NAUFAL SYAUQI
2110024427061
Review Jurnal I
Tinjauan Pustaka Metode yang digunakan dalam eksplorasi ini yaitu metode geofisika,
metode ini menerapkan prinsip – prinsip fisika yang digunakan untuk
mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
bumi. Dalam hal ini metode geofisika yang dipilih adalah metode
geolistrik tahanan jenis (resistivity 2D) dan metode geomagnet.
Metode geomagnet digunakan karena bijih besi yang memiliki magnet
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran bijih besi yang
berada di bawah permukaan berdasarkan anomali medan magnet,
untuk metode geolistrik tahanan jenis (resistivity) karena dengan
metode ini dapat mengetahui ketebalan lapisan bijih besi yang berada
di dalam tanah berdasarkan harga resistivitas bijih besi. Konfigurasi
yang dipakai adalah konfigurasi Wenner alpha. Paket program yang
digunakan adalah RES2DINV sehingga hasil output program yang
bisa ditampilkan adalah hasil Resistivity. Untuk Prospeksi awal pola
yang di lakukan adalah pengukuran Geomagnet, sedangkan
penyebaran dan kedalaman benda Magnetit yang di duga
Bijih Besi akan di tunjukkan pada RES2DINV. Rekomendasi dari 2
metode bisa di gunakan untuk pendugaan potensi Bijih Besi di daerah
tersebut.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
noneksperimental. Penelitian dilakukan dengan mengamati keadaan
batuan secara langsung dan menambil sampel secara sistematis pada
lubang bukaan untuk dilakukan uji laboratorium.
Hasil dan Analisa Peta Anomali Geomagnet
Pembahasan Peta Anomali Geomagnet di buat dengan bantuan program surfer.
Semua data pengukuran Anomali Geomagnet yang telah di download
dari alat geomagnet kemudian dimasukan kedalam program surfer
sebagi data base, akan tetapi data ini harus digabungkan terlebihdahulu
dengan data koordinat titik pengukuran. Setelah data masuk kedalam
data surfer maka dilanjutkan dengan membuat kontur, dimana anomali
geomagnet yang sama akan dihubungkan dengan
garis kontur.
Peta anomali geomagnet hasil dari program surfer dari 8 Lintasan yang
telah dilakukan pengukuran geomagnet di lapangan Berdasarkan Peta
Anomali Geomagnet maka anomali positif ditunjukan dengan warna
merah dan anomali negatif ditunjukan dengan warna biru. Dugaan
bijih besi terdapat pada pasangan anomali positif dan negatif dimana
anomali positif terdapat di sebelahutara dari anomali negatif.
B. Resistivitas Semu
Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada anggapan bahwabumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis
yang terukur merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak
tergantung pada spasi elektroda. Besarnya resistivitas semu (ρa) adalah
2𝜋 ∆V
ρa = 1 1 1 1
[( r1− r2)− ( r3− r4)] 𝐼
atau ρa = K∆V
𝐼
dengan K= 2𝜋
1 1 1 1
[( − )− ( − )]
r1 r2 r3 r4
K= 2𝜋𝑎
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner
adalah:
Kw = 2𝜋𝑎 dan ρw = Kw.R
dengan K= 2𝜋
1 1 1 1
[( − )− ( − )]
r1 r2 r3 r4
K= 2𝜋𝑎
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner
adalah:
Kw = 2𝜋𝑎 dan ρw = Kw.R
Review Jurnal III
A. Efek Elektrokinetik
Dalam teorinya, Fenoglio, dkk, (1995) menjelaskan bahwa efek ini
muncul karena batuan mengalami perubahan tekanan yang disebabkan
oleh deposit silika pada batuan tersebut sehingga menghasilkan aliran
gangguan magnet bumi.
B. Efek Induksi
Menurut (Kovtun, 1980; Mogi, 1985) efek induksi adalah efek yang
muncul akibat adanya aktivitas di sumber gempabumi (focal zone)
yang menyebabkan perubahan pada konduktivitas geo-elektrik dan
amplitudo pada gelombang elektromagnetik, non-lithospheric.
C. Efek Micro-Fracturing
Molchanov dan Hayakawa, (1995) menjelaskan bahwa emisi
gelombang elektromagnetik dengan spektrum Ultra Low Frequency
(ULF) yang terekam diasumsikan dapat mengalami peningkatan
secara signifikan apabila terjadi patahan pada batuan.
Keterangan :
Δ𝑍 : Kumpulan data magnet bumi pada komponen vertikal (nT)
Δ𝑋 : Kumpulan data magnet bumi pada komponen utara-selatan
(nT)
Δ𝑌 : Kumpulan data magnet bumi pada komponen timur-barat (nT)
A : Konstanta koefisien data magnet bumi pada komponen utara-
selatan
B : Konstanta koefisien data magnet bumi pada komponen timur-
barat.
Abstrak
Penyelidikan dan penelitian bijih besi dilaksanakan di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung. Luas daerah penelitian 25 Ha. Tujuan dari penyelidikan dan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran
baik secara vertikal maupun horisontal tentang kondisi bawah permukaan termasuk yang diduga sebagai bijih besi. Metode
yang digunakan adalah metode geomagnet dan geolistrik. Pengukuran geomagnet menggunakan alat magnetometer GEM
SYSTEM dan pengukuran geolistrik menggunakan resistivitymeter model ARES (Automatic Resistivity). Pada prinsipnya
pengukuran geomagnet adalah untuk mengetahui nilai anomali magnetik yang timbul dari batuan penyusun lapisan bawah
permukaan. sedangkan geolistrik adalah untuk mendapatkan nilai tahanan jenis dari batuan penyusun perlapisan bawah
permukaan, Akan tetapi jika hanya menggunakan kedua metode tersebut maka bijih besi hematit tidak dapat terdeteksi, oleh
sebab itu dilakukan penambahan dalam pengukuran geolistrik yaitu metode Induced Polarization (IP), metode ini adalah
metode untuk mengetahui keberadaan kadar logam berdasarkan peluruhan waktu disaat arus listrik dimatikan secara tiba-tiba.
Dengan ketiga metode tersebut maka dapat diketahui keberadaan bijih besi baik bijih besi magnetit maupun bijih besi hematit.
Setelah keberadaan bijih besi dapat diketahui, selanjutnya menginterpretasikan grafik anomali geomagnet, penampang
resistivity dan IP agar dapat diketahui penyebaran bijih besinya. Dengan demikian dapat dijadikan pedoman dalam mengadakan
penelitian lebih lanjut, yaitu adalah spot drilling dan pengukuran geolistrik
371
1. Mendapat gambaran baik secara vertical Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi
maupun horizontal tentang kondisi bawah atau pembahasan antara hasil pengolahan data
permukaan termasuk yang diduga sebagai bijih yang telah dilakukan dengan permasalahan yang
besi. diteliti. Kesimpulan ini merupakan suatu hasil
2. Menganalisis data hasil pengukuran dan akhir dari semua yang telah dibahas
menginterpretasi data geolistrik tersebut dalam
1.6 Manfaat Penelitian
2 penampang, yaitu penampang Geomagnet dan
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian
Resistivity.
ini diantaranya, data hasil pengukurangeolistrik dan
geomagnet yang diperoleh dapat dijadikan bahan
1.4 Batasan Masalah
pertimbangan dan rekomendasi untuk penelitian
1. Penelitian hanya di lakukan di daerah Desa
lebih lanjut
Sidodadi, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
2 Data penelitian yang di gunakan adalah hasil 2. Metode
survei geomagnet dan geolistrik (Resistivity) 2 Metode penelitian yang digunkan adalah metode
dimensi dengan konfigurasi wenner-alpha IP dan kuantitatif noneksperimental. Penelitian dilakukan
alat yang digunakan adalah resistivity-metermerk dengan mengamati keadaan batuan secara langsung
ARES. dan menambil sampel secara sistematis pada lubang
3 Analisa dan interpretasi didasarkan pada data bukaan untuk dilakukan uji laboratorium.
pengukuran geolistrik dan geomagnet di lokasi
penelitian. 2.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
1.5 Metodologi Penelitian observasi. Data yang dikumpulkan dari lapangan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa data Geomagnet dan Geolistrik. Serta
ini adalah sebagai berikut: pengambilan data sekunder meliputi data geologi
1) Studi literatur regional dan peta topografi.
Studi literatur ini dilakukan untuk mendapatkan
data yang berfungsi membantu didalam 2.2. Metode Analisis Data
penelitian ini. Data ini dapat berupa peta Metode analisis data yang digunakan adalah metode
topografi, peta kesampaian daerah, stratigrafi, analisis kuantitatif. Metode ini diterapkan karena
peta geologi regional daerah penelitian serta data yang diperoleh dilakukan analisis dan
laporan penelitian terdahulu dan jurnal-jurnal memberikan keluaran yang bersifat kuantitatif. Data
yang berkaitan topik di atas. yang diperoleh diinterpretasikan menjadi
2) Pengumpulan data penampang 2 dimensi.
Data yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini 3. Hasil dan Pembahasan
dikumpulkan dengan 2 cara,yaitu pengambilan 3.1 Analisa Peta Anomali Geomagnet
data primer, meliputi data geolistrik dan Peta Anomali Geomagnet di buat dengan bantuan
geomagnet, serta pengambilan data sekunder program surfer. Semua data pengukuran Anomali
meliputi data geologi regional dan petatopografi. Geomagnet yang telah di download dari alat
3) Pengolahan data geomagnet kemudian dimasukan kedalam program
Pengolahan data dilakukan dengan cara surfer sebagi data base, akan tetapi data ini harus
melakukan perhitungan-perhitungan terhadap digabungkan terlebih dahulu dengan data koordinat
data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran titik pengukuran. Setelah data masuk kedalam data
di lapangan. Setelah hasil pengukuran surfer maka dilanjutkan dengan membuat kontur,
didapatkan, maka untuk mengolah data hasil dimana anomali geomagnet yang sama akan
pengukuran dapat digunakan analisa pengolahan dihubungkan dengan garis kontur. Dengan demikian
data dilakukan dengan menggunakan program maka dapat diketahui klosur anomali geomagnet
khusus Resistivity 2-Dimensi Inversi positif dan klosur anomali geomagnet negatif.
(RES2DINV). Hasilnya akan diperoleh Gambar 3.1 berikut ini (terlampir) adalah Peta
penampang lapisan bawah permukaan. anomali geomagnet hasil dari program surfer dari 8
4) Analisis hasil pengolahan data Lintasan yang telah dilakukan pengukuran
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh geomagnet di lapangan Berdasarkan Peta Anomali
kesimpulan sementara berupa penampang 2- Geomagnet maka anomali positif ditunjukan dengan
Dimensi yang diduga singkapan bijih besi. warna merah dan anomali negatif ditunjukan dengan
5) Kesimpulan warna biru. Dugaan bijih besi terdapat pada
pasangan anomali positif dan negatif,
372
dimana anomali positif terdapat di sebelah utaradari sampai dengan 390 m pada kedalaman 20 m
anomali negatif. Pada lokasi penelitian diduga sampai 40 m.
terdapat 2 blok yang diindikasikan sebagai bijih besi, 3. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
yang pertama terdapat disebelah barat yaitu disekitar Lintasan 3
perpotongan Lintasan 1, Lintasan 2, dan Lintasan 8 Lintasan 3 dibuat dengan arah dari Utara ke
pada lokasi ini terdapat anomali positif hingga 500 Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
nT dan anomali negatif hingga -200 nT. Blok ke 2 (Gambar 3.5 terlampir). Berdasarkan kontras
terdapat disebelah timur yaitu di sekitar perpotongan resistivity dan IP yang terjadi maka untuk dugaan
Lintasan 4, Lintasan 5, Lintasan 6, dan Lintasan 7 bijih besi hematite pada Lintasan 3 terdapat pada
pada lokasi ini terdapat pasangananomali positif 400 elektroda 330 m sampai dengan 400 m pada
nT dan anomali negatif -200 nT. Pada kedua blok kedalaman 20 m sampai 40 m.
inilah diduga adanya bijih besi akan tetapi harus 4. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
diketahui terlebih dahulu bentuk perlapisan bawah Lintasan 4
permukaan dengan metode geolistrik. Lintasan 4 dibuat dengan arah dari Barat ke
Timur sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
3.2 Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik (Gambar 3.6 terlampir). Pada grafik geomagnet
Intepretasi data geomagnet dan geolistruik adalah Lintasan 4 terdapat anomali positif dan negatif
perbandingan antara grafik geomagnet dengan disekitar elektroda ke 28 sampai dengan 31
penampang resistivity dan penampang IP. Berikut sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
ini dalah intepretasi data geomagnet dan geolistrik didukung dengan adanya kontras resistivity dan
pada setiap Lintasan IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
1. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik disekitar elektroda 270 m sampai dengan 300m
Lintasan 1 pada kedalaman 10 m sampai dengan 20 m.
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
Lintasan 1 dibuat dengan arah dari Utara ke
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
pada Lintasan 4 terdapat pada elektroda 390 m
(Gambar 3.2 terlampir). Lintasan 1 dibuatdengan
arah dari Utara ke Selatan sepanjang sampai dengan 450 m pada kedalaman 5 m
470 m dengan 48 elektroda (Gambar 3.3 sampai 20 m.
terlampir). Pada grafik geomagnet Lintasan 1 5. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
terdapat anomali positif dan negatif disekitar Lintasan 5
elektroda ke 17 sampai dengan 25 sebagai Lintasan 5 dibuat dengan arah dari Utara ke
dugaan bijih besi magnetit, hal ini didukung Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
dengan adanya kontras resistivity dan IP yang (Gambar 3.7 terlampir). Pada grafik geomagnet
terjadi pada penampang resistivity dan IP Lintasan 5 terdapat anomali postif dan negatif
disekitar elektroda 170 m sampai dengan 240 m disekitar elektroda ke 13 sampai dengan 19
pada kedalaman 40 m sampai dengan 70 m. sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang didukung dengan adanya kontras resistivity dan
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 240 m disekitar elektroda 120 m sampai dengan 180m
sampai dengan 270 m pada kedalaman 2 m pada kedalaman 20 m sampai dengan 40 m.
sampai 15 m 6. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
2. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik Lintasan 6
Lintasan 2 Lintasan 6 dibuat dengan arah dari barat ke timur
Lintasan 2 dibuat dengan arah dari Barat ke sepanjang 470 m dengan 48 elektroda (Gambar
Timur sepanjang 470 m dengan 48 elektroda 3.8 terlampir). Pada grafik geomagnet Lintasan 6
(Gambar 3.4 terlampir). Pada grafik geomagnet terdapat anomali postif dan negatif disekitar
Lintasan 2 terdapat anomali positif dan negatif elektroda ke 17 sampai dengan 20 sebagai
disekitar elektroda ke 19 sampai dengan 24 dugaan bijih besi magnetit, hal ini didukung
sebagi dugaan bijuh besi magnetit, hal ini dengan adanya kontras resistivity dan IP yang
didukung dengan adanya kontras resistivity dan terjadi pada penampang resistivity dan IP
IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP disekitar elektroda 160 m sampai dengan 190m
disekitar elektroda 180 m sampai dengan 230m pada kedalaman 20 m sampai dengan 35 m.
pada kedalaman 3 m sampai dengan 10 m. Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 210 m
pada Lintasan 2 terdapat pada elektroda 340 m sampai dengan 260 m pada kedalaman 5 m
sampai 20 m, dan pada elektroda 360 m sampai
420 m pada kedalaman 5 m sampai 20 m.
373
Gambar 3.2 Peta Lokasi Lintasan Geolistrik
7. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
Lintasan 7
Lintasan 7 dibuat dengan arah dari Utara ke
Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
(Gambar 3.9 terlampir). Pada grafik geomagnet
Lintasan 7 terdapat anomali postif dan negatif
disekitar elektroda ke 24 sampai dengan 27
sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
didukung dengan adanya kontras resistivity dan
IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
disekitar elektroda 230 m sampai dengan 260 m
pada kedalaman 10 m sampai dengan 20 m.
Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
pada Lintasan 7 terdapat pada elektroda 120 m
sampai dengan 210 m pada kedalaman 20 m
sampai 60 m, dan pada elektroda 310 m sampai
390 m pada kedalaman 20 m sampai 40 m.
8. Intepretasi Data Geomagnet Dan Geolisitrik
Lintasan 8
Lintasan 8 dibuat dengan arah dari Utara ke
Selatan sepanjang 470 m dengan 48 elektroda
(Gambar 3.10 terlampir). Pada grafik geomagnet
Lintasan 8 terdapat anomali postif dan negatif
disekitar elektroda ke 19 sampai dengan 26
sebagai dugaan bijih besi magnetit, hal ini
didukung dengan adanya kontras resistivity dan
IP yang terjadi pada penampang resistivity dan IP
disekitar elektroda 180 m sampai dengan 250 m
pada kedalaman 35 m sampai dengan 65 m. Dan
elektroda ke 130 m sampai 190 m pada
kedalaman 3 m sampai 10
m. Berdasarkan kontras resistivity dan IP yang
terjadi maka untuk dugaan bijih besi hematite
pada Lintasan 1 terdapat pada elektroda 60 m
sampai dengan 100 m pada kedalaman 30 m Gambar 3.3 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 1
sampai 45 m, dan pada elektroda 240 m sampai
270 m pada kedalaman 10 m sampai 20 m, dan
pada elektroda ke 290 m sampai 320 m pada
kedalaman 10 m sampai 70 m, dan pada
elektroda ke 350 m sampai 420 m pada
kedalaman 20 m sampai 40 m.
3.3 Gambar
Gambar 3.1 Peta Anomali Geomagnet Gambar 3.4 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 2
374
Gambar 3.5 Interpretasi Data Geomagnet Gambar 3.8 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 3 Dan Geolistrik Lintasan 6
Gambar 3.6 Interpretasi Data Geomagnet Gambar 3.9 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 4 Dan Geolistrik Lintasan 7
Gambar 3.7 Interpretasi Data Geomagnet Gambar 3.10 Interpretasi Data Geomagnet
Dan Geolistrik Lintasan 5 Dan Geolistrik Lintasan 8
375
4. Kesimpulan Ucapan Terima Kasih
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan Terimakasih kepada PT. Tiga Serangkai dan semua
didapat kesimpulan sebagai berikut : pihak yang telah membantu dalam kegiatan
1. Hasil dari pengukuran sebanyak 8 lintasan yang penelitian di lokasi serta Tim dosen dan Teman
masing-masing panjang lintasan adalah 470 m teman Mahasiswa Teknik Pertambangan
dan kedalaman rata-rata adalah 85 m. Setiap UPN”Veteran” Yogyakarta
lintasan menggunakan metode geomagnet,
resistivity dan IP. Daftar Pustaka
2. Dugaan keberadaan Bijih Besi terdapat di dua Koesnaryo, S., 2011, ”Metodologi Penelitian dan
lokasi yaitu di sekitar line 1-2-8 dan sekitar line Penulisan Ilmiah”, Program Studi Teknik
6-7. Dugaan Pada masing-masing lintasan dari 3 Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
penampang yang terdiri dari geomagnet, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
resistivity dan IP adalah sebagai berikut : Yogyakarta.
a. Lintasan 1 diduga bijih besi magnetit disekitar Loke, M.H, (2004), “Tutorial 2D and 3D Electrical
elektroda (170-240) m pada kedalaman (40-70) Imaging Surveys”,www.geoelectrical.com.
m. Dugaan bijih besi hematite terdapat pada Suharsono, (2011), ”Panduan Praktikum
elektroda (240-270) m pada kedalaman (2-15) m. Geomagnetik”, Laboratorium Geofisika
b. Lintasan 2 dugaan bijih besi magnetit disekitar Eksplorasi, Jurusan Teknik Geofisika, FTM,
elektroda (180-230) m pada kedalaman (3-10) UPN ”Veteran”, Yogyakarta.
m. Dugaan bijih besi hematite terdapat pada Telford, W.M., (1976), “Applied Geophysics”,
elektroda (340-390) m pada kedalaman (20-40) Cambridge University Press. hal 105-201, 632-
m. 734.
c. Lintasan Untuk dugaan bijih besi hematite Winda, (2013), “Buku Panduan Praktikum Geofisika
terdapat pada elektroda (330-400) m pada Tambang”, Laboratorium Geofisika, Jurusan
kedalaman (20- 40) m. Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
d. Lintasan 4 dugaan bijih besi magnetit, disekitar Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
elektroda (270-300) m pada kedalaman (10-20) ”Veteran”, Yogyakarta. hal 1-12, 37-
m. Dugaan bijih besi hematite terdapat pada 78.
elektroda (390-450) m dan kedalaman (5-20) m. , 2013, Buku Bimbingan dan Skripsi,
e. Lintasan 5 dugaan bijih besi magnetit, disekitar Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
elektroda (120 -180) m dengan kedalaman (20- Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
40) m. Nasional ”Veteran” Yogyakarta.
f. Lintasan 6 dugaan bijih besi magnetit disekitar , 2008, ”Eksplorasi Bijih Besi (Iron
elektroda (160-190) m dengan kedalaman (20- Ore) dengan Metoda Magnetik”, Prosiding
35) m. Dugaan bijih besi hematite pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II.
elektroda (210-260) m dengan kedalaman (5-20)
m, dan pada elektroda (360-420) m dengan , 2013, ”Mineral Iron”,
kedalaman (5-20) m. http://mineraleducationcoalition.org/
g. Lintasan 7 dugaan bijih besi magnetit disekitar
elektroda (230-260) m pada kedalaman (10-20)
m. Dugaan bijih besi hematite pada elektroda
(120-210) m pada kedalaman (20-60) m, dan
elektroda (310-390) m dengan kedalaman (20-
40) m.
h. Lintasan 8 dugaan bijih besi magnetit disekitar
elektroda (180-250) m kedalaman (35-65) m dan
elektroda (130-190) m kedalaman (3-10) m.
Dugaan bijih besi hematite pada elektroda (60-
100) m kedalaman (30-45) m, elektroda (240-
270) m kedalaman (10-20) m, elektroda ke (290-
320) m kedalaman (10-70) m, dan pada elektroda
(350-420) m dengan kedalaman (20- 40) m.
376
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 1
Abstrak – Telah dilakukan penelitian mengenai aplikasi metode geolistrik resistivitas yang bertujuan untuk menentukan
stuktur lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner dengan mengambil data sebanyak tiga lintasan dan masing-masing
lintasan berjarak 30 meter. Pengolahan data menggunakan metode optimasi least square non linier dengan inversi 2D
yang ada pada software Res2Dinv. Dari hasil analisis tiga lintasan diperoleh bahwa struktur lapisan tanah di halaman
belakang SCC ITS terdiri atas air tanah dimana nilai resistivitasnya relatif kecil. Lapisan yang mengandung air tanah
tersebut berada pada kedalaman 1,35 sampai 1,99m dengan resisitivitas 0,551-2,73 m. Selain itu juga terdapat lapisan
yang berupa pasir yang bercampur dengan lempung, dan alluvium serta kerikil pada lintasan tiga. Pasir merupakan
material batuan yang dapat meloloskan air, namun dengan adanya sisipan lempung maka pada lapisan ini dapat
menyimpan air dan mengalirkannya namun dalam jumlah yang terbatas.
Abstract – Has conducted research on the application of geo-electrical resistivity method that aims to determine the
structure of the soil layer in the backyard SCC ITS. The method used in this study is the method of geo-electrical resistivity
Wenner configuration by taking the data of three tracks and each track is 30 meters. Data processing using non-linear
least square optimization with that of the 2D inversion software Res2Dinv. From the analysis of the three trajectories
shows that the structure of the soil layer in the backyard SCC ITS consist of ground water where the resistivity values are
relatively small. Layer containing the groundwater is at a depth of 1.35 to 1.99 m with resistivity
0.551 to 2.73 m.. In addition, there is a layer of sand mixed with clay, and alluvium and gravel on the track three. Sand
is a rock material that can pass water, but with the insertion of clay then at this layer can store water and running it but in
limited quantities.
Key words: Geo-electrical resistivity methods, Resistivity apparent, Wenner configuration method
I. PENDAHULUAN
Lapisan tanah suatu daerah tergantung dari kondisi kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai
geologi dan iklim. Hal tersebut mengakibatkan kondisi tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik.
struktur lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS Konfigurasi Wenner yang digunakan dalam penelitian
beraneka ragam. Untuk mengetahui jenis lapisan batuan ini menggunakan metode mapping. Metode resistivitas
yang dilalui oleh air tanah, maka dilakukan dengan mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan
mencari nilai resistivitas suatu batuan di bawah mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan
permukaan tanah menggunakan metode geolistrik tahanan secara horisontal. Berdasarkan latar belakang diatas,
jenis. maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
Metode geolistrik merupakan metode yang digunakan menentukan struktur lapisan tanah di halaman belakang
untuk mengetahui sifat aliran listrik di dalam bumi dengan SCC ITS dengan metode geolistrik konfigurasi Wenner.
cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini
meliputi pengukuran potensial, arus dan medan II. METODE PENELITIAN
elektromagnetik yang terjadi baik itu oleh injeksi arus A. Metode Geolistrik Resistivitas
maupun secara alamiah. Salah satu metode geolistrik yang Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika
sering digunakan dalam pengukuran aliran listrik dan yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi.
untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran
adalah dengan metode tahanan jenis [7].Metode geolistrik medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi
merupakan metode yang banyak sekali digunakan dan baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke
hasilnya cukup baik yaitu untuk memperoleh gambaran dalam bumi. Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan
mengenai lapisan tanah dibawah permukaan dan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke permukaan
kemungkinan terdapatnya air tanah. Pendugaan geolistrik tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda
ini didasarkan pada potensial dengan sepasang elektroda yang lain. Bila arus
Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 2
listrik diinjeksikan ke dalam suatu medium dan diukur Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan
beda potensialnya (tegangan), maka nilai hambatan dari elektroda potensial adalah sama. Seperti yang tertera pada
medium tersebut dapat diperkirakan. Berdasarkan pada gambar 1.
tujuan penelitian metode yang digunakan yaitu metode
mapping. Metode resistivitas mapping merupakan metode
resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas C P1 P2 C
lapisan bawah permukaan secara horisontal.
B. Resistivitas Semu
M A B N
Metode geolistrik tahanan jenis didasarkan pada
anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen
isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang terukur a
merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak L
tergantung pada spasi elektroda. Namun pada
kenyataanya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan Gambar 1. Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi
resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang Wenner.
terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM = NB = a dan
Karenanya, harga resistivitas yang diukur seolah-olah jarak AN = MB = 2a, dengan menggunakan persamaan
merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja (1.3) diperoleh:
Resistivitas yang terukur sebenarnya adalah resistivitas
semu (ρa) [6]. (2.1)
2π
Besarnya resistivitas semu (ρa) adalah: K
2π V (1.1) 1
1 1
1
ρ .
a 2a 2a a
a 1 1 1 1 I
dengan
(1.3)
Dimana K adalah faktor geometri yaitu: besaran koreksi menggunakan metode optimasi least-square non-linier
yang ada pada software Res2Dinv. Hasil inversi 2
letak kedua elektroda potensial terhadap letak elektroda
dimensi ini didapatkan gambar penampang distribusi
arus [6]. resistivitas bawah permukaan yang diteliti. Gambar
penampang resistivitas pada masing-masing lintasan
C. Metode Konfigurasi Wenner dapat dilihat pada gambar (2.1,2.2,dan 2.3).
Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915).
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi
yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan
susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan
r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus adalah tiga kali
jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik
souding-nya adalah a / 2 , maka jarak masing elektroda
Gambar 2.1 Penampang resistivitas lintasan 1 Gambar 2.3 Penampang resistivitas lintasan 3
Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 4
Tabel 1 Nilai resistivitas material-material bumi [7] sebesar 17,8-66,8 m diperkirakan merupakan lapisan
Resistivitas yang terdiri dari aluvium.
Material
(Ohm-Meter) Sedangkan pada lintasan 3 besarnya nilai resistivitas
Pyrite (Pirit) 0.01 – 100 sebesar 0,607-117 m. Berdasarkan tabel 1, diketahui
Quartz (Kwarsa) 500 - 800.000 jenis lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas semunya.
Untuk nilai resistivitas sebesar 0,607-5,78 m
Calcite (Kalsit) 1 x 1012 - 1 x 1013 diperkirakan merupakan lapisan dimana terkandung air
Rock Salt (Garam Batu) 30 - 1 x 1013 tanah yang berada pada kedalaman 1,35-1,99 m dengan
Granite (Granit) 200 - 100.000 ditunjukkan dengan warna biru pada gambar 2.3. Untuk
nilai resitivitas sebesar 12,3-117 m diperikiran
Andesite (Andesit) 1.7 x 102 - 45 x 104 merupakan lapisan yang berupa pasir yang bercampur
Basalt (Basal) 200 - 100.000 dengan lempung dan kerikil yang resistivitasnya kerikil
Limestone (Gamping) 500 - 10.000 berkisar antara 100-600 m berdasarkan tabel 1.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya [1]
Sandstone (Batu Pasir) 200 - 8.000 yang menyatakan bahwa struktur tanah di halaman
Shales (Batu Tulis) 20 - 2.000 belakang SCC ITS tersusun atas campuran tanah alluvial,
Sand (Pasir) 1 - 1.000 air tanah, pasir, dan kerikil.
Clay (Lempung) 1 – 100
Ground Water (Air Tanah) 0.5 – 300 V. KESIMPULAN
Sea Water (Air Asin) 0.2 Penelitian ini memberikan gambaran mengenai struktur
lapisan tanah yang berada di halaman belakang SCC ITS
Magnetite (Magnetit) 0.01- 1.000 Surabaya. Dari hasil analisis diperoleh bahwa struktur
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600 - 10.000 lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS terdiri atas air
Alluvium (Aluvium) 10 – 800 tanah dimana nilai resistivitasnya relatif kecil. Lapisan
yang mengandung air tanah tersebut berada pada
Gravel (Kerikil) 100 – 600 kedalaman 1,35 sampai 1,99m dengan resisitivitas 0,551-
2,73 m. Selain itu juga terdapat lapisan yang berupa
Hasil pengukuran pengukuran data geolistrik pada pasir yang bercampur dengan lempung, dan aluvium serta
lintasan 1 menunjukkan besarnya nilai resistivitas sebesar terdapat kerikil pada lintasan tiga. Pasir merupakan
0,643 – 56,3 m. Dengan mencocokkan hasil inversi material batuan yang dapat meloloskan air, namun dengan
tersebut dengan tabel 1, maka dapat diketahui jenis adanya sisipan lempung maka pada lapisan ini dapat
lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas semunya. menyimpan air dan mengalirkannya namun dalam jumlah
Untuk nilai resistivitas sebesar 0,643-2,31 m yang terbatas.
diperkirakan merupakan lapisan dimana terkandung air
tanah di dalamnya dimana nilai resistivitasnya relatif
kecil. Lapisan yang mengandung air tanah tersebut VI. PUSTAKA
berada pada kedalaman 1,35-1,99 m yang ditunjukkan
dengan warna biru tua. Untuk nilai resitivitas sebesar [1] Arifin, syaiful, dkk. 2012. Identifikasi Struktur Bawah
4,37-8,28 m diperikirakan merupakan lapisan yang Permukaan Tanah dengan Metode VLF. Jurusan Fisika,
berupa pasir yang bercampur dengan lempung. Dimana FMIPA, ITS. Surabaya.
pasir merupakan material batuan yang dapat meloloskan [2] Hendrajaya, L. & Arif, I. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis.
air, namun dengan adanya sisipan lempung maka pada Monografi: Metoda Eksplorasi. Laboratorium Fisika
lapisan ini dapat menyimpan air dan mengalirkannya Bumi. ITB,Bandung.
namun dalam jumlah yang terbatas. Untuk nilai [3] Khalil, M. H., (2006), Geo-electrical resistivity sounding
resistivitas sebesar 15,7-56,3841 m diperkirakan for delineating salt water intrusion in the Abu Zenima area,
merupakan lapisan yang terdiri dari aluvium. West Sinai, Egypt, Journal Geophysics and Engineering, 3:
Pada lintasan 2 nilai resistivitasnya berkisar antara 243-251.
0,551-66,8 m. Berdasarkan tabel 1, diketahui jenis [4] Lashkaripour, G. R., (2007), An investivigation of
lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas semunya. groundwater condition by geoelctrical resistivity method: A
Untuk nilai resistivitas sebesar 0,551-2,17 m case study in Korin Aquifer, Southeast Iran, Journal of
diperkirakan merupakan lapisan dimana terkandung air Spatial Hydrology, 7(2).
tanah yang berada pada kedalaman 1,35-1,99 m dengan [5] Mohammed, L. N., Aboh, H. O. & Emenike, E. A., (2007),
ditunjukkan dengan warna biru tua pada gambar 2.2. A regional geo-electrical investivigation for groundwater
Untuk nilai resitivitas sebesar 4,31-8,54 m diperikiran exploration in Minna Area, North West Nigeria, Science
merupakan lapisan yang berupa pasir yang bercampur World Journal, 2(4): 15-19.
dengan lempung. Sedangkan untuk nilai resistivitas
Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
Andrias Sanggra Wijaya / Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah
di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya 5
Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX, Edisi Mei 2015
ISSN : 1410-2994
doi: 10.23960/jge.v4i2.16 Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 4/No. 2
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang analisis anomali sinyal pada spektrum frekuensi yang sangat
rendah berdasarkan data pengukuran geomagnetik sebagai indikator prekursor gempabumi
wilayah Lampung tahun 2016. Untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan berdasarkan
tahapan berikut ini (i) Perhitungan data medan magnet total; (ii) Analisis Tren Harian; (iii)
Transformasi Fourier data Anomali Geomagnetik; (iv) Lokalisasi Frekuensi ULF ; (v)
Perhitungan Ratio Vertikal-Horizontal (Polarisasi Ratio Z/H) ; (vi) Koreksi badai magnet atau
Disturbance Strom Time (DST); (vii) Identifikasi Prekursor gempabumi; (viii) Penentuan Onset
Time, lead time, dan arah prekursor. Hasil analisis sepuluh gempabumi dengan magnitudo
diatas 5 Mw memiliki prekursor antara 11 sampai 30 hari sebelum terjadi gempabumi. Sembilan
dari sepuluh gempabumi yang diteliti memiliki prekursor dan satu gempabumi yang tidak
memiliki prekursor, hal ini dikarenakan jaraknya yang terlalu jauh dari stasiun MAGDAS di
Liwa, Lampung Barat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa prekursor menggunakan data
magnetik tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi jangka pendek.
ABSTRACT
Regional research had been done to analysis anomalies signal of ultra low frequency based on
measurement data as an indicator of the geomagnetic earthquake precursor of lampung in 2016.
To achieve purpose of the study conducted by the following steps: (i) Calculation of the total
magnetic field of data; (ii) Daily Trend Analysis; (iii) the Fourier transform of the data
Geomagnetic Anomaly; (iv) Localization Frequency ULF; (v) Calculation of Ratio Vertical-
Horizontal (Polarization Ratio Z / H); (vi) Correction magnetic storms or Disturbance Strom
Time (DST); (vii) the identification of earthquake precursors; (viii) Determination of
OnsetTime, leadtime,and the direction of precursors. The results of the analysis of ten
earthquakes with a magnitude above 5 MW have precursors between 11 to 30 days before an
earthquake. Nine out of ten earthquakes studied had an earthquake precursors and precursors
that do not have, this is because the distance is too far from the station Magdas in Liwa, West
Lampung. Thus it can be seen that the precursor using the magnetic data can be used to make
short-term predictions.
Dalam teorinya, Fenoglio, dkk, (1995) Fungsi transfer merupakan fungsi dari
menjelaskan bahwa efek ini muncul komponen bilangan kompleks Fourier yang
karena batuan mengalami perubahan didefinisikan sebagai sistem linier yang
tekanan yang disebabkan oleh deposit memiliki dua masukan (input) dan satu
silika pada batuan tersebut sehingga keluaran (output). Fungsi transfer tersebut
menghasilkan aliran gangguan magnet dapat menyelesaikan suatu persamaan dari
bumi. komponen X, Y, dan Z geomagnet.
Koefisien dianggap invarian pada durasi
2. Efek Induksi tertentu dan fungsi transfer memiliki
informasi tentang konduktivitas listrik di
Menurut (Kovtun, 1980; Mogi, 1985) bawah tanah yang disebut dengan CA
efek induksi adalah efek yang muncul (Conduktivity Anomaly).
akibat adanya aktivitas di sumber Dengan menggunakan metode SSTF ini
gempabumi (focal zone) yang diharapkan dapat menunjukkan anomali
menyebabkan perubahan pada beserta waktu munculnya prekursor
konduktivitas geo-elektrik dan amplitudo gempabumi (onset time) sekaligus estimasi
pada gelombang elektromagnetik, non- lokasi episenter gempabumi yang akan
lithospheric. terjadi.
Sehingga besarnya arah sumber anomali
3. Efek Micro-Fracturing magnet dirumuskan sebagai berikut :
∆𝑍 (𝜔) = 𝐴. ∆𝑋 (𝜔) + 𝐵. ∆𝑌 (𝜔) 2. Software Matlab 2013
(2) 3. Software Ms. Excel 2013
𝐵 4. Software Google Earth
Hattori, K., Serita, A., Yoshino, C., Mogi, K., 1985, Earthquake Prediction,
Hayakawa, M., Isezaki, N., 2006, Academic Press, Hal. 355.
Singular
spectral analysis and principal Molchanov, O.A. dan Hayakawa, M., 1995,
component analysis for signal Generation of ULF electromagnetic
discrimination of ULF geomagnetic emissions by microfracturing,
data associated with 2000 Izu Island Proceeding Geophys. Res. Lett. 22,
Earthquake Swarm, Proceeding 3091-3094.
Phys.Chem. Earth 31, 281–291.
Molchanov, O.A. dan Hayakawa, M., 1998,
Hayakawa, M., 1999, Atmospheric and On the generation of ULF
Ionospheric Electromagnetic seismogenic electromagnetic
Phenomena Associated with emissions, Proceeding Phys. Earth
Earthquakes, Tokyo : Terra Planet. Int. 105,201-210.
Publishing Company.
Mulyono, A., Ariwibowo, S. dan Iqbal, P.,
Hayakawa, M., Yumoto, K., Roeder, J.L., 2014, Ilmu Kebumian untuk
Koons, H.C. dan Hobara, Y., 2003, Perlindungan Wilayah, LIPI.
Characteristics of ULF magnetic
anomaly before earthquakes, Mursula, K., Holappa, L., dan Karinen, A.,
Proceeding Physics and Chemistry of 2008. Correct normalization of the
the Earth, 29, 437-444. Dst Index. Finland.
Prattes, G., Schwingenschuh, K., Subakti, H., 2012, Modul Prediksi
Eichelberger, H.U., Magnes, W., Gempabumi, Jakarta : Akademi
Boudjada, M., Stachel, M., Vellante, Meteorologi Dan Geofisika.
M., Villante, U., Wesztergom, V. dan
Nenovski, P., 2011, Ultra Low Yumoto, K., 2006, MAGDAS project and
Frequency (ULF) European multi its application for space weather,
station magnetic field analysis before Journal Solar Influence on the
and during the 2009 earthquake at Heliosphere and Earth’sEnviroment
L`Aquila regarding regional : Resent Progress and Prospect, 81-
geotechnical information, National 87099-40-2, (ISBN :399-405).
Hazard Earth System Sciences, 11,
1959-1968. Yumoto, K., Ikemoto, S., Cardinal, M.G.,
Hayakawa, M., Hattori, K., Liu, J.Y.,
Sieh, K. dan Natawidjaja, D., 2000, Saroso, S., Ruhimat, M., Husni, M.,
Neotectonics of Sumatra Fault, Widarto, D., Ramos, E., McNamara,
Indonesia, Journal of Geophysical D., Otadoy, R.E., Yumul, G., Ebora,
Research, Vol. 105, 28,295-28,326. R. dan Servando, N., 2009, A new
ULF wave analysis for Seismo-
Electromagnetic using
CPMN/MAGDAS data, Proceeding
Strein, S. dan Wysession., 2003, An Physics and Chemistry of the Earth,
Introduction to Seismology, 34, 360-366.
earthquakes, and earth structure, UK.
LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829
Tanggal
-100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
-100 Tanggal
nT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
-100 Tanggal
Tanggal
-100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Tanggal
-100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Tanggal
-100