MODUL PENGINDERAAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK A2
UNIVERSITAS TANJUGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
TUJUAN
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
1. Memahami mekanisme lokalisasi suara.
2. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh.
3. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan
tubuh.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan bagaimana proses lokalisasai suara.
2. Mendemonstrasikan dan menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala
dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh.
3. Menjelaskan peran mata dan propriosepsi dalam keseimbangan.
4. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan tubuh
dengan menggunakan kursi Bárány.
5. Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada krista ampularis dengan
menggunakan model kanalis semisirkularis.
BAB II
METODE
2.1 Alat
1. Model kanalis semisirkularis
2. Tongkat atau statif yang panjang
3. Kursi yang bisa diputar
4. Stopwatch
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Lokalisasi suara Binaural
1) Dengan kedua mata tertutup, orang percobaan (OP) diminta untuk mencari
sumber suara berasal
2) Orang percobaan (OP) menunjuk arah suara berasal
3) Lakukan 5 kali dengan arah yang berbeda dan catat hasil
2.2.2 Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis
1) Instruksikan orang percobaan (OP), dengan mata tertutup dan mata ditundukkan
30o, berputar sambal berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum
jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik.
2) Instruksikan OP untuk berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus
ke depan
3) Perhatikan apa yang terjadi
4) Ulangi percobaan nomor 1-3 dengan berputar menurut arah yang berlawanan
dengan jarum jam
2.2.3 Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan
badan
1) Instruksikan OP untuk berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan
mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan
jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis
lurus tersebut.
2) Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup
3) Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan:
kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
2.2.4 Percobaan dengan kursi Barany
a. Nistagmus
1) Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangan
memegang erat lengan kursi
2) Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya
30o ke depan
3) Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan
4) Hentikan pemutaran dengan tiba-tiba
5) Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan
6) Perhatikan adanya nystagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan
komponen cepat nistagmus tersebut.
b. Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test of Barany)
1) Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dan memejamkan kedua
matanya.
2) Pemeriksa berdiri tepat di depan kursi Barany sambil mengulurkan tangan
kirinya ke arah OP.
3) Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat
menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4) Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian Sistem
Penginderaan dengan cepat menurunkannya kembali sehingga menyentuh
jari pemeriksa lagi.
5) Tindakan #1 s/d #4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya,
sebagai berikut:
6) Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi.
7) OP menundukkan kepala 30o ke depan.
8) Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
9) Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan instruksikan
OP untuk menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan
penunjukan seperti telah disebutkan di atas (langkah #1 sampai #4).
10) Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP. Bila terjadi
penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut
sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
c. Tes Jatuh
1) Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang
erat lengan kursi!
2) Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan
bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala membentuk Sistem
Penginderaan sudut 120o dengan sumbu tegak.
3) Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
4) Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba.
5) Instruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya.
Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke mana
rasanya ia akan jatuh.
6) Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan Memiringkan kepala ke
arah bahu kanan sehingga kepala miring 90o terhadap posisi normal.
7) Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring 90o terhadap
posisi normal.
8) Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60o terhadap
posisi normal.
9) Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe
pada kanalis semisirkularis yang terangsang dan catat hasil pemeriksaan pada
tabel.
d. Kesan (Sensasi)
1) Gunakan OP yang lain.
2) Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan
saputangan.
3) Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur-
angsur pula sampai berhenti.
4) Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar:
sewaktu kecepatan putar masih bertambah
sewaktu kecepatan putar menetap
sewaktu kecepatan putar dikurangi
segera setelah kursi dihentikan
5) Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar
yang dirasakan oleh OP.
2.2.5 Peran mata dan propriosepsi dalam keseimbangan
1) Berdiri dengan 1 kaki selama 2 menit, tangan terbentang ke kanan dan kiri
2) Catat apa yang terjadi pada OP
3) Istirahat 1 menit
4) Lakukan lagi percobaan seperti langkah 1 tetapi dengan kedua mata tertutup
5) Catat apa yang terjadi pada OP
BAB III
HASIL
Pada saat kita mulai gerakan rotasi kepala, cairan endolimfe akan tertinggal (bergerak
berlawanan dengan arah berlawanan gerakan kepala) belakang karena inersianya.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau
angular, misalnya saat kita memulai atau berhenti berputar, jungkir-balik atau
menengok. Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun akan
menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis.
3.4 Pengaruh Kedudukan Kepala Dan Mata Yang Normal Terhadap Keseimbangan
Badan
Keadaan Hasil
Mata terbuka Jalan lurus
Mata tertutup Jalan lurus namun perlahan
Mata tertutup kepala miring kanan Terasa seperti ingin jatuh ke arah kanan
Mata tertutup kepala miring kiri Terasa seperti ingin jatuh ke arah kiri
3.5 Nistagmus
Berdasarkan hasil percobaan pada OP, pada saat memejamkan kedua matanya dan
menundukkan kepalanya 30 derajat ke depan, pemeriksa mengamati terdapat nistagmus
saat kursi diberhentikan berputar dan arah nistagmus ke kanan sesuai dengan arah
perputaran kursi.
3.8 Kesan(Sensasi)
Perlakuan Hasil
Kecepatan masih bertambah OP merasa mengambang dan pusing
Kecepatan menetap OP hanya merasa seperti diputar biasa,
tidak pusing
Kecepatan dikurangi OP kembali merasa pusing berputar
Kecepatan dihentikan OP merasa ingin jatuh ke kiri dan
merasa berputar ke kanan
PEMBAHASAN
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, tengah, dan dalam. Bagian luar
dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang
berisi cairan, energi suara mengalami penguatan dalam proses di telinga dalam.
Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf. Pendengaran terdiri dari dua
aspek: identifikasi suara ("apa") dan lokalisasinya ("di mana"). Pertama kita akan
mempelajari karakteristik gelombang suara, kemudian bagaimana telinga dan otak
memproses masukan suara untuk menghasilkan pendengaran.Gelombang suara
adalah geraran udara yang merambat yang terdiri dari daerah-daerah bertekanan
tinggi akibat kompresi (pemadatan) molekul udara bergantian dengan daerah-daerah
bertekanan rendah akibat peregangan molekul udara. Setiap alat yang mampu
menghasilkan gangguan pola molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Contoh
dari sumber suara itu adalah garpu tala.1
Hasil yang didapat dari perlakuan OP pada percobaan lokalisasi suara dengan
menggunakan garpu tala rata-rata OP mendengar suara yang berasal dari depan,
belakang, kiri dan kanan, kecuali saat telinga kiri ditutup OP tidak dapat melokalisasi
suara yang datang dari depan. Perbedaan persepsi suara yang didengar oleh OP di
berbagai arah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) jeda waktu antara masuknya
suara ke satu telinga dengan masuknya ke telinga yang berlawanan, (2) adanya
perbedaan intensitas suara pada kedua telinga.2
Lokalisasi suara untuk suara yang datang dari kanan atau kiri ditentukan
berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara mencapai telinga yang lebih
dekat dengan sumber suara sesaat sebelum gelombang tersebut tiba di telinga
satunya. Kedua, suara menjadi kurang intens ketika mencapai telinga yang jauh,
karena kepala berfungsi sebagai penghalang suara yang secara parsial menghambat
perambatan gelombang suara. Korteks pendengaran mengintegrasikan semua
petunjuk ini untuk menentukan lokasi sumber suara.1 Kedua OP terlihat kesulitan
dalam mengetahui lokasi sumber suara hanya dengan satu telinga. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa korteks pendengaran menentukan lokasi suara berdasarkan
perbedaan dalam waktu pola lepas muatan neuron, bukan oleh peta ruang seperti
yang diproyeksikan titik demi titik di korteks penglihatan oleh retina yang
memungkinkan kita mengetahui lokasi benda yang terlihat.1
Di kedua sisi kepala, kanalis semisirkularis saling tegak lurus satu sama lain,
sehingga kanalis-kanalis terletak pada tiga bidang ruangan. Kanalis semisirkularis yaitu
kanalis horizontal, kanalis superior dan posterior yang ketiganya tersusun secara tiga
dimensi. Kanalis horizontal berperan pada saat kepala ditekukan ke bawah 30
derajat. Struktur reseptornya yaitu krista ampularis, terletak di ujung tiap-tiap kanalis
membranosa yang melebar (ampula). Setiap krista dilapisi oleh sel rambut dan sel
sustentakularis yang dilapisi oleh pemisah gelatinosa (kupula) yang menutupi ampula.
Pada saat kita mulai gerakan rotasi kepala, cairan endolimfe akan tertinggal
(bergerak berlawanan dengan arah berlawanan gerakan kepala) belakang karena
inersianya. Keadaan ini akan menyebabkan kupula miring dalam arah berlawanan
dengan gerakan kepala sehingga menekuk rambut-rambut sensorik yang terbenam di
dalamnya. Jika pergerakan kepala dalam kecepatan dan arah yang konstan maka
endolimfe akan menyerasikan gerakannya dengan kepala sehingga kupula akan
kembali ke posisi normal meskipun kepala dalam keadaan rotasi dan rambut-rambut
berada pada keadaan tidak menekuk. Sedangkan bila gerakan rotasi kepala diperlambat
atau dihentikan kupula rambut secara transien akan melengkung ke arah putaran
sebelumnya, yaitu berlawanan dengan arah lengkungan sewaktu akselerasi.
Bila pemutaran dilakukan, pada saat pertama kali akan terlihat aliran endolimfe
berlawanan dengan arah putaran. Aliran endolimfe akan menyebabkan kupula (bagian
dari krista ampularis) melekuk. Keadaan ini akan menyebabkan sel-sel rambut
mengalami depolarisasi (bila stereosilia menekuk ke arah kinosilium) atau
hiperlolarisasi (bila stereosilia menekuk menjauhi kinosilium). Sel rambut membentuk
akson dengan nervus vestibularis. Depolarisasi akan menyebabkan peningkatan
frekuensi lepas muatan sedangkan hiperpolarisasi akan mengurangi pelepasan
neurotransmiter.
Pertanyaan 1. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke
depan setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam ?
Saat mata terbuka dan sikap kepala tegak, maka sistem penglihatan dan organ vestibular
akan menjaga keseimbangan tubuh. Namun saat mata ditutup dan kepala dimiringkan,
maka sistem penglihatan tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh dan organ vestibular
akan terganggu, sehingga saat OP berjalan ia akan merasakan seperti ingin jatuh ke arah
kepalanya dimiringkan.
4.4 Nistagmus
Jawab: karena sesaat pasca pemutaran aliran endolimfe masih bergerak searah rotasi
sehingga kupula masih menekuk. Hal ini menyebabkan OP tidak bisa memfokuskan
gerakan tangannya untuk menyentuh jari pemeriksa. Devisasi cenderung ke arah kanan,
sesuai arah rotasi.
4.6 Tes Jatuh3-4
Tujuan dari mengubah posisi kepala saat pemutaran adalah untuk mengetahui
posisi kanalis semisirkularis dan aliran endolimfenya. Saat kepala ditundukan ke depan
dengan sudut 120 derajat dan ditengadahkan ke belakang membentuk sudut 60 derajat,
kanalis semisirkularis posterior berada pada posisi horizontal.
Akibatnya bila putaran dihentikan dan kepala ditegakkan, aliran endolimfe akan
menekukan kupula ke arah rotasi sehingga OP merasa seolah-olah terdapat jurang pada
sisi kanannya. Akibatnya tubuh akan jatuh ke sisi kiri untuk menyeimbangkan hal
tersebut. Saat kepala di miringkan ke sisi kanan dengan sudut 90 derajat, kanalis
semisirkularis anterior akan berada pada bidang horizontal, menjadi sumbu rotasi
(bagian ini yang akan terangsang). Akibatnya, setelah pemutaran dihentikan, OP akan
menjatuhkan dirinya ke belakang. Saat itu OP merasa ada jurang di depannya. Dalam
keadaan tegak, kanalis semisirkularis anterior berespon terhadap gerakan kepala
menunduk atau menengadah, sehingga bila bagian kanal ini dijadikan poros putaran,
perasaan yang akan dialami OP bila dilakukan pemutaran seperti tersebut di atas. Arah
jatuhnya tubuh OP berlawanan dengan arah putar endolimfe di dalam kanalis
semisirkularis yang menjadi poros rotasi. Hal ini merupakan mekanisme bentuk
kompensasi dan keterkaitan antara sistem vestibular dan propioseptor.
Pertanyaan 6 . Apa maksud tindakan seperti tersebut pada langkah kepala miring ke
bahu kanan dan miring ke bahu kiri ? Jelaskan ?
KESIMPULAN
2.2.5.1 Perbedaan persepsi suara yang didengar dari berbagai arah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: (1) jeda waktu antara masuknya suara ke satu telinga
dengan masuknya ke telinga yang berlawanan, (2) adanya perbedaan intensitas
suara pada kedua telinga.
2.2.5.2 Posisi kepala dan rotasi akan memberikan rangsangan terhadap kanalis
semisirkularis.
2.2.5.3 Posisi kepala dan rotasi akan memberikan rangsangan terhadap kanalis
semisirkularis.
2.2.5.5 Rotasi pada sebuah kursi Barany akan menyebabkan nistagmus sentak horizontal
dengan gerak mata fase lambat pengompensasi berlawanan dengan arah putaran
dan fase cepat korektif searah dengan arah putaran.
2.2.5.7 Perubahan Aliran endolimfe akan mempengaruhi sensasi terhadap arah rotasi
yang terjadi.
2.2.5.8 Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan
keseimbangan dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau
dinamik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 13th Edition.
Philadelphia : Elsevier. 2016
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC
3. Ganong WF. Review of medical physiology. 22nd edition. Mc Graw
Hills Company: San Fransisco. 2005.
4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar telinga hidung
tenggorok kepala & leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI, 2007.
5. Holistic Health Solution. Osteoporosis di usia muda. Jakarta: Grasindo; 2011. Hal.
79.