Oleh :
RINI ROSDIYANA
163112620120111
Bahan
F. Cara Keja
1. Pengukuran Suhu Mulut
a. Bersihkan termometer klinik dengan alkohol
b. Turunkan miniskus bawah air raksa sampai dibawah skala dengan
mengayunkan sentakan termometer tersebut berkali-kali.
c. Letakan reservoir termometer dibawah lidah dan OP menutup mulut rapat-
rapat.
d. Setelah 5-10 menit kemudian baca dan catat suhu OP.
2. Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur dengan air es pada suhu
mulut
a. Turunkan miniskus air raksa sampai miniskus bawah.
b. Letakan termometer dibawah lidah OP
c. Baca dan catat suhu mulut setelah 5 menit.
d. Tanpa menurunkan miniskus air raksa letakan kembali termometer di bawah
lidah OP.
e. Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
f. OP bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil menutup lubang
hidung. Ulangi percobaan 1 sampai 5
g. OP berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit, segera setelah itu
ukur dan catat suhu dan ulangi percobaan 1 sampai 5
3. Pengukuran suhu axilla
a. Keringkan ketiak OP, OP berbaring terlentang
b. Seperti prosedur 1 a dan b letakan termometer dibawah keriak dan jepit dengan
baik.
c. Setelah 10 menit baca dan catat suhu ketiak OP.
4. Pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh binatang poikilotermik
a. Tetapkan suhu ruang dengan termometer kimia.
b. Ikat dengan tali seekor kodok yang terlentang diatas papan fiksasi.
c. Masukan termometer kimia ke dalam esofagus kodok,
d. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
e. Dengan termometer masih dalam esofagus katak benamkan kodok ke dalam air
es selama 5 menit.
f. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
g. Keluarkankodok dari air es dan ukur suhu air es.
h. Keluarkan kodok adari air es dan diamkan beberpa menit dalam suhu ruang,
sementara itu siapkan air hangat.
i. Masukan kembali termometer kedalam esofagus kodok, benamkan kodok
dalam air hangat sampai setinggi leher kodok.
j. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
G. Hasil
Di Lampirkan
H. Pembahasan
a. Mulut (Oral)
1. Keuntungan
Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi.
Nyaman bagi pasien
Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat
2. Kerugian
Tidak boleh dilakukan pada pasien yang bernafas lewat mulut.
Tidak boleh dilakukan pada pasien yang bedah oral, trauma oral, riwayat
epilepsi, atau gemetar akibat kedinginan.
Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau
pasien konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif.
b. Ketiak (Axilla)
1. Keuntungan
Aman dan non invasif
Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan pasien
2. Kerugian
Waktu pengukuran lama
Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi pasien
Setelah dilakukan kedua percobaan di atas suhu tubuh masih tetap normal sebab
pada tubuh mamalia terdapat thermoreseptor di otak, thermoreseptor ini mengatur suhu
tubuh mammalia. Pada saat bernafas terjadi proses pemasukan panas sedangkan pada
saat berkumur dengan air es terjadi proses pengeluaran panas yang terjadi karena radiasi
dan konveksi (tubuh mengeluarkan panas).
I. Kesimpulan
Suhu tubuh dipengaruhi oleh proses bernapas dari mulut terjadi proses
pemasukan panas karena proses bernafas menghasilkan energi yang banyak. Berkumur
dengan air es terjadi proses pengeluaran panas (konveksi dan radiasi) agar dapat
menyesuaikan suhu tubuh tersebut dengan kondisi lingkungannya.
J. Saran
Sebelum melakukan pengukuran suhu, sebaiknya diperhatikan faktor-faktor
yang bisa mempengaruhi hasil baik kondisi pasien seperti umur, berat badan, jenis
kelamin maupun alat yang akan digunakan agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran
dan hasil pengukuran yang diperoleh benar-benar valid. Pengukuran suhu dapat
dilakukan di tiga tempat yaitu mulut, ketiak, dan anus, tetapi dianjurkan untuk
melakukan pengukuran suhu di mulut.
DAFTAR PUSTAKA