Anda di halaman 1dari 11

Praktikum I

THERMOREGULASI

Nama: Nafisah Muthia Afini Kelas : 4B


NIM: 11190950000063 Dosen: Bu Indri Garnasih, M.Si

8.1. Pemeriksaan suhu tubuh


Tujuan :
Mengetahui keadaan suhu tubuh pada beberapa bagian tubuh dan pada berbagai keadaan.
Pembahasan:
Berikut data hasil pengukuran suhu yang diambil dari sumber
Table 1. Pemeriksaan Suhu Tubuh Manusia

Berdasarkan pada tabel 1. dapat diketahui bahwa pada percobaan tersebut dilakukan


pemeriksaan suhu tubuh manusia yang diukur di bawah permukaan lidah dengan tiga
perlakuan yaitu dengan posisi terbaring sambil menutup mulut, posisi terbaring sambil
membuka mulut, dan setelah berkumur dengan es. Kemudian dilakukan pula pengukuran
suhu tubuh manusia pada ketiak orang probandus. Pada percobaan ini diketahui variable
bebas yaitu membuka dan menutup mulut dan air es, sementara variable controlnya yaitu
orang probandus setiap percobaan, dan variable terikat yaitu suhu tubuh.
Sesuai tabel 1. pada perlakuan posisi berbaring dengan mulut tertutup diperoleh hasil kisaran
temperatur badan orang probandus sebesar 35, 5°C- 36, 6 °C. Sepatutnya, pada dikala orang
probandus melaksanakan respirasi melalui mulut suhunya hendak naik tetapi senantiasa
dalam batas wajar. Perihal ini diakibatkan sebab respirasi ialah proses metabolisme. Terus
menjadi kilat serta lama melaksanakan proses pernapasan terus menjadi besar pula tenaga
panas yang dihasilkan. Jadi, dengan melaksanakan pernafasan lewat mulut diperoleh tenaga
ataupun panas yang lebih banyak, sehingga temperatur tubuhpun turut naik( Syamsyiar,
1998).
Setelah itu, pada percobaan selanjutnya kala orang probandus berkumur dengan es sepanjang
2 menit yang setelah itu diukur suhunya, bersumber pada pada tabel 1. kisaran temperatur
pada orang probandus ialah sebesar 34°C- 35°C. Perihal ini cocok dengan teori kalau
manusia senantiasa mempertahankan temperatur badannya senantiasa senantiasa meski
dengan temperatur area berbeda. Manusia ialah organisme homoioterm yang mana
temperatur badannya senantiasa senantiasa. Mekanisme termoregulasi pada manusia tidak
jauh berbeda sebab terkategori selaku organisme homoioterm sekalian. Dikala keadaan area
dingin, badan tingkatkan penciptaan panas metabolik dalam otot rangka, antara lain dengan
metode menggigil. Sebaliknya mekanisme penciptaan panas bukan dari menggigil antara lain
tingkatkan sekresi hormon tiroksin yang bisa tingkatkan kegiatan metabolisme didalam sel,
meresap radiasi panas matahari, menegakkan rambut sehingga pelepasan panas secara
konveksi bisa diperkecil, kurangi aliran darah ke organ perifer dengan
vasokonstriksi( menyempitkan pembuluh darah) serta membagikan asumsi sikap( Syamsiar,
1998).

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu laju metabolisme basal semua sel
tubuh, laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi
otot yang disebabkan oleh menggigil, metabolisme tambahan yang disebabkan oleh hormon
tiroksin (dan sebagian kecil hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan testosteron)
terhadap sel, metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin,
dan perangsangan simpatis terhadap sel dan metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri, terutama bila suhu tubuh didalam sel
meningkat,metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi, dan
penyimpanan makanan (efek termogenik makanan) (Guyton & Hall, 2012).

Pada pengukuran suhu aksila atau ketiak, diharapkan didapatkan hipotesis hubungan antara
suhu kulit dan keadaan tubuh terbaring, karena kulit berperan dalam mengontrol suhu tubuh.
Peran kulit dalam regulasi suhu meliputi insulasi tubuh, vasokontriksi (yang mempengaruhi
jumlah aliran darah dan kehilangan panas pada kulit) dan sensasi suhu. Kulit merupakan
jaringan sub kutan dan lemak yang menyimpan panas dalam tubuh. Ketika aliran darah antara
lapisan kulit berkurang. Kulit itu sendiri merupakan insulator yang baik.
Dilakukan percobaan dengan cara terbaring ini karena berhubungan dengan metabolisme
basal, Suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh 0.5 C, LMB bisa meningkat hingga 7%. Suhu
Lingkungan, suhu lingkungan juga berpengaruh pada tingkat LMB seseorang. Ini berkaitan
dengan upaya penstabilan suhu tubuh. Metabolisme Basal pada Manusia adalah energi tubuh.
Menurut KartasaPoetra, dan Marsetyo (2008:19), mengatakan bahwa energi minimal yang
digunakan untuk menjalankan proses kerja tubuh atau dapat pula dikatakan energi minimal
yang diperlukan untuk mempertahankan proses-proses hidup yang utama disebut energi
Metabolisme Basal. Apabila energi itu dinyatakan persatuan berat badan atau persatuan
permukaan
badan disebut nilai dasar metabolis(Laju Metabolisme Basal/ LMB). Laju Metabolisme Basal
dinyatakan dalam Kg berat badan. Angka ini berbeda antara orang dan mungkin pada orang
yang sama bila terjadi perubahan dalam keadaan fisik dan lingkungan. Pada saat keadaan
berbaring, manusia hanya membutuhkan energi untuk melangsungkan laju metabolisme lebih
sedikit dibanding dengan keadaan fisik lainnya, oleh karena itu suhu tubuh saat berbaring
yaitu tepatnya pada bagian fossa axillaris (ketiak), lebih rendah dibandingkan dengan suhu
tubuh pada bagian oral (mulut). Hal ini disebabkan karena suhu oral pada keadaan normal
0,5oC lebih tinggi dibandingkan suhu aksila. (Ganong, 1999).

KESIMPULAN
Suhu tubuh yang diukur melalui mulut lebih tinggi daripada yang diukur melalui ketiak
karena thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh melalui mulut langsung
meyentuh dan mengenai pembuluh darah yang berada di bawah lidah. Dikarenakan manusia
mengalami pelepasan panas dari tubuh , sebagai makhluk endoterm dengan salah satunya,
melepaskan panas ke lingkungannya melalui vasodilatasi pembuluh darah perifer pada lidah. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Karena suhu lingkungan pada umumnya dibawah suhu
internal, maka suhu tubuh akan melakukan respon fisiologis berupa meningkatkan suhu
tubuh. Jadi suhu yang diukur dengan thermometer pada mulut lebih tinggi karena
bersinggungang langsung dengan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Arthur C, Guyton, John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta
:EGC.
Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC, 1999; h.245.
Kartasapoetra dan Marsetyo. 2008. Ilmu gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Syamsiar. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.

PERTANYAAN
1. Bagaimana cara tubuh mempertahankan suhu tubuhnya?

Karena manusia merupakan endoterm, yaitu hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil
metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok
burung (Aves), dan mamalia.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang
ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan
udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet.
Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh,
radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.
2. Bagaimana tubuh merespons perubahan suhu bila suhu meningkat ataupun
menurun?

Maka, Ketika suhu tubuh tidak berada tidak pada keadaan normal atau yang dapat
ditolerirnya, tubuh akan melakukan pelepasan panas yang dirangsang oleh vasodilates dalam
kulit dan pengeluaran keringat. Sebaliknya bila suhu tubuh diturunkan karena vasokontriksi ,
misalnya karena dingin, maka tubuh akan menggigil dan gemetar sebagai refleks otot
berkontraksi untuk menghangatkan tubuh.

8.2 Tata Panas

Grafik Uji Tata Panas

TATA PANAS
Air Panas
Air Panas + Minyak
70 64 61.5 58 56.5 54
70 62 57 51 48.5 45.5
t0 t1 t2 t3 t4 t5

Berdasarkan hasil percobaan pada grafik uji tata panas yang bertujuan untuk mengetahui
perubahan suhu yang terjadi pada saat air panas dengan suhu awal 70°C tanpa lapisan minyak
dan air dengan dengan lapisan minyak. Setelah dicatat suhu awalnya, lalu dalam rentang
waktu lima menit dilakukan pencatatan suhu sebanyak lima kali.
Adapun pada kedua beaker glass mengalami perubahan suhu, namun pada beaker
glass yang tidak diberi lapisan minyak mengalami penurunan suhu yang lebih cepat
dibandingkan dengan beaker glass yang berisi air dengan lapisan minyak.

Hal ini disebabkan pada penambahan minyak ini berfungsi untuk menahan suhu panas awal
yang dimiliki oleh air, dan berdasarkan teori bahwa massa jenis minyak lebih berat
dibandingkan dengan massa jenis air. Sehingga adanya penambahan minyak dapat membantu
memeperlambat penurunan suhu pada beaker glass tersebut. Hal ini menandakan bahwa
terjadinya perpindahan panas konduksi. Mengingat Hukum Kedua Termodinamika bahwa
konduktivitas panas akan mengallir secara otomatis dari titik yang suhunya lebih tinggi
menuju ke titik yang suhunya rendah, maka aliran konduksi panas q adalah positif jika
gradien suhu berharga negatif. Selain itu arah kenaikan jarak zmerupakan arah aliran
konduksi panas positif,. (Purwanto, 2007)

Selain itu pada gelas beaker yang berisi air panas dan minyak terjadi perpindahan panas,
Perpindahan panas merupakan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan
suhu di antara benda atau material. (J.P. Holman, 1991) Perpindahan panas secara konduksi
adalah proses perpindahan kalor dimana kalor mengalir dari daerah bersuhu tinggi ke daerah
bersuhu rendah dalam satu medium(padat, cair atau gas) atau antara medieum-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung . Proses perpindahan panas tersebut dapat
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Maksudnya adalah : 1)Pada alat penukar
kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
(tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan tertentu. (Muttaqin, 2012)

Dan pada gelas beaker berisi air panas saja tanpa tambahan minyak terjadi pelepasan atau
perpindahan panas secara konveksi, yaitu proses perlindungan kalor dengan media atau benda
yang menghantarkan kalor juga turut berpindah, seolah-olah kalor dibawa oleh media
tersebut. Proses perpindahan kalor ini umumnya terjadi dari benda padat ke fluida baik cair
maupun gas. Dalam hal ini kalor dibawa oleh media yang berupa udara menuju atmosfer.
( Syaichurrozi., et al, 2014)

Kesimpulan

Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan
temperatur. Panas atau kalor tersebut akan bergerak dari temperatur tinggi ke temperatur
yang lebih rendah. Ketika panas atau kalor bergerak maka akan terjadi pertukaran panas dan
kemudian akan berhenti ketika kedua tempat tersebut sudah memiliki temperatur yang sama.
Pada gelas beaker yang berisi air panas saja terjadi pelepasan panas dari air ke lingkungan
dengan cara konveksi. Dan pada gelas beaker yang berisi air panas dan minyak terjadi
perpindahan panas dari air menuju minyak dengan cara konduksi.

Daftar Pustaka

Holman, J. P. 1991, Perpindahan Kalor. Edisi Vi. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, Zaenal and Irijanto, Ir. MT (2012) PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENUKAR


KALOR MULTI FLAT PLATE HEAT EXCHANGER ALUMINIUM DENGAN ALIRAN
CROSS FLOW. Undergraduate thesis, Mechanical Engineering Departement, Faculty
Engineering of Diponegoro University

Purwanto, A. 2007. Analisis Data Suhu, Konduktifitas, Dan Aliran Panas Untuk Menafsir
Struktur Bawah Permukaan Daerah Air Putih Lebong Utara. Jurnal Gradien Vol.3 No.2 Juli
2007 : 252-256. Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Bengkulu, Indonesia

Syaichurrozi, I; Karina, AM; Imanuddin, A. 2014. Kajian PerformaAlat Penukar PanasPlate


and Frame: Pengaruh Laju Alir Massa, Temperatur Umpan dan Arah Aliran Terhadap
Koefisien Perpindahan Panas MenyeluruhStudy of Plate and Frame Heat Exchanger
Performance : The Effects of Mass Flow Rate, Inlet Temperature and Type of Flow Againts
The Overall Heat Transfer Coefficient. Artikel Eksergi, Vol XI, No. 02. 2014ISSN: 1410-
394X1. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

8.3 Pengaruh suhu terhadap denyut jantung (Bufo sp.)


Tujuan: Mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap aktifitas jantung kodok (Bufo sp.)
Pembahasan:
Tabel 2.

Dalam praktikum ini, didapat hasil Pada suhu dibawah normal, suhu tubuh katak
menunjukkan hasil rata-rata 21,6 °C.Hal ini dikarenakan suhu tubuh katak mengikutisuhu
lingkungan yang rendah, akibatnyasuhu tubuh katak sangat rendah sehinggatidak bisa
mendeteksi suhu tersebut.Perubahan tidak hanya ditunjukan oleh suhu tubuh namun detak
jantung katak juga semakin melambat yang dapat dilihat pada tabel 2 yaitu 29/menit detak
jantung. Menurut Erliyanto (2008), Frekuensi atau irama kerja jantung dibagi dalam 3
kondisi,yaitu takikardia berarti denyut jantung yang cepat lebih dari 100 kali/menit,
bradikardia berarti denyut jantung yang lambat kurang dari 60 kali/menit dan normal berarti
denyut jantung diantara 60 – 100 kali/menit.
Temperatur badan hewan Poikiloterm didetetapkan oleh keseimbangannya dengan keadaan
temperatur area, serta berubah- ubah semacam berubahnya- ubahnya keadaan temperatur
area. Hewan ini sanggup mengendalikan temperatur badannya sehingga mendekati
temperatur area. Pengaturan buat menyesuiakan terhadap temperatur area dingin dicoba
dengan metode menggunakan input radiasi sumber panas yang terdapat di sekitarnya
sehingga temperatur badan di atas temperatur area serta pengaturan buat menyesuaiakan
terhadap temperatur area panas dengan penguapan air lewat kulit serta organ- organ
respiratori memencet temperatur badan sebagian derajat di dasar temperatur area.

Oleh sebab itu, kala temperatur area turun, temperatur badan katak pula turut turun
membiasakan dengan lingkungannya. Demikian halnya pada temperatur area yang panas.
Dari informasi pengamatan diatas, telah meyakinkan kalau katak ialah hewan poikiloterm
dimana temperatur badannya didetetapkan oleh keseimbangannya dengan keadaan temperatur
area. Terjadi perpindahan panas secara radiasi sumber panas yang ada di sekitarnya sehingga
suhu tubuh di atas suhu lingkungan dan pengaturan untuk menyesuaiakan terhadap suhu
lingkungan panas dengan penguapan air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan
suhu tubuh beberapa derajat di  bawah suhu lingkungan. Oleh karena itu, ketika suhu
lingkungan turun, suhu tubuh katak juga ikut turun menyesuaikan dengan lingkungannya. Hal
ini juga dikarenakan karena katak belum memiliki centrum pengatur suhu sehingga tidak bisa
mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap stabil. Demikian halnya pada suhu lingkungan
yang panas (Kay, 1998).

DAFTAR PUSTAKA
Kay, Ian. 1998. Introduction To Animal Physiology. Bios Scientifik Publisher. Manchester

PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan poikiloterm?
hewanhewan yang suhu tubuhnya mengalami perubahan mengikuti suhu eksternal disebut poikilotermis.
Kelompok poikilotermis meliputi invertebrata dan hewan akuatis seperti ikan dan amfibi, reptil (Kearney,
Shine, & Porter, 2009: 1).

2. Apakah pada hewan poikilotermis suhu berbanding lurus dengan metabolisme dan aktivitas?

Iya . Aktivitas metabolisme pada tubuh hewan akan mempengarhui suhu internal tubuhnya terutama
pada hewan endoterm dan juga hewan ektoderm, walau hanya sedikit pengaruhnya. Aktivitas
metabolisme tubuh yang tinggi, akan menyebabkan peningkatan suhu pada internal tubuhnya.
Sehingga jika panas tubuh yang terlalu tinggi maka perlu adanya suatu proses termoregulasi untuk
menjaga agar suhu tubuh hewan tersebut tetap stabil. Begitu pula sebaliknya, apabila aktivitas
metabolisme tubuhnya rendah atau lambat, maka penghasilan panas tubuhnya pun akan terlalu
rendah. Akibatnya panas tubuh internalnya rendah, sehingga apabila hal tersebut terjadi maka akan
diperlukan adanya proses termoregulasi.

IKAN

Perlakuan Suhu Ruang


Suhu pembacaan thermometer:

Ikan Hitungan 1 Hitungan 2 Hitungan 3 Rata-rata


1 89 92 95 92
2 90 89 90 89.67
3 91 90 89 90
Rata-rata total 90,556
*Agar data diterima, maka standar deviasi tidak boleh melebihi 10% rata-rata

Perlakuan Suhu Dingin


Suhu pembacaan thermometer:
Ikan Hitungan 1 Hitungan 2 Hitungan 3 Rata-rata
1 40 42 40 40,67
2 42 49 41 44
3 40 43 44 43
Rata-rata total 42,556
*Agar data diterima, maka standar deviasi tidak boleh melebihi 10% rata-rata

Perlakuan Suhu Panas


Suhu pembacaan thermometer:

Ikan Hitungan 1 Hitungan 2 Hitungan 3 Rata-rata


1 110 115 112 112.33
2 110 109 115 111.33
3 109 110 111 110
Rata-rata total 111.22
*Agar data diterima, maka standar deviasi tidak boleh melebihi 10% rata-rata

Didapat nilai Q10.1 dengan rumus

Q10.1= |42,556/90,556|^10/(25-15)
= 0,469
Q10.2 = |111,22/90,556|^10/(35-25)
= 1,22
Dengan demikian, didapat nilai Q10.1 sebesar 0,469 dan Q10.2 sebesar 1,22. Nilai Q10 akan
semakin menurun apabila digunkan nilai suhu lingkungan pada suhu yang tinggi yaitu 35oC.
suhumerupakan faktor abiotik yang palingberpengaruh pada lingkungan perairan ,maka perlu
di ketahui bagaimana suhumempengaruhi aktifitas biologis spesies ikantertentu melalui
gerakan operculum ikanMas (Cyprinus carpio). Umumnya Q10 pada reaksi biologi berada
antara dua dan tiga koefisien, menandakan bahwa laju reaksinya menjadi 2x atau 3x lipat.
Berbeda dengan Q10 pada proses fisika yang hanya memiliki satu nilai l. Oleh karena itu
nilai Q10 yang didapat sangat mungkin untuk menentukan proses yang sedang berlangsung
yang bersifat biologis. Bila suhu mutlak meningkat maka nilai Q10 akan menurun. Hal ini
disebabkan oleh pada suhu yang lebih tinggi enzim akan terlibat pada suatu reaksi dan akan
mulai terdenaturasi. Enzim yang dimaksud disini ialah enzim pada proses metabolisme. Jadi,
saat suhu tinggi, tubuh melakukan metabolisme sebanyak banyaknya untuk memertahankan
suhu tubuh, sementara tubuh membutuhkan enzim dalam melangsungkan metabolisme
namun enzim tidak bekerja pada su…
Keadaan operculum saat ikan dimasukkan ke dalam air dingin yang bersuhu 15oC mengalami
gerak tutup buka operculum yang sedikit yaitu dengan rata-rata total 42,55 =~ 43 kali/menit.
Ikan terlihat sangat lemah dan pergerakannya sedikit. Hal ini karena metabolism ikan
menjadi menurun karena suhu yang dingin. Selanjutnya, keadaan operculum saat ikan
dimasukkan ke dalam air dengan suhu ruang 25oC mengalami gerak buka tutup operculum
yang sedikit yaitu ikan membuka tutup operkulumnya dengan rata-rata total 90,55=~ 91
kali/menit. Ikan mengalami pergerakan yang normal dan bugar. Setiap jenis ikan memiliki
kisaran toleransi suhu air yang berbeda (Vonti 2008). Terakhir, keadaan operculum saat ikan
dimasukkan ke dalam air dengan suhu 35oC , ikan menglami peningkatan gerak buka tutup
operculum yang intensify aitu dengan rata-rata total sebanyak 111,2=~ 111 kali/menit.
Ikamengalami pergerakan berlebih karena konsentrasi oksigen terlarut dalam air panas
menjadi berkurang sehingga ikan menjadi aktif untuk mencari keadaan lokasi dengan
kandungan oksigen yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan Fujaya (2004), rendahnya
jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau hewan air harus memompa sejumlah besar
air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2
Hal ini berkenaan dengan pendapat Perera et al.(2007) bahwa adanya pengaruh suhu terhadap
metabolisme basal pada ikan, diperoleh persamaan regresi yang menunjukan hubungan antara
temperature dan metabolisme basal. Sesuai hasil penelitiannya, bahwa setiap kenaikan suhu
sebesar satu satuan (T) maka akan menaikan metabolisme basal pada ikan Hasil yang sama
juga diperoleh oleh Cho dan Dslinger (1980) diacu dalam Afandi dan Usman (2002), bahwa
semakin tinggi nilai suhu maka kebutuhan energi untuk metabolisme basal pada ikan akan
semakin naik.
KESIMPULAN
Pada suhu yang rendah benih ikan mas membuka dan menutup operculum lambat, kebutuhan
respirasi ikan pada suhu rendah ikut rendah, hal ini dikarenakan adaptasi ikan pada suhu
rendah mengurangi laju respirasinya,pada suhu kamar operculum ikan membuka dan
menutup dengan normal, pada suhu tinggi benih ikan mas membuka dan menutup operculum
dengan cepat karena kebutuhan respirasi ikan pada suhu tinggi meningkat, tetapi oksigen
terlarut pada suhu tinggi berkurang sehingga laju membuka dan menutup operculum benih
ikan mas semakin cepat dalam mengambil oksigen agar kebutuhan respirasinya tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R dan Usman. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri ress. Pekanbaru, Riau, Indonesia.
Perera, Eugenio Díaz-Iglesias d, Iliana Fraga b, Olimpia Carrillo c, Germán S. Galich. 2007.
Effect of body weight, temperature and feeding on the metabolic rate in the spiny lobster
Panulirus argus (Latreille, 1804). Aquaculture265: 261-270.
Vonti, O. 2008. Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain Sinyonyayang
Berasal dari Daerah Ciampea-Bogor. (Skripsi). Fakultas KedokteranHewan Institut Pertanian
Bogor. 60 Hal.
Pertanyaan
1. Apakah variabel bebas dan variabel terikat pada percobaan ini?
2. Ikan termasuk ke dalam hewan endotherm atau ectotherm jelaskan!
3. Bagaimana perbedaan regulasi suhu tubuh hewan endotherm dan ectotherm?
4. Buatlah grafik antara laju metabolisme terhadap suhu! Apakah terdapat hubungan
linear antara laju metabolism dengan suhu?
5. Lakukan uji statistik T test untuk mengkonfirmasi bahwa perbedaan jumlah bukaan
operkulum pada berbagai rentang suhu, berbeda secara signifikan!
6. Bandingkan nilai Q10 pada berbagai rentang suhu, apakah nilai Q10 nya sama?
Mengapa anda mendapatkan hasil tersebut?
Jawab
1. Variabel bebas: perbedaan suhu air/lingkungan
Variabel terikat: jumlah bukaan operkulum

2. Ektoterm, karena hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem
metabolismenya hanya sedikit. Selain itu ikan memiliki adaptasi morfologi brupa lembaran
insang yang tipis sebagai jalur metabolisme utama dan jalinan pembuluh darah agar
memenuhi syarat sebagai tempat pertukaran udara.
3. Endoterm: Tingginya kecepatan pangaliran darah ke kulit menyebabkan panas
dikonduksi dari bagian dalam tubuh ke kulit dengan efesiensi yang tinggi. Pembuluh darah
menembus jaringan isolator sub kutis dan tersebar luas dalam bagian sub papilaris kulit.
Aliran darah dalam kulit mempunyai dua fungsi yaitu mengatur suhu tubuh dan menyuplai
makanan kepada kulit yang merupakan mekanisme transfer panas yang utama dari inti
tubuh ke kulit. Suhu tubuh berpindah dari darah melalui pembuluh darah ke permukaan
kulit dan hilang ke lingkungan sekitar melalui mekanisme penghilangan panas
Ektoterm: Ektoterm tidak memiliki mekanisme pengaturan panas internal seperti endoterm.
Dengan demikian, membuat mereka sangat bergantung pada sumber panas eksternal untuk
menjaga tubuh mereka dalam suhu yang berfungsi secara fisiologis.

Mekanisme ini dapat diklasifikasikan menjadi dua cara berbeda:

1) Mekanisme Perilaku:
Berarti menyerap panas dari matahari pada siang hari atau sebelum aktivitas pengurangan
panas (terbang, berenang) dan berteduh dari sumber panas yang tinggi.

Inilah sebabnya mengapa Anda melihat kupu-kupu, reptil, katak, dan ektoterm lainnya
berjemur di bawah sinar matahari dengan tubuh terbentang untuk menambah luas
permukaan untuk penyerapan panas yang lebih banyak. Dan jika terlalu panas, Anda akan
melihat mereka bersembunyi di tempat teduh atau di dekat perairan.

Beberapa hewan menunjukkan mekanisme perilaku kelompok. Contoh yang baik adalah
bagaimana lebah madu berpelukan bersama dalam kelompok besar untuk mempertahankan
& menghasilkan panas (perlu dicatat bahwa ini juga merupakan mekanisme serangan untuk
doa yang lebih besar yang menyerang sarang lebah). Contoh serupa adalah bagaimana
beberapa ulat suka berteman berjemur di bawah sinar matahari dalam kelompok besar
untuk mengelompokkan panas.

B) Mekanisme Fisiologis:
Ini bertindak serupa tetapi tidak identik dengan regulasi panas endoterm. Mereka bervariasi
dari mekanisme tingkat molekuler, mekanisme tingkat organ, dan mekanisme tingkat tubuh.

Contoh tingkat molekuler; meningkatkan atau menurunkan saturasi fosfolipid sel untuk
menambah atau mengurangi titik leleh membran panggilan dan organel seluler lainnya.

Contoh tingkat organ; pertukaran panas antara darah dingin yang berasal dari kulit dengan
darah panas yang berasal dari inti. Contoh lain adalah peningkatan sekresi lendir pada kulit
beberapa amfibi untuk mendinginkan tubuh dengan penguapan.

Contoh tingkat tubuh; kelambanan hewan untuk periode waktu yang berbeda untuk
menghemat energi dan panas. Ini dapat terjadi setiap hari atau hingga beberapa tahun
(hibernasi).

4. Grafik Hubungan Suhu terhadap Aktivitas Buka Tutup Operkulum

Chart Title
120
112.33
111.33
110
100
buka tutup operkulum

92
90
89.67
80

60
44
40 43
40.67

20

0
suhu dingin suhu normal suhu panas
hitungan ke-

1 2 3

5. –
6. Umumnya Q10 pada reaksi biologi berada antara dua dan tiga koefisien, menandakan
bahwa laju reaksinya menjadi 2x atau 3x lipat. Berbeda dengan Q10 pada proses fisika yang
hanya memiliki satu nilai l. Oleh karena itu nilai Q10 yang didapat sangat mungkin untuk
menentukan proses yang sedang berlangsung yang bersifat biologis. Bila suhu mutlak
meningkat maka nilai Q10 akan menurun. Hal ini disebabkan oleh pada suhu yang lebih
tinggi enzim akan terlibat pada suatu reaksi dan akan mulai terdenaturasi. Enzim yang
dimaksud disini ialah enzim pada proses metabolisme. Jadi, saat suhu tinggi, tubuh
melakukan metabolisme sebanyak banyaknya untuk memertahankan suhu tubuh, sementara
tubuh membutuhkan enzim dalam melangsungkan metabolisme namun enzim tidak bekerja
pada suhu panas bahkan akan terdenaturasi. Oleh karena itu semakin tinggi suhu lingkungan,
maka nilai Q10 akan semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai