Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

“PENGUKURAN SUHU MANUSIA“

Oleh :

Nama : Alwiana Hamidah Nugroho

NIM : 200210103094

Kelas :C

Kelompok :8

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
I. JUDUL
Pengukuran Suhu Manusia

II. TUJUAN
Mampu melakukan pengukuran suhu badan manusia pada berbagai kondisi

III. DASAR TEORI


Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang menggambarkan
kesehatan seseorang dikarenakan didalam tubuh energi panas dihasilkan oleh
jaringan aktif, alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat serta saraf. Kemudian
energi panas yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah. Hal inilah sifat perubahan suhu tubuh sangat mempengaruhi masalah
klinis yang dialami setiap orang. Namun, panas dari aliran darah ke kulit sama
dan jumlah panas yang hilang ke luar lingkungan sehingga manusia merupakan
homeotherm yaitu organisme yang mempertahankan suhu tubuh tidak
bergantung lingkungannya (Sidik, Yulianti, dan Asmi. 2020). Suhu dan
kelembaban lingkungan ruangan sangat berpengaruh pada efektivitas kegiatan
atau bahkan dalam pekerjaan. Bekerja pada lingkungan yang terlalu panas atau
terlalu lembab, dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat
menyebabkan keletihan terlalu dini sedangkan pada lingkungan yang terlalu
dingin, dapat menyebabkan hilangnya fleksibilitas terhadap alat-alat motorik
tubuh yang disebabkan oleh timbulnya kekakuan fisik tubuh. (Islam Izzatul et
al. 2016)
Suhu tubuh merupakan faktor yang sangat penting untuk mengetahui
kondisi kesehatan (Saito, 2019). Suhu tubuh yang diperoleh dari aktivitas otot
lurik, otot polos, otot jantung dan bahkan infuls saraf srta asimilasi makanan
melalui suatu sistem pengaturan berusaha dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
berbagai cara. Pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh organ yang terletak di
dasar ventrikel otak ke-3 yaitu hipotalamus. Hipotalamus bekerja tergantung
dari karakteristik lingkungan melalui suatu respon kontriksi - dilatasi atau
menggigil - berkeringat. (Sandi N. I, et al. 2017). Untuk mempertahankan suhu
tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feedback) yang
diperankan oleh pusat pengaturan di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, maka tubuh akan
melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila
suhu inti tubuh telah melewati batas dari toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu yang disebut titik tetap (set point). (Wangean, Lintong, dan Rumampuk.
2016)
Panas diproduksi oleh tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot
dan sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dipengaruhi
oleh suatu sebab, misalnya oleh karena penyakit ataupun stress.7 Panas dapat
hilang dari tubuh melalui tiga cara, yatu; melalui kulit, dalam udara ekspirasi
dan melalui urin dan feses. Panas yang hilang dari kulit melalui konduksi,
radiasi, dan konveksi, melalui perspirasi dan penguapan keringat. Konduksi
merupakan hilangnya panas secara langsung dari satu benda ke benda yang lebih
dingin. Radiasi adalah penyebaran panas dari kulit ke udara yang lebih dingin.
Konveksi bervariasi dengan aliran udara melalui kulit, misalnya ketika
digerakkan oleh angin atau kipas angin. Penurunan suhu tubuh seseorang juga
berhubungan dengan pacu jantung. Suhu tubuh berhubungan dengan detak
jantung, dimana suhu tubuh mengalami naik turun sekitar 10 C per 24 jam.
(Handayani, Lintong, Rumampuk. 2016).

IV. METODE PRAKTIKUM


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat

• Termometer badan digital


• Handuk/lap bersih

4.1.2 Bahan

• Kapas steril
• Alkohol 70%
• Air es
4.3 Skema

Probandus (orang percobaan) berbaring dengan badan bagian


atas terbuka, mengeringkan ketiak dengan handuk

Menyelipkan ujung termometer di ketiak dengan lengan di


badan, sebelumnya termometer menurunkan sampai 35 derajat

Setelah sepuluh menit dilakukan pembacaan suhu

Melakukan seperti pada poin 2, tapi termometer dimasukkan ke


dalam mulut di bawah lidah

Setelah sepuluh menit dilakukan pembacaan suhu

Melakukan seperti pada poin 3, tetapi mulut sambil bernafas


(menghembuskan dan menghirup udara)

Membaaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit

Melakukan seperti poin 3, tetapi sebelumnya probandus


berkumur dengan air es selama 1 menit

baca suhu setelah 5 menit dan 10 menit.

V. HASIL PENGAMATAN
No. Probandus Usia(th) Jenis BB TB Perlakuan
kelamin (kg) (cm)

Oral B Oral T Oral E Aksilar


0
1 Tutik 44 th P 60 kg 150 cm 36,8 C
Ponminarti
0
2 Ananda 17 th L 60 kg 168 cm 40 C
Chelvin
0
3 Rafi Akbar 9 th L 29 kg 130 cm 36,6 C
4 Annisa 18 th P 50 kg 149 cm 1)35,9°C
0
Maulida 2)36,3 C

VI. PEMBAHASAN
Tubuh makhluk hidup mampu menjaga suhu tubuhnya meskipun dalam
kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Suhu tubuh makhluk hidup cenderung
berbeda dan fluktuatif berdasarkan suhu lingkungan di sekitarnya. Dari uraian
tersebut suhu tubuh makhluk hidup dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu poikilothermal dan homoiothermal. Poikilothermal adalah
golongan mahkluk hidup yang dapat menjaga suhu tubuhnya dengan
berdasarkan atau dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Contoh
hewan dari golongan ini yaitu berasal golongan filum pisces, amfibia, dan
reptilia. Sedang kebalikannya, homoiothermal adalah golongan mahkluk hidup
yang dapat menjaga suhu tubuhnya dengan relatif konstan. Contoh dari
golongan mahkluk hidup poikilothermal adalah hewan yang tergolong dalam
filum pisces, amfibia, dan reptilia. Begitu juga pada manusia yang tergolong ke
dalam homoiothermal.
Sebagai makhluk hidup homiothermal, manusia memiliki suhu tubuh
yang konstan meskipun lingkungannya berubah-ubah. Tubuh manusia memiliki
kisaran suhu 37°C dan sangat peka terhadap suhu tubuh apabila suhu tubunya
kurang atau lebih dari kisaran normalnya. Sehingga dengan ini manusia
berusaha menjaga keseimbangan antara panas yang hilang dari tubuh dengan
panas yang diperoleh tubuh yang berasal dari perubahan dari luar. Tubuh
manusia memiliki sistem yang memungkinkan untuk mempertahankan suhu
tubuhnya dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya
merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama.
Mekanisme pngaturan panas badan berpusat pada hipotalamus dengan
saraf-saraf tertentu. Sistem pengaturan suhu pada manusia tersebut disebut
Termoregulasi. Dimana termoregulasi merupakan suatu sistem yang dilakuakan
hewan serta manusia bertujuan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran
normalnya. Proses tersebut dilakukan yang dilakukan dengan cara
menyeimbangkan panas yang dihasilkan oleh tubuh dan panas yang
dikeluarkan. Sistem tersebut itu dibagi menjadi dua kisaran besar, yaitu
termolisis dan termogenesis. Termolisis adalah proses pengeluaran panas tubuh
akibat suhu yang tinggi dan tubuh merasakan panas yang berlebih, sedangkan
Termogenesis merupakan pembentukan panas tubuh atau respon dari tubuh
dimana tubuh merasakan suhu dingin atau suhu berada pada dibawah kisaran
normal, kemudian respon tubuh dalam sistem ini yaitu tubuh akan mengirim
sinyal pada sel-sel tertentu untuk meningkatkan panas tubuh contohnya
menggugil.
Produksi panas tubuh bergantung pada sistem metabolisme tip individu
pada proses sistem eksotermal. Terdapat empat mekanismenya yaitu: konveksi,
radiasi, konduksi, dan evaporasi. Konveksi adalah perpindahan panas melalui
pergerakan zat cair atau gas. Makhluk hidup mengalami pemindahan panas dari
tubuh dengan arus udara konveksi yang biasa disebut kehilangan panas secara
konveksi, panas berpindah dari kulit ke udara dan kemudian terbawa oleh arus
udara konveksi. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa adanya kontak
langsung antara sumber panas dengan daerah penerima, tubuh manusia
memancarkan sinar panas ke segala arah dan sinar panas juga terpancar dari
lingkungan sekitar ke arah tubuh. Konduksi panas merupakan perpindahan
panas anatara dua bagian secara kontak fisik langsung diantara keduanya. Laju
pergerakan panas ditentukan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu wilayah
terjadinya pergerakan panas, perbedaan suhu awal antara kedua wilayah,
konduktivitas panas pada wilayah tersebut. Mekanisme evaporsi, terjadi ketika
suhu lingkungan menjadi lebih tinggi dari suhu kulit. Dalam kondisi seperti ini,
satu-satunya mekanisme yang dapat dilakukan tubuh untuk mempertahankan
suhu tubuh akibat masuknya panas dari lingkungan adalah melalui penguapan.
Pengukuran suhu tubuh manusia dapat menggunakan alat ukur suhu
tubuh yang disebut thermometer. Thermometer yang digunakan dalam
praktikum kali ini ada dua jenis, yakni thermometer digital dan thermometer air
raksa. Pengukuran suhu tubuh manusia dapat dilakukan pada bagian tertentu
yaitu pada ketiak (aksilar) dan mulut (oral) dan dubur (rektar). Pengukuran suhu
tubuh yang mendekati akurat sebenarnya pada bagian dubur (rektar). Namun
karena dinilai tidak praktis dan tidak estetika pengukuran suhu pada rektar tidak
diterapkan oleh berbagai disiplin ilmu terutama dalam bidang kesehatan.
Pengukuran suhu tubuh yang banyak diterapkan adalah pengukuran pada
ketiak (aksiral) dan mulut (oral). Kelebihan pengukuran suhu pada ketiak ini
adalah dapat dilakukan dengan langkah yang cukup mudah dan dapat diamati
secara mandiri namun kekurangannya adalah hasil pengukuran suhu tubuh
kurang valid karena pada bagian ketiak suhu tubuh banyak terpengaruh oleh
suhu lingkungan. Sedangkan pada pengukuran mulut memiliki kelebihan yaitu
hasil pengukurannya lebih akurat. Namun pengukuran suhu pada mulut hanya
bisa diterapkan jika menggunakan thermometer digital saja. Karena jika
menggunakan thermometer air raksa, dapat menyebabkan keracunan pada
seseorang yang sedang diukur suhu tubuhnya.
Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil data yang
beragam. Dengan menggunakan probandus yang memiliki berat badan, tinggi
badan, jenis kelamin dan umur yang berbeda. Di sini kami menggunkana 5
probandus, yaitu Ibu Tutik Ponminarti, Ananda Chelvin, Adik Rafi Akbar, serta
Annisa Maulida. Dari kelima probandus tersebut memiliki perbedaan jenis
kelamin, umur, tinggi badan, serta berat badan. Percobaan yang dilakukan
dengan perlakuan atau cara pengukuran yang berbeda-beda. Dengan
menggunakan probandus yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dan
perempuan sebanyak 2 orang.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa suhu kulit di berbagai
bagian tubuh memiliki perbedaan, hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
banyak bagian tubuh berinteraksi dengan udra luar, suhunya akan makin
dipengaruhi oleh lingkungannya. Adapun suhu yang dimiiki oleh perempuan
dan salah satu probandus laki-laki dengan berat badan sama berbeda, suhu badan
perempuan lebih besar daripada laki-lai. Hal ini dikarenakan perempuan
mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar, dimana variasi hormonal saat
siklus ovulasi pada saat menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai
siklus menstruasi. Data lain yang menunjukkan berat badan salah satu
probandus laki-laki yang besar dengan perempuan memiliki suhu tubuh yang
relatif berbeda, hal ini menunjukkan bahwa berat badan memiliki pengaruuh
terhadap suhu tubuh. Dikarenakan orang yang memiliki berat badan berlebih
menyimpan lebih banyak lemak yang dapat menghasilkan panas tubuh.
Kemudian pada probanduus yang mengukur suhu dengan perlakuan mengumur
air dingin menunjukkan kenaikkan suhu tubuh pada bagian yang diukur. Hal ini
yang kemudian otak memerintahkan otot untuk bergerak (menggigil) agar
dihasilkan panas, namun pada waktu tertentu akan kembali normal. Sehingga
dalam hal ini menunjukkan bahwa suhu lingkungan juga sangat berpengaruh
terhadap suhu tubuh manusia

VII. PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa manusia adalah salah satu dari makhluk hidup
homoiothermal, yang mana manusia dapat menjaga suhu tubuhnya dalam
keadaan konstan meskipun lingkungannya berubah-ubah. Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan melalui dubur (yang memiliki tingkat keakuratan
paling tinggi), ketiak, dan mulut. Tingkat keakuratan pengukuran
dipengaruhi oleh sedikit banyaknya berinteraksi dengan lingkungan luar.
Suhu tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, hormon,
jenis kelamin, aktivitas tubuh, serta lingkungan sekitar.
7.2. Saran
7.2.1. Pada saat praktikum sebaiknya probandus dalam keadaan sehat
sehingga akan diperoleh data yang baik dan sesuai.
7.2.2 Praktikan sebaiknya membaca literatur terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA

Sidik R. M., Yulianti Y., Asmi D. 2020. Analisis Dinamika Molekuler Pengaruh
Suhu Tubuh Terhadap Keseimbangan Volume Human Serum Albumin
(HSA) Menggunakan Metode Potensial Lennard-Jones. Jurnal Teori dan
Aplikasi Fisika. 8(2): 99-106
Islam Izzatul H. et al. 2016. Sistem Kendali Suhu Pemantauan Kelembaban Udara
Ruangan Berbasis Arduino Uno Dengan Menggunakan Sensor DHT22
Passive Infrared (PIR). Journal Prosiding Seminar Nasional Fisika.
Sandi N. I., et al. 2017. Pengaruh Kelembaban Relatif Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Latihan. Sport and Fitness Journal. 5(1): 103-109
Handayani, G., Lintong F., dan Rumampuk F. J. 2016. Pengaruh Aktivitas Berlari
Terhadapa Tekanan Darah dan Suhu pada Pria Dewasa Normal. Jurnal e-
Biomedik. 4(1): 1-5
Wangean Z. L., Lintong F., dan Rumampuk F. J. 2016. Pengaruh Lamanya
Paparan Energi Panas Terhadap Suhu Tubuh Dengan Metode Mandi Uap
Pada Wanita Dewasa. Jurnal e-Biomedik. 4(1): 238-241
Sugiono, Putro W. W., 2018. Ergonomi Untuk Pemula Prinsip Dasar dan
Aplikasinya. Malang:UB Press.
Saito Mashasi. 2019. Mukjizat Suhu Tubuh. Cetakan Kedua, Jakarta: PT.
Gramedia.
LAMPIRAN I
A. Jurnal 1

B. Jurnal 2
C. Jurnal 3

D. Jurnal 4
E. Jurnal 5

F. Buku 1
G. Buku 2

Anda mungkin juga menyukai