Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI
MODUL PENGINDERAAN

SIKAP, KESEIMBANGAN, DAN PENDENGARAN

Disusun Oleh :
Yosepha Stephani
Apriyan Yudha Putranto
Guntur Suseno
Rizki Novita Pradini
Sekar Fatmadyani T.
Alvina Elsa Bidari
Anis Komala
Irwanda
Aseng
Albertus Are Satriadi
Reni Marsilia

I11110034
I11111069
I11112012
I11112018
I11112035
I11112038
I11112041
I11112042
I11112046
I11112047
I11112080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

1. Pendahuluan
Telinga secara umum terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga adalah alat indera spesifik (organ pendengaran) sekaligus organ
keseimbangan. Sebagai organ yang berkontak langsung dengan lingkungan luar,
telinga juga rentan terhadap gangguan. Sehingga dalam aplikasi klinis diperlukan
pemeriksaan khusus terhadap telinga.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau koklea hingga proses
depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis. Salah satu organ keseimbangan pada
telinga adalah vestibular yang terletak pada telinga dalam.
Indikasi pemeriksaan fisik pada telinga yaitu gejala penyakit seperti: Kehilangan
pendengaran, pusing atau sensasi berputar, telinga berdenging atau bunyi
mendengung pengeluaran cairan nyeri telinga, gatal.
Penyakit dan gejala pada telinga yaitu kehilangan pendengaran, vertigo, tinitus,
otore. Penyakit tersebut dalam dideteksi secara dini dengan mengetahui fisiologi
keseimbangan dan pendengaran. Sehingga mahasiswa harus mengetahui bagaimana
mekanisme fisiologi ini terjadi.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pentingnya
kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan dan
mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut dengan kursi
barany terhadap gerakan bola mata dan dengan berjalan mengelilingi statif. Pada
pemeriksaan pendengaran adalah untuk mendemonstrasikan cara untuk melakukan
tes pendengaran yang benar dan memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan
dari tes pendengaran yang didapat.
2. Tujuan Praktikum
2.1 Tujuan Instruksional Umum
1. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh
2. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan
tubuh
3. Memahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan
menggunakan garputala (penala) dan interpretasinya
2.2 Tujuan Perilaku Khusus
1. Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan
sikap dan keseimbangan tubuh
2. Mendemonstrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam
mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh
3. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan
tubuh
4. Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada Krista ampularis
dengan menggunakan model kanalis semisirkularis
5. Mendemonstrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan
keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Brny
6. Menjelaskan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada
pendengaran
7. Menjelaskan gangguan hantaran udara dan hantaran tulang pada
pendengaran
8. Mendemonstrasikan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada
pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garputala

9. Mendemonstrasikan gangguan hantaran udara pada pendengaran dengan 3


cara pemeriksaan menggunakan garputala
10. Menjelaskan kesimpulan hasil 3 cara pemeriksaan ketajaman pendengaran
dengan menggunakan garputala
3. Alat dan Bahan
1. Model kanalis semisirkularis
2. Tongkat atau statif yang panjang
3. Kursi Barany
4. Penala berfrekuensi 512 Hz
5. Kapas
4. Prosedur/Cara Kerja
Praktikum ini dibagi kedalam 7 percobaan dengan cara kerja sebagai berikut.
4.1 Model Kanalis Semisirkularis
1. Pelajari pengaruh berbagai kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis
semisirkularis.
2. Pelajari pengaruh pemutaran terhadap aliran endolimfe dan perubahan
posisi krista ampularis.
4.2 Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis
1. Instruksikan OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30 o, berputar
sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam
sebanyak 10 kali dalam 30 detik.
2. Instruksikan OP untuk berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan
lurus ke depan.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4. Ulangi percobaan 1-3 dengan berputar menurut arah yang berlawanan
dengan jarum jam.
4.3 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan
Badan
1. Instruksikan OP untuk berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan
mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan
jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis
lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup.
3. Ulangi percobaan 1 dan 2 dengan:
a) Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri.
b) Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan.
4.4 Percobaan dengan Kursi Barany
4.4.1. Nistagmus
1. Perintahakan OP duduk tegak di kursi barany dengan kedua
tangannya memegang erat lengan kursi.
2. Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan
kepalanya 30o ke depan.
3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa
sentakan.
4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.
5. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan
komponen cepat nistagmus tersebut.

4.4.2.

Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test of Barany)


1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dan memejamkan
kedua matanya.
2. Pemeriksa berdiri tepat di depan kursi Barany sambil mengulurkan
tangan kirinya ke arah OP.
3. Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga
dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan
sebelumnya.
4. Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan
kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga
menyentuh jari pemeriksa lagi.
Tindakan #1 s/d #4 merupakan persiapan untuk tes yang
sesungguhnya, sebagai berikut:
5. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan
kursi. OP menundukkan kepala 30o ke depan.
6. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa
sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan
instruksikan OP untuk menegakkan kepalanya dan melakukan tes
penyimpangan penunjukan seperti telah disebutkan di atas (langkah
#1 sampai #4).
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP. Bila
terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan
tes tersebut sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan
pemeriksa.

4.4.3.

Tes Jatuh
1. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat lengan kursi.
2. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala
dan bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala
membentuk sudut 120o dengan sumbu tegak.
3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
4. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba.
Instruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya.
5. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke
mana rasanya ia akan jatuh.
6. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan
a) Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring
90o terhadap posisi normal.
b) Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring
90o terhadap posisi normal.
c) Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut
600 terhadap posisi normal.
7. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran
endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang.

4.4.4.

Kesan (Sensasi)
1. Gunakan OP yang lain. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan
tutuplah kedua matanya dengan saputangan.
2. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsurangsur bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya
secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.

3. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar:


a) sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b) sewaktu kecepatan putar menetap
c) sewaktu kecepatan putar dikurangi
d) segera setelah kursi dihentikan
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan
berputar yang dirasakan oleh OP.
4.5 Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garpu Tala
4.5.1. Cara Rinne
1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan
salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan
memukulkannya pada benda keras.
2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah
satu telinga OP. Tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari-jari
penala.
3. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala
mendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh
mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi, jari
telunjuk diturunkan.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus
mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan
sedekat-dekatnya ke depan liang telinga OP. Tanyakan apakah OP
mendengar dengungan itu.
5. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:
Rinne Positif (+) : Bila OP masih mendengar dengungan melalui
hantaran aerotimpanal.
Rinne Negatif (-) : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui
hantaran aerotimpanal.
4.5.2.

Cara Weber
1. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 Hz dengan cara
memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan
memukulkannya pada benda keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.
3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi
penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, Saudara dapat mencoba
menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satu telinga
OP dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya.

4.5.3.

Cara Schwabach
1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan
salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan
memukulkannya pada benda keras.
2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah
satu telinga OP.
3. Instruksikan OP untuk mengacungkan jarinya pada saat dengungan
bunyi menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari
prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila
dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka
hasil pemeriksaan ialah schwabach memendek.

Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa


dianggap normal.
5. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP,
juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan
mungkin schwabach normal atau schwabach memanjang. Untuk
memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a) Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan
ke prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi
dengungan.
b) Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus
mastoideus OP.
c) Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil
pemeriksaan ialah schwabach memanjang.
d) Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa,
juga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah
schwabach normal.
4.6 Lokalisasi Suara
1. Dengan kedua mata ditutup, OP diminta untuk menentukan arah suara garpu
tala.
2. Garpu tala diletakkan di berbagai variasi tempat (depan, belakang, kiri, dan
kanan kepala OP) dan OP diminta untuk mendeskriksikan lokasi suara
berasal.
3. Ulangi percobaan diatas dengan salah satu telinga ditutup.
4.7 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan
1. Dengan kedua mata terbuka, OP diminta untuk berdiri satu kaki dan
mempertahankan keseimbangan tubuhnya selama 2 menit.
2. Catat apakah OP dapat mempertahankan posisinya.
3. Ulangi langkah pertama dengan mata tertutup.
4. Catat waktu maksimal OP mampu mempertahankan keseimbangan
tubuhnya (dalam detik).
5. Hasil
5.1 Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis
Perlakuan
OP berputar 10 putaran dalam waktu 30
detik searah jarum jam
OP berputar 10 putaran dalam waktu 30
detik berlawanan jarum jam

Hasil
OP berjalan deviasi ke arah
kanan
OP berjalan deviasi ke arah kiri

5.2 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan
Badan
Perlakuan
Hasil
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata OP bisa berjalan lurus mengikuti
terbuka dan sikap kepala biasa
garis
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata OP berjalan miring, deviasi ke
tertutup dan sikap kepala biasa
kiri dari garis lurus
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata
OP bisa berjalan lurus mengikuti
terbuka dan sikap kepala dimiringkan
garis
dengan kuat ke kiri
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata OP berjalan miring, deviasi ke
tertutup dan sikap kepala dimiringkan kanan dari garis lurus

dengan kuat ke kiri


Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata
terbuka dan sikap kepala dimiringkan
dengan kuat ke kanan
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata
terbuka dan sikap kepala biasa dimiringkan
dengan kuat ke kanan

OP bisa berjalan lurus mengikuti


garis
OP berjalan miring, deviasi ke
kiri dari garis lurus

5.3 Percobaan dengan Kursi Barany


5.3.1. Nistagmus
OP mengalami nistagmus.
5.3.2.

Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test of Barany)


Terjadi penyimpangan penunjukan.

5.3.3.

Tes Jatuh
Posisi kepala
60o ke arah belakang
90o miring ke kiri
90o miring ke kanan
120o ke depan

5.3.4.

Kesan (Sensasi)
Perlakuan
Kecepatan putar berambah
Kecepatan putar menetap
Kecepatan putar dikurangi
Kursi dihentikan

Gerakan kompensasi (arah jatuh)


Kiri belakang
Depan
Belakang
Kanan belakang

Sensasi
OP merasa berputar ke arah
kanan
OP merasa berputar ke arah
kanan
OP merasa berputar ke arah
kanan dan kiri
OP merasa sensasi berputar
semakin berkurang

5.4 Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garpu Tala


a. Cara Rhinne
b. Cara Weber
c. Cara Schwabach
Rhinne
Schwabach
Telinga
OP
Weber
Telinga kiri
Telinga kanan
Telinga kiri
kanan
1
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
2
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
3
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
5.5 Lokalisasi Suara
5.6 Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan
Kaki kiri diangkat
Op
Mata dibuka
Mata ditutup
3 menit 37
Apriyan Yudha
2 menit
detik
1 menit 20
Yosepha
41 detik
detik

Kaki kanan diangkat


Mata dibuka
Mata ditutup
2 menit

2 menit

2 menit

20 detik

31 detik

1 menit 7
detik

Guntur Suseno

15 detik

Rizki Novita P.

2 menit

Sekar Fatmadyani
T.

2 menit

Alvina Elsa Bidari

2 menit

Anis Komala
Irwanda

20 detik
14 detik

Aseng

2 menit

Albertus Are S.

2 menit

48 detik

2 menit

Reni Marsilia

2 menit

2 menit 35
detik

2 menit

3 menit 16
detik
1 menit 23
detik
2 menit 30
detik
12 detik
11 detik
1 menit 57
detik

2 menit
2 menit

45 detik
2 menit 10
detik
2 menit 30
detik

2 menit

43 detik

2 menit
2 menit

12 detik
11 detik
1 menit 24
detik
1 menit 24
detik
1 menit 32
detik

2 menit

6. Pembahasan
6.1 Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala
rotasional atau angular. Akselerasi atau deselerasi sewaktu kepala berotasi
menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis
semisirkularis. Ketika seseorang mulai menggerakkan kepala, tulang kanalis
semisirkularis dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula bergerak
bersama gerakan kepala. Namun, pada awalnya cairan dalam kanalis
semisirkularis tidak bergerak searah rotasi kepala tertinggal atau cenderung
menetap akibat inersia, sehingga cairan dalam bidang yang sama dengan arah
gerakan bergeser dalam arah yang berlawanan dengan gerakan kepala.
Gerakan ini menyebabkan kupula miring dalam arah yang berlawanan dengan
arah kepala.1
Ketika gerakan kepala berlanjut dengan kecepatan dan arah yang sama,
maka endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama gerakan kepala sehingga
rambut-rambut kembali keposisi tidak melengkung. Saat kepala melambat dan
berhenti, endolimfe masih melanjutkan gerakan ke arah rotasi akibatnya kupula
dan rambut-rambut secara transien melengkung ke arah putaran sebelumnya
yang berlawanan dengan arah lengkung saat akselerasi. 1 Kanalis semisirkularis
menjalarkan sinyal dengan polaritas tertentu bila kepala mulai berputar, dan
dengan polaritas yang berlawanan bila kepala berhenti berputar.2
Pertanyaan 1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 30 o ke depan?
Saat kepala OP menunduk 30o ke depan, kanalis semisirkularis lateral
kira-kira ada pada bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kanalis
anterior yang ada pada bidang vertikal yang arah proyeksinya ke depan dan 45 o
ke arah luar dan kanalis posterior ada pada bidang vertikal berproyeksi ke
belakang dan 45o ke arah luar.2
Pertanyaan 2.
a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke depan
setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
OP berjalan tidak lurus, tetapi berjalan miring ke arah kanan.
b. Bagaimana penjelasannya?

Saat kepala tiba-tiba berputar ke suatu arah, cairan endolimfe di dalam


kanalis semisirkularis cenderung menetap sedangkan kanalis semisirkularis
akan berputar, sehingga cairan relatif mengalir dalam kanalis semisirkularis
dengan arah yang berlawanan dengan rotasi kepala. 2 Namun, ketika kepala
tiba-tiba berhenti, cairan endolimfe masih melanjutkan gerakan ke arah rotasi
akibatnya kupula dan rambut-rambut secara transien melengkung ke arah
putaran sebelumnya yang berlawanan dengan arah lengkung saat akselerasi
(pada saat kepala baru berotasi).1
6.2 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap
Keseimbangan Badan
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan
somatosensori. Dimana 50% yang paling berpengaruh pada keseimbangan
adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari isyarat visual
(OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu bagian
(kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya
kecenderungan adanya deviasi ke arah sisi berlawanan dimana OP
memiringkan kepalanya.
Pada saat OP dengan mata terbuka berjalan lurus kemudian mata
ditutup, arah berjalan akan sama, yaitu lurus mengikuti garis. Pada saat kepala
dimiringkan dan berjalan pada keadaan mata terbuka, OP masih dapat berjalan
lurus. Namun, pada saat kepala dimiringkan dan OP berjalan pada mata dengan
keadaan tertutup, OP akan berjalan dengan arah yang berlawanan miring kepala.
Hal diatas terjadi dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga
dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap
fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai
monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Pertanyaan 3. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap
keseimbangan badan?
Pengaruhnya adalah pada saat kepala dimiringkan, maka mata akan ikut
miring kearah miringnya kepala. Mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. penglihatan memegang peran
penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan
tempat kita berada.
6.3 Percobaan dengan Kursi Barany
6.3.1. Nistagmus
Nistagmus adalah suatu gejala yang timbul akibat keseimbangan
dalam telinga terganggu sehingga menyebabkan pandangan menjadi
berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala menjadi pusing.
Sewaktu rotasi dimulai, mata bergerak lambat dalam arah berlawanan
dengan arah rotasi, untuk mempertahankan fiksasi penglihatan sebagai
refleks vestibulookular. Bila batas gerakan tercapai, mata dengan cepat
berputar kembali ke titik fiksasi lalu kembali bergerak lambat ke arah lain.
Komponen lambat dicetuskan impuls di labirin dan komponen cepat oleh
batang otak. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular
(VOR) yang merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan
gambar pada retina selama gerakan kepala dengan memproduksi
sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala,

sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang


visual.
Rotatory nystagmus adalah nistagmus yang muncul akibat
terjadinya rotasi, sedangkan postrotatory nistagmus adalah nistagmus
yang muncul setelah rotasi.

6.3.2.

Pertanyaan 4. Apa yang dimaksud dengan nistagmus pemutaran dan


nistagmus pasca pemutaran?
Nistagmus pemutaran adalah gerakan involunter bola mata
sesuai gerak rotasi dari axis. Bila mata digerakan secara horizontal, akan
terjadi nistagmus horizontal. Arah gerakan mata sesuai degan arah
komponen cepat. Maka selama rotasi, bila mata berputar ke kanan,
maka komponen cepat akan ke kanan. Namun pada nistagmus pasca
pemutaran, terjadi akibat pergerakan kupula saat dihentikan perputaran
memilki arah berlawanan. Maka dari itu, saat perputaran ke kanan
dihentikan tiba-tiba akan timbul nistagmus dengan komponen cepat ke
arah kiri.3
Tes penyimpangan penunjukkan (Past Pointing Test of Barany)
Setelah melakukan pemutaran 10 kali dalam 20 detik pada OP di
atas kursi barany dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30 o
kemudian dihentikan tiba-tiba dan dilakukan tes tunjuk pada OP dan
didapatkan adanya deviasi, sesekali OP dapat dengan tepat menunjuk
ke arah yang dituju seharusnya menurut teori cairan endolimfe masih
dalam keadaan berputar kearah kanan hingga kupula membelok kearah
kanan pula hal ini menyebabkan dunia seakan-akan bergerak dari arah
kiri-kekanan dan tubuh seakan-akan jatuh kesebelah kiri sehingga OP
mengadakan kompensasi jatuh kearah kanan agar tubuh tidak jatuh
kearah kiri. Hal ini terlihat saat OP menjulurkan tangan kanannya kearah
pemeriksa, tangan OP jatuh lebih kearah kanannya sehingga OP tidak
menyentuh tangan pemeriksa.4
Pertanyaan 5. Bagaimana penjelasan terjadinya penyimpangan
penunjukan?
Penyimpangan penunjukan ke arah kiri yang terjadi setelah OP
diputar ke kanan bukan suatu refleks, tetapi merupakan tindakan
berdasarkan keinginan. Saat mata OP dalam keadaan tertutup,
terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi perputaran
yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh jari
tangan dengan tepat.

6.3.3.

Tes Jatuh
Pada saat posisi kepala direbahkan 60 kebelakang dan diputar
ke kanan, hal ini menyebabkan kanalis semisirkularis posterior terletak
dalam posisi horizontal dan ketika tubuh (kepala) diputar ke kanan,
endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior ikut bergerak pada
pemutaran maksimal. Pada saat kanalis semisirkularis superior mulai
diputar diputar ke kanan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis
posterior tertinggal sehingga krista ampularis bergerak kearah
berlawanan dengan arah putar. Kemudian beberapa saat setelah
berputar stabil, endolimfe bergerak mengikuti arah putaran. Saat
dihentikan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis tersebut masih ikut
bergerak sesuai arah gerak, sedangkan kanalis sudah berhenti berputar.

Sehingga krista ampularis bergerak kearah yang berlawanan dengan


arah gerak pertamanya tadi, ke arah kanan. Akibatnya OP masih
bergerak ke kanan dan merasa akan jatuh ke kanan. Otomatis tubuh
bergerak mengkompensasi hal tersebut dengan menjatuhkan
diri/mencondongkan tubuh kearah kiri.
Pertanyaan 6. Apa maksud penundukan kepala OP 120 dari posisi
tegak?
Pada saat kepala tunduk ke depan 120 dan diputar ke kanan,
membuat kanalis semisirkularis posterior terletak dalam bidang
horizontal sehingga saat diputar ke kanan, endolimfe dalam kanalis
semisirkularis posterior ikut bergerak pada pemutaran maksimal. Pada
mulanya kanalis semisirkularis posterior mulai diputar ke kanan,
endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior tertinggal sehingga
krista ampularis bergerak kearah berlawanan dengan arah putar.
Kemudian setelah lama berputar stabil, endolimfe bergerak mengikuti
arah putaran. Pada saat putaran dihentikan, endolimfe dalam kanalis
tersebut masih ikut bergerak sesuai arah gerak, sedangkan kanalis
sudah berhenti berputar. Sehingga krista ampularis bergerak kearah
yang berlawanan dengan arah gerak pertamanya tadi, ke arah kanan.
Akibatnya OP masih bergerak ke kanan dan merasa akan jatuh ke
kanan. Otomatis tubuh bergerak mengkompensasi hal tersebut dengan
menjatuhkan diri/mencondongkan tubuh kearah kiri.
Pertanyaan 7. Apa maksud tindakan seperti tersebut pada langkah #6a
dan #6b? Jelaskan!
Pada saat kepala dimiringkan 90 ke bahu kanan dan diputar ke
kanan, membuat kanalis semisirkularis superior berada dalam sumbu
mendatar sehingga saat diputar ke kanan, endolimfe dalam kanalis
semisirkularis lateral ikut bergerak pada pemutaran maksimal. Berbeda
dengan percobaan sebelumnya, karena kepala dimiringkan ke kanan,
arah (kompensasi) putaran endolimfe saat rotasi, putaran ke arah kiri
berarti depan dan kanan berarti belakang. Pada mulanya kanalis
semisirkularis posterior mulai diputar ke kanan, endolimfe dalam kanalis
semisirkularis lateral tertinggal sehingga krista ampularis bergerak
kearah berlawanan dengan arah putar. Kemudian setelah beberapa saat
berputar stabil, endolimfe bergerak mengikuti arah putaran. Saat
dihentikan, endolimfe dalam kanalis tersebut masih ikut bergerak sesuai
arah gerak, sedangkan kanalis sudah berhenti berputar. Sehingga krista
ampularis bergerak kearah yang berlawanan dengan arah gerak
pertamanya tadi, ke arah depan. Akibatnya OP masih merasa bergerak
ke depan. Otomatis tubuh bergerak mengkompensasi hal tersebut
dengan menahan/mencondongkan tubuh kearah belakang. Sedangkan
pada posisi kepala yang dimiringkan 90 ke kiri, berlawanan arah dengan
percobaan sebelumnya, kompensasi gerakan tubuh juga sebaliknya,
tubuh
akan
mengkonmpensasi
gerakan
tersebut
dengan
mencondongkan (jatuh) ke arah depan.
6.3.4.

Kesan (Sensasi)
Perasaan
berputar
dikarenakan
adanya
gangguan
keseimbangan pada organ tympani pada telinga. Saat kursi mulai diputar

10

ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri.


Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar
ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan
putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat
kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan
merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke
arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke
kanan. Namun, pada praktikum OP masih merasa berputar ke kanan
saat kecepatan sudah konstan dan merasa berputar ke kanan dan ke kiri
bergantian saat kecepatan putaran dikurangi, kemudian setelah
dihentikan perasaan pusing berkurang.
Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh
pasien bergerak kesebelah kiri, namun jika konstan tidak terasa berputar,
dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.
6.4 Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala
6.4.1. Cara Rinne
Pada OP dilakukan tes rinne dengan hasil normal. Tes rinne
berperan dalam membandingkan konduksi tulang dan konduksi udara
(melalui proses ossikular) pada telinga orang yang sama. Rinne yang
positif menandakan bahwa OP memiliki konduksi udara yang lebih baik
dibandingkan dengan konduksi tulangnya. Hal ini disebabkan oleh
proses ossikular yang dimiliki oleh sistem pendengaran. Pada saat suara
garputala diperdengarkan melalui udara, maka daun telinga akan
mengumpulkan suara dan menggetarkan gendang telinga. Gendang
telinga kemudian akan menggetarkan tulang maleus, inkus, stapes, dan
tingkap oval. Tingkap oval memiliki lubang yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan gendang telinga. Hal ini mengakibatkan
peningkatan getaran yang berlipat ganda. Kemudian, terdapat pengaruh
lever dari tulang males, inkus, dan stapes. Tulang-tulang pendengaran ini
juga berperan dalam meningkatkan getaran suara yang berasal dari
gendang telinga. Pada akhirnya, kedua mekanisme ini menghasilkan
peningkatan hingga 20 kali lipat dan menyebabkan konduksi udara,
melalui proses ossikular, jauh lebih baik dibandingkan konduksi tulang.
Pertanyaan 8. Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar
dengungan pada tindakan butir 3?
Jenis hantarannya adalah hantaran konduktif.
Pertanyaan 9. Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar
dengungan pada tindakan butir 4?
Jenis hantarannya adalah hantaran neural.
6.4.2.

Cara Weber
Fungsi pendengaran perlu dinilai kesimetrisannya pada kedua
telinga. Pada OP yang dipraktikumkan fungsi pendengaran kedua telinga
baik dan simetris. Lateralisasi dapat terjadi karena adanya sumbatan
pada telinga sehingga hantaran suara konduktif lemah dibandingkan
hantaran melalui tulang yang terdengar lebih jelas. Tes weber berperan
dalam menilai adanya suara yang terdengar lebih kuat (lateralisasi) pada
telinga seseorang. Lateralisasi dapat terjadi melalui 2 faktor, yaitu apabila
terjadi gangguan tuli konduktif atau gangguan tuli sensorineural. Pada

11

orang yang mengalami tuli konduktif, maka akan terjadi lateralisasi pada
telinga yang sakit. Hal ini didemonstrasikan dengan cara menutup salah
satu liang telinga dari OP, sehingga seakan-akan OP mengalami tuli
konduktif. Hal ini berhubungan dengan efek masking, yaitu efek
penutupan suatu suara dengan suara lainnya.
Pertanyaan 10. Apakah yang dimaksud dengan lateralisasi?
Lateralisasi adalah suara yang terdengar pada satu sisi telinga
akibat adanya gangguan neural.
Pertanyaan 11. Kemana arah lateralisasi dan terangkan mekanisme
lateralisasi ini?
Lateralisasi terjadi ke arah telinga yang tertutup oleh kapas.
Penutupan liang telinga menyebabkan hilangnya efek masking yang
seharusnya dimiliki oleh telinga yang bersangkutan, sehingga suara akan
terdengar lebih keras pada telinga yang ditutup. Sementara itu pada
gangguan sensorineural, suara akan lebih jelas terdengar pada telinga
yang sehat karena telinga yang sakit akibat gangguan saraf tentunya
tidak dapat mendengar dengan baik.
6.4.3.

Cara Scwabach
Tes scwabach berperan dalam menilai konduksi tulang dari
seseorang dibandingkan dengan konduksi tulang dari pemeriksa, dengan
catatan pemeriksa dianggap normal. Seperti pada tes weber di atas,
pada orang yang memiliki scwabach memanjang (konduksi tulang OP
lebih baik dibandingkan dengan pemeriksa) menandakan bahwa terjadi
kehilangan efek masking dari orang tersebut. Sebaliknya pada orang
yang memiliki scwabach memendek, maka hal ini menunjukkan bahwa
konduksi tulang yang dimiliki lebih buruk dibandingkan dengan
pemeriksa.
Pertanyaan 12. Apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala
di klinik? Bagaimana interpretasi masing- masing pemeriksaan?
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk menilai fungsi telinga
terhadap hantaran bunyi konduksi dan hantaran bunyi melalui telinga
sehingga dapat dibedakan antara tuli konduksi dan tuli neural.
Pada ketiga OP didapatkan hasil rinne positif menunjukkan
OP masih dapat mendengar melalui hantaran melalui udara
(aerotimpanal) sesaat setelah dipindahkan dari prosesus mastoideus. Hasil
weber menunjukkan tidak adanya lateralisasi ke salah satu telinga atau
OP mendengar bunyi sama kuat di kedua telinga. Hasil schwabach
menunjukkan bunyi penala yang menghilang pada OP juga terdengar
berhenti oleh pemeriksa yaitu schwabach sama dengan pemeriksa.
Hasil tersebut memberi interpretasi bahwa pada ketiga OP tidak terdapat
gangguan pendengaran atau normal.

6.5 Lokalisasi Suara


Lokalisasi suara untuk menentukan apakah suara datang dari kanan
atau kiri ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara
mencapai telinga yang letaknya lebih dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat
dari pada gelombang tersebut mencapai telinga satunya yang lebih jauh. Kedua,
suara terdengar kurang kuat sewaktu mencapai telinga yang letaknya lebih jauh,
karena kepala berfungsi sebagai sawar suara yang secrara parsial menggangu

12

perambatan gelombang suara. Kortek pendengaran mengintegrasikan semua


petunjuk tersebut untuk menentukan lokasi sumber suara. Kita sulit menentukan
sumber suara hanya dengan satu telinga. Pada praktikum kali ini pemeriksa
menggunakan garpu tala sebagai sumber bunyi. Pada praktikum ini OP disuruh
memejamkan mata dan menyebutkan sumber bunyi, sumber bunyi dibuat
mengikuti arah mata angin. Hasil pemeriksaan pada praktikum ini normal, OP
dapat menyebut arah sumber bunyi dengan benar.
6.6 Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan
Secara umum keseimbangan dipengaruhi oleh banyak faktor dibawah ini
adalah faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada tubuh manusia yaitu:
1. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua benda
baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik tengah
benda tersebut, fungsi dari Center of gravity adalah untuk mendistribusikan
massa benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang
oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang.
2. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan
antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang
tumpu).
3. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Base of Support (BOS) merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan
dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang
tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari
luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi
stabilitas.
4. Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan
tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun
secaca statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal.
7. Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Human physiologi from cell to system, 6 th Edition. Jakarta: EGC.
2012.
2. Guyton Arthur C, John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
3. AC Guyton, JE Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11: EGC, 2012.
4. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,
Inc; 2010.
8. Lampiran
Tidak ada

13

Anda mungkin juga menyukai