Anda di halaman 1dari 23

SISTEM RESPIRASI

I. Tujuan Percobaan

1. Menjelaskan peranan sistem respirasi dalam mempertahankan


homeostatis tubuh.
2. Menjelaskan peran organ organ yang terlibat dalam respirasi.
3. Menerapkan cara sederhana dalam mendeteksi adanya kelainan
dalam sistem respirasi.
4. Mengetahui kapasitas pernapasan paru-paru.

II. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Alat ukur (meteran) 1. Alkohol


2. Stetoskop 2. Kapas
3. Stopwatch
4. Spirometer
III. Prosedur Percobaan
3.1 Anatomi
3.2 Fisiologi
a. Proses Inspirasi dan Ekspirasi
Rongga dada relawan diukur pada saat mengalami respirasi normal
(inspirasi normal dan ekspirasi normal). Kemudian diukur pula rongga dada
relawan saat menarik napas dalam (inspirasi maksimum). Untuk bagian
rongga dada yang diukur yaitu daerah axila dan xiphoid.
b. Bunyi Pernapasan
Stetoskop ditempatkan pada berbagai posisi dipunggung. Kemudian bunyi
pernapasan relawan didengar, selanjutnya dihitung frekuensi pernapasan atau
jumlah pernapasan per menit. Kekuatan serta bunyi pernapasan relawan
kemudian dibahas.
c. Menentukan perbandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi
Cadangan (VEC), dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC)
Dilakukan inhalasi normal kemudian diekshalasikan normal ke dalam
spirometer. Nilai yang tertera pada spirometer adalah nilai VT kemudian nilai
tersebut dicatat. Dilakukan inhalasi normal, setelah itu diekshalasikan sekuat-
kuatnya ke dalam spirometer. Nilai yang tertera pada spirometer adalah nilai
VEC kemudian nilai tersebut dicatat. Selanjutnya, dilakukan inhalasi sedalam
mungkin kemudian diekshalasikan sekuat-kuatnya kedalam spirometer. Nilai
yang tertera pada spirometer adalah nilai Kapasitas Vital (KV), kemudian
nilai tersebut dicatat.
IV. Data pengamatan

Proses Inspirasi dan Ekspirasi

Tabel 1.1 Pengukuran Rongga dada pada bagian axila dan xiphoid saat normal,
inspirasi dan ekspirasi

Keadaan Perempuan Laki - Laki


Axila Xiphoid Axila Xiphoid
Normal 75 cm 65 cm 89 cm 77 cm
Inspirasi 82 cm 68 cm 94 cm 81 cm
Ekspirasi 75 cm 64 cm 86 cm 73 cm

Dari data tersebut didapatkan bahwa ukuran rongga dada saat melakukan proses
inspirasi lebih besar dibandingkan saat melakukan proses ekspirasi.

Tabel 1.2 komponen komponen yang terlibat dan perubahan yang terjadi pada
proses ekspirasi dan inspirasi

Proses Komponen yang terlibat Perubahan yang terjadi


Ekspirasi Pernafasan perut : Fase berelaksasi Pernafasan perut : Sehingga rongga
otot diafragma kembali ke posisi dada mengecil dan tekanan darah
semula, mengembang. akan menjadi lebih besar yang
Pernafasan dada : Fase relaksasi mengakibatkan udara keluar dari
otot antar tulang rusuk ke posisi paru-paru.
semula yang diikuti oleh turunnya Pernafasan dada : Sehingga rongga
tulang rusuk. dada akan menjadi kecil yang
mengakibatkan tekanan didalam
rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan yang ada diluar
dan udara yang ada didalam rongga
dada akan berjalan keluar.
Inspirasi Pernafasan perut : Otot diafragma Pernafasan perut : Sehingga rongga
berkontraksi sehingga diafragma dada membesar dan tekanan
mendatar. menjadi lebih kecil. Hal ini
Pernafasan dada : Kontraksi otot mengakibatkan udara luar akan
antar tulang rusuk. masuk.
Pernafasan dada : Sehingga rongga
dada membesar yang
mengakibatkan tekanan dalam
rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan diluar sehingga
udara luar yang kaya akan oksigen
akan masuk.

Bunyi pernafasan
Perempuan : Tidak terdapat atau terdengar bunyi pernafasan
Laki laki : Tidak terdapat atau terdengar bunyi pernafasan
Perbandingan VT, VEC, dan VIC
Tabel 1.3 Frekuensi pernafasan (jumlah pernafasan/ menit)
Volume Perempuan Laki laki
Volume Tidal (VT) 1000 1100
Volume Ekstenal Cadangan 1200 2500
(VEC)
Kapasitan volume paru (KV) 2700 4500

Volume Inspirasi Cadangan (VIC) laki laki

VIC = KV (VT + VEC)

= 4500 (1100 + 2500)

= 900
Volume Inspirasi Cadangan (VIC) perempuan

VIC = KV (VT + VEC)

= 2700 (1000 + 1200)

= 500

Berdasarkan data di atas perbandingan nilai VT:VEC:VIC

Perempuan Laki laki


VT : VEC : VIC VT : VEC : VIC
1100 : 2500 : 900 1000 : 1200 : 500
1,2 : 2,7 : 1 2 : 2,4 : 1

Tugas

7.1. Carilah dari literatur dan gambarkan pada laporan, organ organ yang terlibat
dalam sistem respirasi serta cantumkan bagian bagiannya!

(Leonhardt, 1988).
7.2. Berdasarkan hasil pengamatan bunyi pernafasan dan perbandingan nilai
VT:VEC:VIC, berikan kesimpulan apakah terdapat kelainan pada sistem
pernafasan ?

Pada umumnya perbandingan antara volume tidal, volume ekspirasi


cadangan dan volume inspirasi cadangan adalah 1:2:6 untuk pria. Sedangkan
untuk wanita, perbandingannya sebesar 2:3:8. Namun dari hasil percobaan
menunjukan bahwa perbandingan tidak sesuai dengan literatur. Kesalahan ini bisa
disebabkan oleh pernapasan yang kurang normal dari praktikan. Bisa juga
disebabkan kondisi lingkungan, contohnya keadaan udara di dalam ruangan
tempat praktikum berlangsung. Sebagai aplikasi dalam bunyi pernafasan dan
pengukuran volume respirasi adalah untuk mendeteksi patologi pada volume
paru-paru. Contohnya pada orang asma konstriksi jalannya udara cenderung
menutup sebelum ekshalasi penuh dan terdapat bunyi pernafasan . Hasilnya fungsi
paru-paru menunjukkan pengurangan kapasitas vital, pengurangan ekspirasi
cadangan, dan kecepatan pergerakan udara. Pada saat kontriksi saluran udara akan
menghasilkan suara yang tidak normal pada serangan asma. Kondisi itu
membatasi penggembungan maksimal paru-paru yang berefek sama terhadap
kapasitas vital. Karena hal tersebut, inspirasi cadangan menjadi rendah. Meskipun
demikian pada praktikum kali ini kondisi praktikan memilik ekspirasi cadangan
dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif normal (Leonhardt, 1988).
V. Pembahasan

5.1 Proses Inspirasi dan Ekspirasi

Sistem respirasi merupakan kegiatan menginhalasi dan mengekshalasi


udara dengan tujuan mempertukarkan O2 (oksigen) dengan CO2
(karbondioksida) sama dengan bernafas atau ventilasi, serta proses
metabolisme selular dimana O2 dihirup, bahan bahan dioksidasi, energi
dilepaskan dan CO2 serta produk yang sudah dioksidasi dihembuskan. Sistem
respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan
parameter kesehatan manusia. Jika salah satu sistem respirasi terganggu maka
secara sistem lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat
menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka
panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit (Evelyn C.Pearce,
2008 : 190-205).

Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran


pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah
sebagai berikut: rongga hidung - faring laring - trakea -bronkus - paru-paru
(bronkiolus dan alveolus). (Carlos, 1998 : 205 ).

Organ organ yang terlibat dalam sistem respirasi:


1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada
bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
3. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian
di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam
rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan.
4. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
5. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus
alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur
seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat
lebar untuk pertukaran gas.
6. Bronkiolus
Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk
kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus
berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
7. Alveolus
Cabang bronkiolus yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-
paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak kapiler
darah. melalui kapiler darah oksigen yang berada dalam alveolus berdifusi
masuk ke dalam darah (Evelyn C.Pearce, 2008 : 190-205).

Mekanisme Pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur meskipun sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan
luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh (Carlos, 1998 : 205 ).
Proses inspirasi dan ekspirasi

A. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fase inspirasi.

Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi.

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi
lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang
kaya karbon dioksida keluar
B. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas


otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme
pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.

1. Fase Inspirasi

Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,


akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara
luar masuk.
2. Fase Ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke


posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
(Evelyn C.Pearce. 2008, hal 205 - 208)

Pada praktikum kali ini terdapat dua bagian pengukuran pada rongga dada
bagian axila (ketiak) dan xiphoid (rusuk bagian bawah) diukur diameternya dalam
beberapa kondisi, yaitu pada inspirasi biasa, ekspirasi biasa, inspirasi kuat,
ekspirasi kuat, Kemudian dihitung ekspansi pada respirasi biasa dan kuat dengan
menghitung selisih saat inspirasi dan ekspirasi kuat dengan inspirasi dan ekspirasi
biasa.

Tabel 1.1 Pengukuran Rongga dada pada bagian axila dan xiphoid saat
normal, inspirasi dan ekspirasi

Keadaan Perempuan Laki Laki


Axila Xiphoid Axila Xiphoid
Normal 75 cm 65 cm 89 cm 77 cm
Inspirasi 82 cm 68 cm 94 cm 81 cm
Ekspirasi 75 cm 64 cm 86 cm 73 cm
Tabel 1.2 komponen komponen yang terlibat dan perubahan yang terjadi
pada proses ekspirasi dan inspirasi

Proses Komponen yang terlibat Perubahan yang


terjadi
Ekspirasi Rongga dada, paru paru, diafragma Mengembang
Inspirasi Rongga dada, paru paru, diafragma Mengempis

Dari data tersebut didapatkan bahwa ukuran rongga dada saat melakukan
proses inspirasi lebih besar dibandingkan saat melakukan proses ekspirasi. Hal itu
dikarenakan pada saat melakukan proses inspirasi terjadi kontraksi otot antar
tulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil dari pada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen dapat masuk, sedangkan pada proses ekspirasi yang terjadi adalah
merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari
pada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya akan karbon
dioksida keluar. Pada kedua fase tersebut dapat diketahui bahwa saat melakukan
proses inspirasi dan ekspirasi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan
karbondioksida.diperoleh data bahwa ukuran dada tergantung pada berat badan
dari praktikan, namun untuk ekspansi, jenis kelamin juga berpengaruh, laki-laki
rata-rata mengalami ekspansi lebih besar daripada wanita. Hal ini dapat juga
disebabkan oleh aktvitas dan kebutuhan oksigen seseorang yang berbeda-beda.
5.2 Bunyi Pernafasan

Mengetahui bunyi pernafasan bertujuan untuk menghitung jumlah pernafasan


normal. Bunyi pernafasan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu normal dan
abnormal :

Bunyi pernafasan normal

1. Bunyi Bronchial

Bunyi pernafasan bronchial dihasilkan saat udara mengalir melalui trakea


dan bronki. Bunyi bronchial cukup keras terdengar, dengan nada yang
cukup tinggi, dan suara terdengar jelas dengan bantuan stetoskop
(Algasaff, 2005).

2. Bunyi Vesikular

Bunyi pernafasan vesikular dapat terdengar apabila udara memasuki


alveoli. Suara pernafasan vesikular terdiri atas fase inspirasi yang
terdengar lemah (suara pelan) yang diikuti oleh fase ekspirasi yang hampir
tidak terdengar. Suara pernafasan ini terdengar di sekitar peripheral dari
daerah paru-paru. Pada saat keadaan istirahat, suara pernafasan ini tidak
akan terdengar sama sekali. Keras suara pernafasan yang dapat terdengar
banyak dipengaruhi oleh fisik tiap individu, keadaan pernafasannya, dan
kondisi kesehatan tubuh seseorang (Algasaff, 2005).
Bunyi pernafasan abnormal

1. Crackles (dedas, meretih, gemercik)

Crackle adalah ketidaklanjutan, suara yang tidak bernada, suara singkat


yang biasanya terdengar saat melakukan inspirasi. Suara ini dapat
dikategorikan sebagai halus (nada tinggi, lembut/halus, sangat singkat)
atau kasar (nada rendah, lebih keras, tidak terlalu singkat). Saat mendengar
crackle, harus diperhatikan pada kekerasan, nada, lama waktu, jumlah,
waktu pada siklus respirasi, tempat, pola dari nafas ke nafas, perubahan
setelah batuk atau perubahan posisi (Algasaff, 2005).

2. Wheeze (Bunyi menciut-ciut atau mendesah)

Wheeze adalah suara yang berkelanjutan, dengan nada tinggi, suara


tersebut biasanya terdengar saat ekspirasi tetapi kadangkala juga terdengar
saat inspirasi. Suara pernafasan ini dihasilkan saat udara mengalir melalui
saluran pernafasan yang menyempit (Algasaff, 2005).

3. Stridor

Pada keadaan ini, suara terdengar seperti wheeze pada saat inspirasi dan
terdengar paling jelas pada trakea selama proses inspirasi berlangsung.
Stridor dapat terjadi apabila terdapat gangguan trakea, atau laring, yang
harus ditangani secara medik dengan segera (Algasaff, 2005).

4. Pleural Rub (Gesekan Pleural)

Suara yang terdengar dihasilkan ketika permukaan pleural terjadi inflamasi


atau terjadi gesekan satu sama lain. Suara yang terdengar dapat
berkelanjutan atau tidak berkelanjutan. Tempat terdengar suara biasanya
pada daerah khusus sekitar dada dan terdengar selama fase inspirasi dan
fase ekspirasi (Algasaff, 2005).

Pada percobaan bunyi pernafasan kali ini ditempatkan stetoskop pada


berbagai posisi di punggung kemudian di dengar bunyi pernafasan praktikan dan
dihitung frekuensi pernafasan per menit, pada praktikan tidak ada bunyi
pernafasan yang terdengar atau terdeteksi baik praktikan perempuan maupun laki-
laki. Jumlah frekuensi yang telah didapat dari praktikan yang diuji wanita
sebanyak 35 kali permenit dan pada laki laki sebanyak 39 kali permenit.
Sedangkan untuk kekuatan pada bunyi pernafasan tersebut, tidak terlalu kuat dan
masih terdengar samar-samar.
Hal ini menunjukkan tidak adanya terjadi gangguan atau penyakit pada
praktikan yang diuji. Karena pada orang yang menderita penyakit asma, bunyi
pernafasan pada pendertita tersebut adalah mengi atau bunyi pernafasannya
seperti tersengal-sengal. Sedangkan jumlah frekuensi pernafasannya melebihi
jumlah frekuensi normal, yaitu 12-24 kali permenit. Kemungkinan kesalahan saat
percobaan ini adalah suasana yang terlalu ramai, sehingga sulit untuk
mendengarkan bunyi pernafasan praktikan yang di uji. Sehingga terdapat
kesalahan dalam menentukan jumlah frekuensi. Serta dapat pula dipengaruhi jika
sebelumnya praktikan melakukan aktivitas yang berat sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang memicu jantung untuk memompa darah lebih
cepat dari biasanya.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan adalah:

1. Usia, Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan


manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin
menurun.
2. Jenis kelamin., Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat
dibandingkan perempuan.
3. Suhu tubuh, Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi
pernapasan akan semakin cepat.
4. Posisi tubuh, Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari
dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat
dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar
lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap.
5. Aktivitas, Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan
semakin cepat. (Syaifuddin, 2006)

Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan Alat-alat pernapasan


merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini terganggu karena
penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat
menyebabkan kematian.Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang
umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.

1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala


yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin,
dan tenggorokan terasa gatal.
2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan
saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu,
debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu
karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika
bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru
mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
4. Asfiksi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan
penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus
terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan
limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim
pernapasan).
5. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan
asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
6. Difteri, adalah penyumbatan pada rongga faring atau laring oloeh
lendir yang dihasilkan kuman difteri.
7. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya
kemasukan udara.
8. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau
bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
9. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan
saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip,
pembengkakan di tekak atau amandel.
10. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker
paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat
berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif
juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat
menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu
asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium (Algasaff,
2005).

5.3 Menentukan perbandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi


Cadangan (VEC), Volume Inspirasi Cadangan (VIC)

Dengan menggunakan spirometer

Spirometer adalah salah satu metode sederhana yang dapat digunakan


untuk mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang
masuk dan keluar paru. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di
atas bak air dan diimbangi oleh suatu beban. Di dalam drum terdapat gas untuk
bernapas, biasanya udara atau oksigen. Terdapat sebuah pipa yang
menghubungkan mulut dengan ruang gas. Bila seseorang bernapas melalui pipa
tersebut, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai pada gulungan
kertas yang berputar (Carlos, 1998 : 208).
Volume dan kapasitas paru-paru

1. Volume
a. Volume tidal adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
selama ventilasi normal biasa. Berkisar 500 ml untuk laki-laki dan 380
ml untuk perempuan.
b. Volume inspirasi cadangan adalah volume udara ekstra yang masuk ke
paru-paru dengan inspirasi maksimum diatas inspirasi tidal. Berkisar
3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml pada perempuan.
c. Volume ekspirasi cadangan adalah volume ekstra udara yang dapat ekstra
kuat yang dapat dikeluarkan pada akhir ekspirasi normal. Biasanya 1200
ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan.
d. Volume residu adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki berkisar 1200 ml dan
perempuan 1000 ml.
2. Kapasitas
a. Kapasitas residu fungsional adalah penambahan volume residua dan
volume cadangan ekspirasi. Nilai rata-rata 2200 ml.
b. Kapasitas inspirasi adalah penambahan volume tidal dan volume
cadangan inspirasi. Nilai rata-rata adalah 3500 ml.
c. Kapasitas vital adalah penambahan volume, vci dan vce. Rata-rata
berkisar 4500 ml. Pada perempuan rata rata berkisar 3100 dan untuk
laki laki 4800.
d. Kapasitas total adalah jumlah seluruh udara yang ada di paru-paru. Rata-
rata berkisar 5700 ml (Leonhardt, 1988).
Pada data pengamatan Menentukan perbandingan Volume Tidal (VT), Volume
Ekspirasi Cadangan (VEC), dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC) didapat hasil
yang berbeda-beda.
Volume perempuan Laki laki
Volume Tidal (VT) 1000 1100
Volume Ekstenal Cadangan (VEC) 1200 2500
Kapasitan volume paru (KV) 2700 4500

Volume Inspirasi Cadangan laki laki

VIC = KV (VT + VEC)

= 4500 (1100 + 2500)

= 900 ml

Volume Inspirasi Cadangan Perempuan

VIC = KV (VT + VEC)

= 2700 (1000 + 1200)

= 500 ml

Pada percobaan ini volume tidal diperoleh dengan cara melakukan


ekspirasi dan inhalasi normal. Spirometer ditiup saat praktikan melakukan
ekshalasi normal tersebut. Besar volume tidal praktikan perempuan sebesar 1000
ml biasanya 380 ml untuk Laki laki di peroleh 1100 ml yang seharusnya hanya
500 ml. Kesalahan yang terjadi pada nilai volume tidal dapat disebabkan karena
praktikan menghirup napas dalam sehingga udara yang dikeluarkan banyak.
Volume ekspirasi cadangan diukur dengan cara praktikan menghirup napas
normal, namun menghembuskan napas sekuat-kuatnya pada spirometer. Nilai
volume ekpirasi cadangan sendiri adalah pengurangan angka yang tercatat pada
spirometer dikurangi dengan volum tidal yang telah diukur sebelumnya.
Volume ekspirasi cadangan yang didapat pada perempuan 1200 ml dan
pada laki laki 2500 ml, berdasarkan literatur adalah sekitar 1200 ml untuk laki -
laki dan 800 ml untuk perempuan. Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat
terjadi karena praktikan berusaha untuk memaksakan proses ekspirasi secara
berlebihan (dari yang mestinya dilakukan).

Kapasitas vital diukur dengan cara melakukan inspirasi sekuat-kuatnya


dan ekspirasi sekuat-kuatnya. Saat melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, udara
dihembuskan ke dalam spirometer. Angka yang ditunjuk oleh jarum pada
spirometer merupakan kapasitas vital paru-paru (dalam mL). Pada percobaan
didapat 2700 mL pada perempuan dan 4500 mL pada laki laki sedangkan
menurut literatur, volume kapasitas vital paru-paru untuk pria adalah sekitar 4800
ml sedangkan untuk wanita 3100 mL. (Sloane, ethel. 1994)

Dari kapasitas vital ini dapat diketahui volume inspirasi cadangan dengan
mengurangi kapasitas vital dengan volume tidal dan volume ekspirasi cadangan.
Laki-laki memiliki volume inspirasi cadangan yang lebih tinggi dibandingkan
wanita, yaitu sekitar 900 ml untuk laki laki, dan 500 ml untuk perempuan. Data
yang diperoleh jauh di bawah dari data dari literatur. Hal ini dikarenakan data
yang diperoleh dari kapasitas total, volume tidal, dan volume ekspirasi cadangan
sudah berbeda jauh dari data literatur. Hal inilah yang menyebabkan hasil untuk
volume inspirasi cadangan juga berbeda dengan data dari literatur (Sloane, ethel.
1994).

Pada umumnya perbandingan antara volume tidal : volume ekspirasi


cadangan : volume inspirasi cadangan adalah 1:2:6 untuk laki - laki. Sedangkan
untuk perempuan, perbandingannya sebesar 2:3:8. Namun dari hasil percobaan
menunjukan bahwa perbandingan tidak sesuai dengan literatur, yaitu 1,2 : 2,7 : 1
untuk laki laki dan 2 : 2,4 : 1 untuk perempuan. Kesalahan ini bisa disebabkan
oleh pernapasan yang kurang normal dari praktikan. Bisa juga disebabkan kondisi
lingkungan, contohnya keadaan udara di dalam ruangan tempat praktikum
berlangsung.
Sebagai aplikasi dalam pengukuran volume respirasi adalah untuk
mendeteksi patologi pada volume paru-paru. Contohnya pada orang asma
konstriksi jalannya udara cenderung menutup sebelum ekshalasi penuh. Hasilnya
fungsi paru-paru menunjukkan pengurangan kapasitas vital, pengurangan
ekspirasi cadangan, dan kecepatan pergerakan udara. Pada saat kontriksi saluran
udara akan menghasilkan suara yang tidak normal pada serangan asma. Kondisi
itu membatasi penggembungan maksimal paru-paru yang berefek sama terhadap
kapasitas vital. Karena hal tersebut, inspirasi cadangan menjadi rendah. Meskipun
demikian ekspirasi cadangan dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif normal.
VI. Kesimpulan

Setelah dilakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa, respirasi adalah


suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga
penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan dan juga
sebagai sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Organ-organ yang
berperan dalam proses respirasi diantaranya; hidung, faring laring trakea, bronkus,
bronkiolus, dan alveolus. Nantinya alveolus akan menjalankan fungsinya dalam
sistem respirasi yaitu sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida,
kemudian oksigen nantinya akan dialirkan kembali melalui peredarah darah oleh
alveolus dan karbondioksida akan dikeluarkan kembali dari tubuh. Perlu diketahui
bahwa dalam sistem respirasi tidak menutup kemungkinan adanya kelainan-
kelainan pada sistem organnya. Untuk itu sangatlah dibutuhkan pendeteksian dini
dengan cara sadari. Misalnya ketika terjadi keganjalan pada bunyi napas, maka
segeralah untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau mintalah teman untuk
memastikan apakah ada bunyi lain pada pernapasan dengan menggunakan
stetoskop. Atau dapat pula dengan memperhatikan irama denyut nadi.

Dalam keadaan normal udara inspirasi dan udara ekspresi 500 mL yang
disebut volume udara pernapasan atau volume tidal. Volume tidal dapat berubah,
tergantung aktivitas tubuh. Dari 500 mL udara tersebut pada umumnya 350 mL
sampai di paru-paru, sedangkan 150 mL hanya sampai ke saluran pernapasan.
Jumlah udara pernapasan seseorang ada diantara 500 mL 3500 mL, yaitu
500mL volume tidal ditambah dengan 1500 mL udara suplementer dan 1500mL
udara koplementer. Jumlah udara pernapasan 3500 mL inilah yang disebut
kapasitas vital paru-paru. Kapasitas vital seseorang tidak akan sama, ada yang
mencapai 4000 mL karena dapat menambah udara cadangan ekspirasi hingga
2000 mL tergantung dari kondisi tubuh.
VII. Daftar pustaka

Algasaff, H. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:


Airlangga Universitas Indonesia.

Carlos. 1998. Corolyn and Lynn Aleen Colby. 2007. Therapeutic Exercise
Foundation and Techinquens. 5th ed philadelphia : F.A Davis Copny.

Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta :
PT Gramedia.

Leonhardt, Helmut. 1988. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sloane, Ethel. 1994. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Syaifuddin, 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai