Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IMPLEMENTASI K3

Praktikum Pengukuran Tekanan Darah

Oleh:

Aisyah Afnani
101611133104

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
Laporan Praktikum Pengukuran Tekanan Darah

A. Tujuan
Mengetahui cara pengukuran tekanan darah yang benar

B. Tempat dan Waktu Pengukuran


Tempat Pengukuran : Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Waktu Pengukuran : Kamis, 7 November 2019 pukul 11.00

C. Alat dan Bahan


1. Meja periksa
2. Stetoskop
3. Sphygmomanometer/tensimeter air raksa
a. Manometer air raksa
b. Manset udara
c. Selang karet
d. Pompa udara dari karet dan sekrup pembuka penutup

D. Teknik atau Cara Pengukuran


1. Responden dibiarkan duduk beristirahat dengan tenang selama kurang
lebih 5 menit
2. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dengan duduk atau berbaring jika
memungkinkan
3. Meletakkan lengan kanan yang akan dikur tekanan darahnya di sisi
tubuh sejajar dengan jantung
4. Memasang manset udara pada lengan responden sekitar 3 cm di atas
forsa cubiti dengan cukup ketat
5. Pengukur melakukan palpasi pada nadi pergelangan tangan responden.
Setelah nadi terasa, pompa udara ke dalam manset. Perhatikan tinggi air
raksa hingga denyut nadi pergelangan tidak terasa. Catat angka tinggi
air raksa tersebut.
6. Keluarkan udara dari manset dengan membuka sekrup pada pompa
karet.
7. Letakkan stetoskop kurang lebih dua jari di atas lipatan siku dalam
8. Pompa udara ke dalam manset hingga tinggi raksa pada manometer
sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik denyut nadi pergelangan tadi
menghilang
9. Keluarkan udara dari manset dengan memutar sekrup pompa
berlawanan arah jarum jam dengan perlahan dan berkesinambungan
sambil memperhatikan tinggi raksa pada manometer. Bunyi denyut
akan terdengar kembali dan didapatkan tekanan darah sistolik. Terus
keluarkan udara dari manset secara perlahan hingga bunyi denyut
kembali menghilang dan didapatkan tekanan darah diastolik.

E. Identitas Responden
Nama : Mitha Qurrota Ayuni
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 48 kg
Pengukuran dilakukan dengan posisi responden duduk

F. Hasil Pengukuran
a. Hasil pengukuran menghilangnya denyut nadi pergelangan
menggunakan palpasi adalah 110 mmHg
b. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik adalah 120 mmHg
c. Hasil pengukuran tekanan darah diastolik adalah 85 mmHg

G. Pembahasan
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu
cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh
terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung.
Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni
tekanan sistole dan diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah
yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Tekanan sistole
adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke
dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan
diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir
ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole
dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse
pressure.
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi
kantong karet tiup. Pemasangan manset yang tidak tepat akan memengaruhi
hasil pengukuran tekanan darah. Jika manset yang dipasang terlalu longgar,
hasil yang diperoleh akan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Jika
manset yang dipasang terlalu ketat, hasil yang diperoleh akan lebih tinggi dari
yang seharusnya.
Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah
disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena
turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri
brachialis. Pemeriksaan pada lengan kanan atas hasilnya lebih akurat karena
lokasinya lebih jauh dari jantung dibanding dengan lengan kiri sehingga
suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat menentukan tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan tepat dan mendapat hasil
yang akurat.
Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah. Hal ini karena ada efek dari gravitasi bumi. Pada saat
berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih rendah karena arah
peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan
tidak perlu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung
memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga
kecepatan berdenyut meningkat.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti
halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu
tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
Tekanan darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100
Sumber: Kemenkes, 2014

Responden merupakan perempuan dengan usia 22 tahun dengan berat


badan 48 kg dan tinggi badan 158 cm. Tekanan darah sistolik responden
adalah 120 mmHg dan tekanan darah diastolik responden adalah 85 mmHg.
Menurut Kemenkes RI (2014), tekanan darah normal adalah kurang dari
120/80 mmHg. Hasil pengukuran tekanan darah responden menunjukkan
bahwa responden masuk ke klasifikasi prehipertensi. Responden mengaku
tidak memakan makanan yang mengandung kafein sebelum dilakukan
pengukuran tekanan darah. Namun, responden mengaku bahwa kurang
memiliki waktu dan kualitas tidur yang cukup malam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Faktor lain yang dapat memngaruhi tingginya tekanan darah
responden adalah posisi pemeriksaan. Pemeriksaan tekanan darah responden
dilakukan dengan posisi duduk yang lebih tinggi hasilnya daripada
pemeriksaan dengan posisi berbaring.

H. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan tekanan darah responden sebesar 120 mmHg masuk
ke dalam klasifikasi prehipertensi. Angka ini kemungkinan dipengaruhi oleh
kurangnya waktu dan kualitas tidur responden serta posisi pada saat
pengukuran.

I. Saran
Saran yang dapat dilakukan responden adalah menjaga pola waktu tidur
agar cukup setiap harinya. Peningkatan kualitas tidur dapat dilakukan dengan
memasang aroma wewangian yang menenangkan seperti wangi lavender
sebelum tidur atau mendengarkan white noise ketika akan tidur. Saran untuk
pengukuran selanjutnya adalah melakukan pengukuran dengan posisi
berbaring jika memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai