Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN

DENYUT NADI

Dosen Pengampu:

dr. Fitri Indrawati, M.P.H.

Disusun Oleh :

Safira Ristia Wahyu Ningrum (6411420012)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

SISTEM PANCA INDRA


PENGUKURAN DENYUT NADI
Tujuan Praktikum
1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi.
2. Menghitung frekuensi denyut nadi berdasarkan posisi tubuh dan aktivitas tubuh.
Dasar Teori
1. Denyut Nadi dan Denyut Jantung
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systole dan gystole dari jantung. Sedangkan denyut merupakan pemeriksaan
pada pembuluh nadi atau arteri. Denyut nadi merupakan sebuah gelombang yang dapat
diraba pada arteri bila darah dipompa keluar dari jantung. denyut nadi adalah denyutan
arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari
denyutan jantung. Denyut dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak di
permukaan kulit dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah
arteri radial pada pergelangan tangan. Dua bunyi jantung setara dengan satu denyut nadi.
Frekuensi denyut nadi memberikan informasi mengenai kerja jantung, pembuluh darah
dan sirkulasi.
Denyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu, biasanya per menit.
Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel. Senyut jantung mungkin
terlalu cepat atau terlalu lambat. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh kebutuhan
aliran darah, sistem kemoreseptor dan sistem baroreseptor. Sistem kemoreseptor
menerima rangsang dari dalam darah berupa kadar oksigen, kadar karbon dioksida dan ion
hydrogen, sedangkan sistem baroreseptor dirangsang oleh perubahan tekanan arteri yang
cepat yang kemudian direspon dengan penurunan denyut jantung dan denyut nadi.
Frekuensi denyut nadi dapat diukur dengan cara menekan arteri radialis menggunakan
ujung jari telunjuk dan jari tengah hingga pulsasi yang maksimal dapat terdeteksi
(bickley,2013). Menurut severson (2012), lokasi tubuh yang bisa digunakan untuk
menghitung denyut nadi antara lain :
a. A. Temporalis Superfisial
b. A.Facialis
c. A.caratois (pada leher di bagain bawah rahang leher)
d. A. radialis (pada bagian ventralpergelangan tangan)
e. A. Ulnaris
f. A. Brachialis (bagian ventral siku atau dibawah Biceps)A. Femoralis
g. A.poplietal
h. A. Posterior Tibial (di samping malelous tibialis)
i. A. Dorsalis Perdis (bagian tengah dorsum pedis)
Namun, yang paling sering dilakukan untuk pengukuran denyut nadi yaitu :
a. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan
pada sisi ibu jari. Relative mudah dan sering dipakai secara rutin
b. Arteri Brachialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku. Digunakan
untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant.
c. Arteri Karotid
Terletak di leher di bawah lobus telinga, dimana terdapat arteri carotid berjalan
diantara trakea dan otot sternokleidomastosideus. Sering digunakan untuk bayi,
kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
2. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
a. Usia
Selama masa pertumbuhan, frekuensi denyut nadi secara bertahap akan menetap
untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Maximum heart rate pada lansia menurun
sebesar 50% dari usia remaja ketika seseorang mencapai usia 80 tahun. Hal ini
disebabkan berkurangnya massa otot, dan daya maksimum otot yang dicapai sangat
berkurang. Pada anak usia 5 tahun, denyut nadi istirahat antara 90-100 denyut per
menit, pada usia 10 tahun mencapat 80-90 denyut per menit, dan pada orang
dewasa mencapai 60-100 denyut per menit (Sandi, 2013).
b. Jenis Kelamin
Frekuensi denyut jantung pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal
ini disebabkan oleh perubahan hormon estrogen yang sering terjadi pada wanita
yang menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi, dimana
hipertensi diketahui dapat mengganggu kontrol denyut jantung sehingga frekuensi
denyut jantung pada perempuan lebih tinggi (Ryan et al., 1994).
c. Indeks Masa Tubuh
Hubungan antara berat badan dan denyut nadi adalah berbanding lurus, sedangkan
berat badan berkaitan dengan indeks massa tubuh. Berat badan yang semakin tinggi
maka semakin tinggi pula IMT dan sebaliknya semakin rendah berat badan maka
semakin rendah IMT. Jadi, semakin tinggi IMT maka denyut nadi istirahat
seseorang akan semakin tinggi (Sandi, 2013).
d. Aktivitas Fisik
Tidak hanya meningkatkan risiko kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik
juga menyebabkan seseorang cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh otot jantung yang bekerja keras pada setiap
kontraksi, di mana semakin keras dan sering otot jantung memompa maka semakin
tinggi tekanan yang dibebankan kepada arteri (Naesilla dkk., 2016).
e. Rokok dan Kafein
Rokok dan kafein juga mempengaruhi peningkatan denyut nadi. Orang yang
merokok sebelum bekerja ditemukan peningkatan denyut nadi sebesar 10 sampai
20 denyut nadi per menit dibandingkan dengan orang yang bekerja tidak didahului
dengan merokok. Hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi dari pembuluh darah
akibat rokok (Suwitno, 2015). Sebanding dengan rokok, kafein juga dapat
meningkatkan denyut jantung. Menurut Hanifati (2015) jumlah kafein yang banyak
akan merangsang sistem saraf simpatis sehingga jumlah adrenalin yang dilepaskan
pada ujung saraf meningkat. Semakin besar jumlah adrenalin yang dilepaskan pada
ujung saraf maka semakin banyak adrenalin yang berikatan dengan reseptor β1
pada jantung yang menyebabkan peningkatan denyut dan kekuatan kontraksi
jantung. Pada sel-sel kontraktil atrium dan ventrikel memiliki banyak ujung saraf
simpatis, stimulasi simpatis akan meningkatkan kekuatan kontraktil sehingga
jantung berdenyut lebih kuat (Guyton dan Hall, 2011).
3. Teknik Pemeriksaan Denyut Nadi
a. Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan.
Penggunaan arteri karotis untuk pengukuran denyut nadi memiliki beberapa
keuntungan. Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya doktergigi
mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup
menggambarkan karena merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih pada
situasi kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpalasi ketika arteri perifer lainnya
tidak dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan mudah di
palpasi karena ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya dilakukan selama
satu menit untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
b. Meraba dengan tiga jari tangan (ii, iii, dan iv manus) tepat di atas arteri radialis.
Digiti III dan IV digunakan untuk fiksasi dan digiti II untuk denyutan. Setelah
denyut nadi teraba, jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan
pengukuran frekuensi dan irama nadi.
c. Nadi harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi.
Sebagai alternatif, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan dua. Untuk denyut
teratur hitung frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4 (atau Alecs count hitung
cepat selama 6 detik dikalikan 10).
d. Rata-rata nadi orang dewasa normal adalah 60-80 kali per menit. Jika nadi lebih
dari 100 kali permenit disebut takikardia, sedangkan jika nadi kurang dari 60 kali
permenit disebut brakikardia. Nilai nadi abnormal dapat menjadi tanda dari
kelainan kardiovaskulat namun dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, kkeadaan
pasien, kecemasan, obat, atau demam. Denyut nadi normal merupakan serial dari
ritme denyut jantung yang terjadi pada interval yag regular. Ketika detak terjadi
pada interval yang irregular, nadi disebut irregular, disritmia, atau aritmia.
Metode
1. Alat :
a. Stopwacth
b. Kalkulator
c. Alat Tulis
2. Cara Kerja :
a. Pemeriksaan Denyut Nadi Arteri radialis :
 Probandus dalam posisi berbaring, duduk, dan berdiri, lengan dalam posisi
bebas (relaks) dengan posisi tangan supinasi atau pronasi.
 Periksa denyut nadi pergelangan tangan dengan menggunakan tiga jari yaitu,
jari telunjuk, jari tengah dan jari manis pemeriksa pada sisi fleksor bagian
tangan radial probandus
 Hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitas
denyutannya. Bandingkan tangan kanan dengan tangan kiri.
b. Pemeriksaan Denyut Nadi arteri Brachialis :
 Probandus dalam posisi barbering, duduk, atau berdiri posisi lengan bawah
supinasi. Lengan sedikit ditekuk pada sendi siku
 Raba nadi brachialis pada sendi siku medial tendon bisep dengan menggunakan
tiga jari yaitu, jari telunjuk, tengah, dan manis pemeriksa
 Hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitas
denyutannya. Bandingkan tangan kanan dan tangan kiri.
c. Hal serupa dilakukan pada pemeriksaan denyut nadi setelah beraktivitas, naik turun
tangga selama lima menit.
d. Penilaian nadi/arteri meliputi : frekuensi (jumlah) per menit, irama (teratur atau
tidaknya), pengisian, dan dibandingkan antara arteri radialis atau arteri brachialis
kanan dan kiri.
e. Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat dilakukan
hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4. Bila iramanya tidak teratur dihitung
sampai 60 detik.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
a. Sebelum beraktivitas (Arteri Radialis)
Posisi Tubuh
Berbaring Duduk Berdiri
Tangan Kanan 88 88 108
Tangan Kiri 80 92 104

Sebelum beraktivitas (arteri brachialis)


Posisi Tubuh
Berbaring Duduk Berdiri
Tangan Kanan 80 92 108
Tangan Kiri 84 96 104

Setelah Beraktivitas (Lari naik turun tangga selama 5 menit , Arteri radialis)
Posisi Tubuh
Berbaring Duduk Berdiri
Tangan Kanan 124 112 116
Tangan Kiri 120 108 112
Setelah Beraktivitas (lari naik turun tangga selama 5 menit, Arteri Brachialis)
Posisi Tubuh
Berbaring Duduk Berdiri
Tangan Kanan 124 116 120
Tangan Kiri 120 112 116

b. Irama nadi : normal, irama teratur


c. Pengisian : cukup (normal)
d. Kelenturan dinding arteri : elastis
e. Perbandingan arteri / nadi kanan dan kiri : tidak normal ( nadi kanan dan kiri tidak
sama )
2. Pembahasan
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke
paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri darah dipompa ke aorta dan
diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Akibat kontraksi ventrikel dan aliran darah
timbulah gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri yang dirasakan sebagai
denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi dapat diketahui frekuensi
denyut jantung dalam satu menit.
Pada praktikum ini, saya mengukur denyut nadi dengan berbagai posisi dan
dengan perlakuan sebelum beraktivitas dan sesudah beraktivitas pada arteri radialis dan
arteri brachialis pada tangan kanan dan kiri. Denyut nadi sendiri merupakan frekuensi
irama denyut atau detak jantung yang dapat diraba dipermukaan kulit pada tempat-
tempat tertentu.
Pada pengukuran sebelum beraktivitas dengan posisi berbaring, duduk, dan
berdiri ternyata ada perbedaan frekuensi denyut nadi yang diukur pada arteri radialis
maupun arteri brachialis. Pada saat pengukuran denyut nadi dengan menggunakan arteri
radialis diperoleh hasil tertinggi pada saat berdiri yaitu sebesar 108x/menit pada tangan
kanan. Sedangkan, pengukuran menggunakan arteri brachialis diperoleh hasil tertinggi
pada saat berdiri yaitu 108x/menit pada tangan kanan. Pada saat pengukuran setelah
beraktivitas dengan posisi berbaring, duduk, dan berdiri juga ditemukan perbedaan
frekuensi denyut nadi. Di dapatkan denyut nadi paling tinggi Pada posisi berbaring
pada arteri radialis dan brachialis dengan frekuensi denyut nadi 124x/menit pada tangan
kanan.
Berdasarkan hasil dari pengukuran denyut nadi sebelum dan setelah beraktifitas,
dapat kita ketahui bahwa denyut nadi tertinggi diperoleh pada saat setelah beraktifitas.
Hal ini diseabkan karena saat beraktifitas, otot-otot juga akan mengalami peningkatan
curah jantung dan redistribusi organ dari organ yang kurang aktif menuju organ yang
aktif dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung. Pada saat beraktiitas, otot-
otot juga akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan dalam faktor tekanan dalam jantung
selama kontraksi systole. Ketika tekanan meningkat, maka konusmsi O2 akan
meningkat juga. Otot jantung yang terlatih membutuhkan lebih sedikit O2 untuk suatu
beban tertentu dan membutuhkan O2 yang kurang juga untuk beraktifitas atau
melakukan suatu pekerjaan fisik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan jasmani
akan mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen dengan adanya penurunan jumlah
beban yang harus dikerjakan.
Kemudian berdasarkan posisi, pada saat belum beraktifitas denyut nadi tertinggi
di peroleh pada posisi berdiri sedangkan setelah beraktifitas denyut nadi tertinggi
diperoleh pada posisi berbaring. Posisi paling ideal untuk mengukur denyut nadi adalah
berbaring karena pada posisi duduk atau berdiri tonus otot cenderung lebih tinggi pada
posisi berbaring, hal ini menyebabkan kebutuhan oksigen lebih besar dan otomatis
denyut nadi akan menjadi lebih besar. Posisi berbaring dimaksimalkan dalam
menurunkan denyut jantung karena posisi jantung berada di titik terendah di bumi dan
posisi antara organ menjadi seimbang. Posisi ini akan mempermudah untuk
mengurangi respons terhadap rintangan laju aliran darah karena gaya gravitasi bumi.
Secara teori, kecepatan denyut nadi untuk usia 10-21 tahun adalah 60-
100x/menit. Probandus memiliki rata –rata kecepatan denyut nadi kurang lebih
93x/menit, hal ini berarti kecepatan denyut nadi probandus masih dalam rentang
normal. Hasil perhitungan antara kecepatan denyut nadi di arteri radialis dan arteri
brachialis berbeda, dimana arteri brachialis memiliki kecepatan denyut nadi lebih tinggi
daripada kecepatan denyut nadi pada arteri radialis. Irama nadi probandus normal,
denyut nadi normal, teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang, kelenturan dinding
arterinya elastis, dan perbandingan arteri antara tangan kanan dan kiri tidak normal
karena jumlah denyut nadi antara tangan kanan dan kiri berbeda.
Kesimpulan
a. Pada pengukuran sebelum beraktifitas denyut nadi tertinggi diperoleh pada posisi
berdiri dan pada pengukuran setelah beraktifitas denyut nadi tertinggi diperoleh pada
posisi berbaring.
b. Berdasarkan hasil dari pengukuran denyut nadi sebelum dan setelah beraktifitas, dapat
kita ketahui bahwa denyut nadi tertinggi diperoleh pada saat setelah beraktifitas.
c. Posisi paling ideal untuk mengukur denyut nadi adalah berbaring
d. kecepatan denyut nadi probandus masih dalam rentang normal, Hasil perhitungan
antara kecepatan denyut nadi di arteri radialis dan arteri brachialis berbeda, dimana
arteri brachialis memiliki kecepatan denyut nadi lebih tinggi daripada kecepatan denyut
nadi pada arteri radialis. Irama nadi probandus normal, denyut nadi normal, teraba
dengan mudah dan tidak mudah hilang, kelenturan dinding arterinya elastis, dan
perbandingan arteri antara tangan kanan dan kiri tidak normal karena jumlah denyut
nadi antara tangan kanan dan kiri berbeda.
Referensi
Ratih Maharani., dan Pingky Krina Arindra.(2017).Vital Sign-Tekanan Drah, Nadi, Respirasi,
dan Suhu. https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/03/vital-sign-tekanan-darah-dan-
nadi/.Diakses Tanggal 19 Juni 2021.
Pramono,Bayu agung., Aghus Sifaq., dan Arif Bulqini.(2018).Efek Posisi Tubuh Setelah
Berlatih Terhadap Masa Pemulihan.Journal Of Sport Exercise Science,1(1),25-29.
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jses.v1n1.p25-29
Harioputro, Dhani Redhono dkk.(2018).Pemeriksaan Tanda Vital.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/MANUAL-VS_2018-smt-
1.pdf.Diakses Tanggal 19 Juni 2021.
Sutejo, R Ika.,Pipiet Wulandari.,dan Yohanes Sudarmanto.(2016).Pemeriksaan Fisik Dasar
dan BLS (2). https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/75044.Diakses Tanggal
19 Juni 2021.
Manaf, Muhammad Abdul dkk.(2015).Laporan Praktikum Pengukuran Denyut Nadi.
https://www.academia.edu/36175709/LAPORAN_PRAKTIKUM_PEMERIKSAAN_
DENYUT_NADI.Diakses Tanggal 19 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai