I.
I.2
SUHU(DERAJAT CELCIUS)
37,5C
37,5C
37,7C
37,2C
37,0C
36,8C
36,7C
36,7C
36,6C
36,4C
36,0C
Di setiap tempat perawatan baik di rumah sakit maupun klinik dipakai lokasi
pengukuran temperatur pada ketiak, sub lingual dan rektal (Gabriel, 1998). Pada bayi
di bawah umur 2 tahun dapat pula diukur direktal atau lipat paha (Abdul latif, 2000).
Tempat umum pengukuran suhu adalah oral, rektal dan aksila membran timpani,
esofagus, arteri pulmoner atau bahkan kandung kemih. Untuk dewasa awal yang
sehat rata-rata suhu oral 370 C. Tempat-tempat pengukuran ini dapat diiuraikan
sebagai berikut:
a. Pengukuran di ketiak (axila) Melakukan pengukuran suhu di ketiak adalah
dianjurkan karena aman, bersih dan mudah dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan
resiko pada neonatus meskipun itu memerlukan waktu sedikit lebih lama dari
pengukuran suhu di rektal. Pengukuran suhu axila adalah cara paling aman untuk
mengetahui suhu tubuh pada bayi baru lahir. Namun suhu axila merupakan teknik
pengukuran suhu yang kurang akurat karena diletakkan di luar tubuh daripada di
dalam tubuh. Pengukuran axila mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu:
Keuntungan:
1) Aman dan non invansif
2) Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien yang tidak kooperatif
Kerugian:
1) Waktu pengukuran lama
2) Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien
3) Tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang cepat
4) Memerlukan paparan toraks
b. Pengukuran di lipat paha
Pengukuran di lipat paha juga dianjurkan dengan beberapa pertimbangan yaitu:
(Perry, 2005)
1) Anatomi dan fisiologi
Terdapat pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena femoralis dengan
cabang-cabang arteri yang banyak, dimana suhu akan berpindah dari darah ke
permukaan kulit melalui dinding pembuluh darah. Selain itu juga bahwa kulit
epidermis di lipat paha lebih tipis dari kulit di tempat lain sehingga
mempercepat terjadi pengeluran panas dari pembuluh darah yang berada di
lapisan ke permukaan kulit.
2) Aman Daerah tersebut tidak mudah lecet dan bila termometer dijepitkan tidak
mudah lepas atau jatuh.
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan
meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus
posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran
darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi
hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan
basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme
feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora,
2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area
preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon)
sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH,
yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk
melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan
TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk
mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
1. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan
pembuluh
darah
kulit
akan
mengalami
vasokonstriksi.
Gambar Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas (Tamsuri Anas, 2007)
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui
radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu
tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi.
Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui
evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya
suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas
tubuh dari lingkungan.
I.6 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada suhu tubuh manusia
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan
suhu sampai 39C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan
bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon
(substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam
dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat
dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk
setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme
yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan
yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang
umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan
klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan
dan elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan
tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat
stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi.
Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan
hipotermia.
Tingkatan hipotermia
Ringan 34,6 - 36,5C per rektal
Sedang 28,0 - 33,5C per rektal
Berat 17,0 - 27,5C per rektal
Sangat berat 4,0 - 16,5C per rectal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, orang yang
mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah
34,4c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia
terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran,
dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
II.
tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
II.1.3.3Uji Widal : Uji widal adalah suatu reaksi antigen dan antibody
/agglutinin. Agglutinin yang spesifik terdapat salmonella terdapat
serum demam pasien. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspense salmonella yang sudah dimatikan dan telah diolah
Menggigil (ringan)
Pengisian kembali kapiler lambat
Takikardia
Kulit teraba hangat
II.2.6 Faktor yang berhubungan
Penuaan
Fluktuasi suhu lingkungan
Penyakit
Imaturitas
Trauma
II.3 Perencanaan
Diagnosa 1 :
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
NOC : pasien akan menunjukkan termoregulasi (tidak mengalami hipertermi)
II.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
Pengkajian
NIC :
Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
Rasional : perubahan suhu tubuh akan mempengaruhi keadaan pasien
Pantau warna kulit
Rasional : Warna kulit dapat menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
NIC :
Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
dibutuhkan, jika perlu
Rasional : Tindakan kedaruratan dapat mencegah perburukan kondisi pasien
Kolaborasi
NIC :
Berikan obat antipiretik, jika perlu
Rasional : Antipiretik dapat menurunkan panas
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu
tubuh, jika perlu
Rasional : Penggunaan matras dingin dan mandi air hangat dapat menjadi media
perpindahan panas sehingga suhu tubuh pasien dapat menurun
Mandiri
Gunakan washlap hangat di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha
Rasional: Penggunaan washlap hangat dapat menjadi media perpindahan panas
suhu
Rasional : Dapat mencegah terjadinya dehidrasi
Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala
awal hipotermia dan hipertermia
Rasional : Dapat mendeteksi awal terjadinya hipotermia dan hipertermia
Kolaborasi :
NIC : berikan obat antipiretik, jika perlu
Rasional : Dapat menurunkan suhu tubuh
Mandiri :
NIC : sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Rasional : Dapat mencegah penurunan maupun peningkatan suhu tubuh
III.
Daftar Pustaka
J.T., Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology. (9th ed.).
Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. EGC :
Jakarta
http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-termoregulasi.html
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/29/jtstikesmuhgo-gdl-megawatia01440-1-bab1-3-i.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22687/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2008-saptorinin-1049-03BAB+II.pdf
Presptor akademik,
()
()