Disusun oleh :
I. Judul
Regulasi dan Homeostatis dalam Tubuh
II. Tujuan
1. Dapat menyebutkan contoh regulasi dalam tubuh manusia.
2. Dapat menjelaskan mekanisme regulasi dalam rangka homeostatis dalam tubuh
manusia.
III. Dasar Teori
1. Homeostatis
Homeostasis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang
konstan pada medium internal organisme. Homeostasis merupakan manifestasi
keberadaan sejumlah faktor biologis yang konstan seperti indikasi kuantitatif,
karakteristik suatu organisma pada kondisi normal. Termasuk temperatur tubuh,
tekanan osmotik pada cairan, konsentrasi ion hidrogen, kandungan protein dan
gula, konsentrasi ion dan ratio ion-ion aktif yang berhubungan dengan biologis
dan sebagainya. Keberadaan mineral sebagai garam yang larut dalam medium
sel, cairan interstitial, darah dan lymp, berperan langsung maupun tidak langsung
dalam menjaga parameter-parameter biologis dalam keadaan konstan (Hernawati.
2012).
Setiap kontrol homeostasis memliki tiga komponen fungsional : sebuah
reseptor, sebuah pusat kontrol, dan sebuah efektor. Reseptor mendeteksi
perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan, seperti perubahan suhu
tubuh. Pusat kontrol memproses informasi yang diterima dari reseptor dan
mengarahkan suatu respon yang tepat melalui efektor (Campbell. 2004 :15).
Istilah homeostasis digunakan untuk pertama kalinya oleh Walter B. Cannon
(1871-1945), seorang ahli fisiologi Amerika. Sumber utama panas hewan adalah
kontraksi otot. Ketika otot-otot berkontraksi, 30 persen energi dilepaskan dari
degradasi bahan bakar ditransformasi menjadi energi mekanis kontraksi,
sedangkan 70 persen atau lebih sisanya dikonversi menjadi panas. Karena
kontraksi otot merupakan sumber utama panas hewan, supresi aktivitas fisik
sangat penting untuk mencegah penigkatan temperatur lebih jauh lagi (Schaum.
2006 : 177).
Suhu tubuh kita sendiri dipertahankan di dekat titik pasang 37oC, melelui
kerjasama beberapa perputaran umpan-balik negatif yang mengatur pertukaran
energi dengan lingkungan. Salah satu umpan-balik tersebut adalah pengeluaran
keringat, sebagai suatu cara untuk membuang panas hasil metabolisme dan
mendinginkan tubuh. Termoster dalam otak memonitor suhu darah. Jika
termoster tersebut mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas titik pasang,
termoster tersebut akan mengirimkan impuls syaraf yang mengarahkan kelenjar
keringat untuk meningkatkan produksi keringatnya, sehingga menurunkan suhu
tubuh dengan cara pendinginan melalui penguapan. Ketika suhu tubuh turun di
bawah titik pasang, termosat di otak akan berhenti mengirimkan impuls ke
kelenjar keringat tersebut, dan tubuh akan menahan lebih banyak panas yang
dihasilkan oleh metabolisme (Campbell. 2004 : 16).
Tubuh kehilangan panas di permukaannya, sehingga agar dapat didisipasi
(dibuang) panas harus dibawa ke permukaan. Darah mengangkut banyak sekali
panas tubuh. Dalam keadaan terlampau panas (overheat), reseptor kulit dan
beberapa struktur internal mengaktivasi sirkuit umpan balik yang melebarkan
pembuluh darah di permukaan kulit, sehingga volume darah di permukaan
meningkat. Darah yang kembali dari permukaan kulit juga digerakkan ke vena-
vena yang letaknya lebih ke permukaan untuk didinginkan lebih lanjut. Panas
lalu hilang melalui tiga cara fisik. Panas bisa hilang melalui radiasi, yang
merupakan pergerakan gelombang energi elektromagnetik dari permukaan tubuh
ke medium udara. Panas juga bisa hilang melalui konduksi, yakni transfer panas
melalui kontak langsung dengan udara atau air yang lebih dingin. Terakhir, panas
bisa hilang melalui konveksi, yakni hilangnya panas dari interior tubuh akibat
aliran udara atau air yang bergerak melalui kulit secara terus-menerus(Schaum.
2006 : 177).
Jika pembuangan panas tidak cukup untuk menjaga kekonstanan temperatur,
kelenjar-kelenjar keringat mensekresikan cairan yang asin (keringat) dalam
jumlah banyak. Pada manusia, kelenjar-kelenjar keringat sangat banyak
jumlahnya dan tersebar di sepanjang kulit. Untuk mendinginkan tubuh, keringat
bisa diproduksi dalam jumlah yang sangat besar. Penguapan (evaporasi) keringat
menghasilkan efek pendinginan yang luar biasa, karena 540kal diserap dalam
penguapan 1g H2O (cair) (Schaum. 2006 : 177).
Dari hal-hal di atas dapat dimengerti bahwa suh tubuh normal bukanlah
merupakan nilai yang pasti di satu angka. Seyogyanya nilai merah yang
terdapat di angka 37C pada thermometer klinik diubah menjadi pita merah
yang menunjukkan kisaran angka suhu normal.
RESEPTOR
Badan Ruffini / Badan Krause
HOMEOSTASIS HIPOTALAMUS
Suhu tubuh normal Pusat regulasi suhu
RESPON
EFEKTOR
1. Pelepasan panas dengan
Kelenjar keringat
penguapan, atau
2. Penyimpanan dan
Pembuluh darah
produksi panas
Otot
4. Pengaturan Pernafasan
Syaifudin (2011 : 75) menyatakan bahwa fungsi sistem pernafasan adalah
mengambil okigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Organ-organ respiratorik berfungsi dalam :
a. Produksi bicara, membantu proses dalam bicara.
b. Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia.
c. Pertahanan tubuh melawan benda asing, organisme asing yang masuk
melelui proses pernapasan ke dalam tubuh.
d. Mengatur hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam
darah.
VI.Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Regulasi dan Homeostatis pada Objek Perempuan
Frekuensi
Frekuensi
No Kondisi Suhu (C) Denyut Keringat
Nafas
Jantung
1. Sebelum aktivitas 36,5 25 110 Tidak ada
2. Setelah aktivitas 36 45 140 Banyak
3. Setelah istirahat 36,5 27 118 Sedikit
selama 10 menit
Frekuensi
Frekuensi
No Kondisi Suhu (C) Denyut Keringat
Nafas
Jantung
1. Sebelum aktivitas 37 13 92 Tidak ada
2. Setelah aktivitas 36,5 34 110 Banyak
3. Setelah istirahat 36,8 32 100 Sedikit
selama 10 menit
VII. Pembahasan
Pengamatan yang berjudul Regulasi dan Homeostatis dalam Tubuh dengan
tujuan dapat menyebutkan contoh regulasi dan mekanisme homeostatis didapatkan
hasil bahwa antara sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, tubuh akan
mengalami perubahan atau menunjukkan respon terhadap perubahan yang terjadi.
Respon yang muncul setelah dilakukannya aktivitas di anataranya adalah,
perubahan suhu baik yang mengalami peningkatan maupun penurunan,
peningkatan frekuensi respirasi dan frekuensi denyut nadi, serta banyak sedikitna
keringat yang dihasilkan. Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah objek melakukan aktivitas lari kecil selama 4 kali :
1. Perubahan suhu
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terjadi perubahan
suhu antara sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Sebelum melakukan
aktivitas suhu tubuh masing-masing objek berada pada rata-rata suhu normal
manusia yakni antara 36.5-37.5 C. Setelah melakukan aktivitas suhu tubuh
dari masing-masing objek cenderung mengalami penurunan. Padahal pada
umumnya setelah melakukan aktivitas suhu tubuh cenderung akan naik, karena
aktivitas yang dilakukan memicu adanya aktivitas otot (kontraksi otot) yang
menyebabkan timbulnya panas dalam tubuh. Penurunan suhu tubuh yang
dialami oleh masing-masing objek merupakan hal yang wajar meskipun tidak
sama dengan yang umumnya terjadi. Penurunan terjadi disebabkan karena
mekanisme respon tubuh dari masing-masing objek terhadap kenaikan suhu
tubuh yang terjadi termasuk respon yang cenderung cepat. Selain itu,
dikeluarkannya banyak keringat setelah melakukan aktivitas menjadi salah satu
mekanisme untuk menurunkan panas yang ada dalam tubuh, sehingga suhu
tubuh menjadi cenderung lebih cepat turun.
Begitu pula dengan sebaliknya, apabila suhu tubuh terlalu rendah dari
batas normal maka tubuh akan melakukan mekanisme untuk meningkatkan
suhu tubuh dengan cara :
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Contoh dari sistem regulasi dalam tubuh manusia :
a. Regulasi suhu. Meningkatnya suhu tubuh karena melakukan sebuah
aktivitas.
b. Regulasi respirasi Meningkatnya frekuensi respirasi sebagai respon adanya
peningkatan suhu akibat dari adanya suatu aktivitas tubuh.
c. Regulasi denyut jantung. Peningkatan frekuensi denyut nadi sebagai respon
adanya peningkatan suhu dan peningkatan frekuensi respirasi setelah tubuh
melakukan sebuah aktivitas.
d. Regulasi eksresi. Mengeluarkan zat sisa yang sudah tidak dibutuhkan lagi
oleh tubuh, dalam hal ini adalah pengeluaran keringat sebagai respon suhu
tubuh yang meningkat.
2. Mekanisme regulasi dalam rangka homeostatis dalam tubuh :
Salah satu mekanisme dalam rangka homeostatis adalah mekanisme
mempertahankan suhu tubuh tetap dalam keadaan konstan (homoioterm), yang
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan suhu tubuh
Vasodilatasi, pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit
berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasekokstriksi.
Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke
kulit sebanyak delapan kali lipat.
Berkeringat, peningkatan temperature tubuh 1 "C menyebabkan keringat
yang cukup banyak untuk membuang sepuluh kali lebih besar kecepatan
metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh.
Penurunan pembentukan panas, mekanisme yang menyebabkan
pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan thermogenesis
kimia, dihambat dengan kuat
b. Meningkatkan suhu tubuh
Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh, hal ini disebabkan oleh rangsangan
pusat simpatis hipotalamus posterior.
Piloereksi. Piloereksi berart "rambut berdiri pada akarnya." Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke folikel rambut
berkontraksi yang menyebaban rambut berdiri tegak. Hal ini tidak begitu
penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya
rambut memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal isolator
udara bersebelahan dengan kulit sehingga perpindahan panas ke
lingkungan sangat ditekan.
Peningkatan pembentukan panas, pembentukan panas oleh sistem
metabolisme meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis
pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.
Daftar Pustaka
Campbell, dkk. (2004). Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Elly, Irene. (2016). Perubahan Denyut Nadi Pada Mahasiswa Setelah
Aktivitas Naik Turun Tangga. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Diponegora.
Hernawati. (2012). Mineral dan Homeostasis. Jurnal. Universitas
Pendidikan Indonesia
Schaum, dkk. (2006). Biologi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Syaifuddin. (2011). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Thamsil,Thaufan Maulana, dkk. (2015). Korelasi Lingkar Dada dengan Status
Faali pada Kudakavaleri. Jurnal. Universitas Padjajaran.
Wiarto, Giri. (2014). Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
Lampiran