Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MANUSIA

“Suhu Tubuh dan Pengaturannya (Termoregulasi)”

Dosen Pembimbing
Drs. Suprihatin, M.Si

Disusun oleh,

Fiqih Waratiqa 216201446015


Ismala Adam 173112620120038
Novi Dwi Susilowati 206201446051
Riana Rizki Wulandari 216201446020
Sri Kartini 206201446043
Fanny H. Danie 206201446039

Jurusan S1 Biologi Medik


Fakultas Biologi
Universitas Nasional
2021
A. Judul
Suhu Tubuh dan Pengaturannya (Termoregulasi)

B. Tanggal
26 Oktober 2021

C. Tujuan Praktikum
Latihan ini bertujuan untuk :
a. Mengukur suhu ketiak (axilla) dan suhu mulut seseorang
b. Menerangkan pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es pada
suhu mulut seseorang
c. Menyimpulkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh binatang
poikilometrik.

D. Dasar Teori
Pengaturan suhu tubuh, hewan atau manusia harus mengatur panas yang
diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang
cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan
terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa
panas . Enzim bekerja dalam suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa
bekerja, berarti metabolisme terhalang (Gumala, 2015).
Tubuh mengambil peran yang sangat aktif dalam pengaturan suhu, suhu
tubuh diatur oleh tingkat dimana panas yang terpencar adri kulit dan oleh
penguapan air. Proses tersebut diregulasi oleh mekanisme umpan balik saraf yang
beroperasi terutama melalui hipotalamus. Hipotalamus tidak hanya mengandung
mekanisme kontrol, tetapi jaga kunci sensor satu, di bawah mekanisme kontrol
ini, berkeringat dimulai hampir tepat suhu kulit bersuhu 37 oC dan meningkat
dengan cepat jika suhu kulit meningkat di atas nilai ini. Berkeringat (penguapan
melalui pori-pori di dalam mulut) merupakan regulator suhu umum. Produksi
panas tubuh pada kondisi ini tetap hampir konstan karena suhu kulit meningkat.
Jika suhu kulit turun dibawah normal berbagai respon mulai dilakukan untuk
menjaga panas dalam tubuh dan meningkatkan produksi tanah (Khaw, 2004).Oleh
karena itu adanya praktikum termogulasi tentu sangat membantu mahasiswa
biologi dalam mempelajari hal-hal yang terkait mekanisme pengaturan suhu
tubuh.
Termoregulasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk
mempertahankan panas tubuhnya. Termogulasi,  pengaturan cairan tubuh, dan
ekskresi merupakan elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi
dikenal adanya hewan berdarah dingin cold-blood animals dan hewan berdarah
panas warm-blood animals  . Namun, para ahli-ahli Biologi lebih suka
menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber
panas utama tubuh hewan. Hewan eksoterm adalah hewan yang sangat bergantung
pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas
yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit contoh
ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya
berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari
metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia (Nielsen, 2007). Homeostasis
adalah suatu kondisi lingkungan internal sel yang statis atau stabil didalam tubuh.
Salah satu bentuk adanya proses menjaga homeostasis suatu sel oleh makhluk
hidup adalah adanya mekanisme dalam tubuh hewan untuk mempertahankan suhu
internal tubuhnya agar tetap berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir atau
yang disebut dengan mekanisme termoregulasi (Isnaini, 2006).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang
sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi. Hewan yang mampu mempertahankan suhu
tubuhnya dinamakan homeoterm, sedangkan yang ridak mampu
mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm (Isnaini, 2006). Mekanisme
termoregulasi tersebut menjadi penting bagi suatu mahkluk hidup karena suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya semakin besar
pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas dengan metabolisme hanya akan bertambah
seiring dengan kanaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan
metabolisme didalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu
optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau
menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangna
fungsinya (Isnaini, 2006).
Panas dari dalam tubuh dapat ditransfer ke lingkungan luar. Demikian juga
sebaliknya, panas dari lingkungan luar dapat ditransfer ke dalam tubuh. Kecepatan
transfer panas ke dalam atau ke lingkungan luar tergantung pada 3 faktor yaitu :
a. Luas permukaan. Luas permukaan per gram jaringan berbanding terbalik
dengan peningkatan massa tubuh.
b. Perbedaan Suhu. Semakin dekat seekor hewan memelihara suhu tubuhnya ke
lingkungan, maka semakin sedikit panas yang mengalir ke dalam atau ke
lingkungan luar.
c. Konduksi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan
poikiloterm memiliki konduktansi panas yang tinggi sehingga hewan ini memiliki
suhu tubuh mendekati suhu lingkungannya.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan selang panas yang
diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang mampu
berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.
- Radiasi yaitu transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan
medium sebagai merambat dengan kecepatan cahaya.
- Konduksi merupakan transfer panas secara langsung selang dua materi
padat yang bertalian lansung tanpa telah tersedia transfer panas molekul. Panas
menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang ada suhu yang semakin rendah.
- Konveksi yaitu suatu perambatan panas melewati arus air atau gas.
Akbarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
- Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, akbarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998).

E. Metodelogi
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan sebagai berikut :
1.Katak, papan fiksasi katak dan tali.
2.Termometer kimia dengan skala -100C s/d +500C dan termometer dengan
skala 100C sampai 1000C, dan termometer klinik.
3.Air es, air hangat, alkohol, kapas.

b. Cara Kerja
1. Pengukuran suhu mulut
1) Bersihkan termometer klinik dengan alkohol.
2) Turunkan miniskus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun
sentakakan termometer tersebut beberapa kali.
3) Letakkan reservoir termometer di bawah lidah dan OP menutup
mulutnya rapat-rapat.
4) Setelah 5 -10 menit baca dan catat suhu mulut OP.
2.Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es pada suhu mulut
1) Turunkan miniskus air raksa sampai di bawah skala.
2) Letakkan termometer di bawah lidah OP.
3) Baca dan catat suhu mulut setelah 5 menit
4) Tanpa menurunkan miniskus air raksa letakkan kembali termometer di
bawah lidah OP.
5) Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
6) OP bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambal menutup
lubang hidung. Segera setelah ini diulangi percobaan 1 s/d 5.
7) OP berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit. Segera
setelah ini diulangi percobaan 1 s/d 5.
3. Pengukuran suhu Axilla
1) Keringkan ketiak OP, dan OP berbaring telentang.
2) Lakukan seperti prosedur 1, letakakan termometer di ketiak dan dijepit
dengan baik.
3) Setelah 10 menit baca dan catat suhu ketiak OP.
4.Pengukuran suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang Poikilotermik
(katak).
1) Tetapkan suhu ruang dengan termometer kimia.
2) Ikat dengan tali seekor katak telentang di atas papan fiksasi.
3) Masukkan termometer kimia ke dalam esofagusnya.
4) Baca dan catat suhu katak setelah 5 menit.
5) Dengan termometer masih tetap di dalam esofagusnya, benamkan
katak itu ke dalam air es selama 5 menit.
6) Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
7) Keluarkan termometer dari esofagus katak dan tetapkan suhu air es.
8) Keluarkan katak dari air es dan biarkan beberapa menit dalam suhu
ruang, sementara itu siapkan air hangat.
9) Masukkan kembali termometer ke dalam esofagus katak.
10) Benamkan katak itu ke dalam air hangat setinggi lehernya.
11) Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.

F. Hasil Percobaan
1. Suhu tubuh manusia
Nama OP : Ismala Adam
Umur : 26 Tahun
1) Suhu mulut
 Suhu mulut setelah 5 - 10 menit : 38,2℃

2) Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es


Suhu mulut setelah 5’ : 38,3℃
Suhu mulut setelah 10’ : 38,4℃
Suhu mulut setelah bernapas 2’ dan 5’ : 37,3℃
Suhu mulut setelah bernapas 2’ dan 10’ : 37,5℃
Suhu mulut setelah berkumur air es selama 1’ dan 5’ : 37,2℃

3) Suhu axilla
 Suhu axilla setelah 10’ : 37,1℃

2. Suhu tubuh binatang polikioterm (katak)


1) Suhu tubuh katak pada suhu ruangan : 25,5℃
2) Suhu tubuh katak setelah dibenam di air es :
23,0℃
3) Suhu tubuh katak setelah dibenam di air hangat :
33,5℃

Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur


suhunya?

Karena ketiak memiliki banyak kelenjar keringat yang mempengaruhi


kelembaban pada permukaan kulit, sehingga untuk hasil pengukuran yang lebih
akurat ketiak perlu dikeringkan terlebih dahulu.
Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya?

Ya, terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan bagian mulut tertutup sehingga
thermometer yang disipkan ke dalam mulut terisolasi lebih baik dibandingkan di
ketiak yang masih mendapat kontak dengan lingkungan luar dan dipengaruhi
oleh kelembaban pada pemukaan luar tubuh.
Apakah ada perbedaan suhu kodok pada waktu dibenamkan dalam air es
dan pada waktu dibenamkan dalam air hangat?
Ya, terdapat perbedaan. Saat dibenamkan dalam air es suhu tubuh kodok
mengikuti suhu air es, dan pada saat dibenamkan dalam air hangat suhu tubuh
kodok naik hingga mengikuti suhu air hangat, karena kodok merupakan makhluk
poikilotermik yang tidak dapat membuat kalor sendiri sehingga suhu badannya
selalu berubah menyesuaikan dengan suhu lingkungan sekitarnya.

G. Pembahasan
1. Suhu Tubuh Manusia
Suhu tubuh manusia dapat diketahui dengan melakukan pengukuran
suhu tubuh dengan menggunakan termometer badan. Bagian tubuh manusia
yang biasanya digunakan untuk pengukuran tubuh adalah axilla atau ketiak,
mulut, dan pada bayi biasanya dilakukan di anus. Berdasarkan teori, suhu
tubuh yang diukur melalui mulut akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
yang diukur melalui axilla (ketiak). Karena termometer yang digunakan untuk
mengukur melalui mulut langsung menyentuh pembuluh darah yang berada
dibawah lidah.
Berdasarkan hasil percobaan, pada pengukuran suhu melalui mulut
tanpa bernafas melalui mulut dan berkumur air es adalah suhu tubuh 38,2°C.
Suhu tubuh setelah bernafas melalui mulut adalah 37,5°C. Sedangkan setelah
berkumur dengan air es, suhu yang didapat menurun yaitu 37,2°C. Hal
tersebut terjadi karena proses radiasi dan konduksi tubuh mengeluarkan
panas) agar dapat menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya.
Sehingga suhu yang dingin hanya berlangsung sebentar, karena itu
tubuh akan mengimbangi kehilangan panas dengan radiasi, konduksi dan
menaikkan metabolisme yang menghasilkan energi supaya suhu tetap normal.

2. Suhu Tubuh Binatang Poikilotermik (Katak)


Berdasarkan kemampuan mengatur panas tubuhnya, hewan dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu poikiloterm (hewan yang suhu tubuhnya
tergantung pada suhu lingkungan) dan homeoterm (hewan yang suhu
tubuhnya tidak tergantung pada lingkungan). Pada percobaan ini diberi
perlakuan suhu (dingin, normal, dan panas) terhadap hewan percobaan yaitu
katak. Hal ini karena katak mudah didapat dan tidak memiliki pusat
pengaturan suhu tubuh, merupakan hewan amfibi sehingga tampak jelas
pengaruh lingkungan terhadap suhu. Katak juga merupakan hewan
poikiloterm sehingga perbedaan suhu pada perlakuan air dingin dan air panas
mudah diamati.
Berdasarkan hasil percobaan, suhu katak pada suhu ruang konstan
yaitu 25,5°C. Pada perlakuan kedua dengan dibenan air es, suhu katak yang
didapat 23,0°C, dan pada perlakuan yang ketiga katak dibenam dengan air
hangat didapat suhunya naik menjadi 33,5°C.
Katak merupakan hewan amfibi poikiloterm, suhu tubuhnya
ditentukan oleh keseimbangannya dengan suhu lingkungan. Pada hewan ini
mampu mengatur suhu tubuhnya hingga mendekati suhu lingkungan.
Penyesuaian suhu lingkungan dingin dilakukan dengan cara memanfaatkan
input radiasi sumber panas yang ada disekitarnya sehingga suhu tubuh diatas
suhu lingkungan dan pengaturan untuk menyesuaikan terhadap suhu
lingkungan panas dengan penguapan air melalui kulit dan organ respiratori
menekan suhu tubuh beberapa derajat diawah suhu lingkungan. Oleh karena
itu suhu tubuh katak ikut turun menyesuaikan dengan lingkungannya, begitu
pula terjadi pada suhu lingkungan yang panas.

H. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
Hipotalamus berperan penting pada proses termoregulasi. Ketika ada
respon panas, hipotalamus arterior yang bekerja dan akan mengaibatkan
pengeluaran panas. Pada saat ada respon dingin, hipotalamus posterior yang
bekerja dan mengakibatkan produksi panas. Aktivitas tubuh manusia dapat
mempengaruhi peningkatan suhu tubuh, dikarenakan adanya proses
metabolisme tubuh yang meningkat. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
suhu tubuh diantaranya hormon, usia, aktivitas, lingkungan dan stress.

2. Saran
1) Pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan mengukur suhu di rektal.
2) Penngukuran suhu tubuh sebaiknya menggunakan termometer klinik.
Daftar Pustaka

Gumala, Lita. 2015. Makalah Anatomi. Fisiologi Hewan.


Udayana University. Bali

Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Khaw, P. T., Shah, P., & Elkingkton, A. R. 2004. Fundamental of Human


Physiologi, Lippincot
Williams & Wilkins. Philadelphia.

Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed... Prentice Hall


International Inc., New Jersey

Nielsen, Knut Schmidt. 2007. Animal Physiology Adaptation and Environment :


Cambridge
University Press.
LAMPIRAN

Proses pengukuran suhu katak pada suhu ruang

Proses pengukuran suhu pada katak yang dibenam dalam air dingin
Proses pengukuran suhu pada katak yang dibenam dalam air hangat

Anda mungkin juga menyukai