Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SPIROMETER
MATA KULIAH (K3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dosen Pengampu :
Yamtana, SKM, M.Kes

Disusun Oleh:

1. Bravi Ragazzi Mili Riski (P07133322004)

2. Dwi Rizki Kardina (P07133322010)

3. Oktiana Murwandari (P07133322018)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
A. ACARA PRAKTIKUM
1. Hari dan Tanggal : Jum’at, 4 November 2022
2. Tempat Praktikum : Laboratorium K3 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3. Waktu : 14.00 – Selesai
4. Topic : Pengukuran Fungsi Paru dengan Menggunakan Alat Spirometer

B. TUJUAN
1. Memahami mekanisme respirasi eksternal (ventilasi pulmonal).
2. Memahami volume dan kapasitas paru.
3. Memahami teknik pemeriksaan spirometri dan peakflowmetri.
4. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan spirometri dan Peakflowmetri.
5. Memahami patofisiologi singkat Asma dan mekanisme kerja obat Asma.

C. DASAR TEORI
1. Mekanisme Pernapasan
Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis, dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah bergeser pada
dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan dinding dada di bawah tekanan
atmosfer. Paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir (Syaifuddin,H.,
2011).
Pada waktu menarik napas dalam, otot berkontraksi tetapi pengeluaran pernapasan
dalam proses yang pasif. Diafragma menutup ketika penarikan napas, rongga dada
kembali memperbesar paru, dinding badan bergerak, diafragma dan tulang dada menutup
ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk
ketika bernapas dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin,H., 2011).
Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan faring. Udara dihangatkan dan
diambil uap airnya. Udara berjalan melalui trakea, bronkus, bronkiolus, dan duktus
alveolaris ke alveoli. Alveoli dikelilingi oleh kapiler-kapiler. Terdapat kira-kira 300 juta
alveoli. Luas total dinding paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru
kira-kira 70 m2 (Syaifuddin,H., 2011).
Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu
bernapas dalam. Pada waktu istirahat pernapasan menjadi dangkal akibat tekanan
abdomen yang membatasi gerakan diafragma (Syaifuddin,H., 2011).
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksternal:
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat
dapat mencapai semua bagian tubuh.
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2lebih
mudah berdifusi daripada oksigen (Pearce, Evelyn C.,2011).

2. Volume dan Kapasitas Paru


Metoda yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah dengan merekam volume
pergerakan udara yang masuk dan keluar paru. Alat yang digunakan dinamakan
spirometri atau spirogram yang dapat memperlihatkan perubahan dalam volume paru
pada berbagai keadaan pernapasan (Syaifuddin,H., 2011).
a. Volume Paru
Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama dengan volume maksimal
paru yang mengembang, masing-masing volume itu adalah:
1. Volume tidal: Merupakan volume udara yang diinspirasikan dan di ekspirasikan
di setiap pernapasan normal, jumlahnya sekitar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi: Merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidal normal, biasanya 3.000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi: Merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih kurang 1.100
ml.
4. Volume sisa: Volume udara yang masih tersisa di dalam paru setelah kebanyakan
ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1.200 ml.

Ventilasi paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-otot inspirasi,


pada waktu otot inspirasi berelaksasi sifatnya elastis, paru dan toraks mengempis
secara pasif. Bila semua otot berelaksasi kembali ke suatu keadaan istirahat. Volume
udara di dalam paru pada tingkat yang sama dengan kapasitas sisa fungsional kira-
kira 2.300 ml (Syaifuddin,H., 2011).

b. Volume Sisa
Udara yang tidak bisa dikeluarkan dari paru bahkan dengan ekspirasi yang kuatpun
tidak bisa dikeluarkan, fungsinya menyediakan udara dalam alveolus untuk
menyerasikan darah di antara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada udara
sisa, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di dalam darah akan naik dan turun
secara jelas (Syaifuddin,H., 2011).

c. Volume Respirasi Per Menit


Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam
saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi.
Volume tidal normal sekitar 500 ml dan kecepatan respirasi normal 12 kali per
menit. Rata-rata volume respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat
hidup untuk waktu singkat dengan volume respirasi permenit sedikitnya 1,5 liter dan
kecepatan respirasi serendahnya 2-4 kali permenit (Syaifuddin,H., 2011).
Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali per menit dan volume tidal
dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital, kira-kira 4.600 ml pada pria
dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan suatu volume
tidal yang lebih besar dari setengah kapasitas vital, dengan mengombinasikan kedua
faktor ini laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas pernapasan maksimum 100-
120 liter/menit (Syaifuddin,H., 2011).

d. Kapasitas Paru
Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua volume atau lebih.
Kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru sebagai berikut :
1. Kapasitas inspirasi: Sama dengan volume tidal, ditambah dengan volume
cadangan inspirasi, kira-kira 3.500 ml. Jumlah udara yang dapat dihirup oleh
seseorang mulai pada tinggat ekspirasi normal dan mengembangkan parunya
sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas sisa fungsional: Sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah
volume sisa. Jumlah udara yang tersisa di dalam paru pada akhir ekspirasi normal
kira-kira 2.300 ml.
3. Kapasitas vital: Sama dengan volume cadangan ditambah dengan volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
dari paru-paru setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600 ml.
4. Kapasitas total paru: Adalah volume maksimum pengembangan paru dengan
usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5.800 ml (Syaifuddin,H., 2011).

3. Spirometer
Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara kedalam
dan keluar dari paru (Blonshine, 2000) .
Seseorang yang bernapas melalui “mouthpiece” spirometri perlu ditutup hidungnya.
Responden yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu prosedur. Tiga
maneuver pernapasan dicoba dahulu sebelum menentukan data prosedur dan data yang
tertinggi dari tiga kali percobaan diambil untuk mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini
mengukur aliran udara melalui prinsip-prinsip perpindahan elekronik atau mekanik dan
menggunakan mikropresessor dan perekam untuk menghitung serta memplot aliran
udara (Blonshine, 2000).
Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam kondisi yang melibatkan
usaha normal dan maksimal. Rekaman yang diperoleh disebut “spirogram” yang akan
menunjukkan volume udara serta tingkat aliran udara yang memasuki dan keluar dari
paru. Spirometri dapat menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi pengukuran
tergantung pada betapa benar responden melakukan maneuver ini.
Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah :
a. Vital Capacity (VC)

Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu
pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan
mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai
normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan
keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas ekspirasi
maksimal. Volume inidisebut residual volume (RV) (Guyton, 2006).
b. Forced vital capacity (FVC)

Setelah mengekspirasi secara maksimal, responden disuruh menginspirasi dengan


usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat. FVC adalah volume
udara yang diekspirasi kedalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum
(Ganong, 2005).
c. Forced expiratory volume (FEV)

Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar ke dalam
spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu
memberikan ukuran sebanyak 97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakan
lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri pada 1 detik.
Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( Ganong, 2005) .
d. Maximal voluntary ventilation (MVV)

Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama 15 detik. Rerata
volume udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006)
Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui spirometri sangat tergantung
pada umur, kelamin, berat badan, tinggi dan ras (Braunwald, 2001).

Tujuan Spirometri
Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi berbagai penyakit yang
menggangu fungsi paru. Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), emfisema, dan kelainan kronik paru yang lain. Jika nilai spirometri
menunjukkan nilai dibawah batas normal, maka dapat dipastikan adanya kelainan
fungsional paru. Prosedur spirometri dapat dilakukan dengan cepat tanpa
menyebabkan nyeri (Blonshine, 2000).
Indikasi Spirometri
Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:
a. Diagnostik
1) Untuk mengevaluasi gejala dan tanda
2) Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
3) Untuk menilai resiko pra-operasi
4) Untuk menilai prognosis
5) Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat
program
b. Monitoring
1) Untuk menilai intervensi terapeutik
2) Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi fungsi paru-
paru
3) Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui
4) Untuk memantau orang terkena agen merugikan
c. Penurunan Nilai Evaluasi
1) Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
2) Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi

Kontraindikasi Spirometri
Spirometri dikontraindikasi pada responden yang :
a. Hemoptisis
b. Pneumotoraks
c. Sakit jantung
d. Angina Pektoris
e. Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial
f. Kondisi trombotik
g. Pembedahan toraks atau abdominal
h. Nausea dan muntah (Blonshine, 2000)
Peak Flow Meter (PFM)
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,
kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Ventilasi patologis terdiri dari
ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi campuran yaitu gabungan dari
ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.

D. METODE PEMERIKSAAN
Dalam praktikum ini untuk mengetahui fungsi paru probandus dengan menggunakan
alat spirometer.

E. ALAT DAN BAHAN


1. Spirometri
2. Tissue
3. Tinta spirometri
4. Mouth piece dispposible
5. Penjepit hidung

F. CARA KERJA
Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru
a. Siapkan alat pencatat atau spirometri
b. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi probandus
menghadap alat.
c. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan umur.
d. Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus memasukan
mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung probandus dengan penjepit
hidung.
e. Instruksikan probandus untuk bernapas tenang terlebih dahulu untuk beradaptasi
dengan alat.
f. Tekan tombol start alat spirometri untuk memulai pengukuran.
g. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perihtah dari alat untuk ekspirasi
maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan secara benar akan keluar data dan kurva di
layar spirometri.
h. Bila perlu tanpa melepaskan mouthpiece, ulangi pengukuran dengan inspirasi
dalam dan ekspirasi yang maksimal.
i. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva dilanjutkan dengan
mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).

Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru (FVC=Force Vital Capacity)


a. Siapkan alat pencatat atau spirometri.
b. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi probandus
menghadap alat.
c. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan umur.
d. Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat.
e. Segera setelah siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan ekspirasi dengan kuat
melalui alat.
f. Bila perlu tanpa melepaskan mouth piece, ulangi pengukuran dengan inspirasi
dalam dan ekspirasi yang maksimal.
g. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan dengan
mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).

*Catatan:
Pencetakan dapat dilakukan setelah kedua pemeriksaan langsung
Analisa hasil pemeriksaan dengan menuliskan pada lembar lampiran hasil yang
didapatkan. Analisa berupa kesenjangan yang terjadi selama pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan.

G. HASIL PEMERIKSAAN
1. Hasil
Nama Probabus : Bravi
Tanggal Pemeriksaan : 04 November 2022
Usia : 26 Tahun
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 62 kg
Prediction Formula : Knudson

2. Hasil Tes Sprirometri

No Kapasitas Paru di Uji Pred Valuel % Pred

1 VC (L) 3,31 1,62 49,00

2 IC (L) 1,97 1,43 72,67

3 ERV (L) 1,34 0,19 14,36

4 IRV (L) 1,34 0,19 14,36

5 TV (L) - 0,40 -

6 RR (count/min) 15,00 16,55 110,35

7 VE (L/Min) - 6,70 -

8 EVC (L) 3,31 1,62 49,00

9 IVC (L) 3,31 1,62 49,00

10 tI (S) - 1,80 -

11 tE (S) - 1,83 -

12 TV/tI/(L/S) - 0,23 -

13 tI/ttot - 0,50 -

Pengolahan data
EVC = 1,62
FEV1= 1,62
FEV 1
R atio= × 100 %
FVC
1,62
Ratio= ×100 %
1,62
R atio=100 %
H. PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru


Pada percobaan ini mula-mula probandus memberikan informasi berupa umur,
jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Kemudian mouth piece dipasangkan ke
alat dan masukan mouth piece ke dalam mulut probandus dan probandus menutup
hidungnya sendiri. Lalu alat mulai dinyalakan, setelah dinyalakan probandus mulai
bernapas normal sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi dan inspirasi secara
maksimal.
Data spirogram menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital paru yaitu
1,62 L. Sehingga presentasenya hanya sebesar 49,0%. Penurunan kapasitas vital paru
dapat disebabkan karena adanya penurunan volume tidal, volume cadangan inspirasi
maupun volume cadangan ekspirasi. Karena kapasitas vital paru diperoleh dari hasil
penambahan ketiga variable tersebut. Penurunan kapasitas vital paru pada probandus
disebabkan oleh penurunan:

Volume tidal = 1,62 L


Volume cadangan inspirasi = 0,19 L
Volume cadangan ekspirasi = 0,19 L

Sehingga didapatkan :
VC= VT +IRV+ERV
VC=  1,62 + 0,19 + 0,19
VC= 2,01 L

2. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru


Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat. Kemudian alat dinyalakan,
segera setelah alat siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan eskpirasi dengan kuat
melalui mouth piece. Sesuai instruksi alat, inspirasi dan ekspirasikan secara cepat
dan kuat kurang dari 6 detik.
FEV 1
Ratio= ×100 %
FVC
1,62
Ratio= ×100 %
1,62
Ratio=100 %
Rasio FEV1/FVC meningkat yaitu 100 %. 
Hasil spirogram menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami kelainan pada sistem
pernapasannya

I. KESIMPULAN
Dari praktikum di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai kapasitas vital paru pada dasarnya dipengaruhi oleh bentuk anatomi tubuh, posisi
selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan serta pengembangan paru
dan otot dada.
2. Semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil pula kapasitas vital paru-
parunya.Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang
disebut spirometer.

J. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Spirometri. http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/spirometri. diakses
tanggal : 16 Oktober 2014
Blonshine, 2000. "Spirometry: Asthma and COPD Guidelines Creating Opportunities for
RTs." AARC Times : 43-7
Braunwald, E., Fauci, A.S., Isselbacher, K.J., Wilson, J.D., Martin, J.B., Kasper, D.L., et
al, 2001. Harrison's Principles of Internal Medicine. Philadelphia: McGraw-Hill
Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.
Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
Ganong W.F., 2005. Review of Medical Physiology. 22nd ed. USA: McGraw Hill
Companies
Pearce, Evelyn C.. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta
Syaifuddin,H.. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai