KEBUGARAN
Disusun Oleh :
0606011810005
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2018
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ..............................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka ...........................................................................................3
Bab III Metode Praktikum .....................................................................................10
3.1 Alat dan bahan.........................................................................10
3.2 Prosedur kerja..........................................................................10
Bab IV Hasil Praktikum dan Pembahasan .............................................................14
4.1 Data Hasil Pengamatan ..............................................................................14
4.2 Pembahasan ................................................................................................17
Bab V Penutup dan Kesimpulan ............................................................................20
Daftar Pustaka ..................................................................................................20
Lampiran ..........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai cara untuk mengukur kebugaran yang terdapat pada seseorang, maka
denyut nadi, tekanan darah, kerja jantung menggunakan alat elektrokardiogram
serta menggunakan metode Harvard step test dapat menjadi sebuah standar untuk
mengetahui kebugaran.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1.2.1 Kegiatan 1 (Pengukuran Tekanan Darah)
1) Mengetahui pengaruh posisi terhadap pemeriksaan tekanan darah
2) Mengetahui pengaruh kerja fisik terhadap tekanan darah
3) Melakukan tes peningkatan darah dengan pendinginan
4) Menilai hasil cold pressure test
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEBUGARAN
Perubahan tekanan arteri sepanjang siklus jantung dapat diukur secara langsung
dengan menghubungkan suatu alat pengukur tekanan ke jarum yang dimasukan ke
sebuah arteri. Namun, tekanan dapat diukur secara tak-langsung dengan
sfigmomanometer, suatu manset yang dapat dikembungkan dan dipasang secara
eksternal ke pengukur tekanan. Ketika manset dilingkarkan sekitar lengan atas dan
kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis di bawahnya, pembuluh utama yang membawa darah ke
lengan bawah. Teknik ini melibatkan penyeimbangan bangan antara tekanan di
manset dan tekanan arteri. Ketika tekanan manset lebih besar daripada tekanan di
pembuluh, pembuluh tertekan hingga menutup sehingga tidak ada darah yang
mengalirinya. Ketika tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh
terbuka dan darah mengalir melewatinya. Selama penentuan tekanan darah,
stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis di sisi dalam siku tepat di bawah manset.
Tidak terdengar suara ketika darah tidak mengalir melalui pembuluh atau ketika
darah mengalir dalam dalam aliran laminar normal. Sebaliknya, aliran darah
turbulen menciptakan getaran yang dapat terdengar. Bunyi yang terdengar ketika
memeriksa tekanan darah, yang dikenal sebagai bunyi Korotkoff, berbeda dari
bunyi jantung yang berkaitan dengan penutupan katup ketika kita mendengar
jantung dengan stetoskop. Pada permulaan penentuan tekanan darah, manset
dikembungkan ke tekanan yang lebih besar daripada tekanan darah sistolik
sehingga arteri brakialis kolaps. Karena tekanan dari eksternal ini lebih besar
daripada puncak tekanan internal, arteri terjepit total di sepanjang siklus jantung;
tidak terdengar bunyi apapun karena tidak ada darah yang melalui. Sewaktu udara
di manset secara perlahan dikeluarkan, tekanan di manset secara gradual berkurang.
Ketika tekanan manset turun tepat di bawah tekanan sistolik puncak, arteri secara
transien terbuka sedikit saat tekanan darah mencapai puncak ini. Darah sesaat lolos
melewati arteri yang tertutup parsial sebelum tekanan arteri turun di bawah tekanan
manset dan arteri kembali kolaps. Semburan darah ini turbulen sehingga dapat
terdengar. Karena itu, tekanan ini tekanan manset tertinggi saat bunyi pertama dapat
didengar menunjukkan tekanan sistolik. Sewaktu tekanan manset terus menurun,
darah secara intermiten menyembur melewati arteri dan menghasilkan suara seiring
dengan siklus jantung setiap kali tekanan arteri melebihi tekanan manset. Ketika
tekanan manset akhirnya turun di bawah tekanan diastolik, arteri brakialis tidak lagi
tertekan di sepanjang siklus jantung, dan darah dapat mengalir tanpa adanya
hambatan melalui pembuluh. Dengan pulihnya aliran darah non-turbulen ini, tidak
ada lagi suara yang terdengar. Karena itu, tekanan manset tertinggi saat bunyi
terakhir terdengan menunjukan tekanan diastolik. (Sherwood, Lauralee 2014. Hal.
374-375)
Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi
menyebar ke dalam jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh.
Sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas
tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda perekam. Rekaman yang
dihasilkan adalah suatu elektrocardiogram, atau ECG dapat digunakan, berasal dari
bahasa Yunani kuno kardia, dan bukan bahasa Latin cardia, jantung Ingatlah tiga
hal penting dalam mempertimbangkan apa yang direpresentasikan oleh EKG:
1. EKG adalah rekaman sebagian aktivitas listrik yang diinduksi di cairan tubuh
oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh, bukan rekaman langsung
aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
2. EKG adalah kompleks yang mencerminkan penyebaran keseluruhan aktivitas di
seluruh jantung sewaktu depolarisasi dan repolarisasi. EKG bukan rekaman
potensial aksi tunggal di sebuah sel pada suatu saat. Rekaman di setiap saat
mencerminkan jumlah aktivitas listrik di semua sel otot jantung, yang sebagian
mungkin mengalami potensial aksi sementara yang lain mungkin belum diaktifkan.
Sebagai contoh, segera setelah mengeluarkan impuls, sel-sel mengalami potensial
aksi, sementara sel-sel ventrikel masih berada dalam potensial istirahat. Pada waktu
berikutnya, aktivitas listrik akan tersebar ke sel-sel ventrikel sementara sel-sel
atrium mengalami repolarisasi. Karena itu, pola keseluruhan aktivitas listrik jantung
bervariasi sesuai waktu ketika impuls mengalir ke seluruh jantung.
3. Rekaman mencerminkan perbandingan listrik yang terdeteksi oleh elektroda-
elektroda di dua titik berbeda di permukaan tubuh, bukan potensial aksi sebenarnya.
Sebagai contoh, EKG tidak merekam potensial sama sekali ketika otot ventrikel
mengalami depolarisasi atau repolarisasi sempurna; kedua elektroda "melihat"
potensial yang sama sehingga tidak terdapat perbedaan potensial
antaraduáelektroda yang terekam Pola pasti aktivitas listrik yang direkam dari
permukaan tubuh bergantung pada orientasi elektroda perekam. Elektroda dapat
secara kasar dianggap sebagai "mata" yang "melihat" aktivitas listrik dan
menerjemahkannya menjadi rekaman yang dapat dilihat, rekaman EKG. Apakah
yang terekam adalah defleksi ke bawah atau ke atas bergantung pada bagaimana
elektroda diorientasikan dalam kaitannya dengan aliran arus di jantung. Sebagai
contoh, penyebaran eksitasi melintasi jantung "terlihať" berbeda dari lengan kanan,
dari tungkai kiri, atau dari rekaman yang langsung dilakukan di atas jantung.
Meksipun di jantung terjadi proses listrik yang sama, aktivitas ini memperlihatkan
berbagai bentuk gelombang jika direkam oleh elektroda-elektroda yang terletak di
berbagai titik di tubuh. Untuk menghasilkan perbandingan yang baku, rekaman
EKG secara rutin terdiri dari 12 sistem elektroda konvensional, atau sadapan.
Ketika sebuah mesin elektrokardiograf dihubungkan antara elektroda-elektroda
perekam di dua titik di tubuh, susunan spesifik dari tiap-tiap pasangan koneksi
disebut sadapan. Terdapat 12 sadapan berbeda yang masing-masing merekam
aktivitas listrik di jantung dari lokasi yang berbeda-beda-enam sadapan dari
ekstremitas dan enam sadapan dada di berbagai tempat di sekitar jantung. Untuk
menghasilkan gambaran yang sama untuk dibandingkan dan untuk mengenali
penyimpangan dari normal, ke-12 sadapan tersebut digunakan secara rutin dalam
semua perekaman EKG.
Keenam sadapan ekstremitas mencakup sadapan I, II, III, aVR, aVL dan aVF.
Sadapan I, II, III adalah sadapan bipolar karena digunakan dua elektroda perekam.
Rekaman mencatat perbedaan potensial antara dua elektroda. Sebagai contoh,
sadapan I merekam perbedaan potensial yang terdeteksi di lengan kanan dan lengan
kiri. Elektroda yang diletakkan di tungkai kanan berfungsi sebagai elektroda tanah
dan bukan elektroda perekam. Sadapan aVR, aVL, dan aVF adalah sadapan
unipolar. Meskipun digunakan dua elektroda, hanya potensial sebenarnya di bawah
satu elektroda, elektroda eksplorasi, yang direkam. Elektroda yang lain disetel pada
potensial nol dan berfungsi sebagai titik referensi alami. Sebagai contoh, sadapan
aVR merekam potensial yang mencapai lengan kanan dibandingkan dengan bagian
lain tubuh. Keenam sadapan dada V1 hingga V6 juga merupakan sadapan unipolar.
Elektroda eksplorasi terutama merekam potensial listrik otot jantung yang terletak
tepat di bawah elektroda di enam lokasi berbeda di sekitar jantung. (Sherwood,
Lauralee 2014. Hal. 340)
Harvard step test merupakan test sederhana untuk mengukur kebugaran jasmani
yang berlaku untuk anak, remaja, dan dewasa perempuan maupun laki. Index
kebugaran dihintung melalui test ini untuk melihat kapasitas fisik dan respon
terhadap olahraga fisik melalui denyut nadi. Nadi pada istirahat akan mengalami
perubahan setelah melakukan harvard step test.
Kecepatan jantung rerata saat istirahat adalah 70 denyut per menit (Sherwood,
Lauralee 2014. Hal. 347)
Harvard step melibatkan seseorang naik turun sebuah bangku setinggi kurang lebih
20 inci dalam sebuah rangka waktu tertentu dengan mengikuti irama. Setelah
selama jangka waktu yang ditentukan, biasanya 5 menit dan istirahat setelahnya
selama 1-1.5, 2-2.5 dan 3-3.5 menit sebelum mengukur denyut nadi. Kemudian
indeks kebugaran dihitung dengan;
Dan tiap individu dikategorikan degan: <55 = kurang 55-64 = sedang, 65-79 =
cukup, 80-90 = baik, >90 = sangat baik
METODE PRAKTIKUM
P Q R S T QRS
kompleks
LEAD 1 2 mm 1 mm 9 mm 10 mm 6 mm 2 mm
0,2 mV 0,1 mV 0,9 mV 1 mV 0,6 mV 0,2 mV
LEAD 2 2 mm 1 mm 22 mm 1 mm 7 mm 20 mm
0,2 mV 0,1 mV 2,2 mV 0,1 mV 0,7 mV 2 mV
LEAD 3 1 mm 1 mm 26 mm 1 mm 3 mm 24 mm
1,0 mV 1,0 mV 2,6 mV 0,1 mV 0,3 mV 2,4 mV
LEAD V1 V2 V3 V4 V5 V6
R S R S R S R S R S R S
Voltage 0,5 1,7 2 2 2 2 1,9 1,6 2,5 0,5 2,3 0,3
(mV)
Umur 18 18
L/P L P
BB (kg) 58 54
HR istirahat 72 88
per menit
1’ – 1,5’ 75 130
2’ – 2,5’ 60 85
3’ – 3,5’ 40 60
P atm 1 1
4.2 PEMBAHASAN
Hasil dari praktikum berketujuan untuk dampak posisi tubuh dan suhu
terhadap tekanan darah dengan menghitung denyut nadi permenit dengan
melakukan palpasi dan auskultasi untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan darah mahasiswa yang menjadi subyek percobaan ini diperiksa pada posisi
duduk, berbaring, berdiri, saat kerja dan cold pressure. Denyut nadi permenit rata-
rata yang terhitung saat berbaring, duduk, berdiri, kerja, cold pressure secara
berurutan adalah 96, 92, 96, 140, 93. Sementara tekanan sistolik rata-rata yang
terukur dengan metode palpasi dalam mm Hg secara berurutan adalah 110, 111.7,
112, 129.7, 111.7. sama dengan palpasi, saat auskultasi hasil yang didapat untuk
tekanan sistolik rata-rata secara berurutan dalam mm Hg adalah 110, 111.7, 112,
129.7, 111.7. Terakhir adalah tekanan diastolik yang diukur dengan auskultasi
secara berurutan yang menghasilkan tekanan rata-rata 70, 73.3, 80, 78.3, 73.3
semua dalam mm Hg.
Hasil praktikum menunjukan hubungan antara posisi tubuh dan suhu
terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Posisi tubuh berdampak kepada alir darah
karena pengaruh gravitasi, sementara suhu dingin memperlambat kecepatan denyut
nadi dan sebaliknya suhu panas yang dihasilkan karena aktivitas yang
menyebabkan kontraksi otot dan pengeluaran panas dari tubuh meningkatkan
denyut nadi.
Peningkatan denyut nadi tertinggi terdapat pada saat kerja serta diikuti oleh
tekanan darah yang tertinggi karena jantung diharuskan memompa darah lebih
cepat akibat kontaksi otot yang untuk memberi pasokan darah, oksigen dan nutrisi
pada otot-otot yang sedang berkerja. Sebaliknya pada saat diberikan cold pressure
dengan menaruh tangan kedalam ember berisi air es terjadi penurunan denyut nadi
dan tekanan darah, yang diakibatkan oleh vasokonstriksi dinding pembuluh darah
dan melambat aliran darah.
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood,Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta (Ed ke-
8): EGC.
Guyton, Arthur C. and Hall, John E. 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology (Ed ke-12). Saunders/ Elsevier
Caspersen, Carl, J. dkk. 1985. Physical Activity, Exercise, and Physical Fitness:
Definitions and Distinctions for Health-Related Research. Public Health
Reports 100(2), 128-131
Sloan, A. W. & Keen E. N. 1959. The Harvard Step Test of Physical Fitness. South
African Journal of Science, 55(5). 113-114.
LAMPIRAN