2. Pengarang : Kusnan
Tahun : 2006
Judul : Evaluasi Kejadian Sedimentasi di Kali Surabaya, sebagai Data
Penunjang untuk Mengantisifasi Terjadinya Banjir Di Kota Surabaya
Penerbit : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya
Dapus ref : Sulisz, W. 1995. Effect of Permeability on Stability of Rubble Base,
Journal of Waterway, Port, Coastal and ocean Engineering, Polandia
Karakteristik sungai
Menurut pembentukanya Kali Surabaya merupakan sungai alluvial, hal ini ditandai
dengan banyaknya sedimen pada dasar sungai dan adanya pulau-pulau gosong dari pasir
gundukan, sedimen dasar yang muncul kepermukan dasar sungai, didaerah hulu
diakibatkan pengaruh aktivitas Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi yang
masih aktif, akibat dari letusannya beberapa ratus tahun lampau menghasilkan ratusan
juta meter kubik (m3) material yang terlempar ke lerenglereng gunung beransur-ansur
terbawa masuk kedalam Kali Brantas dan cabangcabang termasuk ke Kali Surabaya.
Masuknya sedimen dari aliran Sungai Brantas berasal dar akibat aliran Waduk Sutami
dan hasil letusan dalam jumlah besar akan menyebabkan bekurangnya/perubahan bentuk
palung (penampang) sungai, yang dibarengi kenaikan dasar sungai. jumlah yang
memadai pada musim kemarau dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi banjir.
Proses pengangkutan sedimen ini sesuai mekanisme yang ditunjukan pada Gambar 5.
Karakteristik Angkutan sediment Untuk mengetahui karakteristik angkutan
sedimen tergantung dari pola aliran sungai yang terjadi di Kali Surabaya khususnya pada
daerah Gunungsari-Wonokromo, dengan mengadakan pembagian daerah berdasarkan
kemiringan sungai / elevasi ketinggian dasar sungai (Gambar 6. lampiran). Hal ini
disebabkan karena karakteristik angkutan sedimen sangat ditentukan prosentase
kelongsoran deposit (material sedimen) dan kemiringan dasar ini dapat dibedakan seperti
Tabel 5.
5. Pengarang : Anonim
Tahun : 2012
Judul : Bab V Rencana Penanganan
Penerbit :
Dapus ref : -
Link file : file:///E:/IBU/wuicace/1865_CHAPTER_V.pdf
Rangkuman :
Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa
pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan,
dampak bangunan terhadap lingkungan, biaya operasi dan pemeliharaan,
ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya.
PENANGANAN SUNGAI
Penanganan sungai dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pengaturan Tata Guna Lahan
Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untuk
mengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang
wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang
tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran
sungai yang merupakan daerah tadah hujan.
Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai
dimaksudkan untuk:
• Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak
menimbulkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim
kemarau.
• Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan,
sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian
hilir.
Penataan tiap - tiap kawasan, proporsi masing - masing luas penggunaan
lahan dan cara pengelolaan masing - masing kawasan perlu mendapat
perhatian yang baik. Daerah atas dari daerah aliran sungai yang
merupakan daerah penyangga, yang berfungsi sebagai recharge atau
pengisian kembali air tanah, perlu diperhatikan luasan masing-masing
kawasan. Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi daerah aliran
sungai yang tinggi perlu adanya cara pengelolaan yang tepat, untuk
masing - masing kawasan. Pengelolaan lahan tersebut dapat meliputi,
sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang disesuaikan
jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena
dengan adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya
angkutan sedimen di sungai dan mempercepat laju sedimentasi di
sungai, terutama di bagian hilir. Dengan adanya sedimentasi di sungai
akan merubah penampang sungai dan memperkecil kapasitas pengaliran
sungai.
2. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, perencanaan,
pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan pengelolaan lahan dimaksudkan
untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah.
Pengelolaan DAS mencakup aktifitas - aktifitas berikut ini:
• Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
• Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air & erosi
tanah.
• Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang
tepat, sepanjang tanggul drainase, saluran - saluran dan daerah lain
untuk pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
• Pembangunan secara khusus bangunan - bangunan pengendali banjir
(misal Chek Dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
• Pengaturan kontur dan cara - cara pengolahan lahan.
Pengelolaan khusus untuk mengantisipasi aliran sedimen yang
dihasilkan dari kegiatan gunung berapi. Sasaran penting dari kegiatan
pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan -keadaan berikut: •
Mengurangi debit banjir di daerah hilir. • Mengurangi erosi tanah dan
muatan sedimen di sungai. • Meningkatkan lingkungan di daerah DAS
dan badan sungai.
Pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai dapat terjadi di belokan sungai atau di
muara sungai. Partikel ini bisa berupa padatan besar seperti sampah, ranting tanaman atau sampah
lainnya, tetapi yang terutama adalah karena partikel tanah akibat erosi yang berlebihan di daerah hulu
sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya untuk
terbawa ke muara sungai, partikel tanah inilah yang akan menyebabkan pengendapan di mulut muara
sungai. Pendangkalan muara sungai seperti ini menyebabkan air sungai keruh, Guna mengatasi
pendangkalan di Sungai, kita harus tau apa penyebanya terlebih dahulu, upaya pengerukan dasar muara
sungai (dredging) yang bertujuan untuk mengangkat partikel-partikel lumpur yang telah tersedimentasi
di muara sungai ke daerah lain.
Pengendapan sedimen di mulut muara sungai terjadi akibat pengaruh aliran sungai, gerakan gelombang
dan pasang surut di pantai. Sedimen yang mengendap di mulut muara sungai dapat mengakibatkan tidak
lancarnya aliran air menuju laut, yang dapat menimbulkan banjir roob ke daratan. Strategi pengendalian
pengendapan sedimen di muara sungai sangat perlu dilakukan untuk menguranggi daya rusak air di
kawasan hilir sungai yang banyak dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata. Penutupan mulut muara
sungai oleh sedimen berakibat berkurangnya fungsi muara sungai dalam mengalirkan air dari hulu ke
laut.