Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengarang : Anwar Khatib, Yolly Adriati dan Angga Endy Wahyudi


Tahun : 2013
Judul : Analisis Sedimentasi Dan Alternatif Penanganannya Di Pelabuhan
Selat Baru Bengkalis
Penerbit : Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Dapus ref : Anwas, M. 1994. Bentuk Muka Bumi. http:// elcom.umy.ac.
id/elschool /muallimin_muhammadiyah /file. php/1/materi/Geografi
/Bentuk%20 muka%20bumi. Pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2012.
Link file : file:///E:/IBU/wuicace/061A.pdf
Rangkuman :
Sedimentasi
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut
oleh tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir
ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya
berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air.
Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut. Batuan hasil
pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser
(es yang mengalir secara lambat). Air mengalir di permukaan tanah atau sungai
membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju
tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan
bahan material yang lebih besar.
Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir
misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat
lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar
(Anwas, 1994).

2. Pengarang : Kusnan
Tahun : 2006
Judul : Evaluasi Kejadian Sedimentasi di Kali Surabaya, sebagai Data
Penunjang untuk Mengantisifasi Terjadinya Banjir Di Kota Surabaya
Penerbit : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya
Dapus ref : Sulisz, W. 1995. Effect of Permeability on Stability of Rubble Base,
Journal of Waterway, Port, Coastal and ocean Engineering, Polandia

Link file : file:///E:/IBU/wuicace/116-198-1-PB.pdf


Rangkuman :
Untuk pengendalian banjir kota Surabaya, salah satu bagian yang diperlukan untuk
pengendali banjir adalah kejadian sedimentasi yang menyangkut sifat dan karakteristik
Kali Surabaya (Gunungsari).
Dimana kejadian sedimen ini lambat laun akan mengakibatkan pendangkalan
dasar sungai dan megecilnya palung sungai atau lebar sungai, akibatnya debit aliran air
dari daerah hulu akan mengalami aliran luberan pada palung sungai yang mempunyai
tanggul rendah.
Pada saat proses perjalanan aliran menuju bagian di hilir (muara selat Madura),
jika debit aliran ini tidak tertampung pada penampang basah palung sungai terjadilah
banjir. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan perhitungan transportasi sedimentasi
pada debit rata-rata pertahun, sebagai balance besaran volume aliran air penampang
basah dasar sungai yang ditempati oleh Sedimentasi, nantinya akan dipakai sebagai data
pendukung untuk perhitungan antisipasi terjadinya banjir mendatang.
Proses sedimentasi itu sendiri dalam konteks hubungan dengan sungai meliputi,
penyempitan palung, erosi, transportasi sedimentas (transport sediment), pengendapan
(deposition), dan pemadatan (compaction) dari sedimen itu sendiri. Karena prosesnya
merupakan gejala sangat komplek, dimulai dengan jatuhnya hujan yang menghasilkan
energi kinetic yang merupakan permulaan proses terjadinya erosi tanah menjadi partikel
halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di atas tanah,
sedangkan bagian lainnya masuk kedalam sungai terbawa aliran menjadi sedimen.
Besarnya volume sedimen terutama tergantung pada perubahan kecepatan aliran,
karena perubahan pada musim penghujan dan kemarau, serta perubahan kecepatan yang
dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Sebagai akibat dari perubahan volume sedimen
adalah terjadinya penggerusan dibeberapa tempat serta terjadinya juga pengendapan
pada dasar sungai yang nantinya dapat mempengaruhi perubahan dasar sungai.
Perubahan ini akan berakibat pada kondisi muka air yang terjadi dan aliran pada
sungai tersebut dapat berakibat luber dari palung sungai (banjir luberan air kiriman),
sehingga fungsi dari sungai akan mengalami perubahan.
Sedimentasi sendiri adalah siklus hidrologi yang tidak dapat dihindari, maka
dengan data-data pergerakan sedimen yang telah diketahui nantinya dapat dilakukan
studi-studi perencanaan lanjutan, agar baik pengendapan maupun pengeseran yang
terjadi di sungai masih dalam batasan normal yaitu dengan jalan memastikan bahwa
kapasitas transportasi dari sedimen sama dengan jumlah sedimen yang masuk ke dalam
sungai tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat bangunan-bagunan pengendali/
pengontrol sedimen ialah suatu tanggul, krib, strek dam (Soemarto 1995).
Menghidari sedimen yang berlebihan, akan mengurangi dampak yang ditimbulkan
seperti banjir pada musim penghujan dan tidak tersedianya air untuk industri,
pengelolaan air minum (PDAM) maupun irigasi pada musim kemarau.

Konsep dasar sedimen


Dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan dari material berupa partikel sedimen
yang terbawa oleh aliran sungai material tersebut dapat terangkut kembali, apabila
kecepatan aliran cukup tinggi.
Besarnya volume sedimen terutama tergantung dari perubahan kecepatan aliran,
karena perubahan pada musim penghujan, maupun musim kemarau, serta perubahan
kecepatan yang dipengaruhi aktivitas manusia. (Soewarno, 1991).
Sebagai akibat dari perubahan volume sedimen adalah terjadi terjadinya
penggerusan (degredasi) di beberapa tempat serta pendangkalan (agradasi) di tempat lain
pada dasar sungai, dengan demikian pada umumnya bentuk dasar sungai akan berubah.
Apabila air mengalir pada suatu alur (sungai atau saluran), maka air tersebut akan
menyebabkan pengikisan (scour) pada permukaan tanahnya.
Partikel-partikel tanah yang berupa lumpur (sediment), kerikil, maupun kerikil
agak besar diameternya dapat terlepas dari dasar alur (bed) atau tebing (bank), partikel
tersebut akan terbawa oleh aliran air dan peristiwa ini lazim disebut "Pengangkutan
sedimen (Sediment Transport)".
Untuk memperkirakan perubahan itu telah banyak dikembangkan rumus-rumus
berdasarkan percobaan lapangan maupun laboratorium hidrolika. Untuk aliran turbulen,
struktur aliran hanya dapat diberikan dengan cara empiris. Begitu juga dengan gerakan
partikel atau butiran.
Hampir semua perobaan yang telah ada diperoleh dari argumentasi fisika yang
umum (Soejadi, 1991). Dari uraian tersebut diatas sebagai tujuan pokoknya adalah
tentang pengangkutan sedimen untuk mengetahui pada keadaan tertentu, apakah terjadi
erosi, pengendapan atau terjadi angkutan seimbang (Equilibrium transport).

Karakteristik sungai
Menurut pembentukanya Kali Surabaya merupakan sungai alluvial, hal ini ditandai
dengan banyaknya sedimen pada dasar sungai dan adanya pulau-pulau gosong dari pasir
gundukan, sedimen dasar yang muncul kepermukan dasar sungai, didaerah hulu
diakibatkan pengaruh aktivitas Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi yang
masih aktif, akibat dari letusannya beberapa ratus tahun lampau menghasilkan ratusan
juta meter kubik (m3) material yang terlempar ke lerenglereng gunung beransur-ansur
terbawa masuk kedalam Kali Brantas dan cabangcabang termasuk ke Kali Surabaya.
Masuknya sedimen dari aliran Sungai Brantas berasal dar akibat aliran Waduk Sutami
dan hasil letusan dalam jumlah besar akan menyebabkan bekurangnya/perubahan bentuk
palung (penampang) sungai, yang dibarengi kenaikan dasar sungai. jumlah yang
memadai pada musim kemarau dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi banjir.
Proses pengangkutan sedimen ini sesuai mekanisme yang ditunjukan pada Gambar 5.
Karakteristik Angkutan sediment Untuk mengetahui karakteristik angkutan
sedimen tergantung dari pola aliran sungai yang terjadi di Kali Surabaya khususnya pada
daerah Gunungsari-Wonokromo, dengan mengadakan pembagian daerah berdasarkan
kemiringan sungai / elevasi ketinggian dasar sungai (Gambar 6. lampiran). Hal ini
disebabkan karena karakteristik angkutan sedimen sangat ditentukan prosentase
kelongsoran deposit (material sedimen) dan kemiringan dasar ini dapat dibedakan seperti
Tabel 5.

3. Pengarang : Dani Prasetyo, Very Dermawan, Andre Primantyo H


Tahun : 2014
Judul : Kajian Penanganan Sedimentasi Sungai Banjir Kanal Barat Kota
Semarang
Penerbit : Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Dapus ref : -
Link file : file:///E:/IBU/wuicace/229-510-1-PB.pdf
Rangkuman :
Siklus hidrologi menggambarkan fenomena alam yang menghubungkan
antara erosi, sedimentasi dan limpasan.Terjadinya erosi tergantung dari beberapa
faktor diantaranya karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup, serta
kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah
dangkal.
Dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan sedimentasi di sungai. Proses
sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan pendangkalan
yang berpengaruh terhadap penurunan kapasitas pengaliran sungai. Partikel
sedimen yang terbawa oleh aliran sungai menuju ke laut akan menyebabkan
pengendapan di daerah muara sehingga akan menghalangi aliran sungai ke laut.
Tingginya tingkat konsentrasi sedimen akan mengakibatkan kekeruhan
sehingga menurunkan kualitas air sungai.
Salah satu faktor penyebab banjir di Semarang adalah menurunnya
kapasitas pengaliran sungai Banjir Kanal Barat akibat besarnya endapan sedimen.
Usaha pengendalian banjir dan penanganan sedimentasi dilakukan melalui
kegiatan Integrated Water Resources and Flood Management Project for
Semarang yang meliputi kegiatan normalisasi alur sungai Banjir Kanal Barat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Master Plan Pemerintah Kota Semarang
untuk mengatasi permasalahan banjir yang terjadi hampir setiap tahun.
Selain untuk mengatasi banjir, kegiatan ini dilakukan untuk penataan
kembali sungai Garang dan Banjir Kanal Barat dan daerah di sepanjang
pengalirannya, serta untuk mengembangkan potensi wisata sungai di Kota
Semarang.
Pasca pelaksanaan normalisasi tahun 2012, penumpukan sedimen sudah
mulai terlihat cukup besar dibeberapa ruas sungai Banjir Kanal Barat. Dengan
potensi sedimen dan biaya operasional pemeliharaan yang cukup besar, maka
diperlukan suatu alternatif dan konsep penanganan yang tepat untuk mengatasi
permasalahan sedimentasi tersebut.
Berbagai alternatif penanganan sedimentasi harus dibuat dengan tetap
mempertahankan prinsip kestabilan dasar sungai agar fungsi dan manfaat sungai
Banjir Kanal Barat dapat dipertahankan.

4. Pengarang : Dendy Ariandi, Mubarak, dan Rifardi


Tahun : 2008
Judul : Analisis Karakteristik Sedimen Di Muara Sungai Indragiri
Penerbit : Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau
Dapus ref : -
Link file : file:///E:/IBU/wuicace/1686-3345-1-SM.pdf
Rangkuman :
Kawasan muara merupakan daerah yang mempunyai nilai sumberdaya
hayati yang tinggi dan terkenal sangat subur, karena merupakan tempat
penumpukan zat-zat hara yang dibawa aliran sungai ke muara. Namun demikian,
perairan ini mempunyai resiko yang tinggi terhadap perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh aktivitas manusia (anthropogenik) dan alam baik yang berasal
dari daratan di sekitarnya maupun yang dilakukan di kawasan muara itu sendiri.
Karakteristik sedimen diantaranya adalah ukuran sedimen, jenis fraksi,
penggolongan dalam parameter statistik sedimen dan sebaran sedimen dapat
menggambarkan kondisi lingkungan pengendapan dari beberapa faktor
oseanografi yang mempengaruhi karakteristik sedimen di sekitarnya.
Dari hasil analisis besar butir yang dilakukan, maka sedimen permukaan
dasar muara sungai Indragiri dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) fraksi
sedimen yaitu lumpur dan pasir dengan tiga tipe sedimen yaitu lumpur, pasir dan
pasir berlumpur.
Lumpur merupakan endapan sedimen yang paling banyak ditemui di daerah
penelitian yang mana fraksi ini tersebar pada perairan yang memiliki kedalaman
berkisar antara 3,8 sampai dengan 12,2 meter. Dilihat dari kecepatan arus di
lokasi penelitian berkisar antara 0,24 - 0,6 m/s, arus yang keluar masuk daerah
ini mengalami perlambatan akibat kondisi kedalaman yang dangkal sehingga
memberikan kesempatan bagi sedimen yang lebih halus untuk mengendap. Tipe
sedimen lumpur yang ditemui di permukaan dasar sungai Indragiri secara
megaskopik bewarna abu-abu keputihan, lunak dan plastis. Tipe sedimen ini
terdapat pada 19 titik lokasi penelitian dengan kedalaman 3,8 – 9,4 meter yaitu
pada bagian utara daerah penelitian dengan kecepatan arus berkisar antara 0,24 –
0,6 m/s.
Fraksi pasir ditemui hampir di seluruh daerah penelitian kecuali pada titik
sampling 12 namun rata-rata fraksi ini dijumpai di lokasi penelitian dalam
persentase yang kecil. Persentase fraksi pasir terbesar yaitu diatas 80% ditemui
pada titik lokasi penelitian 21, 22 dan 23 yaitu masing-masing dengan persentase
100%, 81,90% dan 86,03%. Tipe sedimen pasir terdapat di sebelah Selatan daerah
penelitian yaitu berada di depan muara sungai Batang Indragiri yang mempunyai
kedalaman antara 5,9 – 10,8 meter. Kecepatan arus yang ditemui pada lokasi
ditemukannya tipe sedimen ini lebih besar dari bagian Utara daerah penelitian
yaitu berkisar antara 0,39 – 1,11 m/s. Secara megaskopik, tipe pasir yang ditemui
bewarna coklat keputihan dan abu-abu kegelapan. Tipe sedimen pasir berlumpur
terdapat pada 2 titik lokasi penelitian yaitu pada titik sampling 18 dan 19. Tipe
ini terdapat pada kedalaman 9,7 meter dan 5,5 meter. Dilihat secara megaskopik,
tipe pasir berlumpur ini bewarna abu-abu kegelapan dengan ukuran pasir yang
sangat halus. Persentase pasir yang terdapat pada daerah ini adalah 52,4% dan
63,95%. Fraksi lumpur yang ditemui pada lokasi ini bewarna abu-abu kepucatan,
lunak dan plastis dengan persentase 36,05% dan 47,96%.
Tipe pasir berlumpur yang ditemui di muara sungai Indragiri berdasarkan
keadaan geologinya berasal dari endapan sedimen kuarter yang terdiri atas
endapan pasir dan lempung. Endapan sedimen ini terbentuk karena pengaruh
interaksi antara energi arus dan pasang surut membentuk akumulasi sedimen
yang selanjutnya membentuk gosong-gosong pasir pada pinggiran perairan.

5. Pengarang : Anonim
Tahun : 2012
Judul : Bab V Rencana Penanganan
Penerbit :
Dapus ref : -
Link file : file:///E:/IBU/wuicace/1865_CHAPTER_V.pdf
Rangkuman :
Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa
pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan,
dampak bangunan terhadap lingkungan, biaya operasi dan pemeliharaan,
ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya.

Permasalahan yang terjadi pada muara Sungai Silandak adalah


pengendapan yang di mulut muara yang berdasarkan pengamatan di lapangan
adalah berupa pasir yang menutupi mulut sungai, pengendapan ini terjadi sebagai
akibat dari pengaruh gelombang dominan yang berasal dari Barat Laut. Sedimen
pasir yang menutupi mulut sungai mengakibatkan terjadinya penumpukan
sedimen lumpur yang berasal dari aliran sungai. Hal ini dapat menyebabkan
terhambatnya pembuangan air ke laut, sehingga mengakibatkan terjadinya luapan
air pada saat debit air besar. Hal ini dapat mengakibatkan tergenangnya wilayah
di sekitar aliran sungai dimana daerah terdekatnya adalah Kompleks Bandar
Udara Ahmad Yani. Oleh karenanya diperlukan penanganan yang meliputi alur
sungai dari hulu hingga hilir, dan juga di daerah muara itu sendiri.

PENANGANAN SUNGAI
Penanganan sungai dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pengaturan Tata Guna Lahan
Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untuk
mengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang
wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang
tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran
sungai yang merupakan daerah tadah hujan.
Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai
dimaksudkan untuk:
• Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak
menimbulkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim
kemarau.
• Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan,
sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian
hilir.
Penataan tiap - tiap kawasan, proporsi masing - masing luas penggunaan
lahan dan cara pengelolaan masing - masing kawasan perlu mendapat
perhatian yang baik. Daerah atas dari daerah aliran sungai yang
merupakan daerah penyangga, yang berfungsi sebagai recharge atau
pengisian kembali air tanah, perlu diperhatikan luasan masing-masing
kawasan. Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi daerah aliran
sungai yang tinggi perlu adanya cara pengelolaan yang tepat, untuk
masing - masing kawasan. Pengelolaan lahan tersebut dapat meliputi,
sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang disesuaikan
jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena
dengan adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya
angkutan sedimen di sungai dan mempercepat laju sedimentasi di
sungai, terutama di bagian hilir. Dengan adanya sedimentasi di sungai
akan merubah penampang sungai dan memperkecil kapasitas pengaliran
sungai.

2. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, perencanaan,
pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan pengelolaan lahan dimaksudkan
untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah.
Pengelolaan DAS mencakup aktifitas - aktifitas berikut ini:
• Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
• Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air & erosi
tanah.
• Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang
tepat, sepanjang tanggul drainase, saluran - saluran dan daerah lain
untuk pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
• Pembangunan secara khusus bangunan - bangunan pengendali banjir
(misal Chek Dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
• Pengaturan kontur dan cara - cara pengolahan lahan.
Pengelolaan khusus untuk mengantisipasi aliran sedimen yang
dihasilkan dari kegiatan gunung berapi. Sasaran penting dari kegiatan
pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan -keadaan berikut: •
Mengurangi debit banjir di daerah hilir. • Mengurangi erosi tanah dan
muatan sedimen di sungai. • Meningkatkan lingkungan di daerah DAS
dan badan sungai.

3. Normalisasi Alur Sungai


Pada alur sungai yang memiliki kemiringan dasar kecil akan cenderung
terjadi sedimentasi. Akibat adanya sedimen ini maka alur sungai akan
menjadi sempit dan dangkal sehingga mengganggu aliran air dan akan
terjadi kenaikan muka air banjir. Oleh karena itu, diperlukan
pengerukan dan pelebaran saluran Sistem pengerukan dan pelebaran
saluran adalah bertujuan memperbesar kapasitas tampung sungai dan
memperlancar aliran. Analisis yang harus diperhitungkan adalah
analisis hidrologi, hidraulika dan analisis sedimentasi. Analisis
perhitungan perlu dilakukan dengan cermat

Pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai dapat terjadi di belokan sungai atau di
muara sungai. Partikel ini bisa berupa padatan besar seperti sampah, ranting tanaman atau sampah
lainnya, tetapi yang terutama adalah karena partikel tanah akibat erosi yang berlebihan di daerah hulu
sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya untuk
terbawa ke muara sungai, partikel tanah inilah yang akan menyebabkan pengendapan di mulut muara
sungai. Pendangkalan muara sungai seperti ini menyebabkan air sungai keruh, Guna mengatasi
pendangkalan di Sungai, kita harus tau apa penyebanya terlebih dahulu, upaya pengerukan dasar muara
sungai (dredging) yang bertujuan untuk mengangkat partikel-partikel lumpur yang telah tersedimentasi
di muara sungai ke daerah lain.

Pengendapan sedimen di mulut muara sungai terjadi akibat pengaruh aliran sungai, gerakan gelombang
dan pasang surut di pantai. Sedimen yang mengendap di mulut muara sungai dapat mengakibatkan tidak
lancarnya aliran air menuju laut, yang dapat menimbulkan banjir roob ke daratan. Strategi pengendalian
pengendapan sedimen di muara sungai sangat perlu dilakukan untuk menguranggi daya rusak air di
kawasan hilir sungai yang banyak dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata. Penutupan mulut muara
sungai oleh sedimen berakibat berkurangnya fungsi muara sungai dalam mengalirkan air dari hulu ke
laut.

Anda mungkin juga menyukai