Anda di halaman 1dari 44

KELOMPOK 3

HEAT STRESS
“PEKERJA PADA INDUSTRI TAHU”
KEDUNG TARUK SURABAYA
Anggota kelompok :

1. Septi Dewi Y 101611133008


2. Sarah Nadhila R 101611133040
3. Nusavia Astra J 101611133060
4. Aisyah Noor S H 101611133077
5. Aisyah Afnani 101611133104
6. Emilia Yoanita R 101611133175
7. Pradita Sekar A 101611133222
HEAT STRESS
01 DEFINISI HEAT STRESS.

02 FAKTOR YANG MEMENGARUHI

03 REAKSI FISIOLOGIS DAN GANGGUAN KESEHATAN

04 SUMBER PAPARAN

05 TEMPAT KERJA
Heat Stress
Tekanan panas (Heat Stress) adalah batasan kemampuan
penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi
kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan
dan faktor lingkungan (temperatur udara, kelembaban, perge
rakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian
yang digunakan. Pada saat heat stress mendekati batas
toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan
menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).
Faktor yang Memengaruhi

01 02 03 04

AKLIMATISASI USIA JENIS KELAMIN UKURAN TUBUH


PEKERJA
Reaksi Fisiologis Tubuh
Akibat terjadinya heat stress

TEMPERATUR
VASODILATASI
KULIT MEINGKAT

DENYUT JANTUNG SUHU TUBUH


MENINGKAT MENINGKAT
Gangguan Kesehatan

Gangguan kesehatan dan


performansi kerja seperti Heat Exhaustion dan
kelelahan dan melakuka 1 6 Heat Stroke
n istirahat curian

Dehidrasi 2 5 Heat Syncope


atau Fainting

Heat Rash 3 4 Heat Cramps


Paparan Panas di Lingkungan Kerja
bisa berasal dari:

1. Suhu dan kelembaban tinggi, paparan sinar matahari secara langsung


2. Gerakan atau aliran udara yang terbatas
3. Kerja fisik yang berat
4. Panas metabolisme tubuh
5. Pakaian kerja
6. Tingkat aklimatisasi
• Faktor iklim kerja dan non iklim tersebut yang dapat meningkatkan ri
siko pekerja terkena heat stress.
• Heat stress terjadi apabila tubuh pekerja sudah tidak mampu lagi m
enyeimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya paparan panas
dari luar.
• Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada di dalam tubuh ak
an mempertahankan suhu tubuh berada pada suhu normal (37°C) d
engan mengeluarkan keringat dan mengalirkan darah lebih banyak
ke kulit.
• Jantung bekerja keras memompa darah ke kulit bagian luar (permukaan tubuh) dan
kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan
kulit.
• Penguapan keringat menjadi cara efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap
normal
• Namun, jika suhu di luar dan kelembaban terlampau tinggi, maka keringat tidak dapat men
guap dan tubuh akan gagal mempertahankan suhu internalnya, dalam kondisi inilah tubuh
mulai terganggu.
• Kondisi ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja di lingkungan panas.
• Dengan banyaknya darah mengalir ke kulit, maka pasokan darah ke otak, otot-otot aktif
dan organ tubuh lainnya menjadi berkurang, sehingga kelelahan dan permasalahan
kesehatan akibat panas pun lebih cepat terjadi.
• Kegagalan tubuh menyeimbangkan suhu tubuh internal ini pada akhirnya bisa memicu
timbulnya heat stress pada pekerja.
Beberapa Pekerjaan yang Dekat dengan
Lingkungan Kerja Panas :

PABRIK KACA & KARET


TAMBANG
TEROWONGAN UDARA TERKOMPRESI
PEMBANGKIT LISTRIK KONVENSIONAL & NUKLIR

OPERASI PELEBURAN
PEMBUATAN BATA DAN KERAMIK
TOKO ROTI & KATERING
Gambaran Lingkungan Kerja,
Pekerja dan Proses Produksi
ABSTRAK

Judul artikel :
ARTIKEL “Respon Fisiologis Tanda Vit
al di Lingkungan Panas pada
Pekerja Home Industry Tahu
Kedung Tarukan Surabaya”

Tujuan :
Menganalisis perbedaan
respon fisiologis tanda vital
sebelum & sesudah bekerja di
lingkungan panas pada
pekerja home industry tahu
di kedung tarukan Surabaya
Home Industry Tahu Kedung
Tarukan Surabaya

• Industri rumahan pabrik tahu yang berada di Kedung Tarukan,


Surabaya, Jawa Timur.
• Hampir seluruh proses produksinya menimbulkan panas radia
si di tempat kerja
• Hampir seluruh proses produksi dilakukan di satu tempat yang
sama sehingga kemungkinan besar tenaga kerja terpapar pan
as selama bekerja
Proses Produksi

Perendaman Penggilingan Pemasakan Penyaringan Pengendapan Pencetakan

Pekerjaan
Pemasakan dan Penggilingan dan
Perendaman Penjualan
Pencetakan

Penyediaan kayu Pengapian


Metode Penelitian
• Penelitian observasional dengan rancangan penelitian
cross-sectional karena peneliti ingin mengetahui perbe
daan tanda vital sebelum dan sesudah terpapar panas
– tekanan darah
– denyut nadi
– suhu tubuh
– laju respirasi.
• Responden: 14 orang pekerja (total populasi)
• Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, ober
vasi, dan pengukuran tanda vital (non invasif)
• Pengukuran iklim kerja menggunakan metode ISBB
Karakteristik Responden

No. Variabel Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin Laki-Laki 10 71,4


Perempuan 4 28,6
2 Usia < 40 tahun 5 64,3
≥ 40 tahun 9 35,7
3 Masa Kerja < 2 minggu 0 0,0
≥ 2 minggu 14 100,0
4 Istirahat Cukup 8 57,1
Kurang 6 42,9
5. IMT Normal 11 78,6
Overweight 3 21,4
Karakteristik Responden

No. Variabel Jumlah (Orang) Persentase (%)

6. Merokok Ya 8 57,1
Tidak 6 42,9
7. Konsumsi Cairan Cukup 8 57,1
Kurang 6 42,9
8. Beban Kerja Ringan 2 14,3
Sedang 8 57,1
Berat 4 28,6
Iklim Kerja
• Dilakukan saat cuaca cerah
• Dilakukan 3 kali pengukuran: pukul 07.00, 10.00, dan 14.00 WIB kemudian dihitung rata-
ratanya
• Beban kerja fisik rata-rata tenaga kerja dalam kategori sedang dan pengaturan waktu
kerja hasil obervasi setiap jamnnya adalah 50-75%.
Bagian/Lokasi Suhu Basah ⁰C Suhu Kering ⁰C Suhu Global ⁰C ISBB ⁰C

Pemasakan 1 26,7 33,7 37,1 29,8


Pemasakan2 27,9 33,9 36,9 30,7
Pemasakan 3 28,3 34,3 36,7 30,7
Ketel 27,5 34,8 39,9 31,3
Rata2 27,6 34,17 37,65 30,62
Berdasarkan Permenkes No. 70 Tahun 2016 dan Permenaker No. 5 Tahun 2018, nilai ISBB tersebut telah
melebihi Nilai Ambang Batas yang ditentukan yaitu 29,0⁰C
Uji Homogenitas

Distribusi data hasil pengukuran respon fisiologis tanda vital; tekanan darah, denyut nadi
, suhu tubuh dan laju pernapasan berdistribusi normal
Uji Perbedaan

Hanya tanda vital tekanan darah diastolik yang tidak memiliki perbedaan signifikan.
LAJU PERNAPASAN
Hubungan Bekerja pada Suhu Panas dengan Laju
Pernapasan
Berdasarkan pada tabel dan grafik tersebut, h
asil pengukuran laju pernapasan pada 14 resp
onden yaitu sebelum pajanan panas saat beke
rja diperoleh hasil rata-rata laju pernapasan 2
0,57 x/menit, sedangkan setelah bekerja 23,3
6 x/menit.
Berdasarkan tabel tersebut, hasil pengukuran kemudiaan dianalisis uji statistik
terhadap hasil pengukuran laju pernapasan pada pekerja di Home Industry Tahu Kedung
Tarukan sebelum dan sesudah bekerja dengan menggunakan Paired t-test, didapatkan laj
u pernapasan memiliki nilai p= 0,014 kurang dari α (0,05) menunjukan ada perbedaan ya
ng signifikan pada kondisi laju pernapasan dari pekerja di Home Industry Tahu Kedung
Tarukan sebelum dan sesudah bekerja.
• Dari rerata hasil pengukuran suhu tubuh tenaga kerja baik sebelum maupun
sesudah melakukan pekerjaan, dapat dikategorikan masih berada dalam
diatas rentang normal “tachypnoe” yaitu 12 - 20 x/menit (Suharto, dkk, 2015)
Tekanan Darah
Hubungan Bekerja pada Suhu Panas dengan Tekanan
Darah
Hasil pengukuran iklim kerja di Home Industry Tahu
Kedung Tarukan Surabaya

No. Bagian/Lokasi ISBB (derajat cel


cius)
1. Pemasakan I (pukul 07.00 WIB 29,8
)
2. Pemasakan II (pukul 10.00 WI 30,7
B)
3. Pemasakan III (pukul 14.00 WI 30,7
B)
4. Ketel 31,3
Rerata 30,625
Tekanan Darah
Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg
(Kemenkes, 2010)

Semakin tinggi tekanan darah maka akan


semakin besar risiko dan jika tekanan darah
lebih dari 160/90 mmHg akan memiliki
faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
Tekanan Darah Sisto Tekanan Darah Diastol
Respon lik ik
den
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 110 110 80 80
2 140 145 90 85
3 120 140 80 80
4 150 150 80 100
5 130 120 90 80
Hasil Pengukuran Tekanan Darah 6 110 110 75 80
Tenaga Kerja Home Industry Tahu 7 130 135 80 90
Kedung Tarukan Surabaya 8 110 120 80 80
9 110 120 60 60
10 140 140 80 90
11 130 140 75 80
12 140 160 70 90
13 130 180 70 110
14 120 120 80 80
Mean 126,43 135 77,86 84,64
Grafik 1 Grafik 2
Perubahan Tekanan Darah Sistoli Perubahan Tekanan Darah Diastol
k Tenaga Kerja di Home Industry ik Tenaga Kerja di Home Industry
Tahu Kedung Tarukan Sebelum d Tahu Kedung Tarukan Sebelum da
an Sesudah Bekerja. n Sesudah Bekerja.
Paired t-test

• Tekanan darah sistolik memiliki nilai p= 0,045 kurang dari α


(0,05) menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada
kondisi tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah terpajan
panas suhu tinggi di tempat kerja.
• Sedangkan tekanan darah diastolik diperoleh nilai p= 0,069
yang bermakna nilai p lebih besar dari α (0,05) menunjukan
tidak ada perbedaan yang signifikan.
Perbedaan yang signifikan pada kondisi tekanan darah sistolik sebelum
dan sesudah terpajan panas suhu tinggi dapat terlihat dari :

• Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terpajan panas suhu tinggi di


tempat kerja masih berada pada rentang normal, sedangkan rata-rata
tekanan darah sistolik setelah bekerja berada pada rentang high normal
, yaitu pada rentang 130-139 mmHg.
• Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik setelah bekerja berada
pada rentang normal, yaitu 80-84 mmHg.
Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah

Saat tubuh tenaga kerja melakukan aktifitas fisik dan ditambah beban tambahan dari
tekanan panas. Maka suhu tubuh akan meningkat.

Vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam.

Beban kardiovaskuler bertambah sehingga jantung memompa darah lebih banyak

Tekanan darah meningkat


Faktor lain yang menyebabkan
tekanan darah meningkat
diantaranya:

Umur

Jenis Kelamin

Emosi

Stres

Merokok

Masa & Beban kerja

Lama paparan
Suhu Tubuh
Hubungan Bekerja pada Suhu Panas dengan Suhu
Tubuh
HASIL PENGUKURAN

Sebelum terpajan suhu ada perbedaan signifikan


tinggi selama kerja diperol pada kondisi suhu tubuh
eh hasil rata-rata suhu tub dari pekerja di Home Indust
ry Tahu Kedung Tarukan
uh tenaga kerja sebesar sebelum dan
35,92 oC dan pada saat sesudah bekerja
setelah terpajan suhu
tinggi selama bekerja
sebesar 36,23 oC
• Dari data pengukuran ISBB diperoleh kesimpulan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang
terdapat di Home Industry Tahu Kedung Tarukan adalah sebesar 30,62oC. Dengan beban kerja fisik
yang tergolong sedang dan kategori waktu kerja 50-75%, maka nilai ISBB tersebut melebihi telah Nilai
Ambang Batas yang telah ditetapkan yaitu 29,0oC [sesuai PMK NO 70 TAHUN 2016]
• Jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kulit, bukan mengeluarkan panas, melainkan justru tubuh
memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi.
• Suhu lingkungan kerja yang tidak ideal akan mempengaruhi kondisi fisiologis manusia, salah
satunya adalah suhu tubuh.
• Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan tertentu dan dibawah pengaruh lingkungan yang panas, otak
tetap mengawasi (mengendalikan) suhu tubuh dengan memantau suhu darah. Bila suhu darah
meningkat diatas 37oC, tubuh mulai mengendalikan mekanisme panas
• Tubuh selalu melakukan adapatasi terhadap perubahan yang terjadi, termasuk juga dengan perubahan
atau peningkatan suhu lingkungan
• Meskipun demikian, dari rerata hasil pengukuran suhu tubuh tenaga kerja baik sebelum maupun
sesudah melakukan pekerjan, masih berada dalam rentang normal, yaitu 35,5 oC -37,7 oC
Denyut Nadi
Hubungan Bekerja pada Suhu Panas dengan Denyut
Nadi
Hasil Pengukuran
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut hasil pe
ngukuran denyut nadi pada 14 responden sebelum
terpajan suhu panas selama bekerja didapati rata-
rata denyut nadi 73,57 x/menit, sedangkan setelah
bekerja 85,29 x/menit.
Hasil
Pengukuran
• Berdasarkan tabel tersebut, terlihat
perbedaan jika dilihat dari rerata
hasil pengukuran, data hasil
pengukuran dianalisis dengan uji
statistik menggunakan Paired t-test
Kemudian didapatkan hasil yaitu :
denyut nadi memiliki nilai p= 0,0
06 kurang dari α (0,05).
• Hasil pengukuran pada tabel
menunjukan adanya perbedaan
signifikan pada kondisi denyut
nadi dari pekerja di Home Industry
Tahu Kedung Tarukan sebelum dan
sesudah pajanan suhu tinggi
selama bekerja.
Kesimpulan :
Dari rata-rata hasil pengukuran denyut nadi tenaga kerja
baik sebelum maupun sesudah melakukan pekerjaan, masih
berada dalam rentang normal, yaitu 60-100x denyut nadi/menit
(Suharto, dkk, 2015). Pada kondisi melakukan aktivitas fisik atau
bekerja pada suhu lingkungan yang panas, tubuh akan mengalami
respon fisiologis yaitu pengeluaran keringat berlebih dalam menjag
a kelembapan kulit dan mendinginkan permukaan kulit yang panas.
Keringat yang membawa dan mengeluarkan ion natrium dan klorida
akan meningkatkan frekuensi denyut nadi.
Saran dan Rekomendasi

1 2 3 4 5
Mengurangi penyebaran
Mengatur shif Di area kerja dibuat ventilasi Pembatasan waktu Penyediaan
panas radiasi dari
Kerja Pada agar udara dari luar dapat terpapar panas tempat sejuk yang
permukaan-permukaan
Pekerja masuk ke dalam kerja seperti mengatur terpisah dengan
benda yang
Pemasakan dengan membuka dinding waktu kerja dan proses kerja untuk
panas, dengan cara
bagian atas. Bukaan dinding istirahat pemulihan
isolasi/penyekat
ruang produksi dibuat
mengelilingi ruang produksi Periode Untuk bekerja di tempat kerja
Penyediaan air aklimatisasi yang yang panas dan lembab, perlu
dengan luas ventilasi
minum untuk cukup sebelum disediakan baju
lebihnya dari 10% dari luas
pekerja melaksanakan yang tipis dan berwarna terang
bangunan.
menghindari beban kerja yang hingga pengeluaran panas
dehidrasi penuh. tubuh
Thank you
SALAM K3 !!!!!

Anda mungkin juga menyukai