Anda di halaman 1dari 10

Albinisme yang di Sebabkan Oleh Kelainan Genetika

Nur Hidayah binti Zulkefli

10-2014-231 D6

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Alamat korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: hdyhzulkefli@gmail.com

Abstract

Based on the synthesized protein will be form various characteristics. These traits can
be inherited from the parents to the next generation through a complex mechanism of
heredity material influence the inheritance of characters. An example is the
inheritance genetic disorder is albinism. Parents may be the carriers of the
abnormalities that can inherit the albino gene to the next generation. Moreover,
albino also can occur when a chromosome is mutated and subtracting the tyrosinase
enzyme. So melanin produced is very little and resulting in white or pale white skin
and hair.

Key words: Albinisme, chromosome, tyrosinase enzime, melanin

Abstrak

Berdasarkan protein yang disintesis akan wujud pelbagai sifat. Sifat ini dapat
diwariskan dari orang tua ke generasi yang seterusnya melalui suatu mekanisme yang
kompleks materi hereditas mempengaruhi penurunan karakter. Contohnya ialah
penurunan kelainan genetika albinisme. Orang tua dapat menjadi pembawa kelainan
sehingga dapat menurunkan gen albino tersebut kepada generasinya yang seterusnya.
Selain itu, albino dapat terjadi apabila kromosom termutasi lalu mengurangkan enzim
tirosinase. Jadi melanin yang terhasil juga sangat sedikit dan mengakibatkan kulit dan
rambut berwarna putih susu atau putih pucat.

Kata kunci: Albinisme, kromosom, enzim tirosinase, melanin

1
Pendahuluan

Manusia telah diciptakan di dunia dengan beraneka sifat. Dapat kita lihat
kepelbagaian sifat manusia seperti rambut kerinting, berkulit cerah, bermata biru dan
yang sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena adanya yang disebut materi hereditas
yang disebut gen yang mengkode pelbagai jenis protein. Berdasarkan protein yang
disintesis inilah akan wujudnya kepelbagaian sifat yang dijelaskan sebentar tadi.
Sifat-sifat ini dapat diwariskan dari orang tua ke generasi yang seterusnya melalui
suatu mekanisme yang kompleks yang akan dibahas di dalam makalah ini. Pewarisan
seperti bentuk rambut, warna mata dan sealiran dengannya tidaklah berbahaya, namun
yang menjadi bahaya adalah ketika gen-gen yang diwariskan merupakan salah satu
kelainan pewarisan sifat atau pewarisan gen yang boleh menyebabkan kecacatan
malahan kematian.1,2
Dalam kasus kali ini, kita akan berfokus kepada kelainan albino, iaitu kelainan
bila mana terjadinya abnormaliti pada kulit dan rambut si penderita yang berubah
menjadi warna putih. Oculocutaneus albinism adalah kelainan penurunan pada
autosom resesif. Terdapat pengurangan pigmen melanin pada kulit, mata dan rambut.
Tirosinase sangat penting untuk produksi pigmen melanin. Dua albinism yang paling
umum adalah Albino tyrosinase negatif (tidak ada tirosinase); penderita memiliki
rambut putih dan kulit merah muda pucat dan Albino tyrosinase positif (ada
tirosinase); penderita membentuk beberapa pigmen pada rambut dan kulit. Albino
tyrosinase negatif adalah jenis albino yang paling umum. Melanosom penderita tidak
mempunyai melanin karena kekurangan tirosinase, yaitu enzim yang merangsang
penghasilan melanin. Penderita Albino tyrosinase positif pula mempunyai tirosinase
tetapi mengalami masalah pada sistem transportasi tirosin yang mengganggu produksi
melanin.3
Setelah kasus ini dibahas dan didiskusi, rumusan masalah bagi kasus ini ialah
seorang anak memiliki kulit dan rambut berwarna putih susu atau putih pucat yang
berbeda dengan anaknya yang lain. Analisis masalah dirumuskan dalam bentuk
mindmap untuk memudahkan diskusi kasus:

2
Teori mendel

ALBINISME Mutasi
kromosom
replikasi DNA

Kelainan genetika
Regulasi
ekspresi gen
Ekspresi gen
penurunan
autosom resesif

Hipotesis bagi skenario ini adalah seorang anak memiliki kulit dan rambut berwarna
putih disebabkan terjadinya kelainan genetika. Sasaran pembelajarannya pula adalah
mengenali teori mendel, mempelajari kelainan genetika dari segi ekspresi gen, jenis
penurunan, proses replikasi, regulasi ekspresi gen dan mutasi.

Perbahasan

1.0 Teori Mendel

Teori mengenai pewarisan gen ini telah dipelopori oleh seorang tokoh yang
bernama Gregor Mendel yang menyilangkan tanaman kacang kapri. Beliau telah
melakukan beberapa ratus malah ribuan kali cobaan untuk membuktikan teori beliau
tersebut dan hasilnya, beliau telah berhasil menemukan dua hukum yang menjadi
dasar kepada ilmu genetika pada masa kini, iaitu Hukum Mendel 1 dan Hukum
Mendel 2.4 Hukum Mendel 1 (Segregasi) menyatakan bahwa ‘pada pembentukan
gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’.
Hukum ini berlaku untuk persilangan monohybrid (persilangan dengan satu sifat yang
berbeda). Hukum Mendel 2 dikenal dengan Hukum Independent Assortment,
menyatakan: ‘apabila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang
sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada
sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat
berbeda) atau lebih.5

Diagram silsilah menampilkan hubungan keluarga (silsilah) dalam suatu


struktur pohon. Data ini dapat ditampilkan dalam berbagai format. Salah satu format

3
yang sering digunakan dalam menampilkan silsilah adalah bagan dengan generasi
yang lebih tua di bagian atas dan generasi yang lebih muda di bagian bawah. Bagan
keturunan yang menampilkan semua keturunan dari satu individu memiliki bagian
yang paling sempit di bagian atas. Dengan menggunakan diagram silsilah ini, kita
akan dapat mengira anggaran peratusan anak yang bakal dilahirkan sama ada akan
mewarisi sesuatu gen dari orang tuanya ataupun tidak.5 Gambar 1 menunjukkan
contoh diagram silsilah pada keluarga Queen Victoria of England yang menunjukkan
kelainan hemofilia.6

Gambar 1: Diagram Silsilah


Sumber http://tapnewswire.com/

2.0 Kelainan genetika


2.1 Penurunan autosom resesif

Berdasarkan hukum Mendel, kita bisa tahu bahwa sifat pada manusia itu bisa
diwariskan dengan beberapa corak atau jenis penurunan. Ada tiga jenis penurunan
yang bisa terjadi yaitu penurunan autosom resesif, dominan resesif, dan gen terangkai
kelamin. Untuk kasus albino ini jenis penurunan yang terjadi ialah penurunan
autosom resesif.5 Albino tyrosinase negatif dan tyrosinase positif diturunkan dengan
ciri autosom resesif. Penurunan biasa adalah melalui orang tua yang normal dimana
masing-masing memiliki satu gen untuk albino yang ditambahkan pada gen normal.3
Gambar 2 merupakan diagram salsilah penurunan albinisme yang merupakan autosom
resesif.7

4
Gambar 2: Diagram Salsilah Penurunan Autosom Resesif
Sumber http://classes.midlandstech.com/

2.2 Replikasi (sintesis DNA)

Replikasi DNA berperan untuk menurunkan materi hereditas dari orang tua ke
generasi seterusnya dan tidak berperan dalam penghasilan protein baru. Molekul
DNA yang dihasilkan oleh proses replikasi bersifat semikonservatif, yaitu terdiri dari
rantai polinukleotida yang asli dan yang baru. Terdapat beberapa tahapan replikasi
DNA semikonservatif.2,4

Garpu replikasi (replication fork) ialah struktur yang terbentuk ketika DNA
mereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk oleh enzim helikase yang memutus ikatan-
ikatan hidrogen di antara dua rantai DNA, dan kedua rantai DNA terpisah menjadi
dua cabang. Masing-masing cabang tersebut menjadi template untuk pembentukan
dua rantai DNA yang baru. Pada replikasi DNA, rantai leading strand disintesis
dengan arah 5′→3′. Pada rantai ini, DNA polimerase mampu membentuk DNA
menggunakan ujung OH 3’ bebas pada primer RNA dan mengsintesis DNA searah
dengan arah pergerakan garpu replikasi.2,4

Lagging strand ialah rantai 5’→3’ DNA yang lama. Rantai ini disintesis
dalam fragmen-fragmen yang disebut fragmen okazaki. Pada rantai ini, primase
membentuk primer RNA. Jadi, DNA polymerase menggunakan gugus OH 3′ bebas
pada primer RNA tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah 5′→3′. Lalu DNA

5
ligase menyambungkan fragmen-fragmen okazaki tersebut sehingga sintesis lagging
strand menjadi lengkap.2,4

2.3 Ekspresi gen

Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan molekul yang membawa informasi


genetik yang terdapat di dalam sel. DNA terdiri dari banyak nukleotida yang disusun
menjadi bentuk berpilin. Nukleotida terdiri daripada 3 bahagian utama, iaitu gula
ribose, bahagian fosfat dan basa nitrogen. Basa nitrogen terdiri dari 5 jenis yang
berbeda, iaitu Guanine (G), Cytosine (C), Adenine (A), Thymine (T) dan Uracil (U).
DNA berperan dalam memastikan pelbagai jenis protein akan dapat disintesis.
Informasi genetik dari susunan nukleotida di DNA akan ditukarkan menjadi susunan
amino asid di protein. Struktur protein tersebut akan mempengaruhi fungsi protein
tersebut. Dogma sentral menyatakan terdapat 3 aktivitas utama yang berkaitan dengan
DNA, iaitu replikasi, transkripsi, dan translasi.2,4

2.3.1 Transkripsi

Proses transkripsi berlaku di dalam inti sel. Transkripsi bemula apabila DNA
di kromosom terpisah dan salah satu rantai DNA digunakan sebagai template untuk
menghasilkan mRNA. Langkah ini dipanggil inisiasi di mana enzim RNA polymerase
melekat pada promoter yang merupakan tanda permulaan pada gen. Di saat DNA
terpisah, RNA polymerase membaca susunan nukleotida pada template itu dan
bergerak sepanjangnya sambil menambah RNA komplimenter untuk menghasilkan
mRNA. Langkah terminasi adalah apabila RNA polymerase tiba dihujung 3’ susunan
terminasi, RNA polymerase akan berhenti menambah RNA komplimenter dan rantai
mRNA itu dilepaskan dari template.2

2.3.2 Translasi (sintesis protein)

Proses ini memerlukan molekul mRNA, tRNA dan ribosom (rRNA dan
protein ribosom). Ribososm adalah di mana sintesis protein berlaku. Ribosom
memegang kodon di mRNA yang mana akan dipasangkan dengan antikodon di tRNA
untuk memastikan asam amino pada rantai polipeptida adalah tepat. Molekul mRNA
ditranslasi dari arah 5’ hingga 3’.8 tRNA mengandung antikodon yang bereaksi secara
komplimenter dengan kodon di mRNA. Pembacaan kodon oleh ribosom dimulai dari

6
kodon AUG pertama dari ujung 5’ sampai salah satu kodon stop (UAA, UAG atau
UGA).1,4

Tahap pertama translasi ialah inisiasi yang menghasilkan satu ribosom


sempurna yg berasosiasi dengan aminoasil-tRNA dan mRNA. Pada tahap kedua yaitu
elongasi, elongation factor, enzim peptidil transferase dan GTP diperlukan. Pada
ribosom yang lengkap, tersedia dua situs aminoasil-tRNA (situs P dan A), dimana
situs P ditempati aminoasil-tRNA. Perpanjangan polipeptida dimulai dengan
masuknya aminoasil-tRNA yang kedua menempati situs A. Apabila antikodon
aminoasil-tRNA sesuai dengan kodon pada situs A, peptidil transferase akan
menggabungkan dua asam amino yang dibawa oleh kedua aminoasil-tRNA yg
berdampingan pada ribosom tersebut. Peptidil transferase akan melepaskan asam
amino dari tRNA di situs P, dan menggabungkannya pada asam amino di situs A dan
menghasilkan peptidil-tRNA di situs A. tRNA dikeluarkan dari situs P, dan peptidil-
tRNA di situs A akan pindah ke situs P, yang terjadi bersamaan dengan pergerakan
ribosom ke arah ujung 3’ untuk membaca kodon berikutnya. Siklus akan berulang,
sampai ditemukan kodon stop.1,4

Terminasi sintesis polipeptida terjadi ketika ribosom mencapai kodon stop


(UAA, UAG, UGA). Ketika mencapai kodon stop, release factor terikat pada ribosom
dan ikatan polipeptida pada tRNA dihidrolisis. Dengan terminasi ini maka akan
dilepaskan polipeptida yang dibentuk, tRNA dan disosiasi ribosom menjadi sub-unit
kecil (30S) dan sub-unit besar (50S). Polipeptida yang dilepaskan akan diproses pada
bagian-bagian sel yang berbeda-beda, tergantung pada peran dan tempatnya.1,4

2.4 Regulasi ekspresi gen pada eukariot

Regulasi di eukariot lebih kompleks berbanding prokariot. Perubahan pada


struktur atau jumlah gen yang ditranskripsi bisa mempengaruhi jenis protein yang
dibentuk. Regulasi di eukariot bisa terjadi di tingkat transkripsi. Elemen di dalam
urutan DNA disebut elemen cis apabila berikatan dengan faktor protein yang disebut
sebagai elemen trans akan mendorong atau menghambat pengikatan RNA polimerase
pada gen seterusnya bisa meningkatkan atau menghambat transkripsi. Misalnya
hormon steroid dapat berfungsi sebagai inducer, merangsang pengikatan elemen trans
ke elemen cis DNA. Inducer seperti hormon steroid yang masuk ke dalam sel dan

7
berikatan dengan protein reseptor. Reseptor ini juga memiliki domain yang mengikat
elemen respon spesifik (elemen cis). Apabila kompleks inducer-reseptor berikatan
dengan DNA, gen mungkin menjadi aktif, atau pada beberapa kasus menjadi tidak
aktif.9

Regulasi lain di tingkat transkripsi ialah gen mengalami delesi sebagian atau
total. Jadi protein tidak diproduksi. Seterusnya ialah amplifikasi gen, yaitu gen disalin
dalam jumlah yang besar untuk meningkatkan produksi protein. Gen juga dapat
mengalami mekanisme rekombinasi. Pada mekanisme ini, segmen DNA berpindah ke
lokasi lain pada genom. Segmen itu akan bergambung antara satu sama lain dan
bervariasi sehingga protein yang berbeda terbentuk. Selain itu ialah modifikasi kimia
pada DNA.9

Regulasi pada tingkat post transkripsi merupakan pengaturan setelah


terbentuknya mRNA dan selama transport RNA dari inti ke sitoplasma. Regulasi pada
tingkat translasi adalah regulasi pada tahap inisiasi sintesis protein. Faktor inisiasi
untuk translasi, terutama faktor inisiasi eukariotik 2 (eIF2) merupakan pusat
mekanisme pengatur ini. Kerja eIF2 dapat dihambat oleh fosforilasi. mRNA lain
memiliki lengkung tajam yang menghambat inisiasi translasi.9

Pada peringkat post translasi pula, protein didegradasi oleh protease di dalam
sitoplasma. Sebagian protein ini tampaknya mengalami degradasi melalui pengikatan
suatu protein yang dikenal dengan nama ubiquitin. Ubiquitin akan mempercepat
degradasi apabila mengikat protein. Selain itu, DNA dapat dihasilkan oleh enzim
reverse transkriptase. Suatu mRNA dapat digunakan untuk menghasilkan DNA.9

2.5 Mutasi kromosom

Mutasi adalah akibat kerusakan nukleotida DNA atau dari kesalahan yang
tidak dapat diperbaiki selama replikasi dapat ditranskrip ke mRNA, seterusnya
mengakibatkan translasi susunan yang abnormal dari asam amino.2 Mutasi pada
penderita albino mungkin karena melanin disintesis dari asam amino tirosin yang
dikatilasi oleh enzim tirosinase. Penderita yang mengalami masalah pada gen
tirosinase untuk berfungsi tidak mempunyai pigmen melanin. Tetapi penderita yang
mempunyai tirosin yang masih berfungsi, mempunyai tirosin yang kurang dan

8
melanin yang disintesis berkurangan. Kesan lain yang bisa terjadi apabila alel Tyr
termutasi adalah ekspresi gen tirosinase yang tidak seimbang. Jadi hanya sesetengah
melanosit yang menghasilkan melanin dan yang selebihnya tidak. Kebiasannya
disebabkan pengaturan kembali kromosom yang menghilangkan unsur regulasi
penting gen tirosinase.10

Terdapat beberapa jenis mutasi. Yang pertama ialah mutasi titik (point
mutation) menyebabkan penggantian dasar nukleotida tunggal dengan nukleotida lain
dari materi genetik, DNA atau RNA. Mutasi ini dibagi kepada 3 tipe yaitu mutasi
diam, mutasi missense dan mutasi nonsense. Mutasi diam (silent mutation)
merupakan mutasi yang tidak mempengaruhi susunan asam amino.2,5 Contohnya,
model gen: 3’–TAC CCT CGA ATG GAT TGG ATT–5’, bila pada kodon kelima
(GAT) nukleotida nomor tiga diganti menjadi A maka urutannya menjadi GAA dan
pada mRNA menjadi CUU. Urutan nukleotida ini tetap mengekod leusin dan
walaupun terjadi mutasi namun tidak memberi pengaruh pada produk gen. 2,5

Missense mutation adalah mutasi yang mengakibatkan satu asam amino pada
protein diganti dengan asam amino lain. Contoh CGA dimutasi menjadi CCA
menyebabkan asam amino arginine diganti dengan prolin. Tergantung dari lokasi
asam amino yang diutasi pada protein spesifik, maka berdasarkan fungsi protein
tersebut dapat dibagi kepada 3 jenis hasil mutasi yaitu; acceptable yang tidak
mengubah fungsi protein, partially acceptable yang mengakibatkan sebagian fungsi
protein tersebut terganggu dan unacceptable yang mengakibatkan protein tidak
berfungsi. 2,5

Mutasi nonsense adalah muutasi yang mengakibatkan terminasi premature


dari suatu sintesis protein. Contoh, dari CGAUGA (kodon stop). Ini berarti sintesis
protein berhenti sebelum waktunya. 2,5

Tetapi apabila pada mRNA hanya terjadi satu penambahan atau pengurangan
nukleotida atau lebih maka protein yang terbentuk akan mengandung asam amino
lebih dari normal atau kurang dari normal. Apabila berlaku gabungan insersi
(penambahan) dan delesi (pengurangan) ia akan mengakibatkan protein abnormal.
Mutasi ‘frame shift’ adalah akibat insersi atau delesi nukleotida pada gen yang
menyebabkan perubahan urutan nukleotida pada mRNA. 2,5

9
Kesimpulan

Ternyata bahwa materi hereditas mempengaruhi penurunan karakter di mana


salah satu kelainannya adalah albino. Penyakit ini akan menyebabkan abnormalitas
pada kulit dan rambut si penderita. Orang tua juga dapat menjadi pembawa kelainan
sehingga dapat menurunkan gen albino tersebut kepada generasinya yang seterusnya.
Gen diekspresi dengan beberapa tahapan yaitu replikasi DNA, transkripsi, dan
translasi. Selain itu, albino dapat terjadi apabila kromosom termutasi dan mempunyai
enzim tirosinase yang sedikit. Jadi melanin yang terhasil juga sangat sedikit.
Hipotesis yang dikemukakan di awal diskusi diterima.

Daftar pustaka

1. Hickey GI, Fletcher HL, Winter P. Genetics. Ed ke-3. New York: Taylor and
Francis Group; 2007.h.37-43
2. Cummings MR. Human heredity: principles and issues. Ed ke-9. United States of
America: Cengage Learning; 2011.h.195-211
3. Williams L, Wilkins. Professional guide to diseases. Ed ke-9. United States of
America: Wolters Kluwer Health; 2009.h.1124-125
4. Reece JB, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, Jackson. Campbell biology. Ed ke-
10. United States of America: Pearson Education; 2014.h.267-83;345-46
5. Yashon RK, Cummings MR. Human genetics and society. Ed ke-2. United States
of America: Cengage Learning; 2012.h.74-81
6. Di unduh dari http://tapnewswire.com/2011/12/did-the-hemophilia-gene-reach-
queen-victoria-from-nathan-mayer-rothschild/ pada 30 Januari 2015
7. Di unduh dari
http://classes.midlandstech.com/carterp/Courses/bio101/chap11/chap11.htm pada
30 Januari 2015
8. Nicholl, Desmond ST. An introduction to genetic engineering. Ed ke-3. Hong
Kong: Cambridge University Press; 2008.h.15-30
9. Winarsi. Regulasi Ekspresi Gen di Dasar Biologi sel 2. 2014.h.94-5
10. Reeve EC. Encyclopedia of genetics. New York: Routledge; 2013.h.315-16

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Ebrochure Inspirahaus
    Ebrochure Inspirahaus
    Dokumen23 halaman
    Ebrochure Inspirahaus
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Sken 6 - PPT - Darah
    Sken 6 - PPT - Darah
    Dokumen15 halaman
    Sken 6 - PPT - Darah
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • Goins PDF
    Goins PDF
    Dokumen34 halaman
    Goins PDF
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Price
    Price
    Dokumen11 halaman
    Price
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 8
    PBL Blok 8
    Dokumen10 halaman
    PBL Blok 8
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • Uretherolithiasis 20
    Uretherolithiasis 20
    Dokumen29 halaman
    Uretherolithiasis 20
    Aina
    Belum ada peringkat
  • Sdfsdadsfsdaf
    Sdfsdadsfsdaf
    Dokumen16 halaman
    Sdfsdadsfsdaf
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Blok 8
    Blok 8
    Dokumen10 halaman
    Blok 8
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • Kasus 12
    Kasus 12
    Dokumen18 halaman
    Kasus 12
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Keracunan Pestiside 28
    Keracunan Pestiside 28
    Dokumen17 halaman
    Keracunan Pestiside 28
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Visum Et Repertum
    Visum Et Repertum
    Dokumen4 halaman
    Visum Et Repertum
    Angela Mitchelle Nyangan
    Belum ada peringkat
  • PBL Block 30 Kasus 3 ANIS
    PBL Block 30 Kasus 3 ANIS
    Dokumen18 halaman
    PBL Block 30 Kasus 3 ANIS
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • PBL - Nasal Dan Sinus Paranasal
    PBL - Nasal Dan Sinus Paranasal
    Dokumen7 halaman
    PBL - Nasal Dan Sinus Paranasal
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Kasus 11
    Kasus 11
    Dokumen13 halaman
    Kasus 11
    Jessica Prissilya
    Belum ada peringkat
  • Sistem Saluran Pernafasan 7
    Sistem Saluran Pernafasan 7
    Dokumen17 halaman
    Sistem Saluran Pernafasan 7
    Jessica Prissilya
    Belum ada peringkat
  • Kasus 2
    Kasus 2
    Dokumen9 halaman
    Kasus 2
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 7
    PBL Blok 7
    Dokumen16 halaman
    PBL Blok 7
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • Blok 7
    Blok 7
    Dokumen18 halaman
    Blok 7
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Blok 7
    Blok 7
    Dokumen18 halaman
    Blok 7
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Blok 6 Saraf
    Blok 6 Saraf
    Dokumen14 halaman
    Blok 6 Saraf
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokumen12 halaman
    Blok 5
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 6
    Makalah Blok 6
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 6
    Aina
    Belum ada peringkat
  • Blok 6
    Blok 6
    Dokumen15 halaman
    Blok 6
    sara
    Belum ada peringkat
  • Blok 5
    Blok 5
    Dokumen14 halaman
    Blok 5
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • BLOK 4 Proses Kehamilan
    BLOK 4 Proses Kehamilan
    Dokumen23 halaman
    BLOK 4 Proses Kehamilan
    Putu Adi Putra
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kasus 5
    Makalah Kasus 5
    Dokumen12 halaman
    Makalah Kasus 5
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 5
    PBL Blok 5
    Dokumen12 halaman
    PBL Blok 5
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat
  • BLOK 4 Proses Kehamilan
    BLOK 4 Proses Kehamilan
    Dokumen14 halaman
    BLOK 4 Proses Kehamilan
    ilyana hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kepimpinan
    Makalah Kepimpinan
    Dokumen13 halaman
    Makalah Kepimpinan
    Theresa Juliet
    Belum ada peringkat