Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Mencit

1.1 Karakteristik Mencit.

Mencit merupakan hewan yang sering digunakan sebagai hewan laboratorium.


Sekitar 40% hewan coba di laboratorium menggunakan mencit. Pemilihan mencit
sebagai hewan laboratorium diakrenakan mencit memiliki kelebihan sebagai seperti
siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya
tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip
hewan mamalia lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Selain itu, mencit dapat
hidup mencapai umur 1-3 tahun. dan dapat tumbuh dengan berat 20-40 gram untuk
jantan dan 18-35 gram untuk betina. Mencit dapat dikawinkan pada umur mulai dari
delapan minggu. Mencit menjalani masa kebuntingannya sekitar 19-21 hari dengan
dapat melahirkan hingga enam ekor anakan. (Rudy, 2018). Penelitian sering
menggunakan mencit sebagai hewan coba, disebabkan oleh kemiripan struktur
anatomi dan fisiologi anatara mencit dan manusia.

Untuk menggunakan mencit sebagai hewan uji dalam laboratorium, baik


penelitian pengetahuan obat dan sedian farmasi, pengetahuan genetik, maupun
penelitian lainnya, sangat perlu diperhatikan teknik - teknik pemeliharaan mencit di
laboratorium. Teknik yang dimaksud diantarnaya, teknik memegang, pengambilan
darah sebgaiamana mestinya yang telah sesuai dengan prosedur penelitian. Selain
teknik, adapun hal penting yang perlu diperhatikan ketika dalam penelitian mencit
yakni, pemberian pakan dan minum, penyediaan kandang dengan kualitas terbaik, dan
memperhatikan kesehatan mencit agar terhindat dari penyakit.

Pada akhirnya, penggunaaan mencit sebagai hewan uji harus mengacu pada
standar etika hewan. Sebagai hewan uji di laboratorium, mencit meskipun akhirnya
akan dikorbankan dalam penelitian diharapkan tetap memperlakukannya dengan
standar etika hewan. Mencit layak mendapatkan pemeliharaan serta perawatan yang
layak, seperti mendapatkan tempat pemeliharaan, pakan hingga minum yang sesuai
dengan kebutuhannya.
1.2 Cara Pemeliharaan Mencit

a. Kandang
Kandang mencit di laboratorium umumnya berbentuk kotak, dengan kisaran
ukuran panjang 40 cm x lebar 30 cm x tinggi 18 cm untuk kepadatan 5-7 ekor
mencit. Rasio jantan dan betina yaitu: 1 ekor jantan dengan 4 ekor betina. Prinsip
dasar kandang mencit, yaitu kandang dapat dibersihkan dengan mudah dan tidak
mudah digerogoti oleh hewan uji. Bahan penyusun kandang umumnya bersumber
dari plastik, aluminium, atau bisa juga dari baja yang tahan karat. Pada dasar
kandang sebaiknya diletakkan serbuk kayu yang dapat digunakan sebagai penyerap
air. Alas kandang wajib diganti secara rutin agar menghindari kelembapan dan untuk
mengeluarkan fases dan urine dari mencit. Semakin banyak jumlah mencit di dalam
kandang, makan semakin cepat juga frekuensi penggantian alas kandang. Kandang
mencit sebaiknya diletakkan pada ruangan bersih, tidak terpapar langsung dengan
angin, hujan, dan cahaya matahari langsung dan harus mendapatkan sirkulasi udara
yang baik. Untuk pemilihan ruangan, kandang mencit disarankan diletakan pada
ruangan bersuhu 20-250C serta dengan kelembaban 45-55%.
b. Pakan dan Minum
Dalam pemberian pakan mencit harus memperhatikan standar gizi di
dalamnya, kandungan karbohidrat, protein, lemak, nutrien atau vitamin, serta
mineral merupakan komponen yang wajib ada di pakan mencit. Besar nilai
kandungan gizi pada pakan mencit tergantung pada umur maupun jenis kelaminnya.
Namun secara umum komposisi berikut merupakan acuan yang disarankan protein,
20-25%; lemak, 10-12%; pati, 45-55%; serat kasar, 4% atau kurang; dan abu, 5-6%.
(Rudy, 2018). Hal yang sangat dihindari adalah kegemukan atau obesitas pada
mencit. Hal itu dapat terjadi apabila makanan yang diberikan kelebihan lemak.
Secara umum, pemberian pakan mencit adalah 10% dari bobot tubuhnya dan
dengan minum 15-30 mL air per hari.
c. Cara Memegang
Pada beberapa kasus dalam penelitian, mencit dipegang langsung pada
badannya oleh para pengamat sehingga membuat terkejut dan tak jarang mengigit
peneliti. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan maka proses memegang
mencit harus diperhatikan agar tetap menjaga keselamatan baik untuk hewan uji
maupun peneliti.
Cara memegang mencit yang beanr agar tehindar dari gigitan da tteriakan dari
mencit adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti memegang ekor mencit pada ujung
dengan menggunakan tangan kanan. Diletakkan pada bidang datar dan tidat licin
seperti contoh kawat pada tutup kandang. Hal ini dilakukan agar mencit dapat
mencekram kawat saat terjadi tarikan. Kedua, telunjuk dan ibu jari dari peneliti
menjepit pada tekuk mencit dan posisi tangan kanan tetap memegang ekor mencit.
Kemudian permukaan perut mencit dihadapkan ke depan dengan membalikkan
posisi tubuh mencit, ekor mencit dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan
kiri.
d. Pengambilan Darah
Dalam proses penga,bilan darah mencit, jumalah darah yang diambil serta
teknik pengambilan darah merupakan hal yang wajib untuk diperhatikan. Jumlah
darah yang diambil dari mencit harus diperhatikan agar tidak terlalu banyak dan
menimbulkan kondisi kehilangan cairan dari tubuh mencit. Adapun lokasi tempat
darah diambil pada mencit yaitu,
a) Vena lateral di ekor.
Pengambilan sampel darah dengan metode ini biasanya digunakan untuk
pengecekan gula darah, kadar kolesterol atau pembuatan sediaan apusan darah.
Berikut adalah langkah yang dilakukan dalam pengambilan darah melalui vena
lateral di ekor mencit :
 Tangan kanan memegang ekor mencit, kemudian biarkan mencit
mencengkram kawat penutup kandangnya. Kemudian tangan kiri
menekut mencit.
 Ganti atau pindahkan pegangan ekor ke tangan kiri dan berikan tarikan
sehingga menegang pada bagaian abdomen mencit.
 Selain langkah di atas, untuk mendapatkan darah pada vena lateral juga
dapat dilakukan dengan cara memasukkan mencit pada selongsongan
kemudian memotong ekornya dengan ukuran kurang dari 2 cm dari
pangkal ekor menggunakan gunting.
 Darah yang mengalir kemudian diteteskan pada kaca objek dan
ditampung pada tabung darah dan dimiringkan dengan sudut 450. Dan
darah siap digunakan untuk keperluan.
b) Vena saphena di kaki.
Berikut adalah langkah-langkah pengambilan darah mencit di bagian kaki :
 Mencit dimasukkna dalam selongsongan seukuran badan dengan kaki
belakang tersisa di luar.
 Kemudian jarum diinjeksika pada paha belakang bagian dalam, darah
yang telah diambil kemudian dapat ditampung di tabung darah
(eppendorf).
c) Pengambilan dengan cara intrakardial.
Cara pengambilan darah ini dianjurkan bila darah yang diperlukan dengan
volume yang cukup besar. Cara ini adalah cara pengambilan darah dengan
membedah dan mengorbankan mencit. Berikut adalah langkah-langkah
pengambilan darah dengan teknik intrakardial :
 Pertama mencit dianastesi terlebih dahulu.
 Pengambilan darah dilakukan dengan memasukkan jarum suntik ke
dalam jantung dan dilakukan penyedotan dengan perlahan. Atau dengan
cara lain, yakni pembedahan terlebih dahuku dan dilanjutkan dengan
menusukkan jarum ke bagian jantung.
 Darah yang didapatkan dapat segera digunakan untuk penelitian
d) Pengambilan darah dari sinus orbital mata.
Pengambilan darah pada metode ini sangan diperlukan keterampilan khusus,
sehingga hanya pada sinus orbital yang akan ditusuk dengan mikrohematokrit.
Langkah-langkah pengambilan darah adalah sebagai berikut :
 Menyiapkan mikrohematokrit dan tabungnya.
 Goreskan mikrohematokrit pada bagian sinus orbitalis mata dibawah
bola mata ke foramen opticus, sementara di sisi lain disiapkan tabung
hematokrit sebagai penampungan darah.
 Putar mikrohematokrit agar dapat melukai plexus tersebut, setelah
diputar sebanyak 4x makan harus diputar kembali sebanyak 4x.
 Dara yang telah didapatkan segera ditampung pada eppendorf yang telah
berisi larutan antikoagulant dan siap digunakan untuk keperluan
penelitian.
e. Penyakit
Penyakit mencit umumnya dapat dibedakan dalam dua jenis yakni, penyakit karena
infeksi dan bukan karena infeksi. Penyakit pada mencit akan muncul jika kandang
tidak bersih, kekurangan gizi, pakan yang tidak sehat. Berikut contoh penyakit
pada mencit :
a) Cacar
Cacar pada mencit diakibatkan oleh virus Ortopoks. Penyakit ini dapat diamati
dengan gejala lepuhan pada kaki, ekor dan permukaan kulit mencit. Penyakit ini
dapat mematikan mencit. Pengendalian yang pelu dilakukan adalah dengan cara
membinasakan mancit yang terinfeksi.
b) Tyzzer
Penyakit tyzzer disebabkan oleh bakteri Bacillus piliformis. Gejala yang dapat
diamati pada penyakit ini diantaranya, mencret atau diare pada mencit,
anoreksia, menurunnya berat badan. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian
pada mencit. Mencit yang telah terinfeksi wajib untuk dikoloni dan dibinasakan
agar penyakitnya tidak menular pada mencit lainnya.
c) Pseudotuberkulosis
Pseudotuberkulosis adalah penyakit disebabkan oleh bakteri Corynebacterian
pseudotubercullosis. Dengan gejala yang timbul yakni, mencit terlihat lemah
dengan frekuensi nafas meninggi. Pencegahan dan pengobatan yang dapat
dilakukan adalah dengan cara mengelompokkan hewan terinfeksi dan
dibinasakan.
d) Salmonellosis
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonellosis yang menyerang
organ pencernaan. Gejala yang mungkin timbul diantaranya diare, bulu kasar,
berat badan menurun, dan mencit terlihat melemah. Mencit dengan penyakit ini
dapat dikendalikan dengan mengelompokkan mencit terinfeksi dan mengatur
dan memperhatikan makanan mencit.

2. KELINCI
2.1 Karakteristik Kelinci
Kelinci merupakan salah satu hewan uji yang sering digunakan selain tikus.
Contohnya kelinci albino. Hewan ini biasanya digunakan untuk uji iritasi mata karena
kelinci memiliki air mata lebih sedikit daripada hewan lain dan sedikitnya pigmen
dimata karena warna albinonya menjadikan efek yang dihasilkan mudah untuk
diamati. Selain itu, kelinci juga banyak digunakan untuk menghasilkan antibody
poliklonal (Stevani, 2016).
Kelinci merupakan hewan herbivore non ruminansia yang mempunyai system
lambung sederhana (tunggal). Kelinci termasuk pada golongan hindgut fermentor
yang mengalami pembesaran saluran pencernaan sesudah usus yaitu pada sekum dan
kolon yang dihuni oleh mikroba dan berfungsi sebagai tempat proses pencernaan
fermentative.Sistem pencernaannya disebut monogastric functional caecum system
(Polli, dkk, 2015).
Kelinci (Cuniculus forma domestica) jarang bersuara, hanya dalam keadaan
nyeri luar biasanya akan bersuara dan pada umumnya cenderung untuk berontak
apabila merasa keamanannya terganggu. Suhu rektal kelinci sehat adalah antara 38,5-
40°C, pada umumnya 39,5°C. Suhu rektal ini berubah apabila hewan tersebut
tereksitasi, ataupun karena gangguan lingkungan. Laju respirasi kelinci dewasa
normal adalah 38-65 kali per menit, pada umumnya 50 kali per menit (pada kelinci
muda, laju ini dipercepat, dan pada kelinci bayi bisa mencapai 100 per menit)
(Refdanita, dkk, 2018).

2.2 Cara Pemeliharaan Kelinci

a) Pakan
Pakan untuk kelinci pada skala industri biasanya disusun dari biji-bijian dan
alfalfa dalam bentuk pellet tetapi harganya menjadi mahal. Pakan alternatif yang
murah dapat menggunakan bahan pakal lokal yang ada disekitar unit produksi dan
pengembangan kelinci. Diantara pakan tersebut adalah limbah pertanian/sayuran,
dedak, bungkil kelapa, bungkil sawit dan lain-lain. Dedak tersedia dalam jumlah
cukup banyak, mudah diperoleh dan telah banyak digunakan untuk pakan kelinci.
Penggunaan dedak secara berlebihan perlu diperhatikan karena adanya faktor
pembatas (Polli, dkk, 2015).
Pakan yang baik untuk kelinci agar dapat tumbuh dengan baik yaitu pakan
yang mengandung energi metabolisme (ME) sebesar 2.500 kcal/kg, protein kasar
16%, serat kasar 10-12%, lemak 2%, kalsium 0,40%, posphor 0,22% (NRC,1997).
Pakan yang digunakan terdiri dari 2 jenis yakni konsentrat (2% BB ternak percobaan)
dan hijauan perlakuan (ad libitum). Konsentrat yang digunakan adalah ransum
komplit ayam pedagingsedangkan hijauan yang digunakan terdiri dari kelor (Moringa
oleifera), lamtoro (Leucaena leucocephala), lamtoro mini (Desmanthus virgatus), dan
asam Jawa (Tamarindus indica) (Pembeu dan Nirwana, 2016).

b) Konsumsi Air Minum


Pengukuran konsumsi air minum dilakukan dengan penimbangan air minum
yang diberikan dan sisa air minum setiap hari selama 6 minggu, sedangkan
pengukuran air sebagai kontrol untuk mengukur penguapan dilakukan setiap hari
selama 3 minggu (Pembeu dan Nirwana, 2016).

c) Kandang
Selama percobaan kelinci dipelihara dalam kandang yang terbuat dari kawat
berukuran 75x60x60 cm yang dilengkapi dengan tempat makan (feeder) dan tempat
minum (trough) (Polli, dkk, 2015).
Temperatur ideal untuk ternak kelinci adalah 15-20°C.temperatur
mempengaruhi respon kelinci terhadap tingkat konsumi pakan dan air minum. Kelinci
banyak minum air untuk mengimbangi suhu lingkungan yang tinggi dan mengurangi
konsumsi makanan padat untuk mengatasi dehidrasi pada tubuhnya (Pembeu dan
Nirwana, 2016).

d) Cara Memperlakukan Kelinci


Kelinci harus diperlakukan dengan halus namun sigap karena cenderung untuk
berontak. Menangkap atau memperlakukan kelinci jangan dengan mengangkatnya
pada telinga karena dapat mengganggu pembuluh darah dan syaraf. Kulit pada leher
kelinci dipegang dengan tangan kiri dan bagian belakangnya diangkat dengan tangan
kanan) lalu badannya didekapkan ke dekat tubuh (Refdanita, dkk, 2018).

3. KATAK.
3.1 Karakteristik Katak
Katak bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk,
berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit
halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Katak umumnya berkulit halus,
lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Katak jantan dewasa sekitar 60 mm dan
betina dewasa sekitar 70-80 mm. Hewan ini memiliki permukaan kulit yang lentur
dan licin. Kulit tersebut selalu lembab karena hasil sekresi kelenjar yang terdapat di
permukaan kulit. Bobot yang digunakan sebagai hewan uji adalah 25 – 50 gram.
Anura sebagai ordo amfibi dengan anggota terbesar sangat mudah dikenali dari posisi
tubuhnya yang tampak berjongkok dengan kedua kakinya sebagai penumpu dan tidak
memiliki ekor dan leher. Ordo ini memiliki kaki belakang lebih panjang dibanding
kaki depan yang berguna untuk melompat. Umumnya ordo Anura memiliki selaput
(webbing), walaupun sebagian tidak berselaput seperti genus Leptobrachium dan
Megophrys. Ada tidaknya selaput sangat sesuai dengan habitat yang ditempatinya.
Memiliki warna bervariasi berdasarkan familinya, seperti famili Rhacophoridae
cenderung berwarna terang sedangkan famili Megophrydae cenderung berwarna gelap
sesuai habitatnya di serasah. Katak mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil
mata horisontal dan vertikal. Pada beberapa jenis katak, pupil matanya berbentuk
berlian atau segi empat, yang khas bagi masing-masing kelompok. Dalam
mempelajari ciri-ciri amphibi Bufo sp dan Rana sp dibedakan atas kepala, badan dan
anggota gerak tidak mempunyai leher dan ekor. Pada kepala berbentuk segitiga
dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebihkurang seperti
bulang sabit. Rahang bawah tidak bergerigi, rahan atas bergerigi atau bisa tidak ada.
Didalam mulut terdapat lidah yang melekat pada dasar bawah bagian entreroir, ujung
berbelah atau tidak utuh, runcing atau tumpul, lubang hidung satu pasang dilengkapai
kelopak mata atas yang tebal. Perubahan yang terjadi pada katak adalah bentuk tubuh
dan organ pernafasan, pada katak sistem pernafasan di dalam air, tetapi pada saat
dewasa katak lebih banyak di darat. Sistem pernafasan katak sesuai dengankebiasaan
hidup semacam itu, alat penafasan katak berupa: insang, rongga mulut,kulit dan paru-
paru, berudu sepenuhnya bernafas dengan selaput rongga mulut, kulitdan paru-paru.
Permukaan kulit yang selalu basah, memungkinkan udara berdifusi
3.2. Pemeliharaan Katak sebagai hewan uji

a. Kondisi
Sebagai peneliti sebaiknyan mencari tahu tentang kebutuhan spesies katak
sebelum mendapatkan katak tersebut. Beberapa spesies katak membutuhkan
perawatan yang ekstensif, jadi pastikan bahwa mengetahui kebutuhannya sebelum
mendapatkannya. Cari tahu apakah katak yang kita gunakan hidup di darat, air,
atau keduanya. Banyak katak yang membutuhkan akses ke darat dan air untuk
berkembang, sehingga membutuhkan akuarium khusus yang memiliki dua bagian
sehingga katak bisa bergerak di antara keduanya. Beberapa jenis katak lain hanya
memerlukan wadah dangkal berisi air yang bisa diduduki oleh katak, dan ada juga
yang sepenuhnya hidup di air dan bisa berenang di bawah air meskipun sudah
tumbuh menjadi bentuk dewasa. Pastikan bahwa Anda mengetahui kebutuhan
katak sebelum mempersiapkan wadah pemeliharaan.
b. Kandang
Kandang katak sebaiknya menggunakan tangki hewan yang berbahan plastik
bening atau kaca. Tangki akuarium kaca atau tangki terarium adalah wadah yang
paling cocok untuk kebanyakan spesies katak. Tangki plastik bening juga bisa
digunakan, tetapi berhati-hatilah karena beberapa spesies katak membutuhkan
sinar ultraungu, yang mana dapat merusak plastik dalam jangka waktu panjang.
Pastikan bahwa tangki tahan air dan mencegah katak untuk kabur, tetapi juga
memiliki banyak lubang udara atau jaring untuk ventilasi.

Sediakan air bersih dan ganti dengan rutin. Untuk jenis katak yang tinggal di
darat, sediakan wadah untuk menampung air hujan atau air jenis lainnya yang
aman untuk katak dengan ukuran yang cukup besar untuk diduduki katak dan
merendam bahunya. Jika spesies katak memerlukan tangki dua bagian atau tangki
yang dipenuhi dengan air, maka rawat tangki seperti merawat tangki akuarium. Ini
berarti menggunakan air hujan atau air jenis lainnya yang aman untuk katak,
memasang aerator akuarium dan filter air, dan mengganti 30-50% air dengan air
bersih yang bersuhu sama setiap kali air terlihat buram atau tercium bau. Untuk
hasil terbaik, ganti air setiap 1-3 minggu, tergantung pada kepadatan tangki. Bila
perlu, tambahkan tanaman atau ranting. tanaman bawah air akuarium dengan
jumlah yang sesuai untuk ukuran tangki akan membantu membersihkan dan
menyediakan oksigen pada air, dan juga menyediakan tempat bersembunyi yang
disukai katak. Katak pemanjat membutuhkan ranting panjat alami atau buatan, dan
kebanyakan spesies katak menyukai tempat bersembunyi seperti potongan kulit
kayu besar yang terbalik
c. Kondisi Lingkungan
Jenis spesies katak dan iklim di daerah masing – masing akan menentukan apakah
membutuhkan penghangat dan atau pelembap untuk tangki atau tidak, maka dari
itu lebih baik meminta saran dari seorang ahli atau cari informasi lebih tentang
kebutuhan suhu spesies katak yang dipelihara secara daring. Beberapa katak
memerlukan sinar ultraungu selama 6-8 jam setiap hari.
d. Pakan katak
Dalam pemilihan makanan katak untuk hewan uji coba harus segar atau yang
masih hidup. Makanan kaak yang umum yaitu serangga. Seperti
a) Hymenoptera merupakan kelompok serangga yang memiliki sepasang sayap
yang bermembran.
b) Orthoptera merupakan kelompok serangga dengan ciri sayap depan yang lurus
memanjang, memiliki banyak rangka dan agak menebal (belalang coklat kecil,
jangkrik)
c) Arachnida merupakan kelompok laba-laba dengan ciri memiliki lima segmen
di perut yang menyatu tanpa jejak segmentasi.

4. TIKUS
4.1 Karakteristik Tikus
Tikus merupakan hewan pengerat yang lazim digunakan sebagai hewan uji
coba dalam suatu penelitian. Beberapa, jenis tikus telah mengalami perubahan genetik
untuk meminimalkan dan mengendalikan variabel asing yang dapat mengubah hasil
penelitian dan untuk keperluan penelitian. Tikus juga merupakan hewan yang
reprodusible atau mudah berkembang biak sehingga tersedia dalam jumlah yang
cukup sehingga mudah didapat saat melakukan penelitian yang membutuhkan hewan
uji coba yang banyak. Hewan ini sering digunakan dalam penelitian karena sudah
diketahui sebagian besar sifat-sifatnya dan mudah dipelihara. Tikus dapat mencapai
umur 3,5 tahun dengan kecepatan tumbuh 5 g per hari sedangkan untuk tikus dewasa
memiliki berat mencapai 450 g. Tikus juga memiliki kesamaan dengan manusia
dalam sistem reproduksi, sistem saraf, dan penyakit (kanker dan disbetes) serta
kecemasannya.
Tikus yang sering digunakan adalah tikus putih yang bersifat lebih tenang,
mudah digunakan dengan beberapa intervensi, tidak terlalu takut cahaya serta tidak
terlalu bergabung dengan sesame jenis. Hal yang dilakukan tikus biasanya
mengunyah, menyelidiki aroma sesuatu, mencari makan dan apabila tikus
diperlakukan dengan tidak baik seperti tidak diberi makan ataukan diperlakukan kasar
maka tikus akan menjadi galak dan dapat menyerang pemegang.
Klasifikasi tikus dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kingdom : animalia
2. Filum : chordate
3. Kelas : mamalia
4. Ordo : rodentia
5. Famili : murinane
6. Genus : rattus
7. Spesies : rattus norvegicus
Tikus yang biasa dijadikan sebagai hewan uji coba terdiri dari beberapa
macam jenis diantaranya :
a. Tikus Biobreeding
Tikus ini merupakan tikus yang rentan terkena Diabetes Melitus tipe 1, sehingga tikus
ini banyak digunakan dan berperan dalam penemuan obat Diabetes Melitus tipe 1.
b. Tikus Putih Galur Sprague Dawley
Tikus tipe ini memiliki karakteristik yang tenang dan mudah untuk ditangani (jinak),
Berat dewasa tikus ini yaitu berkisar antara 250-300 gr untuk tikus betina, dan 450 –
520 gr untuk tikus jantan. Usia hidup tikus ini antara 2,5 –3, 5 tahun. Tikus jenis ini
memiliki ekor yang lebih panjang daripada tikus galur wistar, dan dapat berkembang
biak dengan cepat.

Tikus ini paling banyak digunakan dalam penelitian–penelitian biomedis seperti


toksikologi, uji efikasi dan keamanan, uji reproduksi, uji behavior atau perilaku,
aging, teratogenik, onkologi, nutrisi, dan uji farmakologi lainnya. Contoh contoh
penelitian yang dilakukan antara lain Studi infeksi maternal dan fetal, Studi efek diet
pre-natal tinggi garam pada keturunan , Studi efek status seks dan hormonal pada
stress yang diinduksi kerusakan memori, Studi gen ostocalcin spesifik stulang pada
tikus, dan Studi eksitabilitas hippocampus selama siklus estrus pada tikus. Tikus ini
pertama dihasilkan oleh peternakan Sprague Dawley-(kemudian menjadi Sprague
Dawley-Animal Perusahaan) di Madison, Wisconsin pada tahun 1925 sehingga nama
tikus jenis ini yaitu Tikus Putih Galur Sprague Dawley
c. Tikus Putih Galur Wistar
Tikus Galur Wistar memiliki berat yang lebih ringan dan lebih galak daripada Tikus
Galur Sprague Dawley. Tikus ini banyak digunakan pada penelitian toksikologi,
penyakit infeksi, uji efikasi, dan aging.

Untuk morfologi tikus dapat diuraikan bahwa tikus memiliki kepala, badan,
leher, dan tubuhnya tertutupi dengan rambut. Tikus memiliki kepala yang lebar dan
telinga yang panjang. Tikus termasuk jenis binatang yang liar. Sedangkan untuk
karakteristiknya, tikus dapat hidup selama 2-3 tahun dan memiliki masa reproduksi
selama 1 tahun dan masa bunting selama 20-22 hari. Umur dewasa saat 40–60
minggu, durasi umur kawin 2 minggu dengan siklus estrous 4–5 hari, dan berat
dewasa mencapai 300–400 gram. Tikus memiliki yang baik tetapi memiliki
kemampuan penglihatan yang kurang baik. Terdapat kelenjar hardarian yang berada
di belakang mata dan menempati sebagian dari orbita yang berfungsi sebagai sekresi
lipid dan pigmen porfirin yang berfluoresensi dibawah sinar UV sekresi ini meningkat
ketika adanya stress dan penyakit.
Siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang pendek sehingga mudah
dijadikan model hewan yang ideal untuk penelitian tentang perubahan yang terjadi
selama siklus reproduksi. Identifikasi pada tahap ini didasarkan pada proporsi jenis sel
yang diamati dalam sekresi vagina.
Tikus memiliki nilai-nilai fisiologi normal yang dapat dijadikan patokan
dalam menentukan kriteria inklusi penelitian dan pemberian intervensi saat penelitian.
1. Suhu tubuh : 99,9°F (37,3°C)
2. Denyut jantung : 300–500 bpm
3. Respirasi : 70–150 kali per menit
4. Berat lahir : 5–6 gram
5. Berat dewasa : 267–500 gram (jantan) 225–325 gram (betina)
6. Masa hidup : 2–3 tahun (tikus betina dapat hidup lebih lama)
7. Maturitas seksual : 37–75 hari
8. Suhu lingkungan : 50–68oF (18–26°C)
9. Kelembapan : 40–70%
10. Gestasi : 20–22 hari
11. Penyapihan : 21 hari
12. Minum : 22–33 ml/hari

4.2 Cara Pemeliharaan


Untuk meminimalkan trauma dibutuhkan teknik handling yang baik. Sebelum
penelitian juga diperlukan karantina bagi hewan uji coba untuk memonitor kesehatan,
stabilisasi tikus dengan lingkungan baru, dan aklimasi terhadap prosedur untuk
memberikan hasil yang optimal saat penelitian. Stabilisasi dilakukan sekitar 3- hari untuk
menghindari trauma atau stress bagi hewan coba. Tiga hari masa aklimasi merupakan
waktu minimal yang dibutuhkan untuk beradaptasi bagi tikus. Terdapat juga beberapa
faktor yang mempengarui pemeliharaan tikus diantaranya :
a) Gedung/bangunan
Gedung sebagai tempat pemeliharaan tikus berupa bangunan permanen yang terbuat
dari bahan kokoh yang dapat menghangatkan ruangan, mudah dibersihkan dan
terdapat pintu dan jendela yang terbuat dari besi yang berengsel.
b) Kandang
Kondisi disesuaikan dengan kondisi hewan coba yang berbentutk kotak yang
terbentuk dari besi, kayu, plastic bening terdapat tempat berlindung serta higienis
kandang harus selalu dijaga.
c) Kondisi Lingkungan
Suhu lingkungan sebaiknya bersuhu 18–26°C dan dengan kelembapan mencapai 30–
70%. Selain itu juga harus menghindari kontak dengan sinar matahari langsung dan
suara kebisingan yang harus dihindari serta ventilasi udara juga harus tetap dijaga.
d) Makanan dan Minuman
Makanan yang diberikan untuk tikus harus mengandung nutrisi yang pas agar
kesehatan tikus saat penelitian dapat terjamin untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Makanan untuk tikus berupa pellet dan suplemen tambahan. Pellet dietakan
dalam wadah makanan dengan tinggi 2 cm sedangkan air minum berada dalam botol
yang digantung yang diberikan secara adilibitum dan pergantian air minum setiap
hari. Pellet tersebut mengandung :
 10–15% rumput
 10–15% susu kering
 60–70% tepung gandum
 20% tepung kedelai
 1% garam.
e) Alas Tidur
Alas atau lantai tempat pemeliharaan harus memiliki daya serap yang baik, bebas dari
bahan berbahaya, dan tidak mudah dimakan. Alasterbuat dari bahan kering seperti
jerami atau serabut kayu dan diganti secara berkala

5. MARMUT
5.1 Karakteristik Marmut
Marmut (Cavia porcellus) adalah hewan percobaan yang paling mudah handling dan
restrainnya untuk penggunaan di laboratorium sehingga bsering dijadikan hewan uji
pada penelitian. Karakteristik marmut lebih penakut dibandingkan mencit dan kelinci.
Marmut banyak mengeluarkan suara, terutama terdiri dari dengkingan, siulan, dan
suara mendengus sesuai kondisinya. Marmut jarang menggigit, marmut memiliki
proporsi berat badan dan kaki yang tidak sebanding, sehingga marmut umumnya tidak
dapat melompat atau memanjat, Pemeliharaannya secara berkelompok sering
ditempatkan di kandang terbuka bagian atas karena ketidakmampuan marmut untuk
melarikan diri. Marmut (Cavia porcellus)
Klasifikasi dari marmut adalah sebagai berikut:
Kingdom : animalia
Filum : chordata
Kelas : mamalia
Ordo : rodentia
Family : caviidae
Genus : cavia
Spesies : Cavia parcellus
(Hidayat, 2017)
Sedangkan untuk morfologi dari marmut yaitu marmut memiliki ukuran fisik sekitar 5
inch dan 2-3 polimel, tidak terlihat ekor dan mempunyai bulu tebal dan mengembang
dan variasi warna. Marmut termasuk ke dalam infraclass eutharia yaitu hewan-hewan
yang disebut mamalia berplasenta. Karakteristik dari marmut adalah sebagai berikut:
Puberitas : 60-70 hari Masa beranak : sepanjag tahun Masa hamil : 63 hari Jumlah
lahir : 2-5 ekor Lama hidup : 7-8 bulan Masa tumbuh : 15 bulan Masa laktasi : 21 hari
Frekuensi lahir : 4 Suhu tubuh : 37,8-39,5 Volume darah : 6% BB.

Marmut memiliki tubuh yang terdiri dari caput, servik (leher), truncus, etrimitas, dan
cauda. Tubuh marmot diselimuti oleh rambut-rambut dan marmot juga memiliki
putting susu. Untuk sistem respirasi pada marmot teridir dari cor, pulmo, broncus,
trakea, laring, glandula sublingualis, glandula submandibularis, dan glandula parotis.
Sedangkan untuk sistem pencernaannya marmot memiliki sistem pencernaan ang
sederhana yang terdiri dari esopagus, ventriculus, duodenum, intestinum tunue,
coecum, taenia, haustra, incisura, intestinum carasum, rektum dan anus. Marmot
memiliki sistem eksresi yang tediri dari ginjal, ureter, vesica urinaria, dan uretra
kemudian sistem reproduksi dari marmot betina berupa orvarium. Sistem reproduksi
marmut jantan matang secara seksual dan dapat kawin minimal ketika sudah
mencapai usia 3 bulan.sedangkan untuk marmut betina organ reproduksinya dapat
berfungsi ketika usia 2 bulan (55 –70 hari)

5.2 Cara Pemeliharaan Marmut

a) Cara Memegang Marmut


Ibu jari dan jari telunjuk kanan dibelakang kaki depan. Sisi lain tangan kanan harus
ditempatkan di bawah bagian belakang untuk mendukung badan marmut. Kesalahan
dalam cara memegang marmut dan kealpaan dalam menahan tubuh bagian bawah
dapat mengakibatkan cedera pada marmut serta luka-luka pada operator karena
garukan kuku marmot
b) Cara Pemberan Obat
Cara pemberian oral Pemberian oral kepada marmut dapat dilakukan dengan pipa
lambung dengan bantuan hewan dianestetik lemah terlebih dahulu. - Cara pemberian
intra peritoneal Penyuntikkan dilakukan pada daerah perut agak ke kanan dari daerah
garis tengah dan di atas tulang kematian. - Cara pemberian subkutan Penyuntikkan
dapat dilakukan pada daerah tengkuk. Kulit dicubit kemudian jarum disuntikkan ke
bawah kulit. - Cara pemberian intra peritoneal Kelinci dipegang menggantung pada
kaki belakangnya sehingga perut maju ke depan. Penyuntikkan dapat dilakukan pada
daerah garis tengah di mukan kandung kemih. - Cara pemberian intra muskular
Penyuntikkan dilakukan ke dalam otot paha kaki belakang. - Cara pemberian intra
vena Pada marmut cara ini jarang digunakan. Penyuntikkan dapat digunakan pada
vena marginalis dengan jarum yang halus dan pendek (cara ini dapat dilakukan untuk
marmut yang cukup besar) atau pada vena pada bagian paha dengan bantuan anestetik
terlebih dahulu atau pada vena penis dengan bantuan anestetik.
c) Pakan
Pemberian asupan makanan bagi hewan uji salah satunya marmot merupakan aspek yang
paing penting untuk mendapatkan hasil produksi dan hasil penelitian yang baik dan
maksimal. Marmot merupakan hewan herbivore sehingga asupan tumbuhan hijau perlu
dipenuhi. Selain itu porsi gizi yang diberikan juga haruslah terpenuhi agar hewan uji dapat
berkembang dengan sehat. Berikut kebutuhan gizi untuk marmot.

Bahan Gizi Unit Kehamilan Menyusui Pertumbuhan


Protein % 18.0 18-22 13-17
Energi yang Kcal/Kg 2800.0 3000 2800.0
dicerna
Serat % 8-17 8-17 10
Kalsium % 1,4 1,4 0,8-1,0
Fosfor % 0,8 0,8 0,4-0,7
Magnesium % 0,1-0,3 0,1-0,3 0,1-0,3
Kalium % 0,5-1,4 0,5-1,4 0,5-1,4
Vitamin C Mg 200.0 200 200
(Fitri.R, 2017)
d) Kandang
Kandang untuk marmut tidak memerlukan dinding yang tinggi karena marmut tidak
bisa melompat. Umumnya, kandang marmut terbuat dari papan dengan tinggi 40 cm
Selain itu, kandang marmut juga bisa diberi mainan agar marmut bisa bermain untuk
mengurangi stress dari marmut sendiri. Kandang untuk pemeliharaan marmut
hendaknya tertutup dan terjaga dari predator seperti kucing dan juga serangga.
Standar suhu ruang pemeliharaan marmut yaitu dengan rata-rata 26°C.
DAFTAR PUSTAKA

Girsang. 2018. “Preferensi Pakan Anura Pada Lahan Kubis Dan Cabai Di Desa Doulu,
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo”. Skripsi. Sumatera Utara : FMIPA, Biologi,
Universitas Sumatera Utara

Qurniawan dan Suryaningtyas. 2013. Preferensi Pakan Alami Empat Jenis Anura (Hylarana
chalconota, Phrynoidis aspera, Leptobrachium haseltii Dan Odorrana hosii) Di
Kawasan Karst Menoreh Kulon Progo, DIY. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Vol
15(3): 160 – 164.

Isnaeni,W. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius.

Nawangsari,S. 2010.zoologi.Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Pusat Antaruniversitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor.

Rejeki. P.S, Putri.E.A, Prasetya, R.E. 2018. Ovariektomi Pada Tikus dan Mencit. Surabaya :
Airlangga University Press.

Fitri, R. 2017. “Formulasi Ransum Pakan Ternak Dengan Pemanfaatan Pakan Fermentasi
Eceng Gondok Terhadap Pertambahan Bobot Badan Marmut”. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. Pendidikan Biologi. Universitas Islam Negeri Raden Intan :
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai