Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH NORMAL DENGAN CARA MENYESUAIKAN


PAKAIAN DAN MEMODIFIKASI LINGKUNGAN

I.

Konsep Suhu (Termoregulasi)


I.1 Definisi Suhu tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu permukaan berfluktuasi
bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 360
C atau 380 C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang
relatif sempit (Perry, 2005). Menurut Sutisna (2010) Suhu tubuh adalah perbedaan
antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. Panas yang diproduksi dikurangi pengeluaran panas sama dengan
nilai suhu tubuh. Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot asimilasi makanan
dan oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat metabolisme basal. Panas
dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran), dan penguapan air di saluran
napas dan kulit. Sejumlah panas juga dikeluarkan melalui urine dan feses.
Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh.
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA
3 Bulan
6 Bulan
1 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
7 Tahun
9 Tahun
11 Tahun
13 Tahun
Dewasa
>70 Tahun

I.2

Tempat pengukuran suhu tubuh

SUHU(DERAJAT CELCIUS)
37,5C
37,5C
37,7C
37,2C
37,0C
36,8C
36,7C
36,7C
36,6C
36,4C
36,0C

Di setiap tempat perawatan baik di rumah sakit maupun klinik dipakai lokasi
pengukuran temperatur pada ketiak, sub lingual dan rektal (Gabriel, 1998). Pada bayi
di bawah umur 2 tahun dapat pula diukur direktal atau lipat paha (Abdul latif, 2000).
Tempat umum pengukuran suhu adalah oral, rektal dan aksila membran timpani,
esofagus, arteri pulmoner atau bahkan kandung kemih. Untuk dewasa awal yang
sehat rata-rata suhu oral 370 C. Tempat-tempat pengukuran ini dapat diiuraikan
sebagai berikut:
a. Pengukuran di ketiak (axila) Melakukan pengukuran suhu di ketiak adalah
dianjurkan karena aman, bersih dan mudah dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan
resiko pada neonatus meskipun itu memerlukan waktu sedikit lebih lama dari
pengukuran suhu di rektal. Pengukuran suhu axila adalah cara paling aman untuk
mengetahui suhu tubuh pada bayi baru lahir. Namun suhu axila merupakan teknik
pengukuran suhu yang kurang akurat karena diletakkan di luar tubuh daripada di
dalam tubuh. Pengukuran axila mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu:
Keuntungan:
1) Aman dan non invansif
2) Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien yang tidak kooperatif
Kerugian:
1) Waktu pengukuran lama
2) Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien
3) Tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang cepat
4) Memerlukan paparan toraks
b. Pengukuran di lipat paha
Pengukuran di lipat paha juga dianjurkan dengan beberapa pertimbangan yaitu:
(Perry, 2005)
1) Anatomi dan fisiologi
Terdapat pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena femoralis dengan
cabang-cabang arteri yang banyak, dimana suhu akan berpindah dari darah ke
permukaan kulit melalui dinding pembuluh darah. Selain itu juga bahwa kulit
epidermis di lipat paha lebih tipis dari kulit di tempat lain sehingga
mempercepat terjadi pengeluran panas dari pembuluh darah yang berada di
lapisan ke permukaan kulit.
2) Aman Daerah tersebut tidak mudah lecet dan bila termometer dijepitkan tidak
mudah lepas atau jatuh.

3) Bersih Termometer tidak akan terkontaminasi sehingga bisa dipakai pada


pasien yang lain tanpa harus disterilkan dalam waktu yang lama.
4) Mudah Mudah dilakukan dan mudah diamati kenaikan suhu tubuh pada
thermometer
c. Pengukuran di rektal
Rektal dijadikan tempat pengukuran karena daerah tersebut banyak pembuluh
darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk menghindari oleh karena dapat
menyebabkan trauma pada pembuluh-pembuluh darah apabila dilakukan berulang
kali. Pengukuran rektal digunakan pada bayi, pasien dengan bedah atau kelainan
rektal, pasien dengan miokard akut.
Pengukuran suhu rektal adalah paling mungkin pada anak-anak yang lebih muda.
Pengukuran suhu tubuh direktal terdapat keuntungan dan kerugian yaitu :
Keuntungan :
1) Terlebih dapat diandalkan bila suhu oral dapat diperoleh.
2) Menunjukkan suhu inti (rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner,
kandung kemih)
Kerugian :
1) Pengukuran suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu yang cepat.
2) Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, nyeri pada
area rektal atau cenderung perdarahan.
3) Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan
ansietas klien.
4) Memerlukan lubritasi
5) Dikontra indikasikan pada bayi baru lahir
d. Pengukuran oral
Yaitu pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih khususnya di bawah lidah
karena daerah ini banyak terdapat mukosa, sedangkan untuk waktu pengukuran
dilakukan berdasarkan lama pengukuran suhu di rektal antara 3-5 menit, di oral 37 menit, axila, 9-15 menit sedangkan pengukuran suhu tubuh di ketiak pada usia
dewasa adalah 8-10 menit (Tulus, 2001).
I.3 Fisiologi suhu tubuh

Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan
meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus
posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran
darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi
hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan
basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme
feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora,
2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area
preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon)
sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH,
yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk
melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan
TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.

Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk
mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
1. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan

pembuluh

darah

kulit

akan

mengalami

vasokonstriksi.

Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari


organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan
temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk
produksi panas.
2. Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang
pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya,
menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi
panas.
3. Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot
dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulangulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas
tubuh dapat meningkat 4x dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit.
4. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih
hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahanlahan meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu
tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif
berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah
merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic,
dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat
peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi
pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke
lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume
aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu
yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil.
Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf
simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi
lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu

mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Skema Mekanisme Feedback


Negatif Menghemat Atau Meningkatkan Produksi Panas Menurun.
I.4 Mekanisme kehilangan panas tubuh melalui kulit
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki
panjang gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang
panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas
paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada
gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit.
Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak
terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga
udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan bendabenda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi
dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan
tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada
paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas
tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak
berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari. Hal ini
menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori
per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat
difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

Gambar Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas (Tamsuri Anas, 2007)
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui
radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu
tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi.
Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui
evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya
suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas
tubuh dari lingkungan.

I.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu tubuh


a. Usia
Pada saat lahir bayi meninggalkan lingkungan yang hangat yang relatif konstan,
masuk ke dalam lingkungan yang suhu berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme
tubuh masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap
perubahan suhu. Pada bayi baru lahir pengeluaran suhu tubuh melalui kepala, oleh
karena itu perlu mengunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi tidak stabil sampai pada anak-anak mencapai pubertas. Rentang suhu
normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
b. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas
saat masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu
tubuhnya akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani dengan

mengunakan sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri.


Sistem pendukung sangat penting untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga
(orang tua) yang dapat mendengarkan, perhatian, merawat dengan dukungan
secara emosional selama mengalami stress. Sistem pendukung pada intinya dapat
mengurangi reaksi stres dan peningkatan kesejahteraan fisik dan mental.
Intervensi krisis merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah, memulihkan
seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi semua dimensi sebelum krisis.
Peningkatan harga diri dilakukan untuk membantu dalam strategi reduksi stres
yang positif yang dilakukan untuk mengatasi stres (Perry, 2005).
c. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh dimana suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, pasien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh akan naik.
Apabila klien berada pada lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh
mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
kondusif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekanisme suhu mereka kurang klien.
d. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set point
hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap
gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi
masalah klinis yang di alami klien (Perry, 2005).
e. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada
atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
f. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal
metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
g. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf
otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine
(NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine
(NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel
tubuh.

I.6 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada suhu tubuh manusia
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan
suhu sampai 39C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan
bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon
(substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam
dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat
dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk
setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme
yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan
yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang
umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan
klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan
dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan
tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat
stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi.
Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang

memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang


termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik,
diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang
menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi
dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium,
sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda
lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat
dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari
40,5C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45C, takikardia
dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena
karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus
berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan
neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.

5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan
hipotermia.
Tingkatan hipotermia
Ringan 34,6 - 36,5C per rektal
Sedang 28,0 - 33,5C per rektal
Berat 17,0 - 27,5C per rektal
Sangat berat 4,0 - 16,5C per rectal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, orang yang
mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah
34,4c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia
terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran,
dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
II.

Rencana asuhan klien dengan gangguan termoregulasi (suhu) tubuh


II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat keperawatan

II.1.1.1Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan


II.1.1.2Riwayat kesehatan
II.1.1.3Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
II.1.1.4Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
II.1.1.5Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
II.1.1.6Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak).
II.1.2 Pemeriksaan fisik : data focus
a. Adanya peningkatan suhu tubuh, nadi, pernapasan, kulit teraba hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah, dan penurunan BB
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan
kalium, jumlah cairan serebrospiral meningkat dan berwarna kuning.
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
II.1.3.1Pemeriksaan leukosit : Pada kebanyakan kasus demam jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada dalam batas normal,kadang kadang
terdapat leukositosis walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit berguna untuk
pemeriksaan demam.
II.1.3.2Pemeriksaan SGOT (Serum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan
ISGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase)
SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali normal setelah
sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT

tidak memerlukan

pembatasan pengobatan.
II.1.3.3Uji Widal : Uji widal adalah suatu reaksi antigen dan antibody
/agglutinin. Agglutinin yang spesifik terdapat salmonella terdapat
serum demam pasien. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspense salmonella yang sudah dimatikan dan telah diolah

dilaboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan


adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
demam thypoid.
II.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Hipertermi
II.2.1 Definisi
Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal
II.2.2 Batasan karakteristik
Objektif :
Kulit merah
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
(frekuensi nafas meningkat)
Kejang atau konvulsi
(kulit) teraba hangat
Takikardi
Takipnea
II.2.3 Faktor yang berhubungan
Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak tepat
Peningkatan laju metabolism
Obat atau ansietas
Terpajan pada lingkungan yang panas
Aktifitas yang berlebihan
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan termoregulasi
II.2.4 Definisi
Frekuensi suhu tubuh pasien antara hipotermia dan hipertermia
II.2.5 Batasan karakteristik
Objektif :
Kulit dingin
Dasar kuku sianosis
Fluktuasi suhu tubuh di atas atau di bawah rentang normal
Kulit merah
Hipertensi
Peningkatan frekuensi pernapasan
Pucat (sedang)
Piloereksi
Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal
Kejang atau konvulsi

Menggigil (ringan)
Pengisian kembali kapiler lambat
Takikardia
Kulit teraba hangat
II.2.6 Faktor yang berhubungan
Penuaan
Fluktuasi suhu lingkungan
Penyakit
Imaturitas
Trauma
II.3 Perencanaan
Diagnosa 1 :
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
NOC : pasien akan menunjukkan termoregulasi (tidak mengalami hipertermi)
II.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
Pengkajian
NIC :
Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
Rasional : perubahan suhu tubuh akan mempengaruhi keadaan pasien
Pantau warna kulit
Rasional : Warna kulit dapat menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
NIC :
Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
dibutuhkan, jika perlu
Rasional : Tindakan kedaruratan dapat mencegah perburukan kondisi pasien
Kolaborasi
NIC :
Berikan obat antipiretik, jika perlu
Rasional : Antipiretik dapat menurunkan panas
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu
tubuh, jika perlu
Rasional : Penggunaan matras dingin dan mandi air hangat dapat menjadi media
perpindahan panas sehingga suhu tubuh pasien dapat menurun
Mandiri
Gunakan washlap hangat di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha
Rasional: Penggunaan washlap hangat dapat menjadi media perpindahan panas

sehingga suhu tubuh pasien dapat menurun


Gunakan kipas angin yang berputar di ruangan pasien

Rasional : Membantu menurunkan suhu ruangan


Gunakan selimut pendingin
Rasional : Penggunaan selimut pendingin dapat menjadi media perpindahan panas
sehingga suhu tubuh pasien dapat menurun
Diagnosa 2 :
II.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
NOC : pasien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara produksi panas,
panas yang diterima dan kehilangan panas.
II.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
Pengkajian :
NIC :
Pantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermia serta hipertermia
Rasional : Pemantauan secara dini dapat mencegah semakin bertambah atau
berkurangnya suhu tubuh
Penyuluhan :
Instruksikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan fluktuasi

suhu
Rasional : Dapat mencegah terjadinya dehidrasi
Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala
awal hipotermia dan hipertermia
Rasional : Dapat mendeteksi awal terjadinya hipotermia dan hipertermia

Kolaborasi :
NIC : berikan obat antipiretik, jika perlu
Rasional : Dapat menurunkan suhu tubuh
Mandiri :
NIC : sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Rasional : Dapat mencegah penurunan maupun peningkatan suhu tubuh

III.

Daftar Pustaka

J.T., Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology. (9th ed.).
Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. EGC :
Jakarta
http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-termoregulasi.html
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/29/jtstikesmuhgo-gdl-megawatia01440-1-bab1-3-i.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22687/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2008-saptorinin-1049-03BAB+II.pdf

Presptor akademik,

()

Banjarmasin, Nopember 2016


Preseptor klinik

()

Anda mungkin juga menyukai