan data magnet bumi pada komponen timur-barat (nT)
A : Konstanta koefisien data magnet bumi pada komponen utara-
selatan
B : Konstanta koefisien data magnet bumi pada komponen timur-
barat.

Untuk menentukan besarnya konstanta A dan B maka digunakan


inversi linier, sebagai berikut :
d=Gm
Keterangan :
d : Matriks data (nilai ΔZ (𝜔))
G : Matriks kernel (nilai ΔX (𝜔) dan ΔY (𝜔))
m : Matriks model ( (nilai A (𝜔) dan B (𝜔))

∆Z1 ∆X1 ∆Y1


𝐴
[ ∆Z2 ] = [∆X2 ∆Y2] * +
𝐵
∆Z3 ∆Xn ∆Yn
Nilai A dan B dapat dicari dengan rumus :
m = [GT G] -1 GT d
Metodologi 1. Data gempabumi wilayah lampung tahun 2016
Penelitian 2. Data MAGDAS stasiun Liwa
Hasil dan Dalam penelitian ini data magnetik diolah menggunakan software
Pembahsan MATLAB. Dilakukan Proses FFT (Fast Fourier Transform) untuk
mengubah data dalam domain waktu menjadi data dalam domain
frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Karakelian, dkk., (2000) dalam (Ahadi, dkk., 2013) spektrum
frekuensi yang berkaitan dengan aktivitas seismogenik sebelum
gempabumi terjadi (preseismic) berkisar antara 0,1 – 0,02 Hz dan pada
penelitian ini digunakan frekuensi antara 0.022 – 0.012 Hz.

Sebelum melakukan analisis terhadap data ULF, terlebih dahulu


dilakukan analisis terhadap indeks badai magnet satu bulan atau 30
hari sebelum gempabumi terjadi, hal ini dilakukan agar nantinyadapat
ditandai anomali yang muncul akibat adanya badai magnet, sehingga
anomali tersebut tidak perlu lagi dilakukan analisis untuk prekursor
gempabumi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Cerrato, dkk., 2004) aktivitas badai magnet dibagi menjadi tiga
bagian yaitu, massive strom <−300nT, strom <− 50 nT, severe strom
<− 30 nT.

Berikut merupakan hasil analisisanomali sinyal ULF yang


berkaitandengan gempabumi yang terjadi padatahun 2016 dengan
Mw > 5 :
a. Gempa bumi tanggal 29 Maret 2016 dengan Mw 5,3 memiliki
onset time pada tanggal 3 Februari 2016 dan lead time selama
28 hari.
b. Gempa bumi tanggal 10 April 2016dengan Mw 5,7 memiliki
onset time pada tanggal 26 Maret 2016 danlead time selama
15 hari.
c. Gempa bumi tanggal 2 Mei 2016 dengan Mw 5,8 memiliki
onset time pada tanggal 20 April 2016 dan leadtime
d. Gempa bumi tanggal 18 Juni 2016 dengan Mw 5,2 memiliki
onset time pada tanggal 17 Mei 2016 dan lead time selama
30 hari.
e. Gempa bumi tanggal 11 Juli 2016 dengan Mw 5,2 memiliki
onset time pada tanggal 24 Juni 2016 dan lead time selama 25
hari.
f. Gempa bumi tanggal 23 Juli 2016 dengan Mw 5,0 memiliki
onset time pada tanggal 6 Juli 2016 dan lead time selama 17
hari
g. Gempa bumi tanggal 5 Agustus 2016 dengan Mw 5,2
memiliki onset time pada tanggal 16 Juli 2016 dan lead time
selama 20 hari.
h. Gempa bumi tanggal 7 Agustus 2016 dengan Mw 5,0
memiliki onset time pada tanggal 27 Juli 2016 dan lead time
selama 11 hari.
i. Gempa bumi tanggal 12 Agustus 2016 dengan Mw 5,4
memiliki onset time pada tanggal 21 Juli 2016 dan lead time
selama 22 hari
j. Gempa bumi tanggal 7 November 2016 tidak memiliki
prekursor dikarenakan jaraknya yang terlalu jauh dari
stasiun pengukuran.
Relevansi Terhadap Menggunakan software MATLAB
Penelitian
PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE
GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Yeremias K. L. Killo1, Rian Jonathan2, Sarwo Edy Lewier3, Yusias Andrie4


2
Mahasiswa Teknik Pertambangan Upn “Veteran” Yogyakarta
1,3,4
Mahasiswa Program Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta
jerrykillofoe@gmail.com

Abstrak

Penyelidikan dan penelitian bijih besi dilaksanakan di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung. Luas daerah penelitian 25 Ha. Tujuan dari penyelidikan dan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran
baik secara vertikal maupun horisontal tentang kondisi bawah permukaan termasuk yang diduga sebagai bijih besi. Metode
yang digunakan adalah metode geomagnet dan geolistrik. Pengukuran geomagnet menggunakan alat magnetometer GEM
SYSTEM dan pengukuran geolistrik menggunakan resistivitymeter model ARES (Automatic Resistivity). Pada prinsipnya
pengukuran geomagnet adalah untuk mengetahui nilai anomali magnetik yang timbul dari batuan penyusun lapisan bawah
permukaan. sedangkan geolistrik adalah untuk mendapatkan nilai tahanan jenis dari batuan penyusun perlapisan bawah
permukaan, Akan tetapi jika hanya menggunakan kedua metode tersebut maka bijih besi hematit tidak dapat terdeteksi, oleh
sebab itu dilakukan penambahan dalam pengukuran geolistrik yaitu metode Induced Polarization (IP), metode ini adalah
metode untuk mengetahui keberadaan kadar logam berdasarkan peluruhan waktu disaat arus listrik dimatikan secara tiba-tiba.
Dengan ketiga metode tersebut maka dapat diketahui keberadaan bijih besi baik bijih besi magnetit maupun bijih besi hematit.
Setelah keberadaan bijih besi dapat diketahui, selanjutnya menginterpretasikan grafik anomali geomagnet, penampang
resistivity dan IP agar dapat diketahui penyebaran bijih besinya. Dengan demikian dapat dijadikan pedoman dalam mengadakan
penelitian lebih lanjut, yaitu adalah spot drilling dan pengukuran geolistrik

Kata kunci : Bijih besi, Geolistrik, Resistivity, IP, Geomagnet.

1. Pendahualuan bijih besi yang memiliki magnet dapat memberikan


1.1 Latar Belakang gambaran mengenai penyebaran bijih besi yang
Besi merupakan logam yang paling banyak berada di bawah permukaan berdasarkan anomali
digunakan dalam kehidupan manusia sejak ratusan medan magnet, untuk metode geolistrik tahanan
tahun yang lalu. Logam ini secara geologis dapat jenis (resistivity) karena dengan metode ini dapat
berasosiasi dengan batuan beku, sedimen dan mengetahui ketebalan lapisan bijih besi yang berada
metamorf. Dengan semakin meningkatnya di dalam tanah berdasarkan harga resistivitas bijih
permintaan bahan tambang khususnya bahan galian besi. Konfigurasi yang dipakai adalah konfigurasi
logam maka cadangan bahan tambang ini akan Wenner alpha. Paket program yang digunakan
semakin berkurang, sehingga dibutuhkan lahan adalah RES2DINV sehingga hasil output program
baru yang berpotensi untuk dapat memenuhi yang bisa ditampilkan adalah hasil Resistivity. Untuk
permintaan pasar. Salah satu lahan baru yang Prospeksi awal pola yang di lakukan adalah
memiliki potensi bijih besi adalah di Desa Sidodadi, pengukuran Geomagnet, sedangkan penyebaran dan
Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, kedalaman benda Magnetit yang di duga Bijih Besi
Provinsi Lampung. Pengukuran dilakukan mulai akan di tunjukkan pada RES2DINV. Rekomendasi
tanggal 27 september sampai dengan 30 september dari 2 metode bisa di gunakan untuk pendugaan
2013. Hasilnya diperoleh 8 line Resistivity 2D, dan potensi Bijih Besi di daerah tersebut.
geomagnet dimana metode geolistrik menggunakan
konfigurasi Wenner alpha dengan panjang line 470 1.2 Permasalahan
m dan spasi elektroda 10 Masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
m. Metode yang digunakan dalam eksplorasi iniyaitu 1. Diketemukannya adanya boulder dan singkapan
metode geofisika, metode ini menerapkan prinsip – tetapi belum diketahui penyebaran biji besi nya.
prinsip fisika yang digunakan untuk mengetahui dan 2. Belum diketahuinya jenis bijih besi yang ada di
memecahkan masalah yang berhubungan dengan lokasi penelitian.
bumi. Dalam hal ini metode geofisika yang dipilih
adalah metode geolistrik tahanan jenis (resistivity 1.3 Tujuan Penelitian
2D) dan metode geomagnet. Metode geomagnet Adapun tujuannya sebagai berikut :
digunakan karena

371
1. Mendapat gambaran baik secara vertical Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi
maupun horizontal tentang kondisi bawah atau pembahasan antara hasil pengolahan data
permukaan termasuk yang diduga sebagai bijih yang telah dilakukan dengan permasalahan yang
besi. diteliti. Kesimpulan ini merupakan suatu hasil
2. Menganalisis data hasil pengukuran dan akhir dari semua yang telah dibahas
menginterpretasi data geolistrik tersebut dalam
1.6 Manfaat Penelitian
2 penampang, yaitu penampang Geomagnet dan
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian
Resistivity.
ini diantaranya, data hasil pengukurangeolistrik dan
geomagnet yang diperoleh dapat dijadikan bahan
1.4 Batasan Masalah
pertimbangan dan rekomendasi untuk penelitian
1. Penelitian hanya di lakukan di daerah Desa
lebih lanjut
Sidodadi, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
2 Data penelitian yang di gunakan adalah hasil 2. Metode
survei geomagnet dan geolistrik (Resistivity) 2 Metode penelitian yang digunkan adalah metode
dimensi dengan konfigurasi wenner-alpha IP dan kuantitatif noneksperimental. Penelitian dilakukan
alat yang digunakan adalah resistivity-metermerk dengan mengamati keadaan batuan secara langsung
ARES. dan menambil sampel secara sistematis pada lubang
3 Analisa dan interpretasi didasarkan pada data bukaan untuk dilakukan uji laboratorium.
pengukuran geolistrik dan geomagnet di lokasi
penelitian. 2.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
1.5 Metodologi Penelitian observasi. Data yang dikumpulkan dari lapangan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa data Geomagnet dan Geolistrik. Serta
ini adalah sebagai berikut: pengambilan data sekunder meliputi data geologi
1) Studi literatur regional dan peta topografi.
Studi literatur ini dilakukan untuk mendapatkan
data yang berfungsi membantu didalam 2.2. Metode Analisis Data
penelitian ini. Data ini dapat berupa peta Metode analisis data yang digunakan adalah metode
topografi, peta kesampaian daerah, stratigrafi, analisis kuantitatif. Metode ini diterapkan karena
peta geologi regional daerah penelitian serta data yang diperoleh dilakukan analisis dan
laporan penelitian terdahulu dan jurnal-jurnal memberikan keluaran yang bersifat kuantitatif. Data
yang berkaitan topik di atas. yang diperoleh diinterpretasikan menjadi
2) Pengumpulan data penampang 2 dimensi.
Data yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini 3. Hasil dan Pembahasan
dikumpulkan dengan 2 cara,yaitu pengambilan 3.1 Analisa Peta Anomali Geomagnet
data primer, meliputi data geolistrik dan Peta Anomali Geomagnet di buat dengan bantuan
geomagnet, serta pengambilan data sekunder program surfer. Semua data pengukuran Anomali
meliputi data geologi regional dan petatopografi. Geomagnet yang telah di download dari alat
3) Pengolahan data geomagnet kemudian dimasukan kedalam program
Pengolahan data dilakukan dengan cara surfer sebagi data base, akan tetapi data ini harus
melakukan perhitungan-perhitungan terhadap digabungkan terlebih dahulu dengan data koordinat
data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran titik pengukuran. Setelah data masuk kedalam data
di lapangan. Setelah hasil pengukuran surfer maka dilanjutkan dengan membuat kontur,
didapatkan, maka untuk mengolah data hasil dimana anomali geomagnet yang sama akan
pengukuran dapat digunakan analisa pengolahan dihubungkan dengan garis kontur. Dengan demikian
data dilakukan dengan menggunakan program maka dapat diketahui klosur anomali geomagnet
khusus Resistivity 2-Dimensi Inversi positif dan klosur anomali geomagnet negatif.
(RES2DINV). Hasilnya akan diperoleh Gambar 3.1 berikut ini (terlampir) adalah Peta
penampang lapisan bawah permukaan. anomali geomagnet hasil dari program surfer dari 8
4) Analisis hasil pengolahan data Lintasan yang telah dilakukan pengukuran
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh geomagnet di lapangan Berdasarkan Peta Anomali
kesimpulan sementara berupa penampang 2- Geomagnet maka anomali positif ditunjukan dengan
Dimensi yang diduga singkapan bijih besi. warna merah dan anomali negatif ditunjukan dengan
5) Kesimpulan warna biru. Dugaan bijih besi terdapat pada
pasangan anomali positif dan negatif,

372
dimana anomali positif terdapat di sebelah utaradari sampai dengan 390 m pada kedalaman 20 m
anomali negatif. Pada lokasi penelitian diduga sampai 40 m.
terdapat 2 blok yang diindikasikan sebagai bijih besi, 3. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
yang pertama terdapat disebelah barat yaitu disekitar Lintasan 3
perpotongan Lintasan 1, Lintasan 2, dan Lintasan 8 Lintasan 3 dibuat dengan arah dari Utara ke
pada lokasi ini terdapat anomali positif hingga 500 Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
nT dan anomali negatif hingga -200 nT. Blok ke 2 (Gambar 3.5 terlampir). Berdasarkan kontras
terdapat disebelah timur yaitu di sekitar perpotongan resistivity dan IP yang terjadi maka untuk dugaan
Lintasan 4, Lintasan 5, Lintasan 6, dan Lintasan 7 bijih besi hematite pada Lintasan 3 terdapat pada
pada lokasi ini terdapat pasangananomali positif 400 elektroda 330 m sampai dengan 400 m pada
nT dan anomali negatif -200 nT. Pada kedua blok kedalaman 20 m sampai 40 m.
inilah diduga adanya bijih besi akan tetapi harus 4. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
diketahui terlebih dahulu bentuk perlapisan bawah Lintasan 4
permukaan dengan metode geolistrik. Lintasan 4 dibuat dengan arah dari Barat ke
Timur sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
3.2 Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik (Gambar 3.6 terlampir). Pada grafik geomagnet
Intepretasi data geomagnet dan geolistruik adalah Lintasan 4 terdapat anomali positif dan negatif
perbandingan antara grafik geomagnet dengan disekitar elektroda ke 28 sampai dengan 31
penampang resistivity dan penampang IP. Berikut sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
ini dalah intepretasi data geomagnet dan geolistrik didukung dengan adanya kontras resistivity dan
pada setiap Lintasan IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
1. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik disekitar elektroda 270 m sampai dengan 300m
Lintasan 1 pada kedalaman 10 m sampai dengan 20 m.
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
Lintasan 1 dibuat dengan arah dari Utara ke
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
pada Lintasan 4 terdapat pada elektroda 390 m
(Gambar 3.2 terlampir). Lintasan 1 dibuatdengan
arah dari Utara ke Selatan sepanjang sampai dengan 450 m pada kedalaman 5 m
470 m dengan 48 elektroda (Gambar 3.3 sampai 20 m.
terlampir). Pada grafik geomagnet Lintasan 1 5. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
terdapat anomali positif dan negatif disekitar Lintasan 5
elektroda ke 17 sampai dengan 25 sebagai Lintasan 5 dibuat dengan arah dari Utara ke
dugaan bijih besi magnetit, hal ini didukung Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
dengan adanya kontras resistivity dan IP yang (Gambar 3.7 terlampir). Pada grafik geomagnet
terjadi pada penampang resistivity dan IP Lintasan 5 terdapat anomali postif dan negatif
disekitar elektroda 170 m sampai dengan 240 m disekitar elektroda ke 13 sampai dengan 19
pada kedalaman 40 m sampai dengan 70 m. sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang didukung dengan adanya kontras resistivity dan
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 240 m disekitar elektroda 120 m sampai dengan 180m
sampai dengan 270 m pada kedalaman 2 m pada kedalaman 20 m sampai dengan 40 m.
sampai 15 m 6. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
2. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik Lintasan 6
Lintasan 2 Lintasan 6 dibuat dengan arah dari barat ke timur
Lintasan 2 dibuat dengan arah dari Barat ke sepanjang 470 m dengan 48 elektroda (Gambar
Timur sepanjang 470 m dengan 48 elektroda 3.8 terlampir). Pada grafik geomagnet Lintasan 6
(Gambar 3.4 terlampir). Pada grafik geomagnet terdapat anomali postif dan negatif disekitar
Lintasan 2 terdapat anomali positif dan negatif elektroda ke 17 sampai dengan 20 sebagai
disekitar elektroda ke 19 sampai dengan 24 dugaan bijih besi magnetit, hal ini didukung
sebagi dugaan bijuh besi magnetit, hal ini dengan adanya kontras resistivity dan IP yang
didukung dengan adanya kontras resistivity dan terjadi pada penampang resistivity dan IP
IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP disekitar elektroda 160 m sampai dengan 190m
disekitar elektroda 180 m sampai dengan 230m pada kedalaman 20 m sampai dengan 35 m.
pada kedalaman 3 m sampai dengan 10 m. Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 210 m
pada Lintasan 2 terdapat pada elektroda 340 m sampai dengan 260 m pada kedalaman 5 m
sampai 20 m, dan pada elektroda 360 m sampai
420 m pada kedalaman 5 m sampai 20 m.
373
Gambar 3.2 Peta Lokasi Lintasan Geolistrik
7. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
Lintasan 7
Lintasan 7 dibuat dengan arah dari Utara ke
Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
(Gambar 3.9 terlampir). Pada grafik geomagnet
Lintasan 7 terdapat anomali postif dan negatif
disekitar elektroda ke 24 sampai dengan 27
sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
didukung dengan adanya kontras resistivity dan
IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
disekitar elektroda 230 m sampai dengan 260 m
pada kedalaman 10 m sampai dengan 20 m.
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
pada Lintasan 7 terdapat pada elektroda 120 m
sampai dengan 210 m pada kedalaman 20 m
sampai 60 m, dan pada elektroda 310 m sampai
390 m pada kedalaman 20 m sampai 40 m.
8. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
Lintasan 8
Lintasan 8 dibuat dengan arah dari Utara ke
Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
(Gambar 3.10 terlampir). Pada grafik geomagnet
Lintasan 8 terdapat anomali postif dan negatif
disekitar elektroda ke 19 sampai dengan 26
sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
didukung dengan adanya kontras resistivity dan
IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
disekitar elektroda 180 m sampai dengan 250 m
pada kedalaman 35 m sampai dengan 65 m. Dan
elektroda ke 130 m sampai 190 m pada
kedalaman 3 m sampai 10
m. Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 60 m
sampai dengan 100 m pada kedalaman 30 m Gambar 3.3 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 1
sampai 45 m, dan pada elektroda 240 m sampai
270 m pada kedalaman 10 m sampai 20 m, dan
pada elektroda ke 290 m sampai 320 m pada
kedalaman 10 m sampai 70 m, dan pada
elektroda ke 350 m sampai 420 m pada
kedalaman 20 m sampai 40 m.
3.3 Gambar

Gambar 3.1 Peta Anomali Geomagnet Gambar 3.4 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 2

374
Gambar 3.5 Interpretasi Data Geomagnet Gambar 3.8 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 3 Dan Geolistrik Lintasan 6

Gambar 3.6 Interpretasi Data Geomagnet Gambar 3.9 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 4 Dan Geolistrik Lintasan 7

Gambar 3.7 Interpretasi Data Geomagnet Gambar 3.10 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 5 Dan Geolistrik Lintasan 8

375
4. Kesimpulan Ucapan Terima Kasih
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan Terimakasih kepada PT. Tiga Serangkai dan semua
didapat kesimpulan sebagai berikut : pihak yang telah membantu dalam kegiatan
1. Hasil dari pengukuran sebanyak 8 lintasan yang penelitian di lokasi serta Tim dosen dan Teman
masing-masing panjang lintasan adalah 470 m teman Mahasiswa Teknik Pertambangan
dan kedalaman rata-rata adalah 85 m. Setiap UPN”Veteran” Yogyakarta
lintasan menggunakan metode geomagnet,
resistivity dan IP. Daftar Pustaka
2. Dugaan keberadaan Bijih Besi terdapat di dua Koesnaryo, S., 2011, ”Metodologi Penelitian dan
lokasi yaitu di sekitar line 1-2-8 dan sekitar line Penulisan Ilmiah”, Program Studi Teknik
6-7. Dugaan Pada masing-masing lintasan dari 3 Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
penampang yang terdiri dari geomagnet, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
resistivity dan IP adalah sebagai berikut : Yogyakarta.
a. Lintasan 1 diduga bijih besi magnetit disekitar Loke, M.H, (2004), “Tutorial 2D and 3D Electrical
elektroda (170-240) m pada kedalaman (40-70) Imaging Surveys”,www.geoelectrical.com.
m. Dugaan bijih besi hematite terdapat pada Suharsono, (2011), ”Panduan Praktikum
elektroda (240-270) m pada kedalaman (2-15) m. Geomagnetik”, Laboratorium Geofisika
b. Lintasan 2 dugaan bijih besi magnetit disekitar Eksplorasi, Jurusan Teknik Geofisika, FTM,
elektroda (180-230) m pada kedalaman (3-10) UPN ”Veteran”, Yogyakarta.
m. Dugaan bijih besi hematite terdapat pada Telford, W.M., (1976), “Applied Geophysics”,
elektroda (340-390) m pada kedalaman (20-40) Cambridge University Press. hal 105-201, 632-
m. 734.
c. Lintasan Untuk dugaan bijih besi hematite Winda, (2013), “Buku Panduan Praktikum Geofisika
terdapat pada elektroda (330-400) m pada Tambang”, Laboratorium Geofisika, Jurusan
kedalaman (20- 40) m. Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
d. Lintasan 4 dugaan bijih besi magnetit, disekitar Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
elektroda (270-300) m pada kedalaman (10-20) ”Veteran”, Yogyakarta. hal 1-12, 37-
m. Dugaan bijih besi hematite terdapat pada 78.
elektroda (390-450) m dan kedalaman (5-20) m. , 2013, Buku Bimbingan dan Skripsi,
e. Lintasan 5 dugaan bijih besi magnetit, disekitar Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
elektroda (120 -180) m dengan kedalaman (20- Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
40) m. Nasional ”Veteran” Yogyakarta.
f. Lintasan 6 dugaan bijih besi magnetit disekitar , 2008, ”Eksplorasi Bijih Besi (Iron
elektroda (160-190) m dengan kedalaman (20- Ore) dengan Metoda Magnetik”, Prosiding
35) m. Dugaan bijih besi hematite pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II.
elektroda (210-260) m dengan kedalaman (5-20)
m, dan pada elektroda (360-420) m dengan , 2013, ”Mineral Iron”,
kedalaman (5-20) m. http://mineraleducationcoalition.org/
g. Lintasan 7 dugaan bijih besi magnetit disekitar
elektroda (230-260) m pada kedalaman (10-20)
m. Dugaan bijih besi hematite pada elektroda
(120-210) m pada kedalaman (20-60) m, dan
elektroda (310-390) m dengan kedalaman (20-
40) m.
h. Lintasan 8 dugaan bijih besi magnetit disekitar
elektroda (180-250) m kedalaman (35-65) m dan
elektroda (130-190) m kedalaman (3-10) m.
Dugaan bijih besi hematite pada elektroda (60-
100) m kedalaman (30-45) m, elektroda (240-
270) m kedalaman (10-20) m, elektroda ke (290-
320) m kedalaman (10-70) m, dan pada elektroda
(350-420) m dengan kedalaman (20- 40) m.

376
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 1

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk


Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya
Andrias Sanggra Wijaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
sanjaya031@gmail.com

Abstrak – Telah dilakukan penelitian mengenai aplikasi metode geolistrik resistivitas yang bertujuan untuk menentukan
stuktur lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner dengan mengambil data sebanyak tiga lintasan dan masing-masing
lintasan berjarak 30 meter. Pengolahan data menggunakan metode optimasi least square non linier dengan inversi 2D
yang ada pada software Res2Dinv. Dari hasil analisis tiga lintasan diperoleh bahwa struktur lapisan tanah di halaman
belakang SCC ITS terdiri atas air tanah dimana nilai resistivitasnya relatif kecil. Lapisan yang mengandung air tanah
tersebut berada pada kedalaman 1,35 sampai 1,99m dengan resisitivitas 0,551-2,73 m. Selain itu juga terdapat lapisan
yang berupa pasir yang bercampur dengan lempung, dan alluvium serta kerikil pada lintasan tiga. Pasir merupakan
material batuan yang dapat meloloskan air, namun dengan adanya sisipan lempung maka pada lapisan ini dapat
menyimpan air dan mengalirkannya namun dalam jumlah yang terbatas.

Kata kunci: Metode Geolistrik Resistivitas, Konfigurasi Wenner.

Abstract – Has conducted research on the application of geo-electrical resistivity method that aims to determine the
structure of the soil layer in the backyard SCC ITS. The method used in this study is the method of geo-electrical resistivity
Wenner configuration by taking the data of three tracks and each track is 30 meters. Data processing using non-linear
least square optimization with that of the 2D inversion software Res2Dinv. From the analysis of the three trajectories
shows that the structure of the soil layer in the backyard SCC ITS consist of ground water where the resistivity values are
relatively small. Layer containing the groundwater is at a depth of 1.35 to 1.99 m with resistivity
0.551 to 2.73 m.. In addition, there is a layer of sand mixed with clay, and alluvium and gravel on the track three. Sand
is a rock material that can pass water, but with the insertion of clay then at this layer can store water and running it but in
limited quantities.

Key words: Geo-electrical resistivity methods, Resistivity apparent, Wenner configuration method

I. PENDAHULUAN
Lapisan tanah suatu daerah tergantung dari kondisi kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai
geologi dan iklim. Hal tersebut mengakibatkan kondisi tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik.
struktur lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS Konfigurasi Wenner yang digunakan dalam penelitian
beraneka ragam. Untuk mengetahui jenis lapisan batuan ini menggunakan metode mapping. Metode resistivitas
yang dilalui oleh air tanah, maka dilakukan dengan mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan
mencari nilai resistivitas suatu batuan di bawah mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan
permukaan tanah menggunakan metode geolistrik tahanan secara horisontal. Berdasarkan latar belakang diatas,
jenis. maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
Metode geolistrik merupakan metode yang digunakan menentukan struktur lapisan tanah di halaman belakang
untuk mengetahui sifat aliran listrik di dalam bumi dengan SCC ITS dengan metode geolistrik konfigurasi Wenner.
cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini
meliputi pengukuran potensial, arus dan medan II. METODE PENELITIAN
elektromagnetik yang terjadi baik itu oleh injeksi arus A. Metode Geolistrik Resistivitas
maupun secara alamiah. Salah satu metode geolistrik yang Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika
sering digunakan dalam pengukuran aliran listrik dan yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi.
untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran
adalah dengan metode tahanan jenis [7].Metode geolistrik medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi
merupakan metode yang banyak sekali digunakan dan baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke
hasilnya cukup baik yaitu untuk memperoleh gambaran dalam bumi. Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan
mengenai lapisan tanah dibawah permukaan dan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke permukaan
kemungkinan terdapatnya air tanah. Pendugaan geolistrik tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda
ini didasarkan pada potensial dengan sepasang elektroda yang lain. Bila arus

Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 2

listrik diinjeksikan ke dalam suatu medium dan diukur Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan
beda potensialnya (tegangan), maka nilai hambatan dari elektroda potensial adalah sama. Seperti yang tertera pada
medium tersebut dapat diperkirakan. Berdasarkan pada gambar 1.
tujuan penelitian metode yang digunakan yaitu metode
mapping. Metode resistivitas mapping merupakan metode
resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas C P1 P2 C
lapisan bawah permukaan secara horisontal.

B. Resistivitas Semu
M A B N
Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada
anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen
isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang terukur a
merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak L
tergantung pada spasi elektroda. Namun pada
kenyataanya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan Gambar 1. Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi
resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang Wenner.
terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM = NB = a dan
Karenanya, harga resistivitas yang diukur seolah-olah jarak AN = MB = 2a, dengan menggunakan persamaan
merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja (1.3) diperoleh:
Resistivitas yang terukur sebenarnya adalah resistivitas
semu (ρa) [6]. (2.1)

Besarnya resistivitas semu (ρa) adalah: K

2π V (1.1)  1

1   1
 
1 
ρ  . 
 a 2a  2a a 
 

a  1 1 1 1  I    

     K  2πa (2.2)


r r r r
 1 2   3 4 
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner
atau adalah:
V
ρa  K (1.2 ) K  2 π a dan ρw  Kw .R (2.3)
I w

dengan
(1.3)

2π IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


K
 1 1   1 1  Setelah data pengukuran dan perhitungan didapatkan,
      
r r r r kemudian dilakukan inversi 2 dimensi dengan
 1 2   3 4 

Dimana K adalah faktor geometri yaitu: besaran koreksi menggunakan metode optimasi least-square non-linier
yang ada pada software Res2Dinv. Hasil inversi 2
letak kedua elektroda potensial terhadap letak elektroda
dimensi ini didapatkan gambar penampang distribusi
arus [6]. resistivitas bawah permukaan yang diteliti. Gambar
penampang resistivitas pada masing-masing lintasan
C. Metode Konfigurasi Wenner dapat dilihat pada gambar (2.1,2.2,dan 2.3).
Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915).
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi
yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan
susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan
r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus adalah tiga kali
jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik
souding-nya adalah a / 2 , maka jarak masing elektroda

arus dengan titik soundingnya adalah 3a / 2 . Target

kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a


/ 2 . Dalam akuisisi data lapangan susunan elektroda arus
dan potensial diletakkan simetri dengan titik sounding.
Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 3

Gambar 2.1 Penampang resistivitas lintasan 1 Gambar 2.3 Penampang resistivitas lintasan 3

Dari hasil inversi 2D dengan menggunakan metode


least square non linier yang ada pada software Res2Dinv,
didapatkan distibusi resistivitas bawah permukaan yang
dicitrakan dengan warna yang berbeda (gambar 2.1, 2.2,
dan 2.3). Dari gambar penampang resistivitas tersebut
dihasilkan tiga bagian gambar yang berbeda pada masing-
masing lintasan, yaitu gambar pertama merupakan
distribusi resistivitas yang terukur di lapangan, gambar
kedua menjelaskan distribusi resistivitas berdasarkan nilai
resistivitas semu hasil perhitungan dan gambar ketiga
menjelaskan distribusi resistivitas setelah dilakukan
inversi yang menunjukkan nilai resistivitas sebenarnya.
Hasil inversi menunjukkan nilai resistivitas sebenarnya
yang berbeda dengan resistivitas semu hasil perhitungan.
Prosentase kesalahan antara nilai resistivitas semu yang
didapatkan melalui pemodelan dengan resistivitas bawah
permukaan yang sebenarnya disebut dengan RMS error.
RMS error dianggap optimal jika variasi resistivitas
bawah permukaan dan sistem pelapisan batuan bawah
permukaan sesuai dengan perkiraan kondisi geologi
daerah penyelidikan dan tidak harus terkecil [8].
Berikut disajikan tabel nilai resistivitas untuk masing-
masing material di bumi.
Gambar 2.2 Penampang resistivitas lintasan 2

Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 4

Tabel 1 Nilai resistivitas material-material bumi [7] sebesar 17,8-66,8 m diperkirakan merupakan lapisan
Resistivitas yang terdiri dari aluvium.
Material
(Ohm-Meter) Sedangkan pada lintasan 3 besarnya nilai resistivitas
Pyrite (Pirit) 0.01 – 100 sebesar 0,607-117 m. Berdasarkan tabel 1, diketahui
Quartz (Kwarsa) 500 - 800.000 jenis lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas semunya.
Untuk nilai resistivitas sebesar 0,607-5,78 m
Calcite (Kalsit) 1 x 1012 - 1 x 1013 diperkirakan merupakan lapisan dimana terkandung air
Rock Salt (Garam Batu) 30 - 1 x 1013 tanah yang berada pada kedalaman 1,35-1,99 m dengan
Granite (Granit) 200 - 100.000 ditunjukkan dengan warna biru pada gambar 2.3. Untuk
nilai resitivitas sebesar 12,3-117 m diperikiran
Andesite (Andesit) 1.7 x 102 - 45 x 104 merupakan lapisan yang berupa pasir yang bercampur
Basalt (Basal) 200 - 100.000 dengan lempung dan kerikil yang resistivitasnya kerikil
Limestone (Gamping) 500 - 10.000 berkisar antara 100-600 m berdasarkan tabel 1.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya [1]
Sandstone (Batu Pasir) 200 - 8.000 yang menyatakan bahwa struktur tanah di halaman
Shales (Batu Tulis) 20 - 2.000 belakang SCC ITS tersusun atas campuran tanah alluvial,
Sand (Pasir) 1 - 1.000 air tanah, pasir, dan kerikil.
Clay (Lempung) 1 – 100
Ground Water (Air Tanah) 0.5 – 300 V. KESIMPULAN
Sea Water (Air Asin) 0.2 Penelitian ini memberikan gambaran mengenai struktur
lapisan tanah yang berada di halaman belakang SCC ITS
Magnetite (Magnetit) 0.01- 1.000 Surabaya. Dari hasil analisis diperoleh bahwa struktur
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600 - 10.000 lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS terdiri atas air
Alluvium (Aluvium) 10 – 800 tanah dimana nilai resistivitasnya relatif kecil. Lapisan
yang mengandung air tanah tersebut berada pada
Gravel (Kerikil) 100 – 600 kedalaman 1,35 sampai 1,99m dengan resisitivitas 0,551-
2,73 m. Selain itu juga terdapat lapisan yang berupa
Hasil pengukuran pengukuran data geolistrik pada pasir yang bercampur dengan lempung, dan aluvium serta
lintasan 1 menunjukkan besarnya nilai resistivitas sebesar terdapat kerikil pada lintasan tiga. Pasir merupakan
0,643 – 56,3 m. Dengan mencocokkan hasil inversi material batuan yang dapat meloloskan air, namun dengan
tersebut dengan tabel 1, maka dapat diketahui jenis adanya sisipan lempung maka pada lapisan ini dapat
lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas semunya. menyimpan air dan mengalirkannya namun dalam jumlah
Untuk nilai resistivitas sebesar 0,643-2,31 m yang terbatas.
diperkirakan merupakan lapisan dimana terkandung air
tanah di dalamnya dimana nilai resistivitasnya relatif
kecil. Lapisan yang mengandung air tanah tersebut VI. PUSTAKA
berada pada kedalaman 1,35-1,99 m yang ditunjukkan

dengan warna biru tua. Untuk nilai resitivitas sebesar [1] Arifin, syaiful, dkk. 2012. Identifikasi Struktur Bawah
4,37-8,28 m diperikirakan merupakan lapisan yang Permukaan Tanah dengan Metode VLF. Jurusan Fisika,
berupa pasir yang bercampur dengan lempung. Dimana FMIPA, ITS. Surabaya.
pasir merupakan material batuan yang dapat meloloskan [2] Hendrajaya, L. & Arif, I. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis.
air, namun dengan adanya sisipan lempung maka pada Monografi: Metoda Eksplorasi. Laboratorium Fisika
lapisan ini dapat menyimpan air dan mengalirkannya Bumi. ITB,Bandung.
namun dalam jumlah yang terbatas. Untuk nilai [3] Khalil, M. H., (2006), Geo-electrical resistivity sounding
resistivitas sebesar 15,7-56,3841 m diperkirakan for delineating salt water intrusion in the Abu Zenima area,
merupakan lapisan yang terdiri dari aluvium. West Sinai, Egypt, Journal Geophysics and Engineering, 3:
Pada lintasan 2 nilai resistivitasnya berkisar antara 243-251.
0,551-66,8 m. Berdasarkan tabel 1, diketahui jenis [4] Lashkaripour, G. R., (2007), An investivigation of
lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas semunya. groundwater condition by geoelctrical resistivity method: A
Untuk nilai resistivitas sebesar 0,551-2,17 m case study in Korin Aquifer, Southeast Iran, Journal of
diperkirakan merupakan lapisan dimana terkandung air Spatial Hydrology, 7(2).
tanah yang berada pada kedalaman 1,35-1,99 m dengan [5] Mohammed, L. N., Aboh, H. O. & Emenike, E. A., (2007),
ditunjukkan dengan warna biru tua pada gambar 2.2. A regional geo-electrical investivigation for groundwater
Untuk nilai resitivitas sebesar 4,31-8,54 m diperikiran exploration in Minna Area, North West Nigeria, Science
merupakan lapisan yang berupa pasir yang bercampur World Journal, 2(4): 15-19.
dengan lempung. Sedangkan untuk nilai resistivitas

Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 5

[6] Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Aplied and


Environmental Geophysicsi. John Wiley and Sons Ltd.
Baffins, Chichester, West Susex PO19 IUD. England.
[7] Telford, W. M; Geldart, L. P; Sherif, R.E dan Keys, D. D.
1976. Applied Geophysics First Edition. Cambridge
University Press. Cambridge.New York.
[8] Wahyono C.S; W. Utama; N. Priyantari. 2003. Penentuan
Bidang Gelincir pada Daerah Rawan Longsor dengan
Menggunakan Metode Geolistrik 2-D di Desa Lumbang
Rejo, Prigen, Pasuruan, Program Pasca Sarjana Fisika,
Bidang Keahlian Geofisika. Jurusan Fisika FMIPA ITS.
Surabaya.

Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
doi: 10.23960/jge.v4i2.16 Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 4/No. 2

ANALISIS ANOMALI SINYAL ULTRA LOW FREQUENCY


BERDASARKAN DATA PENGUKURAN GEOMAGNETIK
SEBAGAI INDIKATOR PREKURSOR GEMPABUMI
WILAYAH LAMPUNG TAHUN 2016

Ulfa Wahyuningsih1, Syamsurijal Rasimeng1, Karyanto1, Rudianto2


1
Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Lampung
2
Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika
Jl Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
Jurusan Teknik Geofisika, FT UNILA
Email: ulfawahyuningsih3@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang analisis anomali sinyal pada spektrum frekuensi yang sangat
rendah berdasarkan data pengukuran geomagnetik sebagai indikator prekursor gempabumi
wilayah Lampung tahun 2016. Untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan berdasarkan
tahapan berikut ini (i) Perhitungan data medan magnet total; (ii) Analisis Tren Harian; (iii)
Transformasi Fourier data Anomali Geomagnetik; (iv) Lokalisasi Frekuensi ULF ; (v)
Perhitungan Ratio Vertikal-Horizontal (Polarisasi Ratio Z/H) ; (vi) Koreksi badai magnet atau
Disturbance Strom Time (DST); (vii) Identifikasi Prekursor gempabumi; (viii) Penentuan Onset
Time, lead time, dan arah prekursor. Hasil analisis sepuluh gempabumi dengan magnitudo
diatas 5 Mw memiliki prekursor antara 11 sampai 30 hari sebelum terjadi gempabumi. Sembilan
dari sepuluh gempabumi yang diteliti memiliki prekursor dan satu gempabumi yang tidak
memiliki prekursor, hal ini dikarenakan jaraknya yang terlalu jauh dari stasiun MAGDAS di
Liwa, Lampung Barat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa prekursor menggunakan data
magnetik tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi jangka pendek.

ABSTRACT
Regional research had been done to analysis anomalies signal of ultra low frequency based on
measurement data as an indicator of the geomagnetic earthquake precursor of lampung in 2016.
To achieve purpose of the study conducted by the following steps: (i) Calculation of the total
magnetic field of data; (ii) Daily Trend Analysis; (iii) the Fourier transform of the data
Geomagnetic Anomaly; (iv) Localization Frequency ULF; (v) Calculation of Ratio Vertical-
Horizontal (Polarization Ratio Z / H); (vi) Correction magnetic storms or Disturbance Strom
Time (DST); (vii) the identification of earthquake precursors; (viii) Determination of
OnsetTime, leadtime,and the direction of precursors. The results of the analysis of ten
earthquakes with a magnitude above 5 MW have precursors between 11 to 30 days before an
earthquake. Nine out of ten earthquakes studied had an earthquake precursors and precursors
that do not have, this is because the distance is too far from the station Magdas in Liwa, West
Lampung. Thus it can be seen that the precursor using the magnetic data can be used to make
short-term predictions.

Keywords: Earthquake Lampung region, ULF emissions, Precursors of earthquakes.


I. PENDAHULUAN 2. Mengetahui waktu mula (onset time)
peningkatan sinyal ULF sebelum
Pulau Sumatera merupakan salah satu terjadinya gempabumi.
wilayah yang rentan terhadap bahaya 3. Mengetahui arah yang menunjukkan
gempabumi. Menurut (Sieh dan episenter gempabumi dari anomali
Nathawidjaja, 2000) salah satu sinyal ULF yang terekam
penyebabnya yaitu karena adanya Sistem
Sesar Sumatera atau Sumateran Fault
System (SFS) yang berasosiasi dengan zona
II. TINJAUAN PUSTAKA
subduksi dan mengakomodasi sejumlah
Penelitian ini mengamati sepuluh titik
strike-slip secara signifikan pada batas
gempa dengan magnitudo > 5 Mw yang
lempeng Indo-Australia dan lempeng
berada di wilayah lampung pada tahun
Eurasia.
2016, dimana titik-titik penelitian yang
Sampai saat ini penelitian tentang
akan diamati tercatat pada stasiun
tanda-tanda awal (prekursor) sebelum
gempabumi yang berada di Liwa, Lampung
terjadinya gempabumi (preseismic) masih
Barat. Lampung merupakan salah satu
terus dikembangkan. Salah satu penelitian
bagian dari Pulau Sumatera yang memiliki
yang telah banyak dilakukan adalah
potensi gempabumi yang cukup tinggi.
penelitian yang menghubungkan fenomena
Pertemuan dari Lempeng Indo-Australia
gempabumi dengan medan elektromagnetik
yang menunjam Lempeng Eurasia
(EM) pada spektrum Ultra Low Frequency.
merupakan salah satu faktor penyebab
ULF ialah salah satu frekuensi sinyal
wilayah ini seringkali mengalami
magnetik yang berhubungan dengan adanya
gempabumi. Selain itu pertemuan kedua
even seismik yang besar, dimana range
lempeng tersebut juga menyebabkan
frekuensi ini berkisar antara 0.01-10 Hz
terbentuknya deretan gunungapi, Sistem
(Frasher, 1990). Sinyal Ultra low
Sesar Sumatera (Sumatera Fault System),
Frekuency (ULF) diyakini dapat digunakan
serta pergerakan tanah di sepanjang sesar
untuk memantau aktivitas kerak bumi,
dari Aceh hingga Selat Sunda.
karena sinyal tersebut lebih mudah
Terdapatnya sesar-sesar kecil di wilayah
terdeteksi ke permukaan karena memiliki
Lampung yang merupakan sesar orde dari
panjang gelombang yang lebih panjang
sesar utama yang terbentang dari Aceh
sedangkan sinyal dengan frekuensi yang
hingga ke Teluk Semangko menunjukkan
lebih tinggi akan terserap oleh medium
bahwa daerah tersebut merupakan daerah
(Yumoto, dkk, 2009).
yang rentan terhadap bahaya gempabumi.
Oleh karena itu, studi tentang prekursor
gempabumi menggunakan data magnetik ini
pada dasarnya penting dilakukan dalam
mengembangkan usaha untuk mengurangi III. TEORI DASAR
dampak dari gempabumi atau mitigasi
bencana gempabumi dengan A. Teori Gempabumi
mengidentifikasi anomali sinyal ULF
sebagai indikator adanya gempabumi. Dalam teorinya dijelaskan bahwa
material pada sisi sesar yang mengalami
Tujuan dalam penelitian ini adalah pergerakan secara relatif akan
sebagai berikut: terdeformasi, tapi sesar tersebut tidak
dapat lolos dan terhindar dari slip,
1. Mengetahui parameter anomali sinyal
sehingga pada saat regangan (strain) yang
ULF dikatakan sebagai indikator
terakumulasi pada batuan melebihi batas
prekursor gempabumi.
maksimumnya dan terjadi slip maka
energi tegangan (stress) akan dilepaskan Molchanov dan Hayakawa, (1995)
secara tiba-tiba dan menghasilkan menjelaskan bahwa emisi gelombang
elektromagnetik dengan spektrum Ultra Low
gempabumi. Frequency (ULF) yang terekam diasumsikan dapat
mengalami peningkatan secara signifikan apabila
B. Prekursor Gempabumi berdasarkan terjadi patahan pada batuan.
Fenomena EM
C. Indeks DST (Disturbance Strom
Prediksi gempabumi berdasarkan Time)
fenomena medan elektromagnetik
pertama kali dilakukan dengan Indeks Dst merupakan parameter
menggunakan metode VAN (Varotos- pendukung yang digunakan dalam
Alexopoulus-Nomicos) di Yunani pada mengukur intensitas badai magnetik dan
tahun 1980. Pada tahun 1990, Frasher- ring current. Indeks Dst ini telah dihitung
smith dan Hayakawa memperkenalkan oleh WDC- C2 Kyoto, Jepang sejak tahun
teknik berupa polarisasi rasio (Z/H) pada 1957 menggunakan data dari empat stasiun
satu stasiun untuk menentukan prekursor observasi pada garis lintang-lintang tengah
gempabumi dan dikoreksi dengan indeks dan lintang khatulistiwa di seluruh dunia.
gangguan magnet bumi. Kemudian, Berdasarkan proyeksi garis lintang
Yumoto dkk, (2009) memperkenalkan terhadap garis khatulistiwa pada komponen
teknik baru dengan melakukan polarisasi horizontal lokal dari medan magnet, indeks
dan komparisasi sinyal pada komponen H Dst negatif mencerminkan adanya badai
dan Z. magnetik, di mana ion positif yang
dihasilkan selama badai berlangsung,
a. Peningkatan Emisi ULF Pada mengarahkan arus listrik kearah barat.
Patahan Batuan
D. Single Station Transfer Function
1. Efek Elektrokinetik (SSTF)

Dalam teorinya, Fenoglio, dkk, (1995) Fungsi transfer merupakan fungsi dari
menjelaskan bahwa efek ini muncul komponen bilangan kompleks Fourier yang
karena batuan mengalami perubahan didefinisikan sebagai sistem linier yang
tekanan yang disebabkan oleh deposit memiliki dua masukan (input) dan satu
silika pada batuan tersebut sehingga keluaran (output). Fungsi transfer tersebut
menghasilkan aliran gangguan magnet dapat menyelesaikan suatu persamaan dari
bumi. komponen X, Y, dan Z geomagnet.
Koefisien dianggap invarian pada durasi
2. Efek Induksi tertentu dan fungsi transfer memiliki
informasi tentang konduktivitas listrik di
Menurut (Kovtun, 1980; Mogi, 1985) bawah tanah yang disebut dengan CA
efek induksi adalah efek yang muncul (Conduktivity Anomaly).
akibat adanya aktivitas di sumber Dengan menggunakan metode SSTF ini
gempabumi (focal zone) yang diharapkan dapat menunjukkan anomali
menyebabkan perubahan pada beserta waktu munculnya prekursor
konduktivitas geo-elektrik dan amplitudo gempabumi (onset time) sekaligus estimasi
pada gelombang elektromagnetik, non- lokasi episenter gempabumi yang akan
lithospheric. terjadi.
Sehingga besarnya arah sumber anomali
3. Efek Micro-Fracturing magnet dirumuskan sebagai berikut :
∆𝑍 (𝜔) = 𝐴. ∆𝑋 (𝜔) + 𝐵. ∆𝑌 (𝜔) 2. Software Matlab 2013
(2) 3. Software Ms. Excel 2013
𝐵 4. Software Google Earth

tan 𝜃 = ( 𝐴) (3) 5. Data gempabumi wilayah lampung


𝜃= tan-1 (𝐵) (4) tahun 2016
𝐴
Keterangan : 6. Data MAGDAS stasiun Liwa.
∆𝑍 : Kumpulan data magnet bumi pada
komponen vertikal (nT) C. Prosedur Penelitian
∆𝑋 : Kumpulan data magnet bumi pada
komponen utara-selatan (nT) Langkah-langkah pengolahan data
∆𝑌 : Kumpulan data magnet bumi pada MAGDAS pada penelitian ini adalah
komponen timur-barat (nT) sebagai berikut:
A : Konstanta koefisien data magnet 1. Melakukan analisis trend harian untuk
bumi pada komponen utara-selatan mengurangi pengaruh akibat aktivitas
B : Konstanta koefisien data magnet geomagnet global seperti aktivitas
bumi pada komponen timur-barat. Litosfer, Atmosfer, Ionosfer, serta Solar
Untuk menentukan besarnya konstanta A Wind.
dan B maka digunakan inversi linier, sebagai 2. Melakukan transformasi fourier atau
berikut : Fast Fourier Transform (FFT) untuk
d=Gm (5) mengubah data dari domain waktu ke
Keterangan : domain frekuensi. FFT dihitung
d : Matriks data (nilai ∆Z (𝜔)) menggunakan rumus :
∫∞
G : Matriks kernel (nilai ∆X (𝜔) dan ∆Y F (k) = 𝑓(𝑥)𝑒−2𝜋𝑖𝑘𝑥dx
−∞
(𝜔))
3. Melakukan normalisasi nilai komponen
m : Matriks model ( (nilai A (𝜔) dan B fourier dengan menggunakan frekuensi
(𝜔)) Nyquist dengan sampling rate pada
∆𝑍1 ∆𝑋1 ∆𝑌1 frekuensi 1 Hz.
𝐴
[∆𝑍2] = [∆𝑋2 ∆𝑌2] [ ] (6) 4. Melakukan Polarisasi Rasio Z/H.
𝐵
∆𝑍3 ∆𝑋𝑛 ∆𝑌𝑛 Dimana indikator anomali gelombang

Nilai A dan B dapat dicari dengan rumus : EM ditunjukkan dengan adanya


m = [G G]T -1 T
G d (7) peningkatan nilai rasio komponen
vertikal dengan horizontal (Z/H) yang
melewati batas standar deviasi yang
IV. METODOLOGI PENELITIAN telah dibuat.
5. Melakukan koreksi anomali yang
A. Lokasi dan Waktu Penelitian muncul dengan Indeks Dst.

Penelitian dilakukan di Badan


Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika V. HASIL DAN PEMBAHASAN
(BMKG) Kotabumi, Lampung Utara dan
Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Dalam penelitian ini data magnetik
Lampung yang dilaksanakan pada tanggal diolah menggunakan software MATLAB.
31 Januari 2017 sampai 21 Juni 2017. Dilakukan Proses FFT (Fast Fourier
Transform) untuk mengubah data dalam
B. Alat dan Bahan Penelitian domain waktu menjadi data dalam domain
frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian
Alat dan bahan yang digunakan pada yang telah dilakukan oleh Karakelian, dkk.,
penelitian ini adalah sebagai berikut : (2000) dalam (Ahadi, dkk., 2013) spektrum
1. Komputer frekuensi yang berkaitan dengan aktivitas
seismogenik sebelum gempabumi terjadi azimut yang mengarah ke episenter
(preseismic) berkisar antara 0,1 – 0,02 Hz gempabumi. Dan dapat dikatakan bahwa
dan pada penelitian ini digunakan frekuensi waktu mula (onset time) prekursor gempa
antara 0.022 – 0.012 Hz. 29 maret dengan magnitudo 5,3 Mw
Sebelum melakukan analisis terhadap tersebut adalah tanggal 27 Februari sebesar
data ULF, terlebih dahulu dilakukan -4.267 dengan durasi waktunya (lead time)
analisis terhadap indeks badai magnet satu selama 30 hari.
bulan atau 30 hari sebelum gempabumi
terjadi, hal ini dilakukan agar nantinya B. Gempabumi 10 April 2016
dapat ditandai anomali yang muncul akibat
adanya badai magnet, sehingga anomali Pada bulan maret atau satu bulan
tersebut tidak perlu lagi dilakukan analisis sebelum gempa 10 april 2016, terdapat
untuk prekursor gempabumi. Berdasarkan badai magnet pada tanggal 7 Maret 2016
penelitian yang telah dilakukan oleh yang dapat dilihat pada Gambar 3.
(Cerrato, dkk., 2004) aktivitas badai magnet Berdasarkan hasil pengolahan data yang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu, massive telah dilakukan, hasil dari polarisasi rasio
strom <−300nT, strom <− 50 nT, severe Z/H menunjukkan adanya anomali yang
strom <− 30 nT. diindikasi sebagai prekursor untuk
gempabumi 10 April yaitu, pada tanggal 26
A. Gempabumi 29 Maret 2016 Maret pada saat hari tenang atau tidak ada
badai magnet.
Sebelum melakukan analisis sinyal ULF Anomali yang diindikasi sebagai
yang Pada bulan februari atau 30 hari prekursor ini memiliki azimut sebesar
sebelum gempa 29 maret 2016, terdapat 281.09° dan azimut gempanya sebesar
badai magnet pada tanggal 1,3,17, dan 18 289.33°, seperti yang ditunjukkan pada
februari 2016. Apabila ada anomali yang Gambar 4. Dan dapat dikatakan bahwa
muncul selain pada tanggal tersebut, maka kemunculan (onset time) gempa 10 April
anomali tersebut tidak berkaitan dengan dengan magnitudo 5,2 Mw tersebut adalah
adanya aktivitas badai magnet, untuk lebih tanggal 26 Maret sebesar 2.275 dengan
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. durasi waktunya (lead time) selama 15 hari.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
telah dilakukan, hasil dari polarisasi rasio C. Gempabumi 02 Mei 2016
Z/H menunjukkan adanya anomali yang
diindikasi sebagai prekursor untuk Pada bulan april atau satu bulan sebelum
gempabumi 29 Maret yaitu, pada tanggal 27 gempa 02 Mei 2016, terdapat badai magnet
februari yang dilihat berdasarkan nilai yang pada tanggal 3,8, 13, 14, dan 17 April 2016
melebihi standar deviasi dan memiliki yang dapat dilihat pada Gambar 5.
azimut yang mengarah ke episenter Berdasarkan hasil pengolahan data yang
gempabumi, anomali tersebutpun muncul telah dilakukan, hasil dari polarisasi rasio
saat hari tenang atau tidak terjadi badai Z/H menunjukkan adanya anomali yang
magnetik, sehingga dapat diindikasi sebagai diindikasi sebagai prekursor untuk
prekursor gempabumi. gempabumi 02 Mei yaitu, pada tanggal 20
Anomali yang diindikasi sebagai April, dimana anomali tersebutpun muncul
prekursor ini memiliki azimut sebesar saat hari tenang atau tidak terjadi badai
295.042° dan azimut gempanya sendiri magnetik, sehingga dapat diindikasi sebagai
sebesar 318.62°, seperti yang ditunjukkan prekursor gempabumi.
pada Gambar 2, dimana panah biru Anomali yang diindikasi sebagai
merupakan azimut dari anomali yang prekursor ini memiliki azimut sebesar
muncul dan panah merah merupakan 127.3° dan azimut gempanya sebesar
114.23° seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6, maka waktu tiba (onset time) Pada bulan Juli tidak terjadi badaimagnet
gempa 02 Mei dengan magnitudo 5,8 Mw terjadi badai magnet, sehingga apabila ada
tersebut diketahui pada tanggal 20 April anomali yang muncul pada bulan ini, maka
sebesar 6.937 dengan durasi waktunya anomali tersebut tidak berkaitan dengan
(lead time) selama 21 hari. adanya aktivitas badai magnet, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
D. Gempabumi 18 Juni 2016 Berdasarkan hasil pengolahan data yang
telah dilakukan, hasil dari polarisasi rasio
Pada bulan Juni badai magnet terjadi Z/H menunjukkan adanya anomali yang
pada tanggal 6 Juni 2016 yang dapat dilihat diindikasi sebagai prekursor untuk
pada Gambar 7. Berdasarkan hasil gempabumi 23 Juli yaitu, pada tanggal 6
pengolahan data yang telah dilakukan, hasil Juli .
dari polarisasi rasio Z/H menunjukkan Anomali yang diindikasi sebagai
adanya anomali yang diindikasi sebagai prekursor ini memiliki azimut sebesar
prekursor untuk gempabumi 18 Juni yaitu, 216,8° dan azimut gempanya sebesar
pada tanggal 7 Juni. 239,45° seperti yang ditunjukkan pada
Anomali yang diindikasi sebagai Gambar 12, maka dapat diindikasi bahwa
prekursor ini memiliki azimut sebesar waktu tiba (onset time) gempa 23 juli
273.881 dan azimut gempanya sebesar dengan magnitudo 5.0 Mw tersebut adalah
302.55° seperti yang ditunjukkan pada tanggal 6 juli sebesar -6.652 dengan durasi
Gambar 8, maka waktu tiba (onset time) waktunya (lead time) selama 17 hari.
gempa 18 Juni dengan magnitudo 5,2 Mw
tersebut diketahui pada tanggal 7 Juni G. Gempabumi 5 Agustus 2016
sebesar −3.049 dengan durasi waktunya
(lead time) selama 11 hari. Pada bulan Juli tidak terjadi badaimagnet
terjadi badai magnet, seperti yang dapat
E. Gempabumi 11 Juli 2016 dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
Pada bulan Juni badai magnet terjadi telah dilakukan, hasil dari polarisasi rasio
pada tanggal 6 Juni 2016 yang dapat dilihat Z/H menunjukkan adanya anomali yang
pada Gambar 9. Berdasarkan hasil diindikasi sebagai prekursor untuk
pengolahan data yang telah dilakukan, hasil gempabumi 5 Agustus yaitu, pada tanggal
dari polarisasi rasio Z/H menunjukkan 16 Juli, dimana anomali tersebutpun
adanya anomali yang diindikasi sebagai muncul saat hari tenang atau tidak terjadi
prekursor untuk gempabumi 11 Juli yaitu, badai magnetik.
pada tanggal 24 Juni. Anomali yang diindikasi sebagai
Anomali yang diindikasi sebagai prekursor ini memiliki azimut sebesar
prekursor ini memiliki azimut sebesar 251,439° dan azimut gempanya sebesar
279.9° dan azimut gempanya sebesar 255.59° seperti yang ditunjukkan pada
279.83° seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13, , maka waktu mula (onset
Gambar 10, maka dapat diindikasi bahwa time) gempa 5 agustus dengan magnitudo
waktu tiba (onset time) gempa 11 Juli 5,2 Mw tersebut adalah tanggal 16 juli
dengan magnitudo 5,2 Mw tersebut sebesar -8,479 dengan durasi waktunya
diketahui pada tanggal 24 Juni sebesar (lead time) selama 20 hari.
7.104 dengan durasi waktunya (lead time)
selama 17 hari. H. Gempabumi 7 Agustus 2016

F. Gempabumi 23 Juli 2016


Pada bulan Juli tidak terjadi badaimagnet tersebut. Tidak adanya anomali
terjadi badai magnet dimana lebih jelasnya kemungkinan dikarenakan jarak dari
dapat dilihat pada Gambar 11.. episenter gempa yang terlalu jauh ke stasiun
Berdasarkan hasil pengolahan data yang Liwa, sedangkan gempa yang memiliki
telah dilakukan, hasil dari polarisasi rasio prekursor jarak episenternya lebih dekat
Z/H menunjukkan adanya anomali yang dengan stasiun Liwa.
diindikasi sebagai prekursor untuk
gempabumi 7 Agustus .
Anomali yang diindikasi sebagai VI. KESIMPULAN DAN SARAN
prekursor ini memiliki azimut sebesar
183,6° dan azimut gempanya sebesar 167,3° A. KESIMPULAN
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14,
maka dapat diindikasi bahwa waktu tiba Kesimpulan dari penelitian ini adalah
(onset time) gempa 7 agustus dengan sebagai berikut:
magnitudo 5.2 Mw tersebut adalah tanggal 1. Berdasarkan hasil dari analisis anomali
27 juli sebesar 11.311 dengan durasi sinyal ULF (Ultra Low Frequency)
waktunya (lead time) selama 11 hari. diketahui bahwa waktu terjadinya
peningkatan sinyal ULF pada fase
I. Gempabumi 12 Agustus 2016 preseismik (frekuensi 0.012-0.022 Hz)
ditandai dengan munculnya anomali
Pada bulan Juli tidak terjadi badai magnet terjadi pada analisis spektrum frekuensi atau
badai magnet, dimana untuk lebih jelasnya dapat polarisasi rasio Z/H.
dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah
dilakukan, hasil dari polarisasi rasio Z/H 2. Terdapatnya anomali sinyal ULF pada
menunjukkan adanya anomali yang diindikasi data magnetik ditandai dengan
sebagai prekursor untuk gempabumi 12 Agustus peningkatan nilai spektrum pada
yaitu, pada tanggal 21 juli. komponen Z/H atau peningkatan nilai
Anomali yang diindikasi sebagai polarisasi rasio Z/H pada data magnetik
prekursor ini memiliki azimut sebesar dari instrumen MAGDAS.
141,497° dan azimut gempanya sebesar
143,67° seperti yang ditunjukkan pada 3. Berdasarkan sepuluh gempabumi yang
Gambar 15, maka dapat diindikasi bahwa telah diamati, sembilan diantaranya
waktu tiba (onset time) gempa 12 agustus memiliki prekursor dari anomali sinyal
dengan magnitudo 5.4 Mw tersebut adalah ULF. Berikut merupakan hasil analisis
tanggal 21 juli sebesar 3,867 dengan durasi anomali sinyal ULF yang berkaitan
waktunya (lead time) selama 22 hari. dengan gempabumi yang terjadi pada
tahun 2016 dengan Mw > 5 :
J. Gempabumi 7 November 2016 a. Gempabumi tanggal 29 Maret 2016
dengan Mw 5,3 memiliki onset time
Gempabumi yang terjadi pada tanggal 7
pada tanggal 3 Februari 2016 dan
November 2016 memiliki magnitudo 6.1
lead time selama 28 hari.
Mw pada koordinat −8.11° hingga 104.76°
b. Gempabumi tanggal 10 April 2016
dengan jarak dari episenter ke stasiun
dengan Mw 5,7 memiliki onset time
adalah 354.32 Km. Gempabumi tersebut
pada tanggal 26 Maret 2016 dan
terjadi dilaut pada kedalaman 24 Km.
lead time selama 15 hari.
Berdasarkan hasil pengolahan data
c. Gempabumi tanggal 2 Mei 2016
magnetik, gempabumi tersebut tidak
dengan Mw 5,8 memiliki onset time
memiliki prekursor tanda awal terjadinya
pada tanggal 20 April 2016 dan lead
gempabumi. Hal ini ditandai dengan tidak
time selama 21 hari.
ada sinyal ULF yang mengarah pada gempa
d. Gempabumi tanggal 18 Juni 2016 B. SARAN
dengan Mw 5,2 memiliki onset time
pada tanggal 17 Mei 2016 dan lead Saran untuk pengembangan penelitian
time selama 30 hari. tentang prekusor gempabumi menggunakan
e. Gempabumi tanggal 11 Juli 2016 data magnetik ini perlu adanya data
dengan Mw 5,2 memiliki onset time pendukung dari stasiun magnetik lain
pada tanggal 24 Juni 2016 dan lead sebagai stasiun referensi yang jaraknya
time selama 25 hari. dekat dengan stasiun pengamatan agar hasil
f. Gempabumi tanggal 23 Juli 2016 yang diperoleh lebih akurat lagi.
dengan Mw 5,0 memiliki onset time
pada tanggal 6 Juli 2016 dan lead UCAPAN TERIMA KASIH
time selama 17 hari.
g. Gempabumi tanggal 5 Agustus 2016 Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dengan Mw 5,2 memiliki onset time Bapak Rudianto sebagai pembimbing
pada tanggal 16 Juli 2016 dan lead lapangan, serta Bapak Syamsurijal S.Si.,
time selama 20 hari. M.Si dan Bapak Karyanto yang telah
h. Gempabumi tanggal 7 Agustus 2016 membimbing dan memberikan dukungan
dengan Mw 5,0 memiliki onset time terhadap penyelesaian penelitian ini.
pada tanggal 27 Juli 2016 dan lead
time selama 11 hari.
i. Gempabumi tanggal 12 Agustus DAFTAR PUSTAKA
2016 dengan Mw 5,4 memiliki onset
time pada tanggal 21 Juli 2016 dan Affandi, A.K., Idarwati. dan Hastuti,
lead time selama 22 hari. E.W.D., 2015, Penentuan Kawasan
j. Gempabumi tanggal 7 November Rawan Gempabumi Untuk Mitigasi
2016 tidak memiliki prekursor Bencana Geologi Di Wilayah
dikarenakan jaraknya yang terlalu Sumatera Bagian Selatan, UNSRI.
jauh dari stasiun pengukuran.
Afnimar., 2009, Seismologi, Bandung :
4. Selain untuk mengetahui anomali sinyal Institut Teknologi Bandung.
ULF, data magnetik dari instrumen
MAGDAS juga dapat digunakan untuk Ahadi, S., Puspito, N.T., Saroso, S.,
mengetahui azimut atau arah anomali Ibrahim, G., Siswoyo. danSuhariyadi.,
yang mengarah ke episenter gempabumi 2013, Prekursor Gempa Bumi Padang
yang jaraknya dekat dengan stasiun 2009 Berbasis Hasil Analisis
MAGDAS. Berdasarkan hasil penelitian Polarisasi Power Rasio Dan Fungsi
dari data MAGDAS tahun 2016 terhadap Transfer Stasiun Tunggal, Jurnal
Gempabumi wilayah Lampung tahun Ilmiah Geomatika, Vol. 19 No. 1
2016, hanya ada satu dari sepuluh titik Agustus 2013 : 49 – 56.
gempa yang tidak memiliki prekursor,
yaitu gempa pada tanggal 7 November Barber, A.J., Crow, M.J. dan Milsom, J.S.,
2016, meskipun magnitudo gempa 2005, Sumatera: Geology, Resources
tersebut cukup besar namun jaraknya and Tectonic Evolution, The
yang jauh menyebabkan tidak adanya Geological Society. London.
prekursor yang mengarah pada gempa
tersebut sehingga dapat disimpulkan Fajriyanto., Suyadi., Dewi, C. dan Meilano,
bahwa jarak dan besarnya magnitudo I., 2013, Estimasi Laju Geser Dan
juga mempengaruhi anomali sinyal ULF. Pembuatan Model Deformasi Di Selat
Sunda Dengan Menggunakan GPS
Kontinyu, Seminar Nasional Sains
dan Teknologi V, Lembaga Penelitian Ibrahim, G. dan Subarjo., 2005,
Universitas Lampung. Pengetahuan Seismologi. Jakarta :
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Fenoglio, M.A., Johnston, M.J.S. dan Geofisika.
Byerlee, J.D., 1995, Magnetic and
electric fields associated with changes Kopytenko, Y.A., Matishvili, T.G.,
in high pore pressure in fault zones, Voronov, P.M. dan Mochanov, O.A.,
Application to the Loma Prieta ULF 1993, Detection of ultra-low-
emissions, Journal Geophys.Res, 100 frequency emissions connected with
(B7), 12951-12958. the Spitak earthquake and its
aftershock activity, based on
Frasher-Smith, A.C., Bernardi, A., McGrill, geomagnetic pulsations data at
P.R., Ladd, M.E., Helliwell, R.A., dan Dusheti and Vardzia observatories,
Villard, G. Jr., 1990, Low-Frequency Proceeding Phys. Earth Planet.Inter,
Magnetic Field Measurements Near 77, 85-95.
The Epicenter Of The Ms. 7.1 Loma
Prieta Earthquake, Journal Kovtun, A.A., 1980, Using of Natural
Geophysical Research Letter, Vol. 17, Electromagnetic Field of the Earth
No. 9, 1465-1468. under Studying of Earth’s
Electroconductivity, Lenigrad
Hattori, K., 2004, ULF Geomagnetic University.
Changes Associated with Large
Earthquake, Journal Terrestrial, McPherron,L,R., 1998, Definition,
Atmospheric and Oceanic Sciences Calculation, And Properties Of The
(TAO), Vol.15, No. 3, 329-360. Dst Index, Colorado.

Hattori, K., Serita, A., Yoshino, C., Mogi, K., 1985, Earthquake Prediction,
Hayakawa, M., Isezaki, N., 2006, Academic Press, Hal. 355.
Singular
spectral analysis and principal Molchanov, O.A. dan Hayakawa, M., 1995,
component analysis for signal Generation of ULF electromagnetic
discrimination of ULF geomagnetic emissions by microfracturing,
data associated with 2000 Izu Island Proceeding Geophys. Res. Lett. 22,
Earthquake Swarm, Proceeding 3091-3094.
Phys.Chem. Earth 31, 281–291.
Molchanov, O.A. dan Hayakawa, M., 1998,
Hayakawa, M., 1999, Atmospheric and On the generation of ULF
Ionospheric Electromagnetic seismogenic electromagnetic
Phenomena Associated with emissions, Proceeding Phys. Earth
Earthquakes, Tokyo : Terra Planet. Int. 105,201-210.
Publishing Company.
Mulyono, A., Ariwibowo, S. dan Iqbal, P.,
Hayakawa, M., Yumoto, K., Roeder, J.L., 2014, Ilmu Kebumian untuk
Koons, H.C. dan Hobara, Y., 2003, Perlindungan Wilayah, LIPI.
Characteristics of ULF magnetic
anomaly before earthquakes, Mursula, K., Holappa, L., dan Karinen, A.,
Proceeding Physics and Chemistry of 2008. Correct normalization of the
the Earth, 29, 437-444. Dst Index. Finland.
Prattes, G., Schwingenschuh, K., Subakti, H., 2012, Modul Prediksi
Eichelberger, H.U., Magnes, W., Gempabumi, Jakarta : Akademi
Boudjada, M., Stachel, M., Vellante, Meteorologi Dan Geofisika.
M., Villante, U., Wesztergom, V. dan
Nenovski, P., 2011, Ultra Low Yumoto, K., 2006, MAGDAS project and
Frequency (ULF) European multi its application for space weather,
station magnetic field analysis before Journal Solar Influence on the
and during the 2009 earthquake at Heliosphere and Earth’sEnviroment
L`Aquila regarding regional : Resent Progress and Prospect, 81-
geotechnical information, National 87099-40-2, (ISBN :399-405).
Hazard Earth System Sciences, 11,
1959-1968. Yumoto, K., Ikemoto, S., Cardinal, M.G.,
Hayakawa, M., Hattori, K., Liu, J.Y.,
Sieh, K. dan Natawidjaja, D., 2000, Saroso, S., Ruhimat, M., Husni, M.,
Neotectonics of Sumatra Fault, Widarto, D., Ramos, E., McNamara,
Indonesia, Journal of Geophysical D., Otadoy, R.E., Yumul, G., Ebora,
Research, Vol. 105, 28,295-28,326. R. dan Servando, N., 2009, A new
ULF wave analysis for Seismo-
Electromagnetic using
CPMN/MAGDAS data, Proceeding
Strein, S. dan Wysession., 2003, An Physics and Chemistry of the Earth,
Introduction to Seismology, 34, 360-366.
earthquakes, and earth structure, UK.
LAMPIRAN

100 Disturbance-Strom Time Februari 2016


nT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829
Tanggal
-100

Gambar 1. Indeks DST Februari 2016

Gambar 2. Azimut Gempabumi 29 maret 2016

100 Disturbance-Strom Time Maret 2016


nT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
-100 Tanggal

Gambar 3. Indeks Dst Maret 2016

Gambar 4. Azimut Gempabumi 10 April 2016


100 Disturbance-Strom Time April 2016

nT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

-100 Tanggal

Gambar 5. Indeks Dst April 2016

Gambar 6. Azimut Gempabumi 02 Mei 2016

100 Disturbance-Strom Time Juni


2016
nT

Tanggal
-100

Gambar 7. Indeks Dst Juni 2016

Gambar 8. Azimut Gempabumi 18 juni 2016


100 Disturbance-Strom Time Juni 2016
nT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Tanggal
-100

Gambar 9. Indeks Dst Juni 2016

Gambar 10. Azimut Gempabumi 11 juli 2016

100 Disturbance-Strom Time Juli 2016


nT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal

-100

Gambar 11. Indeks Dst Juli 2016

Gambar 12. Azimut Gempabumi 23 juli 2016


Gambar 13. Azimut Gempabumi 5 Agustus 2016

Gambar 14. Azimut Gempabumi 7 Agustus 2016

Gambar 15. Azimut gempabumi 12 Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai