Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

KEBUGARAN

Disusun Oleh :

Reynaldi Hardianto Saputra

0606011810005

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CIPUTRA

SURABAYA

2018
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ..............................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka ...........................................................................................3
Bab III Metode Praktikum .....................................................................................10
3.1 Alat dan bahan.........................................................................10
3.2 Prosedur kerja..........................................................................10
Bab IV Hasil Praktikum dan Pembahasan .............................................................14
4.1 Data Hasil Pengamatan ..............................................................................14
4.2 Pembahasan ................................................................................................17
Bab V Penutup dan Kesimpulan ............................................................................20
Daftar Pustaka ..................................................................................................20
Lampiran ..........................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebugaran merupakan aspek penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.


Standar kebugaran bagi tiap orang akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
mereka. Standar kebugaran jasmani menghitung beberapa set attribut yang dapat
dicapai. Bugar secara jasmani dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan
tugas sehari-hari dengan energi, waspada, tanpa letih lesu dan menikmatinya.
Kebugaran berkaitan dengan kemampuan fisik pada seseorang maka tiap orang
memerlukan dukungan minim untuk melakukan aktivitas sehari-hari dari
kebugaran jasmani mereka.

Kebugaran jasmani dibagi menjadi 2 kategori: health-related physical fitness dan


skill-related physical fitness. Dalam health-related physical fitness terdaoat 5
komponen kebugaran jasmani: cardiorespiratory endurance yaitu kemampuan
sistem sirkulatori dan respirasi dalam memasokan bahan bakar untuk aktivitas serta
menghilangkan kelelahan, muscular endurance yaitu kemampuan grup-grup otot
untuk menghasilkan gaya dengan adanya repetisi, muscular strength yaitu jumlah
gaya eksternal yang otot-otot dapat keluarkan , body composition jumlah komponen
yang berdampak langsung kepada kebugaran (otot, lemak, tulang dan bahan vital
lain di tubuh) dan flexibility atau kemampuan aksi tubuh untuk dalam berbagai
rangka gerakan pada sendi. 5 komponen kebugaran jasmani tersebut penting dalam
kesehatan publik dibanding kemampuan atletik yang lain

Sebagai cara untuk mengukur kebugaran yang terdapat pada seseorang, maka
denyut nadi, tekanan darah, kerja jantung menggunakan alat elektrokardiogram
serta menggunakan metode Harvard step test dapat menjadi sebuah standar untuk
mengetahui kebugaran.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1.2.1 Kegiatan 1 (Pengukuran Tekanan Darah)
1) Mengetahui pengaruh posisi terhadap pemeriksaan tekanan darah
2) Mengetahui pengaruh kerja fisik terhadap tekanan darah
3) Melakukan tes peningkatan darah dengan pendinginan
4) Menilai hasil cold pressure test

1.2.2 Kegiatan 2 (Elektrokardiografi)


1) Memahami prinsip-prinsip pemeriksaan EKG
2) Mampu melakukan pemeriksaan EKG
3) Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan EKG

1.2.3 Kegiatan 3 (Harvard Step Test)


1) Memahami cara pengukuran indeks kebugaran badan (IK)
2) Mampu melakukan test Harvard
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEBUGARAN

Berbagai penelitian kini telah menunjukkan bahwa orang yang mempertahankan


kebugaran tubuh dengan baik, melakukan beragam latihan secara bijaksana dan
melakukan pengaturan berat badan, memiliki keuntungan tambahan, yaitu hidup
lebih panjang. Khususnya antara usia 50 dan 70 tahun, penelitian telah
menunjukkan bahwa kematian menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang
bugar daripada yang kurang bugar. Namun mengapa kebugaran tubuh
memperpanjang hidup? Berikut ini adalah sebagian alasan yang paling penting.
Kebugaran tubuh dan pengaturan berat badan sangat mengurangi penyakit
kardiovaskular. Hal ini disebabkan oleh mempertahankan tekanan darah yang
cukup rendah dan pengurangan kolesterol darah dan lipoprotein densitas rendah
bersamaan dengan peningkatan lipoprotein densitas tinggi. Seperti yang telah
ditunjukkan sebelumnya, perubahan-perubahan ini semua bekerja bersama-sama
untuk mengurangi jumlah serangan jantung, stroke otak dan kelainan ginjal. Orang
yang sehat secara atletik memiliki cadangan kebugaran jasmani yang lebih banyak
bila ia sedang sakit. Sebagai contoh, seorang yang berusia 80 tahun, yang tidak
bugar mungkin memiliki sistem pernapasan yang membatasi pengantaran oksigen
ke jaringan tubuhtidak lebih dari 1 L/menit; hal ini berarti bahwa cadangan
pernapasan tidak lebih dari tiga sampai empat kali lipat. Namun, seorang tua yang
secara atletik bugar mungkin memiliki cadangan dua kali lipat. Keadaan ini
khususnya penting dalam mempertahankan kehidupan bila orang tua tersebut
menderita penyakit seperti pneumonia yang dapat dengan cepat memakai semua
cadangan pernapasan yang ada. Selain itu, kemampuan untuk meningkatkan curah
jantung pada waktu dibutuhkan ("cadangan jantung") sering lebih dari 50 persen
pada orang tua yang bugar daripada yang tidak bugar. Kerja fisik dan kebugaran
tubuh juga mengurangi risiko berbagai kelainan metabolik kronis terkait obesitas
seperti resistansi insulin dan diabetes tipe II. Kerja fisik sedang, meskipun tanpa
penurunan berat badan yang bermakna, telah terbukti memperbaiki kepekaan
insulin dan mengurangi, atau pada sebagian kasus menghentikan, kebutuhan akan
pengobatan dengan insulin pada penderita diabetes tipe II. Kebugaran tubuh yang
membaik juga mengurangi risiko berbagai kanker, termasuk kanker payudara,
prostat dan kolon. Banyak efek menguntungkan dari kerja fisik mungkin berkaitan
dengan penurunan obesitas. Namun, berbagai penelitian pada hewan coba dan pada
manusia juga menunjukkan bahwa latihan teratur mengurangi risiko berbagai
penyakit kronis melalui mekanisme yang tidak jelas diketahui tetapi, setidaknya
sampai batas tertentu, tidak berkaitan dengan penurunan berat badan atau
pengurangan kegemukan. (Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2011. Hal. 1041)

2.1.1 PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa oleh


jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan penghantaran nutrien,
pembuangan zat sisa, dan penghantaran sinyal hormon. Arteri yang sangat elastis
mengangkut darah dari jantung ke organ-organ tubuh berfungsi sebagai penyedia
tekanan untuk melanjutkan mengalirkan darah ketika jantung sedang relaksasi dan
mengisi. Tekanan darah arteri rata-rata diatur dengan teliti untuk memastikan
pasokan darah yang mencukupi ke organ-organ. Jumlah darah yang mengalir
menuju organ tertentu bergantung pada diameter internal arteriol yang mendarahi
organ. (Sherwood, Lauralee 2014. Hal. 367)

Perubahan tekanan arteri sepanjang siklus jantung dapat diukur secara langsung
dengan menghubungkan suatu alat pengukur tekanan ke jarum yang dimasukan ke
sebuah arteri. Namun, tekanan dapat diukur secara tak-langsung dengan
sfigmomanometer, suatu manset yang dapat dikembungkan dan dipasang secara
eksternal ke pengukur tekanan. Ketika manset dilingkarkan sekitar lengan atas dan
kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis di bawahnya, pembuluh utama yang membawa darah ke
lengan bawah. Teknik ini melibatkan penyeimbangan bangan antara tekanan di
manset dan tekanan arteri. Ketika tekanan manset lebih besar daripada tekanan di
pembuluh, pembuluh tertekan hingga menutup sehingga tidak ada darah yang
mengalirinya. Ketika tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh
terbuka dan darah mengalir melewatinya. Selama penentuan tekanan darah,
stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis di sisi dalam siku tepat di bawah manset.
Tidak terdengar suara ketika darah tidak mengalir melalui pembuluh atau ketika
darah mengalir dalam dalam aliran laminar normal. Sebaliknya, aliran darah
turbulen menciptakan getaran yang dapat terdengar. Bunyi yang terdengar ketika
memeriksa tekanan darah, yang dikenal sebagai bunyi Korotkoff, berbeda dari
bunyi jantung yang berkaitan dengan penutupan katup ketika kita mendengar
jantung dengan stetoskop. Pada permulaan penentuan tekanan darah, manset
dikembungkan ke tekanan yang lebih besar daripada tekanan darah sistolik
sehingga arteri brakialis kolaps. Karena tekanan dari eksternal ini lebih besar
daripada puncak tekanan internal, arteri terjepit total di sepanjang siklus jantung;
tidak terdengar bunyi apapun karena tidak ada darah yang melalui. Sewaktu udara
di manset secara perlahan dikeluarkan, tekanan di manset secara gradual berkurang.
Ketika tekanan manset turun tepat di bawah tekanan sistolik puncak, arteri secara
transien terbuka sedikit saat tekanan darah mencapai puncak ini. Darah sesaat lolos
melewati arteri yang tertutup parsial sebelum tekanan arteri turun di bawah tekanan
manset dan arteri kembali kolaps. Semburan darah ini turbulen sehingga dapat
terdengar. Karena itu, tekanan ini tekanan manset tertinggi saat bunyi pertama dapat
didengar menunjukkan tekanan sistolik. Sewaktu tekanan manset terus menurun,
darah secara intermiten menyembur melewati arteri dan menghasilkan suara seiring
dengan siklus jantung setiap kali tekanan arteri melebihi tekanan manset. Ketika
tekanan manset akhirnya turun di bawah tekanan diastolik, arteri brakialis tidak lagi
tertekan di sepanjang siklus jantung, dan darah dapat mengalir tanpa adanya
hambatan melalui pembuluh. Dengan pulihnya aliran darah non-turbulen ini, tidak
ada lagi suara yang terdengar. Karena itu, tekanan manset tertinggi saat bunyi
terakhir terdengan menunjukan tekanan diastolik. (Sherwood, Lauralee 2014. Hal.
374-375)

Kadang-kadang mekasinme kontrol tekanan darah tidak berfungsi dengan benar


atau tidak mampu secara sempurna mengompensasi perubahan yang berlangsung.
Tekanan darah dapat terlalu tinggi (hipertensi jika diatas 140/90 mm Hg) atau
terlalu rendah (hipotensi jika dibawah 90/60 mm Hg). (Sherwood, Lauralee 2014.
Hal. 403)

2.1.2 JANTUNG DAN ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)

Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi
menyebar ke dalam jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh.
Sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas
tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda perekam. Rekaman yang
dihasilkan adalah suatu elektrocardiogram, atau ECG dapat digunakan, berasal dari
bahasa Yunani kuno kardia, dan bukan bahasa Latin cardia, jantung Ingatlah tiga
hal penting dalam mempertimbangkan apa yang direpresentasikan oleh EKG:

1. EKG adalah rekaman sebagian aktivitas listrik yang diinduksi di cairan tubuh
oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh, bukan rekaman langsung
aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
2. EKG adalah kompleks yang mencerminkan penyebaran keseluruhan aktivitas di
seluruh jantung sewaktu depolarisasi dan repolarisasi. EKG bukan rekaman
potensial aksi tunggal di sebuah sel pada suatu saat. Rekaman di setiap saat
mencerminkan jumlah aktivitas listrik di semua sel otot jantung, yang sebagian
mungkin mengalami potensial aksi sementara yang lain mungkin belum diaktifkan.
Sebagai contoh, segera setelah mengeluarkan impuls, sel-sel mengalami potensial
aksi, sementara sel-sel ventrikel masih berada dalam potensial istirahat. Pada waktu
berikutnya, aktivitas listrik akan tersebar ke sel-sel ventrikel sementara sel-sel
atrium mengalami repolarisasi. Karena itu, pola keseluruhan aktivitas listrik jantung
bervariasi sesuai waktu ketika impuls mengalir ke seluruh jantung.
3. Rekaman mencerminkan perbandingan listrik yang terdeteksi oleh elektroda-
elektroda di dua titik berbeda di permukaan tubuh, bukan potensial aksi sebenarnya.
Sebagai contoh, EKG tidak merekam potensial sama sekali ketika otot ventrikel
mengalami depolarisasi atau repolarisasi sempurna; kedua elektroda "melihat"
potensial yang sama sehingga tidak terdapat perbedaan potensial
antaraduáelektroda yang terekam Pola pasti aktivitas listrik yang direkam dari
permukaan tubuh bergantung pada orientasi elektroda perekam. Elektroda dapat
secara kasar dianggap sebagai "mata" yang "melihat" aktivitas listrik dan
menerjemahkannya menjadi rekaman yang dapat dilihat, rekaman EKG. Apakah
yang terekam adalah defleksi ke bawah atau ke atas bergantung pada bagaimana
elektroda diorientasikan dalam kaitannya dengan aliran arus di jantung. Sebagai
contoh, penyebaran eksitasi melintasi jantung "terlihať" berbeda dari lengan kanan,
dari tungkai kiri, atau dari rekaman yang langsung dilakukan di atas jantung.
Meksipun di jantung terjadi proses listrik yang sama, aktivitas ini memperlihatkan
berbagai bentuk gelombang jika direkam oleh elektroda-elektroda yang terletak di
berbagai titik di tubuh. Untuk menghasilkan perbandingan yang baku, rekaman
EKG secara rutin terdiri dari 12 sistem elektroda konvensional, atau sadapan.
Ketika sebuah mesin elektrokardiograf dihubungkan antara elektroda-elektroda
perekam di dua titik di tubuh, susunan spesifik dari tiap-tiap pasangan koneksi
disebut sadapan. Terdapat 12 sadapan berbeda yang masing-masing merekam
aktivitas listrik di jantung dari lokasi yang berbeda-beda-enam sadapan dari
ekstremitas dan enam sadapan dada di berbagai tempat di sekitar jantung. Untuk
menghasilkan gambaran yang sama untuk dibandingkan dan untuk mengenali
penyimpangan dari normal, ke-12 sadapan tersebut digunakan secara rutin dalam
semua perekaman EKG.

Interpretasi konfigurasi gelombang yang terekam dari tiap-tiap sadapan bergantung


pada pengetahuan tentang rangkaian penyebaran eksitasi di jantung dan posisi
relatif jantung terhadap letak elektroda. EKG normal memiliki tiga bentuk
gelombang terpisah: gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T. Gelombang
P mencerminkan depolarisasi atrium Kompleks QRS mencerminkan depolarisasi
ventrikel Gelombang T mencerminkan repolarisasi ventrikel. Gelombang
depolarisasi dan repolarisasi yang bergeser ini masing-masing menyebabkan
kontraksi dan relaksasi jantung. Hal-hal berikut tentang rekaman EKG juga perlu
dicatat. 1 Lepas muatan nodus SA tidak menghasilkan aktivitas listrik yang cukup
besar untuk mencapai permukaan tubuh sehingga tidak terekam adanya gelombang
pada depolarisasi kam nodus SA. Karena itu, gelombang yang pertama kali tere
gelombang P, terjadi ketika gelombang depolarisasi menyebar ke atrium. 2. Pada
EKG normal, tidak terlihat gelombang terpisah untuk repolarisasi atrium. Aktivitas
listrik yang berkaitan dengan repolarisasi atrium normalnya terjadi bersamaan de-
ngan depolarisasi ventrikel dan tertutupi oleh kompleks QRS. 3. Gelombang P jauh
lebih kecil daripada kompleks QRS karena atrium memiliki massa otot yang jauh
lebih kecil daripada ventrikel dan karenanya menghasilkan aktivitas a listrik yang
lebih kecil. 4. Di tiga titik waktu berikut tidak terdapat aliran arus neto di otot
jantung sehingga EKG tetap berada di garis basal: a. Sewaktu jeda di nodus AV.
Jeda ini tercermin oleh interval waktu antara akhir P dan permulaan QRS; segmen
EKG ini dikenal sebagai segmen PR. (Disebut "segmen PR" dan bukan "segmen
PQ" karena defleksi Q kecil dan kadang tidak ada, sementara defleksi R adalah
gelombang yang dominan dalam kompleks ini.) Arus mengalir melalui nodus AV,
tetapi kekuatannya terlalu kecil untuk dideteksi oleh i elektroda EKG b. Ketika
ventrikel terdepolarisasi sempurna dan sel-sel kontraktil mengalami fase plateau
potensial aksi sebelum mereka mengalami repolarisasi, diwakili oleh segmen ST.
Segmen ini terletak di antara QRS dan T; segmen ini bersesuaian dengan waktu saat
pengaktifan ventrikel tuntas dan ventrikel sedang berkontraksi dan mengosongkan
isinya. Perhatikan bahwa segmen ST bukan rekaman aktivitas kontraktil jantung.
EKG adalah ukuran aktivitas listrik yang memicu aktivitas mekanis. c. Ketika otot
jantung mengalami repolarisasi sempurna dan beristirahat serta ventrikel sedang
terisi, setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Periode ini
disebut segmen TP (Sherwood, Lauralee 2014. Hal. 338-339)

Keenam sadapan ekstremitas mencakup sadapan I, II, III, aVR, aVL dan aVF.
Sadapan I, II, III adalah sadapan bipolar karena digunakan dua elektroda perekam.
Rekaman mencatat perbedaan potensial antara dua elektroda. Sebagai contoh,
sadapan I merekam perbedaan potensial yang terdeteksi di lengan kanan dan lengan
kiri. Elektroda yang diletakkan di tungkai kanan berfungsi sebagai elektroda tanah
dan bukan elektroda perekam. Sadapan aVR, aVL, dan aVF adalah sadapan
unipolar. Meskipun digunakan dua elektroda, hanya potensial sebenarnya di bawah
satu elektroda, elektroda eksplorasi, yang direkam. Elektroda yang lain disetel pada
potensial nol dan berfungsi sebagai titik referensi alami. Sebagai contoh, sadapan
aVR merekam potensial yang mencapai lengan kanan dibandingkan dengan bagian
lain tubuh. Keenam sadapan dada V1 hingga V6 juga merupakan sadapan unipolar.
Elektroda eksplorasi terutama merekam potensial listrik otot jantung yang terletak
tepat di bawah elektroda di enam lokasi berbeda di sekitar jantung. (Sherwood,
Lauralee 2014. Hal. 340)

2.1.3 HARVARD STEP TEST

Menurut Gallagher dan Brouha, kebugaran jasmana dibagi menjadi 3 kategori


yakni; static or medical fitness yang merupakan ketidakadaan abnormalitas fisk
atau penyakit, functional or dynamic fitness yang merupakan kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas fisik yang melibatkan penggunaan otot, serta
motoric skills fitness yang merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan koordinasi seperti berenang atau meloncat.

Harvard step test merupakan test sederhana untuk mengukur kebugaran jasmani
yang berlaku untuk anak, remaja, dan dewasa perempuan maupun laki. Index
kebugaran dihintung melalui test ini untuk melihat kapasitas fisik dan respon
terhadap olahraga fisik melalui denyut nadi. Nadi pada istirahat akan mengalami
perubahan setelah melakukan harvard step test.

Kecepatan jantung rerata saat istirahat adalah 70 denyut per menit (Sherwood,
Lauralee 2014. Hal. 347)

Harvard step melibatkan seseorang naik turun sebuah bangku setinggi kurang lebih
20 inci dalam sebuah rangka waktu tertentu dengan mengikuti irama. Setelah
selama jangka waktu yang ditentukan, biasanya 5 menit dan istirahat setelahnya
selama 1-1.5, 2-2.5 dan 3-3.5 menit sebelum mengukur denyut nadi. Kemudian
indeks kebugaran dihitung dengan;

(Durasi tes dalam detik x 100) : (2 x (total nadi 3 istirahat))

Dan tiap individu dikategorikan degan: <55 = kurang 55-64 = sedang, 65-79 =
cukup, 80-90 = baik, >90 = sangat baik

Harvard step test direkomendasikan sebagai tes sederhana untuk mengukur


kemampuan fisik individu untuk menilai respon sistematik latihan fisik.
BAB 3

METODE PRAKTIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Kegiatan 1 (Pengukuran Tekanan Darah)
1) Stetoskop
2) Sphygnomamometer
3) Stopwatch
4) Wadah berisi es
3.1.2 Kegiatan 2 (Elektrokardiografi)
1) Alat EKG dan perlengkapannya
2) Tissue
3) Gel
3.1.3 Kegiatan 3 (Harvard Step Test)
1) Bangku harvard setinggi:
a. Untuk laki-laki : 19 inch (48,24 cm)
b. Untuk perempuan : 17 inch (43,16 cm)
2) Metronom (frekuensi 2x ayunan perdetik)
3) Stopwatch
4) Penggaris panjang
5) Barometer
6) Thermometer ruangan

3.2 PROSEDUR KERJA


3.2.1 Kegiatan 1 (Pengukuran Tekanan Darah)
1) Cara memasang manset yang benar
a. Lengan baju digulung setinggi mungkin hingga tidak terlilit
manset
b. Tepi bawah manset berada pada 2-3 cm diatas fossa cubiti
c. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti
d. Manset diikat dengan cukup ketat
2) Pilih salah satu mahasiswa dan ukur tekanan darah secara palpasi
dan auskultasi. Catat juga nadinya. Setelah semua mahasiswa
memahami cara pengukuran maka lanjutkan ke langkah
selanjutnya.
3) Posisi berbaring: Praktikan berada pada posisi berbaring selama 10
menit tanpa memikirkan hal yang berat. Pasang manset pada lengan
kanan dan catatlah tekanan darahnya. Ulangi percobaan 3x untuk
mendapat rata-ratanya.
4) Posisi duduk: Praktikan berada pada posisi duduk dengan tenang
selama 2-3 menit tanpa memikirkan hal yang berat. Pasang manset
pada lengan kanan dan catatlah tekanan darahnya. Ulangi percobaan
3x untuk mendapat rata-ratanya.
5) Posisi berdiri: Praktikan berada pada posisi berdiri selama 2-3 menit
tanpa memikirkan hal yang berat. Pasang manset pada lengan kanan
dan catatlah tekanan darahnya. Ulangi percobaan 3x untuk
mendapat rata-ratanya.
6) Kerja otot: Praktikan berlari di tempat ±120 loncatan/per menit
selama 2 menit. Kemudian praktikan duduk sambil dilakukan
pengukuran tekanan darah segera setelah aktivitas. Pengukuran
dilakukan tiap 5 menit hingga normal kembali. Catatlah hasil
pengukuran anda.
7) Cold pressure test: Praktikan berbaring tenang selama 20 menit.
Ukur tekanan darah pada lengan kanan 3x berturut-turut. Tanpa
membuka manset, masukkan tangan kiri praktikkan ke dalam
wadah berisi es. Ukurlah tekanan darah pada detik ke 30, 60 dan 90.
Catatlah hasil pengukuran anda.
3.2.2 Kegiatan 2 (Elektrokardiografi)
1) Praktikkan diminta berbaring dengan bagian dada bebas dari
pakaian dan bahan-bahan logam yang dipakai seperti cincin, jam
tangan, ikat pinggang, dsb sebaiknya dibuka agar tidak menggangu
rekaman.
2) Cream atau gel dioleskan pada tempat dimana akan dipasang
elektroda untuk mengurangi resistensi.
3) Keempat elektroda ekstremitas dipasangkan pada kedua
pergelangan tangan dan kaki pada bagian medial. Elektroda tersebut
dipasang dengan ketat. Kabel sadapan dihubungkan pada EKG dan
ujung-ujungnya dihubungkan pada elektroda yang sesuai.
4) Electrode dipasang pada dada sebagai berikut:
V1 : parasternal dextra ICS 4 (merah)
V2 : parasternal sinistra ICS 4 (kuning)
V3 : pertengahan antara V2 dan V4 (hijau)
V4 : linea mid-clavicular kiri ICS 5 (coklat)
V5 : linea axillaris anterior (hitam)
V6 : linea mid-axillaris (ungu)
Ujung-ujung kabel sadapan dihubungkan pada elektroda dada yang
sesuai.
5) EKG dihubungkan pada sumber listrik. Nyalakan alat dan set alat
sesuai yang diinginkan dan tunggu sampai hasilnya muncul.
6) Hal-hal yang diperhatikan saat perekaman yaitu keadaan sekitar
pasien, keadaan psikologis pasien, hasil rekaman EKG.
7) Alat perekam EKG dimatikan. Keempat elektroda ekstremitas
dicabut. Keenam elektroda dada dicabut.
8) Jelaskan hasil rekaman EKG yang diperoleh.
3.2.3 Kegiatan 3 (Harvard Step Test)
1) Pilihlah beberapa mahasiswa yang memenuhi persyaratan yang
telah dituliskan dibawah.
2) Sebelum melakukan tes, mahasiswa yang dipilih mengisi dan
menandatangani surat pernyataan berbadan sehat pada saat
pemeriksaan dilaksanakan dan tidak memiliki riwayat penyakit
yang merupakan kontra indikasi dari pemeriksaan Harvard Step
Test.
3) Catatlah waktu makan dan minum terakhir mahasiswa
4) Catat tekanan atmosfir, suhu ruangan dan kelembaban udara pada
ruangan pemeriksaan
5) Mahasiswa diminta istirahat dengan duduk tenang selama 10 menit
sebelum tes dimulai
6) Ukurlah tekanan darah dan frekuensi denyut nadi istirahat
7) Mintalah mahasiswa berdiri menghadap bangku Harvard
8) Metronom (sebelumnya telah di cek ketelitiannya dan diatur untuk
memberikan irama dengan kecepatan 120 kali per menit mulai
dijalankan, frekuensi langkah 30 kali per menit.
9) Mintalah mahasiswa mencoba naik turun bangku dengan
menempatkan salah satu kakinya kanan/ kiri diatas bangku,
mengikuti irama metronom dan selalu dimulai dengan kaki sama.
10) Pada ketukan kedua, kaki lainnya dinaikkan keatas bangku,
sehingga mahasiswa berdiri tegak diatasnya.
11) Pada ketukan ketiga, kaki yang pertama kali naik ke atas bangku
diturunkan.
12) Pada ketukan keempat, kaki yang masih diatas bangku diturunkan
pula, sehingga orang percobaan berdiri lagi tegak di depan bangku.
13) Ulangilah beberapa kali sampai mahasiswa paham dan mengerti apa
yang harus dilakukannya selama tes.
14) Pada saat mahasiswa telah siap, pemeriksa memberi aba-aba
“mulai” bersamaan dengan menekan tombol stopwatch. Siklus
tersebut diulangi terus menerus sampai orang percobaan tidak kuat
lagi atau telah lebih dari 5 menit. Pemeriksa akan menekan tombol
stopwatch bersamaan dengan memberi aba-aba “stop” dan
mahasiswa harus berhenti.
15) Segera sesudah itu, orang percobaan disuruh duduk dan denyut
nadinya dihitung selama 30 detik, 3 kali berturut-turut, masing-
masing dari 1’ – 1’30’’. Dari 2’ – 2’30’’ dan dari 3’ – 3’30’’.
16) Lamanya percobaan yang dilakukan dihitung dengan menggunakan
sebuah stopwatch.
17) Catatlah hasil percobaan anda.
BAB 4
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

4.1.1 KEGIATAN 1 (Pengukuran Tekanan Darah)

Tabel 4.1 Kegiatan 1 (Pengukuran Tekanan Darah)

Posisi Denyut Nadi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Tubuh
Palpasi/Auskultasi Auskultasi

Berbaring 1. 96/menit 1. 110 / 110 1. 70


2. 96/menit 2. 110 / 110 2. 70
3. 96/menit 3. 110 / 110 3. 70
Rerata= 96/menit Rerata = 110/110 Rerata = 70

Duduk 1. 92/menit 1. 115 / 115 1. 80


2. 92/menit 2. 110 / 110 2. 70
3. 92/menit 3. 110 / 110 3. 70
Rerata = 92/menit Rerata = 111.7/111.7 Rerata = 73.3

Berdiri 1. 96/menit 1. 112 / 112 1. 80


2. 96/menit 2. 112 / 112 2. 80
3. 96/menit 3. 112 / 112 3. 80
Rerata = 96/menit Rerata = 112/112 Rerata = 80

Kerja 1. 156/menit 1. 130 / 130 1. 90


2. 132/menit 2. 129 / 129 2. 75
3. 132/menit 3. 130 / 130 3. 70
Rerata = 140/menit Rerata = 129.7/129.7 Rerata = 78.3

Cold 1. 96/menit 1. 110 / 110 1. 70


pressure
2. 92/menit 2. 115 / 115 2. 70
3. 92/menit 3. 110 / 110 3. 80
Rerata = 93/menit Rerata = 111.7/111.7 Rerata = 73.3

4.1.2 KEGIATAN 2 (Elektrokardiografi)

Data hasil pengamatan rekaman EKG

Pada LEAD 2: waktu

R-R interval rerata 16,85= mm 0,67= detik

PR interval 5= mm 0,20= detik

PR segmen 2= mm 0,08= detik

QRS kompleks 3= mm 0,12= detik

QT interval 9= mm 0,36= detik

ST segmen 1= mm 0,04= detik

Tabel 4.2 Besar Voltage

P Q R S T QRS
kompleks

LEAD 1 2 mm 1 mm 9 mm 10 mm 6 mm 2 mm
0,2 mV 0,1 mV 0,9 mV 1 mV 0,6 mV 0,2 mV

LEAD 2 2 mm 1 mm 22 mm 1 mm 7 mm 20 mm
0,2 mV 0,1 mV 2,2 mV 0,1 mV 0,7 mV 2 mV

LEAD 3 1 mm 1 mm 26 mm 1 mm 3 mm 24 mm
1,0 mV 1,0 mV 2,6 mV 0,1 mV 0,3 mV 2,4 mV

LEAD V1 V2 V3 V4 V5 V6

R S R S R S R S R S R S
Voltage 0,5 1,7 2 2 2 2 1,9 1,6 2,5 0,5 2,3 0,3
(mV)

R/S 3.4 1 1 1,3 5 7,7


ratio

4.1.3 KEGIATAN 3 (Harvard Step Test)

Tabel 4.3 Kegiatan 3 (Harvard Step Test)

Keterangan Mahasiswa 1 Mahasiswa 2

Nama Kerta Arum

Umur 18 18

L/P L P

Pekerjaan Mahasiswa Mahasiswa

BB (kg) 58 54

TB (cm) 172 165

Tensi darah 120/70 120/80

HR istirahat 72 88
per menit

Keterangan Mahasiswa 1 Mahasiswa 2

Lama tes (dt) 240 120

1’ – 1,5’ 75 130

2’ – 2,5’ 60 85

3’ – 3,5’ 40 60

Nilai & 58,1 16,78


kategori IK
cara cepat

Nilai & 68,5 21,81


kategori IK
cara lambat

P atm 1 1
4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 KEGIATAN 1 (Pengukuran Tekanan Darah)

Hasil dari praktikum berketujuan untuk dampak posisi tubuh dan suhu
terhadap tekanan darah dengan menghitung denyut nadi permenit dengan
melakukan palpasi dan auskultasi untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan darah mahasiswa yang menjadi subyek percobaan ini diperiksa pada posisi
duduk, berbaring, berdiri, saat kerja dan cold pressure. Denyut nadi permenit rata-
rata yang terhitung saat berbaring, duduk, berdiri, kerja, cold pressure secara
berurutan adalah 96, 92, 96, 140, 93. Sementara tekanan sistolik rata-rata yang
terukur dengan metode palpasi dalam mm Hg secara berurutan adalah 110, 111.7,
112, 129.7, 111.7. sama dengan palpasi, saat auskultasi hasil yang didapat untuk
tekanan sistolik rata-rata secara berurutan dalam mm Hg adalah 110, 111.7, 112,
129.7, 111.7. Terakhir adalah tekanan diastolik yang diukur dengan auskultasi
secara berurutan yang menghasilkan tekanan rata-rata 70, 73.3, 80, 78.3, 73.3
semua dalam mm Hg.
Hasil praktikum menunjukan hubungan antara posisi tubuh dan suhu
terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Posisi tubuh berdampak kepada alir darah
karena pengaruh gravitasi, sementara suhu dingin memperlambat kecepatan denyut
nadi dan sebaliknya suhu panas yang dihasilkan karena aktivitas yang
menyebabkan kontraksi otot dan pengeluaran panas dari tubuh meningkatkan
denyut nadi.
Peningkatan denyut nadi tertinggi terdapat pada saat kerja serta diikuti oleh
tekanan darah yang tertinggi karena jantung diharuskan memompa darah lebih
cepat akibat kontaksi otot yang untuk memberi pasokan darah, oksigen dan nutrisi
pada otot-otot yang sedang berkerja. Sebaliknya pada saat diberikan cold pressure
dengan menaruh tangan kedalam ember berisi air es terjadi penurunan denyut nadi
dan tekanan darah, yang diakibatkan oleh vasokonstriksi dinding pembuluh darah
dan melambat aliran darah.

4.2.2 KEGIATAN 2 (Elektrokardiografi)


Hasil dari praktikum ini menunjukkan pemeriksaan jantung menggunakan
elektrokaridogram atau disingkat dengan EKG. Mahasiswa yang menjadi subyek
pada praktikum merupakan seorang laki-laki. Setelah melpas baju, bagian thorax,
ekstremitas superior dan inferior dipasangi dengan kabel-kabel elektroda V1, V2,
V3, V4, V5 dan V6 yang kemudian merekama jantungnya kedalam grafik yang
menunjukan aktivitasnya.

Sadapan V1 hingga V6 menunjukan bahwa aktivitas jantung pada dada


terekam normal. V1 dan V2 normal karena dari pembacaan arahnya kebawah
karena sadapan tersebut berada pada basis jantung, sedangkan pada V4 sampai V6
sadapan jantung naik keatas karena dekat dengan apex jantung.

Hasil praktikum dan elektrokardiografi juga menunjukkan R-R interval


16,85mm dengan interval PR 5mm, segmen PR 2mm, QRS kompleks 3mm, QT
interval 9mm dan ST segment 1mm. Dari data, heart-rate subyek adalah 89 denyut
per menit, semua dalam rangka dan batasan normal. Untuk setiap lead (I, II dan III),
memberi hasil yang berbeda-berda dimana P tertinggi ada pada lead I dan II dengan
2mm, Q sama rata pada tiap lead, R tertinggi pada lead III dengan 26mm dan rendah
9mm pada lead I, S tertinggi ada pada lead I dengan 10mm dimana lead lain 1mm,
T tertinggi ada pada lead II dengan 7 dan rendah pada lead III dengan 3, dan
kompleks QRS tertinggi ada pada lead III dengan 24 dan rendah di lead I dengan
2mm.

4.2.3 KEGIATAN 3 (Harvard Step Test)

Praktikum untuk kebugaran menggunakan metode Harvard step test merupakan


kegiatan naik-turun bangku seirama dengan metronom selama 5 menit yang
dilakukan oleh 2 mahasiswa berbeda kelamin, bangku sudah disesuaikan untuk
laki-laki dan untuk perempuan masing-masing sendiri. Untuk menghitung
kebugaran jasmani terdapat pada indeks kebugaran badan yang ditentukan oleh
kemampuan untuk naik-turun bangku secara kontinu selama 5 menit atau hingga
tidak mampu lagi kemudian pulihnya denyut nadi setelah aktivitas dan istirahat,
semakin cepat pulih denyut nadinya kepada frekuensi yang normal menunjukan
kebugaran yang semakin baik.
Kedua mahasiswa yang menjadi subyek praktikum memiliki fisik berbeda,
dari tinggi, berat dan kelamin, walau kedua-duanya berumur sama. Mahasiswa laki
yang menjadi subyek (Kerta) bertahan melakukan Harvard step test selama 240
detik, sementara yang perempuan (Arum) selama 120 detik. Usai aktivitas naik-
turun bangku, nadi mereka masing-masing dihitung selama 30 detik. Didapatkan
nadi Kerta 75/detik, dan Arum 130/detik pada istirahat menit pertama, kemudian
mereka dibiarkan istirahat lagi selama 30 detik dan denyut nadi mereka dihitung 2
kali lagi hingga diperoleh 3 hasil denyut nadi dengan jeda tiap 30 detik yakni
60/detik pada Kerta dan 85/detik pada Arum di menit kedua dan 40/detik pada kerta
serta 60/detik pada Arum pada menit ketiga.
Dari hasil praktikum ini, menunjukkan bahwa kebugaran Kerta lebih tinggi
daripada Arum karena perhitungan menggunakan rumus IK cepat dan IK lambat
memberi hasil IK laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. IK cepat yang
diperoleh Kerta adalah 58,1 dan Arum adalah 16,78 sementara pada IK lambat,
diperoleh hasil pada Kerta 68,5 dan Arum 21,81 Hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin, latihan fisik dan makanan.
Perbedaan jenis kelamin dapat menjadi salah satu faktor yang terlihat dari
praktikum kali ini, karena hasil IK Kerta lebih tinggi daripada Arum. Selain itu
perbedaan usia tidak terlalu berpengaruh pada hasil IK karena kedua-duanya
beruisa sama. Latihan fisik dapat juga menjadi faktor yang mempengaruhi IK
diantara duanya.
BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Hasil dari praktikum ini menunjukan bagaimana kadaan kardiovaskuler pada


seseorang berperan penting dalam menentukan kebugaran jasmani. Dari
pengukuran tekanan darah, hasil rekaman oleh elektrokardiogram serta Harvard
step test, maka hasil praktikum kebugaran didapatkan. Pengukuran tekanan darah
menunjukan bahwa ada variasi, tergantung dengan posisi serta suhu luar pada
tubuh, sementara hasil tes dari elektrokardiogram menunjukan gambaran/ rekaman
jantung dan denyut nadi pasien normal, terakhir pada Harvard step test didapatkan
hasil berbeda antar subyek yang mencoba karena hasil bergantung terhadap faktor
seperti jenis kelamin, kondisi fisik dan aktivitas fisik yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood,Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta (Ed ke-
8): EGC.

Guyton, Arthur C. and Hall, John E. 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology (Ed ke-12). Saunders/ Elsevier

Caspersen, Carl, J. dkk. 1985. Physical Activity, Exercise, and Physical Fitness:
Definitions and Distinctions for Health-Related Research. Public Health
Reports 100(2), 128-131

Sloan, A. W. & Keen E. N. 1959. The Harvard Step Test of Physical Fitness. South
African Journal of Science, 55(5). 113-114.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai