Disusun Oleh :
Dito Tri Wibowo
NIM .2020012
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERPIREKSIA
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
mana dari tubuh yang disebut sebagai suhu tubuh. Ada 3 cara
untuk menentukan :
rumus suhu rata-rata = 0.7 suhu inti + 0.3 suhu periferPada manusia untuk mendapatkan gambaran
suhu tubuh
0.4°C lebih rendah dari suhu mulut dan 0.5°-1°C dibawah suhu
rektum.
C. MANIFESTASI KLINIS
Bila suhu badan meningkat terus dan pada pengukuran suhu rektal
mencapai 41,1oC atau lebih terjadilah apa yang dinamakan hiperpireksia
dan manifestasi klinis akan bertambah dan bergantung pada
keadaan.Gejala klinis yang penting dan harus dikenal secepatnya supaya
dapat ditanggulangi segera
D. PATOFISIOLOGI
Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja pada
keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan
mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan
meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta
pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan
keringat.
PATHWAY
E. PENGOBATAN
b. menggunakan obat-obatan
Obat-obatan yang dipakai adalah antipretik yang tujuannya untuk
menurunkan set point hipotalamus. Obat ini bekerja melalui
inhibisi biosintesis prostaglandin E, sehingga mencegah atau
menghambat pengaruh pirogen endogen. Bila set point diturunkan,
pembentukan panas dikurangi dan pengeluaran panas tubuh akan
meningkat, sehingga suhu tubuh akan menurun dan bahkan pada
panas yang tak terlalu tinggi kompres es/ selimut hipotermik tidak
diperlukan. Untuk mencegah menggigil karena vasodilatasi di
kulit dan pengeluaran keringat, penderita dapat diselimuti. Obat
antipiretik yang dipakai misalnya aspirin. Dosis aspirin adalah 60
mg/ tahun/ kali, sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6
bulan diberikan 10 mg/ bulan/ kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar
maksimal dalam darah tercapai dalam 2 jam pemberian oral, tetapi
half life meningkat dengan menaikkan dosis sehingga ada bahaya
2. Pengobatan Penunjang
Pengobatan penunjang harus segra dan bersamaan dengan
menurunkan suhu tubuh secara simptomatis. Hal ini bergantung pada
gejala yang timbul, tetapi meskipun demikian kita harus waspada
sebab sewaktu-waktu gejala yang memberatkan penderita akan
timbul. Penatalaksanaan terdiri atas :
a. Mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin,
kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeotomi
b. Pasanglah dan pertahankan infus untuk menjamin pemasukan
cairan secara teratur dan mempertahankan keseimbangan
elektrolit.
c. Bila penderita gelisah dapat diberikan sedativa karena
kegelisahan dapat menambah pembentukan panas
d. Bila terjadi keadaan menggigil dapat diberikan klorpromazin
dengan dosis 2 – 4 mg/ kg BB dibagi dalam 3 dosis. Pada heat
stroke kecuali pengobatan penurunan suhu secara fisik, dapat
diberikan klorpromazin untuk mencegah vasokonstriksi
pembuluh darah kulit akibat bendungan yang terlalu cepat karena
tindakan secara fisik tersebut.
e. Bila terdapat kejang segera hentikan kejangnya
f. Bila timbul DIC (disseminated intravascular coagulation)
tanggulangi secepatnya. Sebenarnya DIC tidak memerlukan
pengobatan bila penyebabnya diobati dengan tepat, tetapi pada
anak bila terjadi perdarahan hebat dapat diberikan heparin
dengan dosis 25 unit per kg BB dalam 1 jam di dalam infuse
secara kontinu atau 100 unit per kg BB tiap 4 – 6 jam sekali
secara intravena.
g. Bila terjadi hipoksia yang dapat mengakibatkan edema otak
dapat diberikan kortison dengan dosis 20 -30 mg/ kg BB dibagi
dalam 3 dosis atau sebaiknya dexamethasone ½ - 1 ampul setiap
6 jam sampai keadaan membaik.
PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul
demam, gejala lain yang menyertai demam (miasalnya: mual
muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus
dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan
laboratotium, foto rontgent ataupun USG
https://koaskamar13.wordpress.com/2007/09/21/hiper-pireksia/
http://khakarangga.blogspot.co.id/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
febris.html
http://kireihimee.blogspot.co.id/2009/07/hiperpireksia.html