BIOLOGI DASAR
Oleh:
NIM : 210210103126
Kelompok : 5
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. JUDUL
Pengukuran Suhu Manusia.
II. TUJUAN
Mampu melakukan pengukuran suhu badan manusia pada berbagai kondisi.
Menurut Asmadi. (2008) suhu tubuh manusia relatif konstan. Hal ini
diperlukan untuk sel sel tubuh agar dapat berfungsi secara efektif. Suhu tubuh
yang normal adalah berkisar 36°C sampai 37°C. Tempat pengukuran suhu inti
yang paling efektif adalah rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmonal,
kandung kemih, dan rektal. Suhu permukaan yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C
sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif dan etis
yaitu kulit, aksila dan oral (Mubarak dkk., 2015). Tubuh yang sehat mampu
memelihara suhu tubuh secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang
berubah-ubah. Sistem pengatur suhu tubuh ada tiga bagian yaitu reseptor yang
terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus, dan
efektor sistem yang mengatur produksi panas dan kehilangan panas (Asmadi,
2008).
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus malalui sel sel saraf,
terutama saraf otonom. Hipotalamus merupakan termostat yang berada di bawah
otak. Terdapat dua macam hipotalamus yaitu, hipotalamus anterior yang berfungsi
mengatur pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur
upaya penyimpanan panas. Termostat hipotalamus memilikii semacam titik
kontrol yang disesuaikan ununutk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai dibawahatau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai
impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas .Hipotalamus
mengatur suhu tubuh dengan cara memicu timbulnya keringat atau menggigil. Di
samping itu, hipotalamus juga mengontrol tugas yang kompleks dari sistem saraf
otonomik. Dihubungkan oleh batang pendek, menggantung dari hipotalamus,
terdapat kelenjar endokrin yang disebut kelenjar hipofisis (pituitary gland).
Kelenjar hipofisis sering juga disebut dengan istilah ʺmaster glandʺ karena
hormon‐hormon yang dikeluarkannya memengaruhi berbagai kelenjar endokrin
lainnya (Supradewi, 2010). Panas diproduksi tubuh melalui proses metabolisme,
aktivitas otot, dan sekresi kelenjar. Prroduksi panas dapat meningkat atau meurun
dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya karena penyakit ataupun stres. Suhu tubuh
terlalu ekstrem, baik panas atau dingin yang ekstrem, dapat menyebabkan
kematian. Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap
kehilangan panas yang terjadi. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih
besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh
meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan suhu
tubuh menurun (Murthi, 2010).
*Keterangan:
Oral T adalah pengukuran suhu dibawah lidah dengan mulut tertutup.
Oral B adalah pengukuran suhu di bawah lidah dengan mulut terbuka.
Oral E adalah pengukuran suhu sesudah berkumur dengan air es.
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pengukuran suhu tubuh manusia.
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan mampu melakukan
pengukuran suhu badan manusia pada berbagai kondisi. Suhu tubuh makhluk
hidup erat kaitannya dengan kempuan termoregulasinya. Termoregulasi adalah
suatu pengaturan fisiologis tubuh makhluk hidup mengenai keseimbangan
produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan
secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis
dan prilaku. Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi
akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul makin tinggi karena energi
kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antar amolekul
satu dengan molekul lain makin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas
metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas
tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim
(salah satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan
atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat
terdenaturasi dan kehilangan fungsinya.
Pada dasarnya prinsip pengukuran suhu tubuh pada manusia itu sama, yaitu
menempelkan alat pengukur suhu pada area tubuh tertentu. Hal yang membuat
berbeda adalah jenis termometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh.
Perbedaan jenis termometer yang digunakan ini tentunya memengaruhi prosedur
penggunaan dan cara kerja termometer. Umumnya termometer yang digunakan
untuk mengukur suhu pada tubuh manusia adalah termometer suhu digital.
Namun karena kerterbatasan alat yang dimiliki oleh praktikan sehingga praktikan
melakukan pengukuran suhu tubuhnya menggunakan termometer alkohol.
Langkah kerja awal yang dilakukan ialah menentukan tempat dilakukannya
pengukuran suhu tubuh, misalnya pada area ketiak (aksilar) dan mulut (oral).
Selanjutnya membersihkan area ketiak dengan kapas, dan mulai melakukan
pengukuran suhu tubuh dengan mengapit ujung termometer. Langkah kerja yang
sama juga dilakukan pada area mulut (oral). Namun pada area oral ini dilakukan
tiga kali percobaan dengan perlakuan yang berbeda. Yang pertama yaitu
meletakkan ujung termometer pada bagian bawah lidah, percobaan kedua
meletakkan ujung termometer kebagian bawah lidah sembari bernapas melalui
mulut, percobaan ketiga yaitu praktikan berkumur terlebih dahulu dengan air es
selama kurang lebih 1 menit kemudian melakukan pengukuran dengan
menempelkan ujung termometer pada bagian bawah lidah.
Pada hasil pengamatan telah disajikan tabel perbandingan suhu tubuh dari 6
probandus. Tiap probandus memiliki usia, berat badan, dan tinggi badan yang
berbeda-beda, namun memiliki jenis kelamin yang sama. Pada pengukuran suhu
tubuh aksilar didapatkan rentang suhu antara 36oC hingga 37oC, sedangkan untuk
pengukuran suhu tubuh oral pertama didapatkan rentang suhu 36oC hingga 37oC,
untuk pengukuran suhu tubuh oral kedua didapatkan rentang suhu 33,9oC hingga
36,3oC, dan untuk pengukuran suhu tubuh oral ketiga didapatkan rentang suhu
30oC hingga 33,3oC. Terlihat bahwa hasil data menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Dari 6 probandus yang mengukur suhu badan, 5 diantaranya
menggunakan termometer alkohol dan 1 probandus menggunakan termometer
digital.
Perbedan suhu tubuh yang bervariasi ini tentunya dipengaruhi oleh banyak
sekali faktor. Faktor-faktor tersebut anara lain ialah, kecepatan metabolisme basal,
rangsangan saraf simpatis, pengaruh hormonal, adanya penyakit/demam, kondisi
gizi, aktivitas tubuh, kerusakan organ dalam, dan adanya faktor perubahan suhu
lingkungan. Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini
memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju
metabolisme. Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis
dapat mencegah lemak cokelat yang tertimbun dalam jaringan untuk
dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak cokelat adalah menghasilkan
panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stres individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epinefrin dan norepinefrin yang
meningkatkan metabolisme. Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat
menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat. Fungsi tiroksin adalah meningkatkan
aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar
tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di atas normal.
Hormon kelamin laki-laki dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% dari kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi daripada lakilaki, karena
pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,30– 0,6°C di atas suhu basal.
VII. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya,
manusia termasuk ke dalam golongan homoiterm atau berdarah panas.
Suhu tubuh normal pada manusia berada pada kisaran 36oC. Adanya
penurunan atau kenaikan suhu akibat faktor eksternal, tidak membuat
suhu tubuh manusia mengalami perubahan yang drastis, serta perubahan
itu hanya bersifat sementara saja. Hal ini disebabkan karena manusia
memiliki sistem termoregulasi didalam dirinya. Sistem ini berfungsi
untuk menjaga suhu tubuh manusia agar tetap stabil di berbagai kondisi.
Misalnya saat tubuh melampaui batas suhu normal, maka kelenjar kulit
manusia akan mengeluarkan keringat, atau saat suhu dingin pori-pori
pada kulit manusia akan mengecil dan badan mulai menggigil sebagai
bentuk mempertahankan suhu tubuh.
7.2 Saran
Laporan yang berdasarkan pada praktikum sederhana ini tentu saja masih
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik serta saran dari dosen dan
asisten laboratorium akan sangat membantu untuk memperbaiki hasil
laporan praktikum selanjutnya.
DATAR PUSTAKA
Geneva, I. I., B. Cuzzo, T. Fazili, dan W. Javaid. 2019. Normal body temperature:
a systematic review. Journal Infectious Diseases Society of America. 6(4):
1-7.
Stager, M., N. R. Senner, B. W. Tobalske, dan Z. A. Cheviron. 2020. Body
temperature maintenance acclimates in a winter-tenacious songbird. Journal
Experimental Biology. 223 (12): 1-11.
Susanto, F. A. 2020. Pengukuran suhu tubuh online sebagai pencegahan
penyebaran virus flu di lingkungan kampus. Jurnal Sistem Informasi Dan
Bisnis Cerdas. 13 (2): 67-74.
Urry, L. A., M. L. Cain, S. Wasserman, M. P. V. Alexander, R. B. Rebecca, dan
N. A. Campbell. 2008. Campbell Biology 8th Edition. New York: Pearson.
Terjemahan oleh. D. T. Wulandari. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 3. Surabaya:
Erlangga.
Urry, L. A., M. L. Cain, S. Wasserman, M. P. V. Alexander, R. B. Rebecca, dan
N. A. Campbell. 2020. Campbell Biology, 12th Edition. New York:
Pearson.
Zein, U. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU Press.
LAMPIRAN