GEOFISIKA
OLEH :
111810201031
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS JEMBER
MEI 2014
BAB 1.PENDAHULUAN
Geolistrik ialah salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik
di dalam bumi dan mempelajari cara pendeteksian di permukaan bumi.Tujuannya adalah
untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium dan formasi batuan bawah-permukaan
terutama kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau
resistivitas).Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran potensial,arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat dari penginjeksian arus ke
dalam bumi.Metode geolistrik yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode resitivity
sounding 1D.
Pada pengukuran geolistrik yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan
menggunakan metode resitivity sounding 1D. sounding berasal dari vertical electrical
sounding (VES) yaitu teknik pengukuran geolistrik yang bertujuan untuk memperkirakan
nilai resistivitas sebagai fungsi kedalaman pada suatu titik pengukuran. Metode resitivitas
sounding dapat digunakan dalam eksplorasi air tanah karena sifat resitivitas batuan yang
sangat dipengaruhi oleh kandungan airnya. Konfigurasi elektroda yang digunakan adalah
konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak pada elektroda
dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak elektroda secara teoritis tidak berubah. Kelebihan dari
konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas
lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika
terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Dalam praktikum ini, pemodelan fisis dilakukan dalam sebuah wadah bata.
Sebagai media permukaan digunakan pasir dan tanah liat. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan 4 buah elektroda, yakni 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Pada media
tersebut kemudian diinjeksikan arus dan diukur arus maupun potensialnya. Setelah didapat
data berupa arus dan beda potensial lalu diolah menggunakan software ip2win. IP2Win
merupakan program/aplikasi yang digunakan untuk interpretasi kurva VES secara manual
ataupun otomatis. Pengolahan data geolistrik dapat dilakukan menggunakan sofware ini yang
tentu saja disesuaikan dengan konfigurasi elektrodanya.Dengan software ip2win data
keluaran akan berupa grafik 1 dimensi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pengukuran resitivitas permukaan bawah tanah dengan
metode resitivitas sounding dengan konfigurasi schlumberger.
1.4 MANFAAT
Pada dasarnya geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk mengetahui perubahan resistivitas jenis lapisan batuan dibawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus DC yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam
tanah.Penginjeksian arus ini menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang di tanam
di dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB , maka akan
menyebabkan aliran arus listrik tersebut dapat menembus lapisan batuan lebih dalam.Dengan
adanya aliran arus listrik yang terjadi di dalam tanah diukur dengan menggunakan multimeter
yang terhubung melalui dua buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek
daripada jarak elektroda AB .Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis
batuan yang terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar (Bonjotama,2007)
Resistivitas ditentukan dari suatu tahanan jenis semu yang dihitung dari pengukuran
perbedaan potensial antara elektroda yang ditempatkan di dalam bawah permukaan.
Pengukuran suatu beda potensial antara dua elektroda seperti gambar 2.1 sebagai hasil dua
elektroda jenis di bawah permukaan tanah di bawah elektroda (Todd, 1959).
Gambar 2.1 Dua elektroda arus elektroda potensial pada permukaan bumi yang homogen
isotropis dengan tahanan jenis ( Sumber: Tim Penyusun Petunjuk Praktikum
Geofisika Laboratorium Geofisika, Fisika, Mipa, Unej, 2006).
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga
jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka
ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN
hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Kelebihan dari konfigurasi Schlumberger ini
adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan
jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka
ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar (Bisri, 1991).
Beberapa macam konfigurasi yang telah ada antara lain konfigurasi Wenner,
Schlumberger, pole dipole, dipole dipole, dan sebagainya. Penggunaan konfigurasi
konfigurasi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing bergantung pada
keperluan pengguna. Sebagai contoh, konfigurasi wenner paling baik digunakan untuk
keperluan lateral mapping, sedangkan konfigurasi Schlumberger biasanya digunakan untuk
keperluan vertical sounding. Berikut saya lampirkan konfigurasi Schlumberger dan
konfigurasi elektroda Wenner.
Dengan Kw = 2a
Pada konfigurasi ini, jarak antar elektroda a harus seragam untuk setiap pengukuran. Bila
jarak elektroda AB 12 m, maka jarak elektroda MN 4 m dan demikian seterusnya. Sedangkan
menurut referensi yang diperoleh konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi
dengan sistem aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor n untuk konfigurasi ini
adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2
seperti pada Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2 adalah a maka jarak
antar elektroda arus(C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses penentuan resistivitas menggunakan 4
buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka, 2001).
Cara pengukuran metode resistivitas yang biasa digunkan dalam akuisisi data
lapangan memiliki fungsi yang berbeda beda. Disini akan dibahas tentang Lateral Mapping
dan Vertical Sounding seperti yang sudah diberitahukan sebelumnya.
1. Lateral Mapping
Pada lateral mapping cara ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas
di suatu areal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran. Ilustrasinya
ditunjukkan pada gambar 4.
2. Vertical Sounding
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor di bawah suatu titik sounding
di permukaan bumi. Cara ini sering disebut sounding 1-D sebab resolusi yang dihasilkan
hanya bersifat vertical. Ilustrasi ditujukkan oleh gambar 5.
Pada skema ini akuisisi data secara sounding dengan menggunakan konfigurasi
Schlumberger, pengukuran pertama dilakukan dengan jarak antar spasi C1-P1 dan C2-P2
adalah a. Dari pengukuran tersebut diperoleh satu titik pengukuran kedua ( n-2) sampai
kedalaman atau jarak yang diinginkan (Zubaidah.2008).
Nilai-nilai Resistivitas setiap material yang terdapat dibawah permukaan adalah sebagai
berikut :
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum penggukuran resistansi
bawah permukaan dengan menggunakan metode resitivitas sounding 1D adalah sebagai
berikut :
No C1 PI P2 C2 V I R K
3.4.2 Perhitungan
=
2
= ( )
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Adapun hasil dari praktikum pengukuran resitivitas bawah permukaan dengan metode
sounding 1D adalah
Metode geolistrik yang akan dibahas adalah metode resistivitas 1D. sounding berasal
dari vertical electrical sounding (VES) yaitu teknik pengukuran geolistrik yang bertujuan
untuk memperkirakan nilai resistivitas sebagai fungsi kedalaman pada suatu titik pengukuran.
Metode resitivitas sounding dapat digunakan dalam eksplorasi air tanah karena sifat
resitivitas batuan yang sangat dipengaruhi oleh kandungan airnya. Konfigurasi elektroda
yang digunakan adalah konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi Schlumberger idealnya
jarak pada elektroda dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak elektroda secara teoritis tidak
berubah. Hasil yang didapatkan dalam praktikum ini akan diolah dengan menggunakan
software ip2win yang menghasilkan keluaran berupa grafik 1 dimensi.
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa semakin dalam permukaan tanah maka semakin
kecil nilai resistivitas yang didapatkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya anomaly yang
terkandung dalam permukaan tanah yang diteliti. Kandungan material yang terdapat dalam
permukaan tanah yang diteliti sesuai dengan nilai resistivitasnya adalah pada ketiga lintasan
ini adalah pasir dan lempung yang memiliki nilai resistivitas sebesar pada pasir 1-1000m
sedangkan lempung 1-100m.
BAB 5.PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Hasil dari perhitungan software ip2win adalah nilai didapatkan grafik 1D yang
menyatakan pada lintasan pertama nilai resitivitas yang didapatkan adalah 1m
dan 0,2m, pada lintasan kedua 1 dan 0,1 m sedangkan pada lintasan ketiga
didapatkan 2,37 dan 0,7 m.
2. Material yang terdapat pada permukaan tanah adalah pasir dan lempung sesuai
dengan nilai resistivitas yang didapatkan.
5.2 SARAN
Adapun saran dari praktikum adalah dalam pengambilan data harap berhati-hati dalam
pembacaan pada multimeter.
DAFTAR PUSTAKA
Telford, W.M.,L.P. 1990. Applied Geophysics Second Edition. USA: Cambridge University
Press.
data praktikum 1D
n1 c1 p1 p2 c2 V (mV) I (A)
0 20 30 50 26,3 10
20 40 50 70 46,2 14
40 60 70 90 10,8 9,2
60 80 90 110 43,8 5,7
80 100 110 130 44,5 4,6
100 120 130 150 50 5,6
120 140 150 170 5 6
140 160 170 190 53 4,5
160 180 190 210 7 5,3
n2 c1 p1 p2 c2 V (mV) I (A)
0 30 40 70 63 18
30 60 70 100 13 4,9
60 90 100 130 86,7 4,6
90 120 130 160 40,3 7,5
120 150 160 190 21,5 4,5
150 180 190 220 0,4 5,3
n3 c1 p1 p2 c2 V (mV) I (A)
0 40 50 90 26 9,6
40 80 90 130 28,8 5,8
80 120 130 170 35 8,9
120 160 170 210 30 5,5