Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

WAKTU REAKSI
A. Tujuan
Melakukan pengukuran waktu reaksi dan memahami penggunaan waktu reaksi dalam
kehidupan sehari-hari
B. Dasar Teori
Waktu reaksi adalah interval antara penerimaan suatu stimulus terhadap respon
motorik secara sadar. Menurut Bompa, waktu reaksi adalah jarak waktu antara
pemberian stimulus kepada seseorang sampai terjadinya reaksi otot pertama kali atau
terjadinya gerakan yang pertama kali. Waktu reaksi adalah salah satu parameter
fisiologi yang penting untuk mengetahui seberapa cepat respon motorik seseorang
terhadap suatu stimulus.
Menurut Zatzyorski, waktu reaksi memiliki 5 komponen yaitu:
1. Munculnya stimulus pada tingkat reseptor yaitu suatu struktur khusus yang
sangat peka terhadap jenis-jenis rangsang tertentu.
2. Perambatan stimulus ke susunan saraf pusat.
3. Pengiriman stimulus melalui jalur saraf dan produksi sinyal efektor yang
bergerak memberi reaksi terhadap stimulus yang tiba melewati neuron eferen
yakni yang membawa stimulus dari susunan saraf pusat.
4. Pengiriman sinyal oleh susunan saraf ke pusat otot.
5. Perangsangan otot untuk melakukan kerja mekanis.
Waktu reaksi tidak sama dengan refleks. Waktu reaksi adalah respon terhadap
tanda yang disadari dan berpusat di otak, sedangkan refleks adalah reaksi terhadap
respon yang tidak disadari terhadap stimulus berpusat di medula spinalis tanpa
melibatkan otak. Waktu reaksi dapat dilatih sedangkan refleks tidak.
Jenis-jenis Waktu Reaksi
1. Waktu Reaksi Sederhana
Waktu reaksi sederhana terjadi apabila hanya terdapat satu stimulus dan
satu respon. Waktu reaksi sederhana biasanya sering berhubungan dengan
kebiasaan dan merupakan jenis waktu reaksi yang paling banyak diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam berkendara, seperti perubahan
lampu lalu lintas dari hijau ke kuning, pengemudi dapat memperkirakan
stimulus yang akan muncul sehingga telah memutuskan apa yang akan dia
lakukan ketika stimulus tersebut muncul.
2. Waktu Reaksi Kompleks

Waktu reaksi kompleks terjadi apabila terdapat beberapa stimulus


sekaligus yang harus direspon bersamaan dan hanya satu stimulus yang dapat
direspon dengan baik sedangkan stimulus yang lain tidak mendapatkan respon.
Contohnya pada seseorang yang harus menekan tombol arah panah di keyboard
sesuai dengan arah panah yang ada di layar sedangkan layar tersebut
menampilkan beberapa tanda panah yang arahnya berbeda-beda. Waktu reaksi
kompleks seseorang tergantung pada bagaimana kompleksitas dari stimulus, ada
berapa banyak pilihan untuk bereaksi, dan seberapa sering seseorang telah
berada dalam situasi yang sama.
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu reaksi, antara lain, jenis
stimulus, usia, jenis kelamin, penggunaan tangan kanan atau kiri, jumlah rangsangan
stimulus, nutrisi, alkohol, aktivitas fisik, latihan dan kelelahan.
1. Jenis Stimulus
Jenis stimulus dapat mempengaruhi waktu reaksi. Suatu penelitian
membuktikan bahwa jenis stimulus auditorik lebih cepat apabila dibandingkan
dengan jenis stimulus visual dan jenis stimulus sentuhan. Hal ini dikarenakan
stimulus auditorik memiliki waktu yang lebih singkat untuk menghantarkan
stimulus ke otak dibandingkan dengan stimulus visual dan stimulus sentuhan.
2. Usia
Pemeriksaan waktu reaksi sederhana menunjukkan bahwa waktu reaksi
lebih cepat pada bayi sampai usia 20-an akhir, kemudian melambat perlahanlahan sampai usia 50-an dan 60-an, dan kemudian perlambatan terjadi lebih
cepat sejak awal usia 70-an. Penelitian MacDonald et al. menyatakan bahwa
variasi waktu reaksi pada usia lanjut berhubungan dengan pengenalan stimulus
yang kurang baik dan kecepatan konduksi saraf yang menurun.
3. Jenis Kelamin
Hampir di setiap kelompok usia, laki-laki memiliki waktu reaksi yang
lebih cepat dibandingkan perempuan. Hal ini dijelaskan pada penelitian
sebelumnya oleh Bellis tahun 1993 bahwa waktu reaksi laki-laki sebagai
respon terhadap cahaya adalah 220 milidetik dan waktu reaksi perempuan
adalah 260 milidetik. Sedangkan untuk respon terhadap suara, waktu reaksi
laki-laki adalah 190 milidetik dan 200 milidetik untuk perempuan.
4. Penggunaan tangan kanan atau kiri
Hemisfer kanan mengendalikan tangan kiri, sedangkan hemisfer kiri
mengendalikan tangan kanan. Hemisfer kanan mengatur kreativitas, hubungan
spasial, pengenalan wajah, emosi dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut para

peneliti beranggapan seharusnya tangan kiri memiliki waktu reaksi yang lebih
cepat.
5. Kelelahan
Waktu reaksi merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai
indikator yang dapat mengukur tingkat kelelahan. Penelitan yang dilakukan
oleh Welford menyatakan bahwa waktu reaksi akan menjadi lebih lama
apabila subjek dalam keadaan kelelahan. Beberapa eksperimen menunjukkan
bahwa kurang tidur memiliki sedikit pengaruh terhadap waktu reaksi.
6. Stimulus yang berulang
Ketika subjek merespon stimulus yang baru pertama kali dihadapinya,
waktu reaksi akan kurang konsisten dibandingkan subjek yang telah beberapa
kali merespon stimulus yang sama yang sudah pernah dihadapinya.
7. Latihan
Tujuan dari latihan adalah untuk meningkatkan kondisi fisik dan
keterampilan dalam melakukan suatu respon dan proses pemulihan dari suatu
stimulus. Latihan dapat mempercepat waktu reaksi. Menurut Simkin, waktu
reaksi dapat memendek 10-20% dengan diberikan latihan. Hal ini dapat
diamati dengan jelas pada atlet dan non-atlet di mana waktu reaksi atlet akan
lebih cepat dibandingkan dengan non-atlet, contohnya pelari sprint akan
bereaksi lebih cepat daripada yang bukan pelari sprint.
8. Nutrisi
Nutrisi dapat menjadi salah satu yang mempengaruhi performa tubuh
seseorang. Asupan nutrisi yang tidak adekuat seperti asupan cairan dan
elektrolit yang kurang akan menimbulkan gangguan metabolisme maupun
gangguan keseimbangan cairan.
9. Status hidrasi
Suatu penelitian menyatakan bahwa kehilangan 1-2% berat badan
akibat dehidrasi dapat mengganggu fungsi kognitif dan performa tubuh
seseorang yang membutuhkan atensi, memori dan psikomotor. Keadaan
dehidrasi secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan waktu reaksi.
C. Alat
1. Stopwatch
2. Garpu tala 512 Hz
3. Lampu senter
D. Prosedur Kerja
E. Tabulasi Data
1. Data Naracoba

No.
1
2
3
4
5

Nama
Yenni
laila
ulfa
Afit
Theo

Jenis kelamin
P
P
P
P
P

Umur
20
20
21
20
30

TB (cm)
153
150
160
152
171

BB (kg)
47
47
57
41
70

2. Waktu Reaksi
Nama
Yenni
laila
ulfa
Afit
Theo

Respon sentuh
0.5
0.3
0.3
0.2
0.5

Waktu (s)
Respon bunyi
0.4
0.4
0.2
0.1
0.5

Respon cahaya
0.1
0.3
0.3
0.1
0.2

F. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tes mengenai waktu reaksi. Praktikum bertujuan
untuk melakukan pengukuran waktu reaksi dan memahami penggunaan waktu reaksi
dalam kehidupan sehari-hari. Praktikum dilakukan pada hari Selasa, 08 November
2016 bertempat di Laboratorium Biologi FMIPA UNY. Dalam praktikum ini, ada 5
orang praktikan yang kelimanya adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi
FMIPA UNY angkatan 2014. Ada 3 tes dalam praktikum ini, yaitu: tes waktu reaksi
untuk rangsang berupa: sentuhan (1), bunyi (2), dan cahaya (3). Untuk ketiga tes
tersebut, baik penguji maupun naracoba sama-sama memegang stopwatch.

Pada tes waktu reaksi untuk rangsang berupa sentuhan, penguji meminta
naracoba untuk menutup mata dan memegang stopwatch. Penguji lalu menyentuh
tangan naracoba sembari menyalakan stopwatch yang ia pegang. Naracoba diminta
untuk menyalakan stopwatch yang ia pegang ketika merasakan tangannya tersentuh.
Penguji dan naracoba lalu mematikan stopwatch secara bersama-sama. Perbedaan
waktu antara penguji dengan naracoba merupakan waktu reaksi sederhana. Dari tes
tersebut diperoleh data rata-rata waktu reaksi seluruh naracoba adalah 0.36 s. Data
tersebut menunjukkan bahwa naracoba memerlukan waktu sekitar 0.36 s untuk
menanggapi suatu rangsang sentuhan.
Pada tes waktu reaksi untuk rangsang berupa bunyi, penguji menggunakan
garpu tala dengan frekuensi 512 Hz sebagai sumber bunyi. Pertama-tama penguji
meminta naracoba untuk memegang stopwatch. Penguji lalu membunyikan garpu tala
sembari menyalakan stopwatch yang ia pegang. Naracoba diminta untuk menyalakan
stopwatch yang ia pegang ketika mulai mendengar bunyi dari garpu tala. Penguji dan
naracoba lalu mematikan stopwatch secara bersama-sama. Perbedaan waktu antara
penguji dengan naracoba merupakan waktu reaksi sederhana. Dari tes tersebut
diperoleh data rata-rata waktu reaksi seluruh naracoba adalah 0.32 s. Data tersebut
menunjukkan bahwa naracoba memerlukan waktu sekitar 0.32 s untuk menanggapi
suatu rangsang bunyi.
Pada tes waktu reaksi untuk rangsang berupa cahaya, penguji menggunakan
telepon genggam sebagai pengganti senter (sumber cahaya). Pertama-tama penguji
meminta naracoba untuk berdiri sejauh 24.5 m dari penguji serta tetap memegang
stopwatch. Penguji lalu menyalakan lampu telepon genggamnya sembari menyalakan
stopwatch yang ia pegang. Naracoba diminta untuk menyalakan stopwatch yang ia
pegang ketika mulai melihat cahaya dari telepon genggam penguji. Penguji dan
naracoba lalu mematikan stopwatch secara bersama-sama. Perbedaan waktu antara
penguji dengan naracoba merupakan waktu reaksi sederhana. Dari tes tersebut
diperoleh data rata-rata waktu reaksi seluruh naracoba adalah 0.2 s. Data tersebut
menunjukkan bahwa naracoba memerlukan waktu sekitar 0.2 s untuk menanggapi
suatu rangsang cahaya (visual).
Bila dibandingkan, data rata-rata waktu reaksi seluruh naracoba adalah sebagai
berikut: 0.36 s untuk respon terhadap sentuhan, 0.32 s untuk respon terhadap bunyi,
dan 0.2 s untuk respon terhadap cahaya (visual). Hal tersebut agak berbeda dari teori
yang telah dipaparkan dalam dasar teori, dimana suatu penelitian membuktikan bahwa
jenis stimulus auditorik (bunyi) lebih cepat direspon apabila dibandingkan dengan

jenis stimulus visual dan jenis stimulus sentuhan. Hal ini dikarenakan stimulus
auditorik memiliki waktu yang lebih singkat untuk menghantarkan stimulus ke otak
dibandingkan dengan stimulus visual dan stimulus sentuhan.
Adapun perbedaan antara hasil tes kali ini dengan teori yang ada kemungkinan
dikarenakan kesalahan praktikan atau naracoba yang terlalu cepat atau terlalu lambat
dalam menyalakan stopwatch. Dapat pula dikarenakan waktu reaksi tiap-tiap orang
saling berbeda satu sama lain. Sesuai dengan dasar teori di awal yang menyatakan
bahwa waktu reaksi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain usia,
jenis kelamin, nutrisi, dan lain sebagainya.

G. Kesimpulan
1. Perbedaan waktu antara penguji dengan naracoba saat melakukan tes waktu reaksi
merupakan waktu reaksi sederhana.
2. Waktu reaksi sederhana terjadi apabila hanya terdapat satu stimulus dan satu
respon. Waktu reaksi sederhana biasanya sering berhubungan dengan kebiasaan
dan merupakan jenis waktu reaksi yang paling banyak diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam berkendara, seperti perubahan lampu lalu
lintas dari hijau ke kuning, pengemudi dapat memperkirakan stimulus yang akan
muncul sehingga telah memutuskan apa yang akan dia lakukan ketika stimulus
tersebut muncul.
3. Waktu reaksi dipengaruhi oleh:
a. Jenis Stimulus

b. Usia
c. Jenis Kelamin
d. Penggunaan tangan kanan atau kiri

e.
f.
g.
h.
i.

Kelelahan
Stimulus yang berulang
Latihan
Nutrisi
Status hidrasi

H. Diskusi dan Tugas


1. Apakah ketiga stimulasi menghasilkan waktu reaksi yang sama? Mengapa
demikian?
Tidak, karena jenis stimulus juga mempengaruhi waktu reaksi seseorang. Suatu
penelitian membuktikan bahwa jenis stimulus auditorik lebih cepat dibandingkan
dengan jenis stimulus visual dan jenis stimulus sentuhan. Hal ini dikarenakan
stimulus auditorik memiliki waktu yang lebih singkat untuk menghantarkan
stimulus ke otak dibandingkan dengan stimulus visual dan sentuhan.
2. Apa saja yang mempengaruhi waktu reaksi?
Waktu reaksi dipengaruhi oleh:
Jenis Stimulus
k. Usia
l. Jenis Kelamin
m. Penggunaan tangan kanan atau kiri
n. Kelelahan
3. Gambarkan secara mikroskopis satu sel saraf!
j.

o.
p.
q.
r.

Stimulus yang berulang


Latihan
Nutrisi
Status hidrasi

4. Gambarkan satu sinapsis dengan vesikel-vesikel neurotransmitter dalam tahaptahap pembentukan dan pelepasannya!

I. Daftar Pustaka
John w. Kimball . 1983, Biologi edisi kelima , Jakarta, Erlangga.
Pearce, Evelyn C. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Rahayu, Tutik. 2000. Buku Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Yogyakarta: FMIPA UNY
Rahayu, Tutik.

2004.

Buku Petunjuk Praktikum Biologi Manusia Dan Gizi.

Yogyakarta : FMIPA UNY


Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: UNM Malang
Soewolo .2000. Pengantar Fisiologi Hewan : Jakarta :Proyek Pengembangan
Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No.3979 Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai