Anda di halaman 1dari 6

PENGOLAHAN DATA METODE RESISTIVITAS

KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK


MENGIDENTIFIKASI LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN
DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE IPI2WIN
Rd Faathimah Roudhotul Ghinaa
115.140.114
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
frghinaa23@gmail.com

INTISARI
Metode Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang menganalisa
keadaan bawah permukaan bumi dari sifat kelistrikan dari masing-masing lapisan batuan
tersebut, dimana pengukuran dilakukan di atas permukaan. Dalam metode Geolistrik ini
terdapat metode aktif dan pasif, dimana dalam metode aktif ini terdapat metode
Resistivitas dan Induksi Polarisasi. Metode Resistivitas ini digunakan untuk menganalisa
lapisan litologi bawah permukaan bumi dengan berdasarkan perbedaan resistivitas batuan
itu sendiri. Dalam penelitian ini digunakan metode Resistivitas dengan kofigurasi
elektron Schlumberger yang digunakan untuk mengetahui litologi bawah permukaan
berdasarkan kedalaman yang dibentuk dalam konfigurasi Schlumberger tersebut.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software IPI2Win untuk mendapatkan
pemodelan dalam pembuatan profil kedalaman bawah permukaan. Dari hasil processing
data yang dilakukan diketahui bahwa terdapat lima lapisan litologi pada titik pengukuran,
dimana pada lapisan pertama hingga lapisan kelima merupakan lapisan lempung, lapisan
lempung berpasir, lapisan lempung shale, dan lapisan pasir.
Kata kunci : Geolistrik, IPI2win, Konfigurasi Schlumberger, Metode Resistivitas
1. PENDAHULUAN

resistivitas.
Hukum
dasar
yang
digunakan yaitu hukum Ohm.
Pada penelitian ini
dilakukan pengolahan data geolistrik
dari hasil pengukuran menggunakan
metode Resistivitas dengan konfigurasi
Schlumberger. Konfigurasi elektroda
Schlumberger merupakan pengukuran
secara sounding yaitu pengukuran untuk
menggambarkan
kondisi
bawah
permukaan secara vertikal. Pola
pengukuran yang dilakukan saat
akuisisi, yaitu elektroda potensial
dilakukan perubahan posisi seiring
dengan bertambahnya jarak elektroda
arus pada pengukuran, dimana jarak dari
elektroda potensial harus kurang dari 1/5
jarak elektroda arus. Konfigurasi ini

Dalam kegiatan eksplorasi saat ini


pengembangan studi dan kemajuan
teknologi terus dilakukan dalam
peningkatan kualitas eksplorasi yang
baik dan efektif, salah satunya yaitu
dalam metode Geolistrik yang semakin
berkembang mulai dari peralatan yang
digunakan hingga software dalam
pengolahan data geolistrik. Metode
geolistrik merupakan salah satu metode
geofisika yang menganalisa keadaan
bawah permukaan bumi dari sifat
kelistrikan dari masing-masing lapisan
batuan yang ada di bawah permukaan,
dimana
parameter
model
yang
digunakan dalam metode ini, yaitu

umumnya
dilakukan
satu
titik
pengukuran dengan data yang akan
didapatkan berupa profil kedalaman.
Data yang telah didapatkan dari hasil
akuisisi kemudian akan dilakukan
processing
dengan
menggunakan
software IPI2Win, sehingga didapatkan
pemodelan yang akan diinterpretasikan
sesuai
dengan
banyak
lapisan,
kedalaman,
ketebalan,
dan
nilai
resistivitas pada masing-masing lapisan
mendekati kondisi bawah permukaan
sebenarnya.

Berdasarkan
pada
tujuan
penyelidikan, metode geolistrik tahanan
jenis dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu:
a. Metode Tahanan Jenis Mapping
Metode tahanan jenis mapping
merupakan metode tahanan jenis yang
bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas bawah permukaan secara
lateral.
b. Metode Tahanan Jenis Sounding
Metode tahanan jenis sounding
bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas batuan di bawah permukaan
bumi terhadap kedalaman.
Ilustrasi garis ekipotensial yang
terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan
pada dua titik arus yang berlawanan di
permukaan bumi (gambar 2) semakin
besar jarak antar elektroda menyebabkan
makin dalam tanah yang dapat diukur.

2. DASAR TEORI

Gambar 1. Cara kerja metode geolistrik

Metode geolistrik resistivitas atau


tahanan jenis adalah salah satu dari jenis
metode geolistrik yang digunakan untuk
mempelajari keadaan bawah permukaan
dengan cara mempelajari sifat aliran
listrik di dalam batuan di bawah
permukaan bumi. Metode Geolistrik
resistivitas digunakan untuk eksplorasi
dangkal, sekitar 300 500 m dengan
cara menginjeksikan arus listrik ke
permukaan bumi yang kemudian diukur
beda potensial diantara dua buah
elektrode potensial. Pada keadaan
tertentu, pengukuran bawah permukaan
dengan arus yang tetap akan diperoleh
suatu variasi beda tegangan yang
berakibat akan terdapat variasi resistansi
yang akan membawa suatu informasi
tentang struktur dan material yang
dilewatinya. Metode ini menganggap
bahwa material bumi memiliki sifat
resistif atau seperti perilaku resistor,
dimana material materialnya memiliki
kemampuan yang berbeda dalam
menghantarkan arus listrik.

Gambar 2.
Ekipotensial

Pola

aliran

dan

bidang

Pada konfigurasi Schlumberger


idealnya jarak MN dibuat sekecil kecilnya, sehingga jarak MN secara
teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka
ketika jarak AB sudah relatif besar maka
jarak MN hendaknya dirubah.Perubahan
jarak MN hendaknya tidak lebih besar
dari 1/5 jarak AB.

Gambar 3. Susunan konfigurasi


Schlumberger

Kelemahan
dari
konfigurasi
Schlumberger ini adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah
lebih

kecil, terutama ketika jarak AB yang


relatif jauh, sedangkan keunggulan
konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya
non homogenitas lapisan batuan pada
permukaan,
yaitu
dengan
membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda
MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada
elektroda MN bisa dipercaya, maka
ketika jarak AB relatif besar hendaknya
jarak elektroda MN juga diperbesar.
Pertimbangan perubahan jarak
elektroda MN terhadap jarak elektroda
AB yaitu ketika pembacaan tegangan
listrik pada multimeter sudah demikian
kecil, misalnya 1.0 milliVolt. Umumnya
perubahan jarak MN bisa dilakukan bila
telah tercapai perbandingan antara jarak
MN berbanding jarak AB = 1 : 20.
Cara interpretasi menggunakan
konfigurasi Schlumberger adalah dengan
metode penyamaan kurva (kurva
matching). Ada 3 (tiga) macam kurva
yang
perlu
diperhatikan
dalam
intepretasi
Schlumberger
dengan
metode
penyamaan kurva, yaitu :
Kurva Baku
Kurva Bantu, terdiri dari tipe H,A, K
dan Q
Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva
bantu yang akan dipakai, perlu diketahui
bentuk umum masing masing kurva
lapangannya.
Kurva bantu H, menunjukan harga
minimum dan adanya variasi 3 lapisan
dengan 1 > 2 < 3.
Kurva
bantu
A,
menunjukkan
pertambahan harga dan variasi
lapisan dengan 1 < 2 < 3.
Kurva bantu, K menunjukan harga
maksimum dan variasi lapisan dengan
1 < 2 > 3.
Kurva
bantu
Q,
menunjukan
penurunan harga yang seragam : 1 >
2 > 3

Gambar 4. Jenis-jenis kurva bantu


Jenis Batuan
Lempung

Nilai
Tahanan
Jenis (m)
3-30

Lempung Berdebu

5-40

Pasir Berlempung

5-50

Lempung Berpasir

30-100

Lempung Shale

50-200

Pasir, Gravel

102-5.103

Gips, Batu Gamping

102-5.103

Batuan Kristalin

2.102-103

Batu
Bergaram,
Anhydrate

2.103<

Gambar 5. Tabel Resistivitas


Sedimen (Rolia Eva, 2011)

Batuan

3. METODOLOGI
Diagram Alir Pengolahan Data

7. Dibuat
kesimpulan
mengenai
bahasan masalah tersebut, dan
pengolahan data selesai.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 7. Hasil Curva Matching

Gambar 6. Diagram Alir Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara


sistematis, sebagai berikut :
1. Memulai dengan menginput data,
berupa nilai beda potensial (V) dan
arus litrik (I) pada setiap jarak AB
dan MN.
2. Dilakukan processing data pada
Ms.Excel untuk mengetahui nilai R
dan dan melakukan editing data.
3. Tahapan
pemodelan
dengan
menggunakan software IPI2WIN,
dimana dalam software ini digunakan
data AB/2 , MN, dan nilai .
4. Dibuat
pemodelan
dengan
semaksimal
mungkin
untuk
mendekati
gambaran
bawah
permukaan bumi sebenarnya dengan
memperhatikan nilai , h, d yang
tertera pada tabel project.
5. Membuat profil kedalaman bawah
permukaan berdasarkan data nilai ,
h, d hasil dari pemodelan.
6. Dilakukan analisa mengenai litologi
di setiap lapisannya berdasarkan nilai
resistivitas pada lapisan tersebut.

Gambar 8. Data Hasil Curva Matching

diperkirakan bahwa pengendapan yang


terjadi terbilang cukup singkat, terlihat
variasi litologi pada titik pengukuran
tidak kompleks, dikarenakan pada setiap
lapisan tersebut berisi lapisan batuan
sedimen, dimana batuan sedimen
tersebut merupakan hasil dari material
sedimen yang tertransport dari sumber
yang sama.
5. KESIMPULAN
Dari hasil proses pengolahan metode
Resistivitas
dengan
konfigurasi
Schlumberger
ini
dapat
diambil
kesimpulan bahwa :
1.Pada processing data yang dilakukan
dibuat pemodelan menjadi lima
lapisan dengan variasi nilai resistivitas
yang beragam.
2.Nilai resistivitas tertinggi berada pada
lapisan kelima dengan nilai 431 m,
sedangkan nilai reisitivitas terendah
berada pada lapisan pertama dengan
nilai 6,81 m.
3.Dari hasil pemodelan dapat diketahui
pada lapisan pertama memiliki nilai
resistivitas sebesar 6,81 m, lapisan
kedua sebesar 72 m, lapisan ketiga
sebesar 197 m, lapisan keempat
sebesar 245 m, dan lapisan kelima
sebesar 245 m, dengan ketebalan
setiap lapisan < 7 m dan kedalaman
maksimal sebesar 20 m.
4.Profil kedalaman bawah permukaan
yang
dibuat
berdasarkan
data
resistivitas
pemodelan
IPI2Win,
diinterpretasikan
bahwa
lapisan
pertama merupakan lapisan lempung,
lapisan kedua merupakan lapisan
lempung berpasir, lapisan ketiga
merupakan lapisan lempung shale, dan
pada lapisan keempat dan kelima
merupakan
lapisan
batupasir.

Gambar 9. Profil Kedalaman Bawah


Permukaan

Pada
pemodelan
dengan
software IPI2Win ini data kalkulasi
dibuat menjadi 5 lapisan, dengan
kedalaman maksimal sebesar 20 m,
dengan nilai yang bervariasi, kemudan
dibuat suatu profil kedalaman bawah
permukaan
yang
diinterpretasikan
berdasarkan nilai resistivitas pada
masing-masing lapisan yang bersumber
pada tabel resistivitas batuan sedimen
(Rolia Eva, 2011). Dari nilai resistivitas
pada lapisan pertama diketahui bernilai
6,81 m yang diinterpretasikan sebagai
lapisan lempung. Pada lapisan kedua
memiliki nilai resistivitas sebesar 72 m
diinterpretasikan
sebagai
lapisan
lempung berpasir. Lapisan ketiga
memiliki nilai resistivitas sebesar 197
m, diinterpretasikan sebagai lapisan
lempung shale, dan pada lapisan
keempat dan kelima memiliki nilai
resistivitas sebesar 245 dan 431 m,
yang diinterpretasikan sebagai lapisan
batupasir. Dari profil kedalaman bawah
permukaan
yang
dibuat,
dapat

DAFTAR PUSTAKA
Eva, Rolia. 2011. Tabel resistivitas
batuan sedimen
Laboratorium Geofisika Eksplorasi.
2014.Panduan
Praktikum
Geolistrik.
Yogyakarta.
Universitas
Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai