Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Fisiologi

Mekanisme Sensorik

Kelompok D2
Ketua Kelompok : David lay (102016062) …….
Anggota Kelompok :
1. Aaron Angga Kusuma Putra (102013385) …….
2. Natalie Deskla Pattisina (102015017) …….
3. Cici Milenda (102016080) …….
4. Esti Novayanti Siringo (102016141) …….
5. Ni Putu Anastasia Diana Yanti (102016192) ........
6. Darma Refmon Pongtiku Dembong (102016219) ........
7. Ilyana Prasetya Hardyanti (102016223) ........
8. Michael Leaniel (102016115) …….

Fakultas Kedokteran Universtas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara Nomor 6

Jakarta 11510
Percobaan I : Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

Pasien Simulasi : Aaron Angga Kusuma Putra - 102013385

 Tujuan : Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin

 Alat dan Bahan :


1. 3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, dan 40o
2. Termometer Kimia
3. Alkohol dan eter

 Cara Kerja
1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20o, 30o,
dan 40o
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kiri ke dalam air
bersuhu 40o untuk  2 menit.
3. Catat kesan apa yang saudara alami.
4. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30 oC.
Catat kesan apa yang saudara alami.
5. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak  10 cm.
6. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti di atas.
Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub. 4 dan 5.
7. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter. Kesan apa yang
saudara alami?

 Hasil Percobaan
Pada percobaan yang telah dilakukan pada pasien simulasi pada langkah kerja 2 dan 4 yang
dialami oleh pasien simulasi adalah :
a. Pada suhu 20o
Pasien simulasi merasakan tangan kanannya dingin

b. Pada suhu 40o


Pasien simulasi merasakan tangan kirinya hangat

c. Pada suhu 30o


Pasien simulasi merasakan tangan kanan yang awalnya dingin berubah menjadi
hangat dan tangan kiri yang awalnya hangat menjadi dingin.

Pada percobaan yang telah dilakukan oleh pasien simulasi pada langkah kerja 5, 6, dan 7
yang dialami oleh pasien simulasi adalah :
a. Kulit punggung tangan pasien simulasi yang kering pada saat ditiup terasa dingin
yang merata
b. Kulit punggung tangan pasien simulasi yang sudah dibasahi dengan air pada saat
ditiup, bagian kulit punggung yang terkena air tidak terasa dingin, yang terasa
dingin hanyalah pada bagian samping yang tidak terkena air. Tetapi ketika sudah
tidak ditiup, kulit punggung yang terkena air kemudianterasa dingin.
c. Kulit punggung tangan pasien simulasi yang telah diolesi dengan alkohol terasa
dingin dan semakin terasa dingin ketika kulit punggung tangan ditiup.

 Pembahasan
Dalam praktikum pertama, menunjukkan perbedaan suhu secara bersamaan pada
tangan yang berbeda dan disertai dengan peningkatan serta penurunan kalor. Hal tersebut
ditunjukkan pada saat kedua tangan dicelupkan pada baskom bersuhu 30°C.
Thermoreseptor menanggapi dengan cepat saat menerima suhu berbeda, sehingga akan
dirasakan pada tangan disuhu 20°C berubah menjadi lebih panas dan tangan disuhu 40°C
menjadi lebih dingin.
Terlihat juga ketika tangan kering yang ditiup dengan pelan terasa sejuk,
kemudian dioleskan dengan dengan air terasa lebih dingin dibandingkan kulit kering yang
ditiup.. Saat diolesi dengan alkohol 70%, tangan terasa lebih dingin, bahkan sempat
terjadi kejutan singkat pada kulit punggung tangan yang diolesi dengan alkohol.

 Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa terjadi adaptasi pada thermoreseptor dan tubuh berusaha
menyeimbangkan suhu berbeda tersebut secara bertahap.
2. Sensasi pada permukaan kulit di atas terjadi karena kulit mempunyai berbagai jenis
ujung saraf sensorik yang berguna untuk merespon rangsangan.
Percobaan II : Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri di Kulit

Pasien Simulasi : Darma Refmon Pongtiku D. – 102016219

 Tujuan :
Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

 Alat dan Bahan :


1. Gelas beker dan thermometer kimia
2. Es
3. Kerucut kuningan, bejana berisi kikiran kuningan, estesiometer rambut Frey. Jarum

 Cara kerja:
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada
pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan
gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.
Kotak 3 x 3 cm, dibuat lagi menjadi 12 x 12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3. Tutup mata pasien simulasi dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja
4. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan
kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut
kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan
menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas
bersuhu 500C. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan yang telah
didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik-titik
dingin yang diperoleh dengan tinta
6. Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri
dengan jarum
7. Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan
tangan di kertas.
 Hasil Percobaan
 Pembahasan :
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ

sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, panas, dingin, dan nyeri. Kulit

mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak

bermielin. Peleberan ujung saraf sensorik terminal dan ujung saraf yang berselubung

ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut,

tetapi tidak ada ujung saraf yang melebar atau berselubung untuk persarafan kulit.

Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat

jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan

histology, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor

yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut

menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun

reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya

spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis

perasaan kulit yang disadari.1

 Kesimpulan

Titik panas, dingin, tekan, dan nyeri berbeda pada setiap tempat kulit.

Bloom, Fawcett. Buku ajar histology. 12nd ed. Jakarta: EGC; 2002.
Percobaan III : Lokalisasi Taktil

Pasien Simulasi : Michael Leaniel - 102016115

 Tujuan : Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil)

 Alat dan bahan :


Pensil

 Cara Kerja :
1. Tutup mata pasien simulasi dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung
jarinya.
2. Suruh sekarang pasien simulasi melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi latihan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

 Hasil Percobaan
Titik Jarak (cm) Jarak rata – rata (cm)
Ujung jari 0 0,4
0,5
0,2
1,0
0,3
Telapak tangan 1,2 1,1
2,7
0,5
0,5
0,6
Lengan bawah 2,0 3,64
7,0
3,0
2,2
4,0
Lengan atas 2,5 1,92
1,0
2,5
2,1
1,5
Tengkuk 0,5 1,46
1,5
2,5
0,5
2,3

 Pembahasan
Neuron-neuron merupakan unit pemberian sinyal yang utama dari susunan saraf.
Sel-sel ini memberikan respons terhadap rangsangan dengan mengubah beda potensial
listrik yang terdapat diantara permukaan dalam dan luar dari membram selnya. Membran
sel termasuk sel saraf, tersusun sedemikian rupa sehingga mempunyai perbedaan dalam
potensial listrik di antara bagian dalam sel (negative) dan bagian luar sel (positive).
Serabut saraf dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan diameternya, kecepatan
hantarannya, dan ciri-ciri fisiologisnya.

1. Serabut A (ujung jari dan telapak tangan)


Serabut A adalah serabut yang besar dan bermielin dengan hantaran yang cepat dan
menghantarkan berbagai impuls motorik atau sensorik. Serabut ini paling peka
terhadap gangguan akibat tekanan mekanik atau kekurangan oksigen. Serabut ini paling
mudah dirangsang dengan rangsangan listrik.

2. Serabut B (tengkuk)
Serabut B lebih kecil daripada serabut A dan bermielin, serabut ini menghantarkan
dengan lambat dan berfungsi otonom.
3. Serabut C (lengan bawah dan lengan atas)
Serabut C adalah serabut yang paling kecil dan tidak bermielin, serabut ini
menghantarkan impuls paling lambat dan menghantarkan rasa nyeri dan berfungsi
otonom. Serta serabut yang paling sulit dirangsang.

 Kesimpulan
Daerah ujung jari dan telapak tangan paling peka sedangkan daerah lengan atas dan
lengan bawah merupakan daerah yang kurang peka, sedangkan daerah tengkuk berada
diantaranya.
Percobaan IV : Diskriminasi Taktil

Pasien Simulasi : Cici Millenda- 102016080

 Tujuan : Untuk memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada
perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif).

 Alat dan Bahan : Jangka

 Cara Kerja
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung
jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan
berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai dua
titik.
3. Ulangi latihan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang.
Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan latihan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung
jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua
titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6. Catat apa yang saudara alami.

 Hasil Percobaan
Percobaan secara serentak (simultan)
Percobaan Jarak Jangka Yang Dirasakan Pasien Simulasi
Ujung Jari Pipi Tengkuk
1 3,0 cm 2 titik 2 titik 2 titik
2 2,5 cm 2 titik 2 titik 1 titik
3 1,0 cm 2 titik 1 titik 1 titik
4 0,9 cm 2 titik 1 titik 1 titik
5 0,8 cm 2 titik 1 titik 1 titik
6 0,7 cm 2 titik 1 titik 1 titik
7 0,6 cm 2 titik 1 titik 1 titik
8 0,5 cm 2 titik 1 titik 1 titik
9 0,4 cm 2 titik 1 titik 1 titik
10 0,3 cm 2 titik 1 titik 1 titik

11 0,2 cm Jari 2,3 – 2 titik 1 titik 1 titik


Jari 4,5 – 1 titik
12 0,1 cm 1 titik 1 titik 1 titik

Percobaan secara berturut-turut (suksesif)


Percobaan Jarak Jangka Yang dirasakan Pasien Simulasi
Ujung Jari Pipi Tengkuk
1 2 cm 2 titik 2 titik 2 titik
2 1 cm 2 titik 2 titik 2 titik
3 0,5 cm 2 titik 2 titik 1 titik
4 0,3 cm 2 titik 1 titik 1 titik
5 0,1 cm 1 titik 1 titik 1 titik
6 0 cm 1 titik 1 titik 1 titik

 Pembahasan
Untuk membedakan dua titik tekan baik secara serentak (simultan) maupun secara
berurutan (suksesif), sama halnya dengan respon terhadap rangsangan dalam bentuk
lainnya seperti panas, dingin. bergantung pada intepretasi sadar seseorang mengenai
dunia eksternal seperti yang diciptakan oleh otak dari suatu pola impuls-impuls saraf yang
disampaikan ke otak oleh reseptor sensorik.
Persepsi yang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya di dunia terjadi karena
manusia memiliki reseptor hanya untuk mendeteksi jumlah terbatas bentuk energi yang
ada. Hal itu pulalah yang menyebabkan manusia hanya bisa mempersepsikan suara,
warna, bentuk, tekstur, bau, rasa dan suhu.
Reseptor tekan pada ujung jari, pipi dan tengkuk memberikan persepsi yang
berbeda-beda sehingga pada jarak tertentu, walaupun jangka masih terlihat sebagai 2 titik
yang berbeda, tetapi membuat pasien simulasi hanya merasakan satu titik tekan saja.
Terdapat dua jenis reseptor, yaitu reseptor yang konvergen dan reseptor yang
kurang/tidak konvergen. Reseptor yang konvergen memiliki kemampuan yang buruk
terhadap diskriminasi dua titik, sedangkan yang kurang/tidak konvergen memiliki
kemampuan diskriminasi dua titik yang baik.

 Kesimpulan
Reseptor pada tengkuk bersifat lebih konvergen daripada yang berada di pipi dan ujung
jari, sedangkan reseptor yang berada di ujung jari, kurang konvergen daripada yang ada
di pipi dan tengkuk.
Percobaan V : Perasaan Iringan (After Image)

Pasien Simulasi : Darma Refmon Pongtiku D. – 102016219

 Tujuan : Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya


( after image)

 Alat dan Bahan : Pensil

 Cara Kerja:
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu
selama saudara melakukan latihan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan latihan VI angakatlah pensil dari telinga saudara dan
apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu di ambil?

 Hasil Percobaan :
Setelah pensil itu diangkat dari telinga OP, ia masih meraskan pensil itu berada
disana, walaupun pensil tersebut telah diangkat.

 Pembahasan :
Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls dalam interneuron daerah yang
terangsang , walaupun tidak ada stimulus lagi.
Perasaan kulit adalah perasaan yang reseptornya berada dalam kulit, Perasaan
visceral adalah perasaan yang berhubungan dengan persepsi keadaan interna.
Proprioreseptor yang member informasi mengenai sikap tubuh dalam ruang dalam
keadaan tertentu. Akan tetapi komponen kesadaran dan proprioseptor, sebenarnya
merupakan sintesis dari informasi yang datang tidak hanya dari reseptor dalam dan sekitar
sendi, tetapi juga perasaan sentuh dan tekan dari reseptor dalam kulit .

 Kesimpulan :
Pensil itu masih terasa karena adanya perasaan iringan, sebab interneuron masih
mengandung impuls mengenai keberadaan pensil tersebut.
Percobaan VI : Daya membedakan Berbagai Sifat Benda

Pasien Simulasi : Esti Novayanti Siringo 102016141

 Tujuan :
Memeriksa besar daya atau kemampuan pasien simulasi untuk membedakan berbagai
sifat benda.

 Cara Kerja
A. Kekasaran permukaan
1. Dengan mata tertutup suruh pasien simulasi meraba-raba permukaan ampelas yang
mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan pasien simulasi untuk membedakan derajat kekasaran
ampelas.

B. Bentuk Benda
1. Dengan mata tertutup suruh pasien simulasi memegang-megang benda-benda kecil
yang saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, koin dan lain-lain).
2. Suruh pasien simulasi menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

C. Bahan Pakaian
1. Dengan mata tertutup, suruh pasien simulasi meraba-raba bahan-bahan pakaian
yang saudara berikan.
2. Suruh pasien simulasi setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya
itu.
Bila pasien simulasi membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran,
bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya ?

 Percobaan
A. Kekasaran Permukaan Benda

 Alat dan Bahan


2 Lembar Ampelas
 Hasil Percobaan
Percobaan Reaksi Pasien Simulasi
1 Pasien simulasi merasa permukaan kasar.
2 Apabila ampelas yang lebih kasar diberi, pasien simulasi
dapat merasa permukaan yang diraba lebih kasar

B. Bentuk Benda
 Alat dan Bahan :
Pensil, rautan, dan sticker kertas

 Hasil Percobaan
Bentuk Reaksi Pasien Simulasi
Benda
Pensil Pensil- bentuk panjang, ujung tajam
Rautan bentuk bersegi, plastik, dan punya lubang
Sticker kertas Pasien Simulasi merasa objek seperti kertas kecil segi empat
dan terdapat sesuatu yang melekat di objek tersebut

C. Bahan Pakaian
 Alat dan Bahan :
Bahan pakaian yang berbeda

 Hasil Percobaan
Bahan Reaksi Pasien Simulasi
Pakaian
1 bahan pakaian halus, segi empat
2 bahan pakaian lebih halus
3 bahan pakaian lebih kasar
4 bahan pakaian halus dan bergelombang halus
5 bahan pakaian halus dan licin
6 bahan pakaian lebih halus dari yang sebelumnya

 Pembahasan
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien simulasi tidak menderita
Astereognosis/Stereoagnosis, yaitu suatu kelainan neurologis di mana seseorang tidak
bisa membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan) dengan keadaan mata
tertutup.
Kulit mempunyai berbagai jenis ujung sensorik. Ini termasuk ujung saraf tak
bermielin. Perlebaran ujung saraf terminal dari ujung yang berselubung.serabut pertama
aferan ini masuk ke medulla spinalis melalui radik dorsal atau batang otak melalui saraf
cranial dan berakhir di interneuron yang membuat hubungan reflex polisinaps dengan
motor neurons pada berbagai tingkat dalam medulla spinalis seperti juga pada neuron
lintas desendens yang memancarkan impuls ke korteks otak.
Apabila memasukki medulla spinalis serabut- serabut saraf radiks dorsal
menjadi terpisah menurut fungsinya. Serabut yang memancar menghantar raba, halus,
tekan, propriosepsi naik ke medulla oblongata, kemudian bersinaps dalam nucleus
gracialis dan cuneatus. Organ reseptor raba beradaptasi dengan cepat . Terdapat paling
banyak pada kulit jari , bibir dan relative jarang pada kulit tubuh .
Informasi raba di hantar melalui lintasan kedua, lintasan kornikus dan
anterolateral , sehingga mengganggu reseptor raba yang di hantar melalui dua system ini.
Apabila kolum dorsal rusak , kesan getar dan propriosepsi hilang ambang raba naik dan
jumlah daerah yang peka raba dalam kulit akan berkurang.
Memeriksa daya yang membedakan kekasaran ,bentuk dan bahan pakaian dapat
dijalankan dengan berkesan jika tidak terdapat kesan neurologis. Jika terdapat kesan
neurologis yaitu astereognosis/stereoagnosis, pasien simulasi tidak bisa membedakan sifat
benda, ukuran, bentuk, dan permukaan apabila mata telah ditutup.

 Kesimpulan
Pasien simulasi tidak menderita Astereognosis/Stereoagnosis, sebab pasien simulasi dapat
membedakan sifat benda (ukuran,bentuk,berat,permukaan) dengan mata tertutup.
Percobaan VII : Tafsiran Sikap

Pasien Simulasi : Michael Leaniel -102016115

 Tujuan : Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh pada pasien simulasi

 Cara Kerja :
1. Suruh pasien simulasi duduk dan tutup mata.
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah pasien simulasi ke dekat kepalanya,
ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan pasien simulasi.
4. Suruh pasien simulasi dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya
dengan perlahan – lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
Bila pasien simulasi membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat-tempat yang
diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritannya?

 Hasil Percobaan :
Percobaan Lengan Bawah Pasien Simulasi Jawaban Pasien Simulasi
Gerakan ke dekat kepala Benar
Gerakan ke dekat dada Benar
Gerakan ke dekat lutut Benar

Percobaan Menyentuh Bagian Tubuh Pasien Simulasi Tindakan Pasien Simulasi


Menyentuh telinga Benar
Menyentuh hidung Benar
Menyentuh dahi Benar

 Pembahasan
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien simulasi tidak menderita
Dysdiadochokinesis. Dysdiadochokinesis adalah merupakan kelainan neurologis yang
tidak dapat melokasikan tempat-tempat yang diminta dengan benar. Synaesthesia berasal
dari bahasa latin yg artinya bersatu dan aesthesia yg artinya persepsi. Dengan kata lain
synaesthesia dapat diartikan sebagai sebuah persepsi yang bersatu. Synaesthesia adalah
sebuah “kelainan” neurologis ketika sebuah rangsagan atau stimulus pada satu reseptor
akan menginduksi stimulus pada reseptor lain.
Synaesthesia sendiri memiliki banyak variasi dan jenis. Contohnya adalah
Phonemes (Movement). Seorang synaesthesia jenis ini akan memiliki persepsi gerak
tersendiri untuk setiap phoneme yang dia dengar. Dengan kata lain, jika ia mendengar
sebuah kata selain mendengar kata itu, dia juga akan mempersepsikan berbagai jenis
gerakan-gerakan dalam otaknya.
Synaesthesia tidak dapat dibuat2 karena synaesthesia terjadi karena jalur syaraf di
otak yang seharusnya mengalami degenerasi tidak mengalamai degenerasi sehingga
mengakibatkan joined perception.

 Kesimpulan
Pasien simulasi tidak menderita Dysdiadochokinesis, sebab pasien simulasi mampu
melokalisasikan tempat-tempat yang diminta.
Percobaan VIII : Waktu Reaksi

Pasien Simulasi : Ni Putua Anastasia Diana Yanti – 102016192

 Tujuan : Mengetahui kecepatan reaksi pasien simulasi.

 Cara Kerja
1. Suruh pasien simulasi duduk dan meletakkan lengan bawah dn tangan kanannya
ditepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm dan siap untuk menjepit
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal di antara dan setinggi ibu jari dan telunjuk pasien simulasi
anpa menyentuh jari-jari pasien simulasi
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan pasien simulasi harus
menangkapnya selekas-lekasnya.
4. Ulangi latihan ini sebanyak 5 kali
5. Tetapkan waktu reaksi pasien simulasi (rata-rata dari kelima hasil diperoleh) Apa
yang menentu hasil reaksi seseorang?

 Hasil Percobaan
Tangkapan Pertama 0.20
Tangkapan Kedua 0.20
Tangkapan Ketiga 0.18
Tangkapan Kempat 0.19
Tangkapan Kelima 0.18
Rata-rata 0.19

 Pembahasan
Waktu reaksi merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan timbulnya
respon terhadap ransangan tersebut. Mistar dipakai untuk mengukur reaksi tangkap pasien
simulasi. Hal tersebut mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara suatu
kondisi dan kondisi lainnya .

 Kesimpulan
Waktu reaksi pasien simulasi adalah 0,19 detik.
Daftar Pustaka
1. Ganong,W.F. Fisiologi Kedokteran, 14th edn. Appleton and Lange. San Fransisco,
1989.
2. Buku penuntun praktikum faal I. Departemen FAAL FK UKRIDA.
3. Sherwood L. Human physiology: from cells to system. Edisi 8. Sherwood L. In:
Santoso BI, editor. Fisiologi manusia dari sel ke sistem: Sistem saraf perifer: divisi
aferen; indera. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.

Anda mungkin juga menyukai