Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TEKNIK MENSTABILKAN SUHU TUBUH


A. Konsep dasar
1. Definisi
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh tubuh
dengan panas yang dikeluarkan. Suhu tubuh manusia secara kasar dibagi menjadi
2 yaitu : suhu inti (core temperature) dan suhu perifer/suhu kulit. Suhu inti adalah
suhu pada jaringan / organ vital yang baik perfusinya. Suhu ini relatif sama.
Dengan kata lain, distribusi panas pada bagian-bagian tubuh ini cepat, sehingga
suhu pada beberapa tempat yang berbeda hampir sama. Bagian tersebut secara
fisik terletak di kepala dan dada.
Bagian tubuh dimana suhunya tidak homogen dan bervariasi sepanjang waktu
merupakan bagian dari suhu perifer. Suhu kulit/ perifer berbeda dengan suhu inti,
naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bagian tubuh ini terdiri dari kaki
dan tangan. Suhu perifer ini biasanya 2-4ºC di bawah suhu inti. Suhu tubuh diatur
dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas yang terjadi. Bila
laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas,
timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan
panas lebih besar, panas tubuh dan suhu tubuh menurun.

2. Macam – Macam Suhu Tubuh


Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37.5°C
c. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37.5-40°C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu didalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperature),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dala, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan
(sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperature), yaitu suhu
yang tedapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat
berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C
3. Alat – Alat Pengukur Suhu
Alat - alat pengukur suhu antara lain :
a. termometer air raksa
b. termometer digital
c. termometer telinga digital
d. termometer pengukur suhu di kening

4. Tempat Pengukuran Suhu


Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut.
a. Ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
b. Anus/ dubur/ rektal; termometer didiamkan selama 3-5 menit
c. Mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
d. Telinga
e. kening

5. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif, Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
a. Kecepatan metabolisme basal : Kecepatan metabolisme basal tiap individu
berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh
menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya,
sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis : Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan
kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan
saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan
untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah
produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan
norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan : Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat
menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%.
Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
d. Hormone tiroid : Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper
semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal
e. Hormone kelamin : Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan
peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi
dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa
ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
f. Demam ( peradangan ) : Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
g. Status gizi : Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat
makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan
demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan
suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas : Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan
energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3
– 40,0 °C.
i. Gangguan organ : Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi
dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah
kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu
j. Lingkungan : Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih
dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian
besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh

6. Metode pengukuran suhu tubuh


Ada beberapa metode cara yang bisa dilakukan untuk mengukur suhu tubuh anak,
yaitu:
a. Oral : Termometer dimasukkan ke dalam mulut anak. cara ini membutuhkan
kerjasama dengan anak yang sulit dilakukan sehingga jarang sekali
digunakan. Hasil pengukuran sering kali terganggu karena dipengaruhi oleh
suhu makanan/minuman yang ada dalam mulut. suhu tubuh normal dengan
pengukuran oral, menurut metode pengukuran canadian paediatric society
(2004) adalah 35,5 - 37,5 C.
b. Membran timpani : Suhu tubuh anak diukur dengan menggunakan
termometer inframerah yang dimasukkan ke dalam lubang telinga. membran
timpani merupakan tempat yang ideal untuk pengukuran suhu inti karena
terdapat arteri yang berhubungan dengan pusat termoregulasi (kemampuan
tubuh mempertahankan suhu dalam batas sehat tertentu). akan tetapi ada
beberapa kekurangan , yaitu perbedaan model termometer inframerah bisa
menyebabkan hasil yang bervariasi, lekukan lubang telinga juga memberikan
kesulitan untuk mencapai membran timpani, terutama pada bayi baru lahir.
Suhu tubuh normal dengan pengukuran membran timpani menurut metode
pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 35,8 - 38 ºC.
c. Rektal : Termometer dimasukkan ke dalam rektum anak. cara ini dianggap
paling mendekati suhu sentral, namun ketika suhu sentral meningkat atau
menurun secara tiba-tiba , maka temperatur rektal berubah lebih lama dan
dapat berbeda dari temperatur sentral. Hasil pemeriksaan melalui rektal tidak
direkomendasikan pada pasien bati baru lahir ataupun pasien diare. suhu
tubuh normal dengan pengukuran rektal menurut metode pengukuran
canadian paediatric society (2004) adalah 36,6 - 38 ºC.
d. Aksila : Cara ini adalah dengan termometer diselipkan di ketiak anak. cara ini
mudah dilakukan dan nyaman bagi anak, hanya saja memiliki sensitivitas
yang bervariasi. pemeriksaan dengan cara aksila dipengaruhi oleh jenis
termometer, lama pengukuran dan suhu lingkungan. biasanya suhu aksila
lebih rendah 0,5 derajat selcius daripada suhu rektal ataupun membran
timpani. suhu tubuh normal dengan pengukuran aksila menurut metode
pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 34,7 - 37,3 C.
e. Dahi : Thermometer yang digunakan kan pada bayi merupakan thermometer
arteri temporalis yang memanfaatkan scanner inframerah untuk mengukur
suhu tubuh melalui arteri temporalis pada dahi.

7. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.


Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan.
a. Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Kompres hangat dapat
digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang (Gabriel
F.J, 2000).
Tujuan:
1) memperlancar sirkulasi darah
2) mengurangi rasa sakit
3) memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
4) merangsang peristatik usus
Indikasi :
1) klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
2) klien dengan perut kembung
3) klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian sepasme
otot
4) adanya abses, hematoma
Kontraindikasi :
1) Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan
meningkatkanperdarahan dan pembengkakan
2) Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan
meningkatkanperdarahan
3) Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4) Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat
metastase (tumor sekunder)
5) Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat
membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
Cara pemberian kompres hangat basah
1) Persiapan alat :
a)Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
b) Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
c)Kasa perban atau kain segitiga
d) Pengalas
e)Sarung tangan bersih di tempatnya
f) Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
g) waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
h) pinset anatomi 2 buah
i) korentang
2) Prosedur
a) Atur posisi klien yang nyaman
b) Dekatkan alat-alat kedekat klien
c) Perhatikan privacy klien
d) Cuci tangan
e) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
f) Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban. Kemudian,
buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
g) Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke
dalam kom yang berisi cairan hangat.
h) Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area yang
akan dikompres
i) Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan
kasa kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga
j) Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti
balutan kompres tiap 5 menit
k) Lepaskan sarung tangan
l) Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
m) Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
n) Cuci tangan
o) Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
3) Hal yang perlu diperhatikan:
a)Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap
hangat
b) Cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar
c)Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres
d) Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka
tertutup seperti memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang
penting bersih.

b. Kompres Dingin
Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Menempatkan suatu zat dengan
suhu rendah bertujuan untuk melakukan terapi penyembuhan
Tujuan
1) Menurunkan suhu tubuh
2) Mencegah peradangan meluas
3) Mengurangi kongesti
4) Mengurangi perdarahan setempat
5) Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
Indikasi
1) Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
2) Klien dengan batuk dan muntah darah
3) Pascatonsilektomi
4) Radang, memar
Kontraindikasi :
1) Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi 
aliran ke luka terbuka
2) Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut
dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud,
dingin akan meningkatkan spasme arteri
3) Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi
terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis,
eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot), yang
dapat membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.
Cara pemberian kompres : Kompres dingin basah dengan air biasa/air es.
1) Persiapan alat
a)Kom kecil berisi air biasa/air es
b) Perlak pengalas
c)Beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu
d) Sampiran bila perlu
e)Selimut bila perlu
2) Prosedur :
a)Atur posisi klien dengan senyaman mungkin
b) Dekatkan alat-alat ke klien
c)Pasang sampiran bila perlu
d) Cuci tangan
e)Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
f) Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas sampai
lembab
g) letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
h) ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah
terendam dalam air biasa atau air es.
i) Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
j) Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini sudah selesai
k) Cuci tangan
l) Dokumentasikan
3) Hal yang harus diperhatikan:
a)Bila suhu tubuh 39c/lebih, tempat kompres dilipat paha dan ketiak
b) Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang busur
selimut di atas dada dan perut klien agar seprei atas tidak basah

DAFTAR PUSTAKA
Aimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental keperawatan, Ed. 7, Vol 1. Jakarta:
EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Nasution, Septian. 2012. Prosedur Mengenakan dan Melepas Sarung Tangan [online].
Tersedia: http://septinas.blogspot.com/2012/06/prosedur-mengenakan-melepas-
sarung.html [9 Juni 2015].
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku
2. Jakarta: Salemba Medik
http://rahmahsafitrilion19.blogspot.com/2016/05/konsep-keseimbangan-suhu-tubuh-
dan.html diakses tanggal 14 januari 2019
https://lingkupduniakesehatan.blogspot.com/2017/05/perubahan-suhu-tubuh_25.html
diakses tanggal 14 januari 2019

Anda mungkin juga menyukai