Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

SPIROMETRI

Nama : Yuda Pradana


NIM : 41140033

Kelompok 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
2015
BAB I
LATAR BELAKANG

Sistem pernapasan menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang


karbondioksida. Empat fungsi utama pernapasan adalah (1) ventilasi paru, yaitu masuk
dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru; (2) difusi oksigen dan karbon
dioksida antara alveoli dan darah; (3) pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam
darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh; (4) pengaturan ventilasi dan segi
lain dari pernapasan.

Praktikum fisiologi spirometri merupakan metode pembelajaran untuk


memahami volume, kapasitas paru, dan saturasi oksigen. Volume udara yang keluar
masuk paru-paru pada waktu gerakan pernapasan dapat diukur dengan spirometer. Yang
dapat diukur secara langsung adalah :
1. Volume tidal;
2. Volume cadangan inspirasi;
3. Volume cadangan ekspirasi;
4. Kapasitas inspirasi;
5. Kapasitas vital.

Dengan mengetahui kapasitas vital, dapat diketahui fungsi paru-paru atau


keadaan saluran penapasan. Faktor-faktor yang berperan dalam kapasistas vital adalah
sikap badan saat diukur, pekerjaan seseorang, umur, jenis kelamin, status kesehatan,
tinggi badan, dan indeks masa tubuh.
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain :


1. Mampu mengukur volume dan kapasitas paru menggunakan spirometer dan peak flow
meter.
2. Memahami spirometri statis.
3. Mampu mengukur saturasi oksigen menggunakan pulse oksimeter dan
menginterpretasikan hasilnya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat


volume udara yang masuk dan keluar paru, atau disebut spirometri. Bentuk spirometri
dasar terdiri aras sebuah drum terbalik yang di tempatkan diatas bak air, dan drum
tersebut diimbangi oleh sebuah beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas,
biasanya udara atau oksigen, dan sebuah pipa yang meghubungkan ke mulut dengan
ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik
turun dan merekamnya pada gulungan kertas yang berputar. Untuk memudahkan
penjelasan mengenai peristiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru dibagi menjadi
empat volume dan kapasitas, yang merupakan rata – rata pada laki – laki dewasa muda.
(Guyton &Hall, 2014:503).

Penjelasan dari masing-masing volume adalah sebagai berikut.

1. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal; besarnya kira-kira 500 ml pada lakilaki dewasa.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi
setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; biasanya
mencapai 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah
normalnya adalah sekitar 1100 ml.
4. Volume residu (RV) yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah
ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 ml.
5. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumlah maksimum.
6. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).
7. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 ml).
(Nilai ini memberikan informasi yang berguna mengenai kekuatan otot-otot
pernapasan dan aspek fungsi paru lainnya.)
8. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan
paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 ml); jumlah
ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu. (Guyton &Hall,2014,503-
504).

Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam
jalan napas. Nilai tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh,
usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Peak flow meter berupa
alat ukur kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor kemampuan untuk
menggerakkan udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang digunakan
untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas.
Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak
Flow Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas
penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar tes ini menjadi bermakna, orang
yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama,
minimal sebanyak tiga kali.
BAB IV
ALAT dan BAHAN

1. Spirometer
2. Peak flow meter
3. Pulse oxymetry
4. Stopwatch
BAB V
CARA KERJA

I. Spirometer
1 2 3 4
Bersihkan Bernafas seperti Inspirasi dalam Hitunglah
Mouthpiece biasa untuk dan ekspirasi Volume tidal,
dengan alkohol mengukur kuat 3 kali dan VCE, VCI,
dan masukan ke volume tidal bernafas seperti kapasitas vital,
dalam mulut biasa 3 kali dan kapasitas
total

Selama pengukuran pastikan tidak ada udara yang bocor.

II. Peak Flow Meter


1 2 3 4
Naracoba Pegang Peak Bernafas biasa 3 Lakukan
berdiri atau Flow Meter kali lalu pengukuran
duduk dalam sejajar dengan inspirasi dalam sebanyak 3 kali
posisi nyaman mulut dan hembuskan dan ambil data
pada Peak Flow yang terbesar
Meter

Pastikan jarum penunjuk berada pada angka nol sebelum pengukuran.


III. Pulse Oksimeter
1 2 3 4
Duduk selama 5 Pasangkan Pulse Biarakan selama Naracoba
menit dan Oksimetri pada 10 detik dan menahan nafas
bernafas normal ibu jari atau jari catatlah dan diukur
telunjuk hasilnya setiap 10 detik

Naracoba hanya perlu menahan nafas sebisa mungkin (tidak perlu dipaksakan).
BAB VI
HASIL PRAKTIKUM

Data Probandus
Nama : Ranbebasa Bijak Buana
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 80 kg
Suhu kamar : 25 oC
Kelembaban Udara : 63 %
Tekanan Udara : 1013 hPa

I. Spirometer

Volume Tidal : 1000 ml


Volume Cadangan Inspirasi : 1500 ml
Volume Cadangan Ekspirasi : 1000 ml
Kapasitas Inspirasi : 2500 ml
Kapasitas Vital : 3500 ml
Kapasitas Vital Prediksi : 4250 ml

II. Peak Flow Meter


Hasil I : 500 L/min
Hasil II : 540 L/min
Hasil III : 530 L/min
Kesimpulan : 540 L/min
III. Pulse Oksimeter
Detik 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
SO2 (%) 99 99 98 98 98 99 99 98 97 96
HR 92 83 69 58 52 53 57 61 63 62
(x/min)
BAB VII
PEMBAHASAN

1. Spirometer
Berdasarkan hasil yang didapatkan, volume paru probandus pada saat
praktikum sedikit berbeda dengan rentang normal. Volume tidal probandus adalah 1000
ml, hasil tersebut lebih tinggi dari jumlah normal volume tidal yaitu 500 ml. Volume
cadangan inspirasi probandus 1500 ml, jumlah ini lebih rendah dari normal yaitu 3000
ml. Volume cadangan ekspirasi probandus adalah 1000 ml, sedangkan volume normal
cadangan ekspirasi adalah 1500 ml. Kapasitas vital yang didapat adalah 3500 ml, yang
normalnya sebesar 5000 ml. Besar kapasitas vital dipengaruhi oleh jumlah volume tidal,
volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Sedangkan kapasitas vital
prediksi probandus adalah sebesar 4250 ml, dihitung melalui rumus Baldwin (27,63-
(0,112 x umur) x TB). Dan untuk kapasitas inspirasi didapatkan sebesar 2500 ml. Hasil
yang didapatkan dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tinggi badan, dan kondisi
kesehatan tubuh probandus.

2. Peak flow meter


Berdasarkan hasil yang didapatkan, arus puncak ekspirasi probandus
didapatkan lebih rendah dari nilai normal. Hasil ekspirasi puncak probandus adalah
sebesar 540 ml, sedangkan nilai normalnya 620 ml.
Banyak faktor yang memengaruhi ekspirasi puncak misalnya umur, jenis
kelamin, postur tubuh, posisi selama pengukuran, ataupun karena standar tersebut hanya
diperuntukkan untuk orang-orang yang berbeda ras dengan orang Indonesia pada
umumnya.. Meskipun dengan pada praktikum hasil yang ditunjukkan dibawah normal,
tetapi belum tentu probandus mengalami gangguan pernapasan.
Posisi tubuh saat melakukan percobaan juga berpengaruh terhadap nilai
puncak ekspirasi, posisi berbaring terlentang akan menghasilkan ekspirasi lebih besar
dibandingkan saat duduk karena ketika duduk diafragma akan mendorong rongga dada
keatas sehingga ketika menghirup udara, udara akan lebih sedikit masuk ke paru-paru
dibandingkan ketika berbaring karena diafragma tidak mendorong rongga dada
sehingga udara yang masuk lebih banyak dan yang akan diekspirasikan juga lebih
banyak.
Tinggi atau ukuran badan juga berpengaruh karena kebutuhan oksigen dari
seseorang yang berukuran tubuh besar cenderung lebih besar untuk memenuhi
kebutuhan oksigen untuk jaringan di dalam tubuhnya. Selain itu, orang yang memilki
ukuran tubuh lebih besar juga memiliki kekuatan menghirup udara lebih banyak
berdasarkan volume rongga dadanya.

3. Pulse oksimetri
Berdasarkan hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa saturasi oksigen
dari detik ke 0 sampai ke 90 terus menurun. Hal tersebut dpat disebabkan karena saat
pengukuran menggunakan pulse oksimetri, probandus menahan napas, sehingga tidak
ada udara yang masuk ke paru-paru probandus sehingga oksigen didalam tubuh
probandus berkurang, sehingga menyebabkan tekanan oksigen menurun yang
mengakibatkan kandungan oksigen pada hemoglobin berkurang.
Selain saturasi oksigen, yang dapat dilihat juga adalah heart rate probandus.
Berdasarkan hasil yang didapat heart rate probandus meningkat, hal ini dapat
disebabkan karena suplai oksigen ketubuh berkurang, sedangkan kebutuhan oksigen
tubuh tidak berkurang sehingga respon tubuh terhadap keadaan ini adalah meningkatkan
kecepatan jantung atau heart rate.
BAB VIII
KESIMPULAN

1. Hasil pengukuran spirometri dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tinggi badan, dan
kondisi kesehatan tubuh.
2. Hasil pengukuran peak flow metri dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, postur tubuh,
posisi selama pengukuran, standar hasil pengukuran yang berbeda pada setiap ras.
3. Saturasi oksigen pada saat menahan napas akan turun terus menerus, sebagai
kompensasinya tubuh meningkatkan kecepatan jantung atau heart rate.
BAB IX
DAFTAR PUSTAKA

 Sherwood Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi 6). Jakarta :
EGC.
 Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi 12). Jakarta
: EGC.
 Ganong, W.F. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
BAB X
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai