Anda di halaman 1dari 8

TERMOREGULASI

Nilna Milchatina, FarianitaM, Indah Octaviara, Harnizar, Hasna D


Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

*corresponding author: nilnamilchatina123@gmail.com

Abstrak
Thermogulasi merupakan proses yang terjadi dalam tubuh hewan untuk mengatur suhu tubuhnya supaya tetap
konstan, Mekanisme thermogulasi yaitu mengatur keseimbangan antara perolehan panas atau pelepasan panas.
Makhluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya menerima dan menaggapi rangsang.Tujuan dari praktikum
termoregulasi adalah untuk mengetahui keadaan suhu tubuh pada beberapa bagian tubuh dan pada berbagai
keadaan.Suhu tubuh homoiotermis (manusia). Untuk mengetahui suhu tubuh pada homoiotermis, dilakukan

pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer klinis. Percobaan ini menggunakan tiga perlakuan yang
berbeda yaitu posisi terbaring dengan mulut terbuka, posisi terbaring dengan mulut tertutup, setelah berkumur
dengan es dan pada fossa axillaris. Percobaan ini dengan melakukan pengukuran suhu tubuh menggunakan
termometer klinis yang sebelumnya telah disterilkan dengan alkohol 70%. Pengukuran suhu tubuh dilakukan

sebanyak tiga kali. Tubuh berespon baik terhadap stres fisik dan stres emosional. Adanya stres menyebabkan
rangsangan terhadap epinefrin dan norepinefrin sehingga kecepatan metabollisme akan meningkat yang pada
akhirnya juga akan meningkatan suhu tubuh
Kata kunci: Thermoregulasi, homoiotermis,tubuh
PENDAHULUAN

Makhluk hidup memiliki ciri-ciri Terdapat faktor yag mempengaruhi


tertentu, salah satunya menerima dan organisme dalam melakukan aktivitas,
menaggapi rangsang. Ketika terjadi contohnya pengaruh dari luar seperti
perubahan terhadap kondisi lingkungan, lingkungan dan pengaruh dalam yang
maka makhluk hidup akan melakukan berasal dari organaisme itu sendiri. Salah
penyesuaian diri atau adaptasi untuk merasa satu faktor lain yang mempengaruhi
lebih nyaman dan dapat beraktivitas dengan aktivitas organisme adalah suhu dimana
normal. ketika makhluk hidup tersebut tak suhu mempunyai rentang yang dapat
mampu menyesuaikan diri, maka ia akan ditolelir oleh setiap jenis organisme. Suhu
mengalami kematian atau terkena seleksi mempunyai peranan penting dalam
alam (Asmawati, 2004). mengatur aktivitas biologis organisme baik
hewan maupun manusia (Waskito, 1992).
makanan, dan daya kelangsungan hidup.

Suhu merupakan salah satu faktor (Andrianto, 2005).

fisika yang sangat penting di dalam air Thermoregulasi merupakan proses

karena bersama-sama dengan zat/unsur yang yang terjadi dalam tubuh hewan untuk

terkandung didalamnya akan menentukan mengatur suhu tubuhnya supaya tetap

massa jenis air, densitas air, kejenuhan air, konstan. Mekanisme thermoregulasi yaitu

mempercepat reaksi kimia air, dan mengatur keseimbangan antara perolehan

memengaruhi jumlah oksigen terlarut di panas dan pelepasan panas. Keberhasilan

dalam air (Asmawati, 2004). suatu organisme untuk bertahan hidup dan

Suhu tinggi yang masih dapat bereproduksi mencerminkan keseluruhan

ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat toleransinya terhadap seluruh kumpulan

mematikan pada ikan tetapi dapat variabel lingkungan yang dihadapi

menyebabkan gangguan status kesehatan organisme tersebut (Campbell, 2004) artinya

untuk jangka panjang, misalnya stres yang bahwa setiap organisme harus mampu

menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan menyesuaikan diri terhadap kondisi

tingkah laku abnormal (Irianto, 2005). lingkungannya, adaptasi tersebut berupa

Menurut Kordi (2000), perubahan respon morfologi, fisiologi dan tingkah laku.

suhu sebesar 5° C di atas normal dapat Lingkungan periaran, faktor fisik, kimiawi

menyebabkan stres pada ikan bahkan dan biologis berperan dalam pengaturan

kerusakan jaringan dan kematian. Salinitas homeostasis yang diperlukan bagi

merupakan salah satu parameter lingkungan pertumbuhan dan reproduksi biota periaran

yang mempengaruhi proses biologi dan (Tuna, 2005)

secara langsung akan mempengaruhi Tujuan dari praktikum

kehidupan organisme antara lain yaitu thermoregulasi adalah untuk mengetahui

mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah keadaan suhu tubuh pada beberapa bagian

makanan yang dikonsumsi, nilai konversi tubuh da pada berbagai keadaan.

MATERIAL DAN METODE


Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Terpadu UIN Syarif

Laboratorium Fisiologi di Pusat Hidayatullah Jakarta pada hari Jum'at, 22


Februari 2018. Alat yang digunakan pada diletakkan di bawah lidah dan ditutup
mulutnya. Selanjutnya dibiarkan selama 5
praktikum diantaranya adalah termometer
menit dilakukan selama dua kali, dicatat
klinis, beaker glass, gelas ukur, panci dan
suhu yang tertera di termometer, dan
kapas. Bahan yang digunakan pada dilakukan percobaan ulang terhadap 2 orang
probandus yang lain.
praktikum adalah es batu, air mendidih,
Percobaan terakhir mengenai tata
alkohol dan minyak goreng.
panas. Pertama, dua buah beaker glass diisi
Cara kerja pada praktikum adalah dengan air panas dengan suhu 70o C dengan
yang pertama yaitu percobaan mengenai volume sama banyak yaitu 400 ml.
suhu tubuh dengan posisi terbaring. Orang Kemudian minyak goreng dituang pada
probandus dibaringkan dengan posisi salah satu beaker glass yang telah diisi air
horizontal, kemudian disiapkan termometer sebanyak 10 ml. Selanjutnya, termometer
yang dibersihkan dengan alkohol, air raksa dipasang pada masing-masing beaker glass
diturunkan dengan merendam termometer dan dicatat suhu awalnya. Dilakukan
dalam alkohol, selanjutnya termometer sebanyak lima kali pengukuran dengan
diletakkan dibawah lidah, kemudian mulut interval waktu 5 menit dan dibuat kurva
ditutup, dibiarkan selama 10 menit dan dengan titik ordinat suhu dan waktu.
dicatat suhunya, dan dilakukan pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
pada fossa axillaris (ketiak). Tabel 1.Hasil pengukuran suhu tubuh
Percobaan selanjutnya mengenai perlakua Kelompo Kelompo Kelompo
suhu tubuh dengan posisi terbaring sambil n k1&2 k2&3 k4&5
dibuka mulutnya. Pertama, orang probandus
Posis
bernafas dengan tenang selama 2 menit, terbaring
mulut 36 ℃ 36,6 ℃ 36,5 ℃
skala pada termometer diturunkan dan
tertutup
diletakkan di bawah lidah dan dibiarkan
selama 10 menit dan dicatat suhunya. Posisi 36,43 ℃ 35,9 ℃ 36,4 ℃
terbaring
Percobaan berikutkan mengenai suhu
buka
tubuh setelah berkumur dengan es batu. mulut
Pertama, orang probandus berkumur dengan
es selama 1 menit, kemudian termometer
Berkumu 34,93 ℃ 34,96 ℃ 34,73℃ normal untuk suhu oral manusia adalah 37 C
r (98,6 o F), tetapi pada sebuah penelitian
besar terhadap orang-orang muda normal,
Foxa 36,16 ℃ 36,3 ℃ 35,93 ℃ suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7 C
axilaris dengan simpang baku 0,2 C.

Posisi terbaring dengan mulut


terbuka memiliki rata-rata suhu yang
diperoleh pada percobaan yang dilakukan
Tabel 2. Hasil pengukuran tata panas air tiga kelompok yaitu 36.4 °C, 35.9 °C, dan
dan minyak 36.4 °C. Kisaran suhu tersebut menunjukan
terjadinya penurunan suhu yang sangat kecil
Suhu Air Minyak
dan tidak terlalu signifikan. Seharusnya,
T0 70 °C 70 °C pada saat orang probandus melakukan
T1 63 °C 65 °C pernafasan lewat mulut suhunya akan naik
namun tetap dalam batasan normal. Hal ini
T2 56 °C 63 °C
disebabkan karena pernafasan merupakan
T3 52 °C 59 °C proses metabolisme, yaitu proses
T4 49 °C 57°C katabolisme yang menghasilkan energi. Lalu
dari energi yang dihasilkan akan
T5 48 °C 55 °C
menghasilkan pula panas. Semakin cepat
Suhu tubuh homoiotermis (manusia). dan lama melakukan proses respirasi
Untuk mengetahui suhu tubuh pada semakin besar pula energi panas yang
homoiotermis, dilakukan pengukuran suhu dihasilkan. Jadi, dengan melakukan
tubuh dengan menggunakan termometer pernafasan melalui mulut diperoleh energi
klinis. Percobaan ini menggunakan tiga atau panas yang lebih banyak, sehingga suhu
perlakuan yang berbeda yaitu posisi tubuhpun ikut naik. (Syamsyiar, 1998)
terbaring dengan mulut terbuka, posisi
terbaring dengan mulut tertutup, setelah Adapun pada percobaan selanjutnya,
berkumur dengan es dan pada fossa axillaris. ketika orang probandus berkumur dengan es
Percobaan ini dengan melakukan selama 1 menit yang kemudian diukur
pengukuran suhu tubuh menggunakan suhunya. Berdasarkan tabel 1, diperoleh
termometer klinis yang sebelumnya telah hasil percobaan tiga kelompok yaitu 34.93
disterilkan dengan alkohol 70%. Pengukuran °C, 34.96 °C dan 34.73 °C. Bila
suhu tubuh dilakukan sebanyak tiga kali. dibandingkan dengan suhu tubuh yang
diukur sebelumnya, percobaan ini
Berdasarkan Tabel 1, percobaan tiga mengalami penurunan suhu tubuh namun
kelompok yang dilakukan sebanyak tiga kali penurunan tersebut dalam kisaran suhu
pengulangan pada posisi terbaring mulut normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
tertutup diperoleh hasil yang sudah dirata – manusia atau hewan homoiotermis selalu
ratakan ialah sebesar 36 °C, 36.6 °C, dan mempertahankan suhu tubuhnya dalam
36.4 °C. Menurut Ganong 2008, nilai
keadaan tetap atau konstan walaupun diurnal, exerxise, hormon, stres, suhu
dengan suhu lingkungan yang berbeda. lingkungan dan cairan. Usia sangat sensitif
Manusia merupakan organisme terhadap suhu lingkungan, bayi dan anak-
homoiotermis yang mana suhu tubuhnya anak lebih cepat direspon terhadap
selalu tetap. Saat kondisi lingkungan dengan perubahan suhu udara baik panas maupun
suhu rendah, tubuh meningkatkan produksi dingin. Menurut Donna (1993) menyatakan
panas metabolik dalam otot rangka antara bahwa pengaturan suhu tubuh pada usia
lain dengan cara menggigil, menegakan toodler sudah mulai stabil dibandingkan
rambut. Sehingga pelepasan panas secara dengan infant. Orang berusia lanjut (diatas
konveksi dapat diperkecil. Mengurangi 75 tahun) lebih mudah terjadi hipotermi
aliran darah ke organ perifer dengan dikarenakan faktor penuan, sehingga kontrol
vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh pengaturan suhu tubuh kurang optimal
darah. Manusia termasuk organisme (Taylor, 1997)
homoiotermis namun tidak selalu dalam
keadaan yang konstan, akan tetapi bisa Variasi diurnal, suhu tubuh secara
mengalami penurunan maupun kenaikan normal mengalami perubahan setiap hari
suhu namun hal tersebut masih dalam batas bervariasi sebesar 2 °C diantara pagi hari
normal. dan siang hari. Suhu tubuh berada pada
tingkat paling tinggi diantara pukul 20.00
Pada percobaan selanjutnya yaitu sampai 24.00 WIB dan berada pada tingkat
dilakukan pengukuran suhu tubuh manusia paling rendah diantara pukul 04.00 sampai
pada fossa axillaris. Berdasarkan Tabel 1, 06.00 WIB. (Kozier,1991).
kisaran suhu pada orang probandus yang
telah diukur suhu tubuhnya oleh tiga Faktor selanjutnya adalah hormon.
kelompok yaitu 36.16 °C, 36.3 °C, dan Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh
35.93 °C. Hal ini menunjukan bahwa suhu yang berfluktuatif dibandingkan dengan
yang diukur lebih rendah dari pada laki-laki hal ini terjadi karena adanya
pengukuran melalui cavitas oris. Menurut perubahan hormonal pada wanita terutama
teori suhu tubuh yang diukur melalui cavitas pada peningkatan progesteron pada saat
oris lebih tinggi dari pada yang diukur ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan
melalui fossa axillaris, hal ini dikarenakan suhu tubuh sebesar 0.5 – 1 °C. (Taylor,
termometer yang digunakan untuk 1997)
mengukur suhu tubuh melalui cavitas oris Tubuh berespon baik terhadap stres
langsung menyentuh dan mengenai fisik dan stres emosional. Adanya stres
pembuluh darah yang berada dibawah lidah. menyebabkan rangsangan terhadap epinefrin
Sehingga pengukurannya lebih cepat dari dan norepinefrin sehingga kecepatan
pada pengukurana suhu tubuh melalui fossa metabollisme akan meningkat yang pada
axillaris. (Isnaini, 2006) akhirnya juga akan meningkatan suhu tubuh
Faktor - faktor yang mempengaruhi (Kozier, 1991)
suhu tubuh diantaranya adalah usia, variasi
Suhu tubuh yang ekstrem dapat T4 52 C, T5 50 C. Dibandingkan dengan
berpengaruh pada sistem pengaturan suhu beaker glass yang berisi air dengan lapisan
tubuh seseorang. Pada dasarnya, ketika suhu minyak perubahan suhunya lebih lambat
turun yaitu T1 67 C, T2 64 C, T3 62, T4 59.
tubuh terpapar udara dingin yang ekstrem
T5 58 C. Hal ini disebabkan pada
tanpa baju pelindung maka terjadi penambahan minyak ini berfungsi untuk
kehilangan panas yang dapat meningkatkan menahan suhu panas awal yang dimiliki oleh
hipotermi, jika tubuh terpapar pada suhu air, dan berdasarkan teori bahwa massa jenis
panas yang ekstrem, maka akan terjadi minyak lebih berat dibandingkan dengan
hipotermi. (Taylor, 1997) massa jenis air. Sehingga adanya
penambahan minyak dapat membantu
memeperlambat penurunan suhu pada
80 beaker glass tersebut (Soedjono, 1998)
70
60 KESIMPULAN
50 Thermoregulasi adalah merupakan proses
Air
40 yang terjadi dalam tubuh hewan untuk
Minyak
30 mengatur suhu tubuhnya supaya tetap
20 konstan. Manusia merupakan hewan
10
homoitermis yaitu mampu mempertahankan
0
suhu tubuhnya dari perubahan suhu
0 1 2 3 4 5 lingkungan. Namun bukan berarti semua
suhu pada setiap anggota tubuhnya itu sama.
Tergantung kedekatannya dengan pembuluh
Berdasarkan pada table 2 dan grafik darah atau tidak. Semakin anggota tubuhnya
1 mengenai grafik pada percobaan yang berdekatan dengan pembuluh darah maka
telah dilakukan yaitu uji tata panas untuk semakin tinggi suhu tubuhnya. Kontak
mengetahui perubahan suhu yang terjadi langsung dengan lingkunganpun menjadi
pada saat air panas (T0 = 700C) tanpa faktor perubahan suhu dengan
lapisan minyak dan air dengan lapisan lingkungannya.
minyak. Percobaan ini dilakukan dengan Pada tata panas penambahan minyak ini
sekali pengulangan, pada beaker glass yang berfungsi untuk menahan suhu panas awal
pertama diberi air tanpa lapisan minyak dan yang dimiliki oleh air, dan berdasarkan teori
pada beaker glass kedua diberi air dengan bahwa massa jenis minyak lebih berat
lapisan minyak. Setelah dilakukan dibandingkan dengan massa jenis air.
pengamatan dengan mengukur suhu pada Sehingga adanya penambahan minyak dapat
beaker dengan rentang waktu masing – membantu memeperlambat penurunan suhu
masing 5 menit dapat terlihat pada grafik
tersebut memiliki perbedaan hasil yang DAFTAR PUSTAKA
signifikan. Adapun pada kedua beaker glass
mengalami perubahan suhu, namun pada Andrianto, T. (2005). Pedoman
beaker glass yang tidak diberi lapisan
PraktisBudidaya Ikan Kerapu Macan.
minyak mengalami penurunan suhu yang
lebih cepat yaitu T1 67 C, T2 60 C, T3 56 C, Absolut: Yogyakarta.
Ariaty L. (1991). MorfologiDarahIkan Mas
(Cyprinuscarpio), NilaMerah
(Orechromissp) danLele Dumbo
(Clariasgariepinus) dariSukabumi.
Bogor: FakultasPerikanan IPB.

Asmawati. (2004). Biologi Pendidikan IPA


1. Universitas Terbuka: Jakarta

Campbell. (2004). Biologi Edisi Kelima


Jilid III. Erlangga: Jakarta

Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC

Irianto, A. (2005). Patologi Ikan Teleostei.


Cetakan Pertama. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi


Hewan.Yogyakarta : Kanisius.

Soedjono. 1998. Pengantar Anatomi dan


Fisiologi Manusia. LPTK Press: Jakarta

Syamsiar. 1998. Pengantar Fisiologi


Manusia. Depdikbud. Jakarta

Waskito, dkk. (1992). Biologi. Bumi


Aksara: Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai