Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Regulasi dan Homeostatis dalam Tubuh

Disusun oleh :

Pendidikan Biologi A/ Kelompok 5

1. Nur Azma Septi A (16304241005)


2. Puti Alifia Artalani (16304241006)
3. Puji Lestari (16304241007)
4. I. Ryan Winadha (16304341044)
5. Kharisma Diah Tri K (16304241045)
6. Arif Rahman (16304244001)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

I. Judul
Regulasi dan Homeostatis dalam Tubuh
II. Tujuan
1. Dapat menyebutkan contoh regulasi dalam tubuh manusia.
2. Dapat menjelaskan mekanisme regulasi dalam rangka homeostatis dalam tubuh
manusia.
III. Dasar Teori
1. Homeostatis
Homeostasis adalah suatu keadaan komposisi kimia dan fisiokimia yang
konstan pada medium internal organisme. Homeostasis merupakan manifestasi
keberadaan sejumlah faktor biologis yang konstan seperti indikasi kuantitatif,
karakteristik suatu organisma pada kondisi normal. Termasuk temperatur tubuh,
tekanan osmotik pada cairan, konsentrasi ion hidrogen, kandungan protein dan
gula, konsentrasi ion dan ratio ion-ion aktif yang berhubungan dengan biologis
dan sebagainya. Keberadaan mineral sebagai garam yang larut dalam medium
sel, cairan interstitial, darah dan lymp, berperan langsung maupun tidak langsung
dalam menjaga parameter-parameter biologis dalam keadaan konstan (Hernawati.
2012).
Setiap kontrol homeostasis memliki tiga komponen fungsional : sebuah
reseptor, sebuah pusat kontrol, dan sebuah efektor. Reseptor mendeteksi
perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan, seperti perubahan suhu
tubuh. Pusat kontrol memproses informasi yang diterima dari reseptor dan
mengarahkan suatu respon yang tepat melalui efektor (Campbell. 2004 :15).
Istilah homeostasis digunakan untuk pertama kalinya oleh Walter B. Cannon
(1871-1945), seorang ahli fisiologi Amerika. Sumber utama panas hewan adalah
kontraksi otot. Ketika otot-otot berkontraksi, 30 persen energi dilepaskan dari
degradasi bahan bakar ditransformasi menjadi energi mekanis kontraksi,
sedangkan 70 persen atau lebih sisanya dikonversi menjadi panas. Karena
kontraksi otot merupakan sumber utama panas hewan, supresi aktivitas fisik
sangat penting untuk mencegah penigkatan temperatur lebih jauh lagi (Schaum.
2006 : 177).
Suhu tubuh kita sendiri dipertahankan di dekat titik pasang 37oC, melelui
kerjasama beberapa perputaran umpan-balik negatif yang mengatur pertukaran
energi dengan lingkungan. Salah satu umpan-balik tersebut adalah pengeluaran
keringat, sebagai suatu cara untuk membuang panas hasil metabolisme dan
mendinginkan tubuh. Termoster dalam otak memonitor suhu darah. Jika
termoster tersebut mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas titik pasang,
termoster tersebut akan mengirimkan impuls syaraf yang mengarahkan kelenjar
keringat untuk meningkatkan produksi keringatnya, sehingga menurunkan suhu
tubuh dengan cara pendinginan melalui penguapan. Ketika suhu tubuh turun di
bawah titik pasang, termosat di otak akan berhenti mengirimkan impuls ke
kelenjar keringat tersebut, dan tubuh akan menahan lebih banyak panas yang
dihasilkan oleh metabolisme (Campbell. 2004 : 16).
Tubuh kehilangan panas di permukaannya, sehingga agar dapat didisipasi
(dibuang) panas harus dibawa ke permukaan. Darah mengangkut banyak sekali
panas tubuh. Dalam keadaan terlampau panas (overheat), reseptor kulit dan
beberapa struktur internal mengaktivasi sirkuit umpan balik yang melebarkan
pembuluh darah di permukaan kulit, sehingga volume darah di permukaan
meningkat. Darah yang kembali dari permukaan kulit juga digerakkan ke vena-
vena yang letaknya lebih ke permukaan untuk didinginkan lebih lanjut. Panas
lalu hilang melalui tiga cara fisik. Panas bisa hilang melalui radiasi, yang
merupakan pergerakan gelombang energi elektromagnetik dari permukaan tubuh
ke medium udara. Panas juga bisa hilang melalui konduksi, yakni transfer panas
melalui kontak langsung dengan udara atau air yang lebih dingin. Terakhir, panas
bisa hilang melalui konveksi, yakni hilangnya panas dari interior tubuh akibat
aliran udara atau air yang bergerak melalui kulit secara terus-menerus(Schaum.
2006 : 177).
Jika pembuangan panas tidak cukup untuk menjaga kekonstanan temperatur,
kelenjar-kelenjar keringat mensekresikan cairan yang asin (keringat) dalam
jumlah banyak. Pada manusia, kelenjar-kelenjar keringat sangat banyak
jumlahnya dan tersebar di sepanjang kulit. Untuk mendinginkan tubuh, keringat
bisa diproduksi dalam jumlah yang sangat besar. Penguapan (evaporasi) keringat
menghasilkan efek pendinginan yang luar biasa, karena 540kal diserap dalam
penguapan 1g H2O (cair) (Schaum. 2006 : 177).

2. Faktor-faktor lingkungan internal berkaitan dengan homeostatis


(Syaifuddin, 2011)
a. Konsentrasi molekul zat-zat gizi
Sel-sel membutuhkan persediaan molekul zat giziyang tetap untuk digunakan
sebagai bahan bakar metabolic dalam menghasilkan energi. Energi kemudian
digunakan untuk menunjang aktivitas-aktivitas khusus dan untuk
mempertahankan hidup.
b. Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang mengambil
sebanyak mungkin energi dari molekul gizi untuk digunakan oleh sel. CO2
yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut harus diseimbangkan dengan
CO2 yang dikeluarkan oleh paru-paru sehingga asam yang terbentuk dari
CO2 ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
c. Konsentrasi zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia akan menghasilkan produk-produk akhir yang berefek
toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
d. pH
Di antara efek yang paling mencolok dari perubahan keasaman lingkungan
cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentukan sinyal listrik di sel
saraf dan penurunan aktivitas enzim di semua sel.
e. Konsentrasi air, garam, dan elektrolit lain
Oleh karena konsentrasi relative garam dan air di dalam cairan ekstrasel
mempengaruhi berapa banyak air yang masuk dan keluar, konsentrasi
keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai .
sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau
menyusut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi vital lainnya
misalnya denyut jantung yang tertatur tergantung pada konsentrasi kalium di
cairan ekstrasel yang relative konstan.
f. Suhu
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentang suhu yang sempit. Sel-
sel akan mengalami perlambatan aktivitas yang hebat apabila suhunya terlalu
dingin dan lebih buruk adalah protein-protein struktur dan enzimatikanya
akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.

g. Volume dan tekanan


Komponen sirkulasi pada lingkungan internal yaitu plasma, harus
dipertahankan pada tekanan darah volume yang adekuat agar penghubung
vital antar sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh
tubuh.

3. Pengaturan suhu tubuh


Pusat termoregulator hipotalamus : merupakan sekelompok saraf pada area
preoptik dan hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai thermostat.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk
mempertahankan suhu tubuh (Syaifuddin, 2011:369)

Pada manusia untuk mendapatkan gambaran suhu tubuh dilakukan pengukuran


yang dapat dipilih (Syaifuddin, 2011:370) :
1. Suhu ketiak
Pengukuran suhu ketiak dilakukan dengan cara meletakkan thermometer di
ketiak selama minimal 5 menit, dengan lengan atas yang didekapkan erat-
erat ke badan, jangan lupa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu. Suhu
ketiak biasanya 0,2-0,4C lebih rendah dari suhu mulut dan 0,5-1C di
bawah suhu rectum.
2. Suhu mulut
Pengukuran suhu mulut dilakukan dengan cara meletakkan thermometer di
bawah lidah dengan mulut tertutup (untuk menghindari makanan,
minuman, ataupun hal lain yang mudah memengaruhi suhu mulut, sehingga
dapat mengganggu hasil pengukuran suhu tubuh). Suhu mulut biasanya
0,3-0,5C di bawah suhu rectum.
3. Suhu rectum
Pengukuran suhu rectum dilakukan dengan cara memasukkan thermometer
sedalam 5-6 cm sehingga yang diukur benar-benar suhu di dalam rectum.
Sebenarnya, suhu rectum lebih dapat dipercaya sebagai ukuran suhu
dibandingkan suhu ketiak dan suhu mulut . Namun hal ini tidak sering
dilakukan karena dianggap kurang etis.

Dari hal-hal di atas dapat dimengerti bahwa suh tubuh normal bukanlah
merupakan nilai yang pasti di satu angka. Seyogyanya nilai merah yang
terdapat di angka 37C pada thermometer klinik diubah menjadi pita merah
yang menunjukkan kisaran angka suhu normal.

Faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh adalah sebagai berikut


(Syaifuddin, 2011: 370-371) :

1. Variasi dari luar


Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi, penggunaan energy dalam
metabolisme selalu timbul panas. Kegiatan otot (organ yang paling banyak pada
tubuh manusia) banyak menimbulkan panas, system saraf yang lebih berperan
pada waktu kegiatan jasmani meningkat. Biasanya pada siang hari suhu tubuh
lebih tinggi disbanding malam hari.
2. Umur
Pada bayi yang baru lahir suhu tubuh masih belum matang. Pada masa ini, suhu
tubuhnya masih mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada usia dewasa muda
suhu tubuh telah matang, sedangkan pada usia lanjut suhu tubuhnya akan lebih
rendah.
3. Jenis kelamin; sesudah kerja jasmani (olah raga) suhu tubuh akan naik. Hasil salah
satu penelitian menunjukkan suhu rektum naik sampai 41oC setelah lari maraton.
4. Lingkungan; suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh yang
terdapat dalam tubuh, serta berakibat pada taraf metabolisme. Udara lingkungan
yang lembab akan menyebabkan hambatan pada penguapan keringat sehingga
meningkatkan suhu tubuh.
Pengendalian suhu tubuh oleh saraf
Perangasangan daerah proeptik hipotalamus anterior oleh rangsangan panas
akan menyebabkan peningkatan pengeluaran panas dan penurunan pembentukan
panas. Dengan kata lain, daerah preoptik tersebut dapat mengatur keseimbangan
antara pengeluaran dan pembentukan panas sebagai upaya untuk
mempertahhankan suhu tubuh tetap konstan. Apabila suhu tubuh telah sama
dengan nilai yang ditentukan oleh termostat, maka baik pembentukan panas
maupun pengeluaran panas akan meningkat. Bila karena suatu hal, tiba-tiba
termostat turun kembali ke suhu normal, maka suhu tubuh juga akan diturunkan ke
nilai yang sama. Dalam hal ini akan terjadi vesodilatasi dan banyak mengeluarkan
keringat (Syaifuddin. 2011: 373).

RESEPTOR
Badan Ruffini / Badan Krause

Suhu tubuh naik Pengiriman impuls

HOMEOSTASIS HIPOTALAMUS
Suhu tubuh normal Pusat regulasi suhu

RESPON
EFEKTOR
1. Pelepasan panas dengan
Kelenjar keringat
penguapan, atau
2. Penyimpanan dan
Pembuluh darah
produksi panas
Otot

4. Pengaturan Pernafasan
Syaifudin (2011 : 75) menyatakan bahwa fungsi sistem pernafasan adalah
mengambil okigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Organ-organ respiratorik berfungsi dalam :
a. Produksi bicara, membantu proses dalam bicara.
b. Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia.
c. Pertahanan tubuh melawan benda asing, organisme asing yang masuk
melelui proses pernapasan ke dalam tubuh.
d. Mengatur hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam
darah.

Menurut Syaifudin (2011 : 75), respirasi melibatkan proses-proses berikut ini :

a. Ventilasi pulmonar (pernapasan); adalah jalan masuk dan keluar udara


dari saluran pernapasan dan paru-paru.
b. Respirasi eksternal; adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara
udara dalam paru-paru dan kepiler pulmonar.
c. Respirasi internal; difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah
dan sel-sel jaringan.
d. Respirasi seluler; adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk
produksi energi dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel
tubuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam respirasi :

a. Faktor usia, usia seseorang sangat mempengaruhi dalam melakukan


respirasi. Seperti fungsi kerja paru-paru dalam frekuensi pernapasan dan
kapasitas paru. Selain itu semakin tua usia seseorang semakin menurun
kekuatan fisik orang tersebut.
b. Aktivitas, semakin banyak aktivitas yang dilakukan frekuensi respirasi
semakin meningkat karena tubuh membutuhkan banyak oksigen untuk
metabolisme.
c. Jenis kelamin, antara laki-laki dan perempuan akan terjadi perbedaan
jumlah frekuensi bernafas. Frekuensi respirasi laki-laki cenderung lebih
rendah dibanding perempuan.

5. Pengaturan Denyut Jantung


Jantung merupakan organ berongga empat dan berotot yang berfungsi
memompa darah lewat sistem pembuluh darah. letak jantung di dalam rongga
dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang
kiri, pada tempat ini terjadi pukulan jantung yang disebut iktus kordis.jantung
menggerakkan darah dengan konstraksi yang kuat dan teratur dari serabut otot
yang membentuk dinding pada rongga-rongganya. Pola konstraksi sedemikian
rupa, sehingga kedua bilik berkontraksi serempak dan hampir 1/10 detik
kemudian dan kedua serambi berkontraksi bersama-sama (Kasiyo Dwijowinoto,
1993).
Denyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu, biasanya
per menit. Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel (bilik
bawah jantung). Denyut jantung mungkin terlalu cepat (takikardia) atau terlalu
lambat (bradikardia).
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi
sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung.
Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup
selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh
manusia.
Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang dihitung tiap
menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan denyut nadi normal 60-
100 kali/menit (Majid, 2005).
Menurut Nasution, C.D (2011), untuk mengetahui kecepatan denyut jantung
seseorang dapat dilakukan dengan menggunkaan pulse rate, yaitu dengan cara
menghitung perubahan tiba-tiba dari tekanan yang dirambatkan sebagai
gelombang pada dinding darah, sedangkan pengukuran dapat dilakukan pada :

1. Arteri Karotis (daerah leher),


2. Arteri Radialis (peregelangan tangan),
3. Arteri Femoralis (lipat paha),
4. Arteri Poplitea,
5. Arteri Dorsalis Pedis (daerah dorsum pedis),
6. Arteri Temporalis (ventral daun telinga).

IV. Alat dan Bahan


Tisu
Termometer raksa
Handphone
Tangan
V. Langkah Kerja
Mengukur suhu tubuh masing- Menghitung frekuensi nadi dari
Menentukan 2 orang terdiri dari
masing objek sebelum objek masing-masing objek sebelum
1 laki-laki dan 1 perempuan
beraktivitas dengan objek beraktivitas pada bagian
untuk berperan sebagai objek
menyelipkan termometer raksa pergelangan tangan dalam
percobaan.
pada ketiak selama 3 menit. waktu 1 menit.

Mengukur frekuensi respirasi


Menyuruh objek melakukan masing-masing objek sebelum
Mengamati keringat yang
aktivitas dengan berlari bolak- objek beraktivitas dengan
dihasilkan
balik 4 kali menutup hidung dengan tisu
selama 1 menit.

Mengukur suhu, menghitung Mengukur suhu, menghitung


frekuensi nadi, frekuensi frekuensi nadi, dan frekuensi
respirasi, dan mengamati Menyuruh obejk beristirahat respirasi, dan mengamati
keringat yang dihasilkan oleh selama kurang lebih 10 menit keringat yang dihasilkan oleh
masing-masing objek seperti masing-masing objek seperti
perlakuan sebelumnya. perlakuan sebelumnya.

VI.Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Regulasi dan Homeostatis pada Objek Perempuan

Frekuensi
Frekuensi
No Kondisi Suhu (C) Denyut Keringat
Nafas
Jantung
1. Sebelum aktivitas 36,5 25 110 Tidak ada
2. Setelah aktivitas 36 45 140 Banyak
3. Setelah istirahat 36,5 27 118 Sedikit
selama 10 menit

Tabel Hasil Pengamatan Regulasi dan Homeostatis pada Objek Laki-laki

Frekuensi
Frekuensi
No Kondisi Suhu (C) Denyut Keringat
Nafas
Jantung
1. Sebelum aktivitas 37 13 92 Tidak ada
2. Setelah aktivitas 36,5 34 110 Banyak
3. Setelah istirahat 36,8 32 100 Sedikit
selama 10 menit

VII. Pembahasan
Pengamatan yang berjudul Regulasi dan Homeostatis dalam Tubuh dengan
tujuan dapat menyebutkan contoh regulasi dan mekanisme homeostatis didapatkan
hasil bahwa antara sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, tubuh akan
mengalami perubahan atau menunjukkan respon terhadap perubahan yang terjadi.
Respon yang muncul setelah dilakukannya aktivitas di anataranya adalah,
perubahan suhu baik yang mengalami peningkatan maupun penurunan,
peningkatan frekuensi respirasi dan frekuensi denyut nadi, serta banyak sedikitna
keringat yang dihasilkan. Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah objek melakukan aktivitas lari kecil selama 4 kali :
1. Perubahan suhu
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terjadi perubahan
suhu antara sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Sebelum melakukan
aktivitas suhu tubuh masing-masing objek berada pada rata-rata suhu normal
manusia yakni antara 36.5-37.5 C. Setelah melakukan aktivitas suhu tubuh
dari masing-masing objek cenderung mengalami penurunan. Padahal pada
umumnya setelah melakukan aktivitas suhu tubuh cenderung akan naik, karena
aktivitas yang dilakukan memicu adanya aktivitas otot (kontraksi otot) yang
menyebabkan timbulnya panas dalam tubuh. Penurunan suhu tubuh yang
dialami oleh masing-masing objek merupakan hal yang wajar meskipun tidak
sama dengan yang umumnya terjadi. Penurunan terjadi disebabkan karena
mekanisme respon tubuh dari masing-masing objek terhadap kenaikan suhu
tubuh yang terjadi termasuk respon yang cenderung cepat. Selain itu,
dikeluarkannya banyak keringat setelah melakukan aktivitas menjadi salah satu
mekanisme untuk menurunkan panas yang ada dalam tubuh, sehingga suhu
tubuh menjadi cenderung lebih cepat turun.

Suhu tubuh yang kembali normal setelah beristirahat selama kurang


lebih 10 menit terjadi karena manusia termasuk homeoterm yakni memiliki
kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan
dengan cara kembali ke suhu awal meski telah melakukan aktivitas (kembali
ke keadaan normal). Sebagai upaya dalam mempertahankan suhu tubuh
tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi dan frekuensi
denyut jantung.
Perbedaan perubahan suhu yang normal kemudian naik dan kembali
normal lagi seperti semula antara objek laki-laki dan perempuan terjadi karena
pada umumnya kenaikan suhu tubuh laki-laki cenderung akan lebih tinggi dari
kenaikan suhu tubuh pada perempuan. Hal disebabkan karena laki-laki
cenderung memiliki lebih banyak aktivitas yang menimbulkan peningkatan
metabolisme dan aktivitas otot dalam tubuh dibandingkan dengan perempuan.
Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kenaikan suhu dari setelah aktivitas
kemudian kembali ke keadaan semula, yang mana objek perempuan berubah
dari suhu 36C menjadi 36.5 C. Sedangkan objek laki-laki berubah dari suhu
36.5C menjadi 36.8C.
2. Perubahan frekuensi respirasi
Dari data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
frekuensi respirasi pada masing-masing objek setelah melakukan aktivitas.
Frekuensi respirasi awal pada masing-masing objek masih tergolong frekuensi
respirasi normal orang dewasa yaitu berkisar antara 12-20 per menit. Namun
pada objek perempuan frekuensi respirasi lebih tinggi dari teori yang ada. Hal
ini dapat terjadi karena pengaruh kondisi lingkungan, seperti temperatur dan
kelembaban. Temperatur dan kelembaban udara akan meningkatkan
penambahan panas dalam tubuh dan menyebabkan peningkatan pengeluaran
udara melalui saluran respirasi.
Peningkatan frekuensi respirasi setelah melakukan aktivitas yang
dialami oleh masing-masing objek tejadi karena setelah melakukan aktivitas
suplai oksigen dalam tubuh berkurang (terhirup pendek-pendek), sedangkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh menjadi lebih tinggi untuk melakukan
pembakaran agar dihasilkan energi yang cukup untuk berkativitas.
Kesenjangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen dalam tubuh
menyebabkan objek menjadi terengah-engah sehingga frekuensi respirasi
cenderung mengalami peningkatan. Selain itu, peningkatan frekuensi respirasi
terjadi karena untuk mempertahankan panas dalam tubuh.
Terjadi perbedaan peningkatan frekuensi antara objek laki-laki dengan
perempuan, yang mana frekuensi respirasi pada objek perempuan lebih tinggi
dibanding objek laki-laki. Hal ini terjadi karena perepmpuan memiliki volume
paru-paru yang lebih kecil dibanding laki-laki.
Setelah bersitirahat selama kurang lebih 10 menit, frekuensi respirasi
pada masing-masing objek turun. Pada objek laki-laki penurunan frekuensi
respirasi cenderung tidak signifikan dibanding objek perempuan. Hal tersebut
dapat terjadi karena objek laki-laki dapat lebih mengendalikan frekuensi
respirasi dalam peningkatan aktivitas dibandingkan dengan objek perempuan,
sehingga jumlah frekuensi respirasi yang dihasilkan oleh objek laki-laki lebih
rendah dibandingkan dengan objek perempuan baik sebelum maupun sesudah
melakukan aktivitas.
3. Perubahan frekuensi denyut nadi
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terjadi peningkatan
frekuensi denyut nadi pada masing-masing objek setelah melakukan aktivitas.
Sebelum melakukan aktivitas, frekuensi denyut nadi kedua objek merupakan
frekuensi normal denyut nadi manusia dewasa, yakni berkisar antara 60-100
kali per menit.
Setelah melakukan aktivitas frekuensi denyut nadi kedua objek
mengalami peningkatan karena saat beraktivitas oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh meningkat akibat adanya kontraksi otot , sehingga dibutuhkan distribusi
oksigen dengan cepat dari jantung ke seluruh tubuh. Oleh karena itu denyut
menjadi lebih cepat dan frekuensi menjadi semakin meningkat. Peningkatan
frekuensi denyut jantung yang tidak terlalu tinggi pada objek laki-laki terjadi
karena objek laki-laki mampu beradaptasi dengan baik pada aktivitas yang
dilakukan sehingga tidak terjadi peningkatan yang tinggi.
Peningkatan frekuensi denyut nadi objek perempuan yang cenderung
tinggi terjadi karena objek perempuan tidak pernah olahraga, sehingga jantung
bekerja lebih berat yang menyebabkan frekuensinya menjadi lebih tinggi
dibanding objek laki-laki. Peningkatan frekuensi denyut jantung juga menjadi
salah satu mekanisme untuk mempertahankan panas dalam tubuh, sehingga
tubuh memiliki sihu yang konstan.
4. Keringat yang dihasilkan
Dari data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terjadi perubahan
jumlah keringat yang dihasilkan dari masing-masing objek. Sebelum
melakukan aktivitas, masing-masing objek tidak menghasilkan keringat. Hal
ini merupakan hal yang wajar karena tidak terjadi aktivitas yang menimbulkan
panas tubuh, tubuh cenderung berada pada suhu normal., sehingga tidak
diperlukan adanya keringat untuk menurunkan panas tubuh.
Keringat muncul banyak setelah masing-masing objek melakukan
sebuah aktivitas. Keringat yang muncul cenderung banyak, karena setelah
melakukan aktivitas terjadi peningkatan proses metabolisme. Selain itu,
banyaknya keringat yang muncul memiliki tujuan untuk menurunkan suhu
tubuh agar tidak terjadi peningkatan yang berlebih. Dengan keluarnya
keringat, maka akan membasahi kulit kemudian menguap. Menguapnya
keringat dari permukaan kulit akan mengambil panas sehingga suhu badan
menjadi berkurang.
Keringat yang muncul merupakan hasil dari berbagai upaya tubuh
dalam upaya mempertahankan kondisi tubuh tetap stabil setelah dilakukannya
aktivitas, yakni setelah melakukan aktivitas frekuensi respirasi akan meningkat
karena oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh meningkat. Frekuensi yang
meningkat menyebabkan frekuensi denyut jantung meningkat karena harus
mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh dengan cepat, sehingga denyu
cenderung bertambah cepat. Meningkatnya kebutuhan oksigen dalam tubuh
menyebabkan suhu tubuh meningkat pula, suhu tubuh yang tinggi kemudian
memicu kelenjar keringat untuk menghasilkan keringat sebagai respon untuk
menurunkan suhu tubuh. Kerja dari masing-masing sistem mengalami
peningkaran karena adanya peningkatan kerja hormon adrenalin dalam darah.
Berdasarkan uraian perubahan-perubahan yang terjadi setelah masing-
masing objek melakukan aktivitas, dapat diketahui bahwa antara satu sistem
dengan sistem yang lainnya saling berhubungan dalam rangka
mempertahankan suhu tubuh. Yang mana untuk menurunkan suhu tubuh,
setelah mengalami kenaikan akibat aktivitas yang dilakukan, tubuh banyak
mengeluarkan keringat agar panas dalam tubuh berkurang (kembali ke keadaan
normal). Menurut literatur , meknasime yang dapat menyebabkan suhu turun
sebagai respon panas tubuh yang tinggi adalah sebagai berikut :
1. Vasodilatasi, pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit
berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasekokstriksi.
Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke
kulit sebanyak delapan kali lipat.
2. Berkeringat, peningkatan temperature tubuh 1 "C menyebabkan keringat
yang cukup banyak untuk membuang sepuluh kali lebih besar kecepatan
metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh.
3. Penurunan pembentukan panas, mekanisme yang menyebabkan
pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan thermogenesis
kimia, dihambat dengan kuat

Begitu pula dengan sebaliknya, apabila suhu tubuh terlalu rendah dari
batas normal maka tubuh akan melakukan mekanisme untuk meningkatkan
suhu tubuh dengan cara :

1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh, hal ini disebabkan oleh rangsangan


pusat simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi. Piloereksi berart "rambut berdiri pada akarnya." Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke folikel rambut
berkontraksi yang menyebaban rambut berdiri tegak. Hal ini tidak begitu
penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya
rambut memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal isolator
udara bersebelahan dengan kulit sehingga perpindahan panas ke lingkungan
sangat ditekan.
3. Peningkatan pembentukan panas, pembentukan panas oleh sistem
metabolisme meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis
pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Contoh dari sistem regulasi dalam tubuh manusia :
a. Regulasi suhu. Meningkatnya suhu tubuh karena melakukan sebuah
aktivitas.
b. Regulasi respirasi Meningkatnya frekuensi respirasi sebagai respon adanya
peningkatan suhu akibat dari adanya suatu aktivitas tubuh.
c. Regulasi denyut jantung. Peningkatan frekuensi denyut nadi sebagai respon
adanya peningkatan suhu dan peningkatan frekuensi respirasi setelah tubuh
melakukan sebuah aktivitas.
d. Regulasi eksresi. Mengeluarkan zat sisa yang sudah tidak dibutuhkan lagi
oleh tubuh, dalam hal ini adalah pengeluaran keringat sebagai respon suhu
tubuh yang meningkat.
2. Mekanisme regulasi dalam rangka homeostatis dalam tubuh :
Salah satu mekanisme dalam rangka homeostatis adalah mekanisme
mempertahankan suhu tubuh tetap dalam keadaan konstan (homoioterm), yang
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan suhu tubuh
Vasodilatasi, pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit
berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasekokstriksi.
Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke
kulit sebanyak delapan kali lipat.
Berkeringat, peningkatan temperature tubuh 1 "C menyebabkan keringat
yang cukup banyak untuk membuang sepuluh kali lebih besar kecepatan
metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh.
Penurunan pembentukan panas, mekanisme yang menyebabkan
pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan thermogenesis
kimia, dihambat dengan kuat
b. Meningkatkan suhu tubuh
Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh, hal ini disebabkan oleh rangsangan
pusat simpatis hipotalamus posterior.
Piloereksi. Piloereksi berart "rambut berdiri pada akarnya." Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke folikel rambut
berkontraksi yang menyebaban rambut berdiri tegak. Hal ini tidak begitu
penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya
rambut memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal isolator
udara bersebelahan dengan kulit sehingga perpindahan panas ke
lingkungan sangat ditekan.
Peningkatan pembentukan panas, pembentukan panas oleh sistem
metabolisme meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis
pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.
Daftar Pustaka
Campbell, dkk. (2004). Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Elly, Irene. (2016). Perubahan Denyut Nadi Pada Mahasiswa Setelah
Aktivitas Naik Turun Tangga. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Diponegora.
Hernawati. (2012). Mineral dan Homeostasis. Jurnal. Universitas
Pendidikan Indonesia
Schaum, dkk. (2006). Biologi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Syaifuddin. (2011). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika.
Thamsil,Thaufan Maulana, dkk. (2015). Korelasi Lingkar Dada dengan Status
Faali pada Kudakavaleri. Jurnal. Universitas Padjajaran.
Wiarto, Giri. (2014). Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai