FISIOLOGI
MODUL PENGINDERAAN
Disusun Oleh :
Yosepha Stephani
Apriyan Yudha Putranto
Guntur Suseno
Rizki Novita Pradini
Sekar Fatmadyani T.
Alvina Elsa Bidari
Anis Komala
Irwanda
Aseng
Albertus Are Satriadi
Reni Marsilia
I11110034
I11111069
I11112012
I11112018
I11112035
I11112038
I11112041
I11112042
I11112046
I11112047
I11112080
1. Pendahuluan
Telinga secara umum terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga adalah alat indera spesifik (organ pendengaran) sekaligus organ
keseimbangan. Sebagai organ yang berkontak langsung dengan lingkungan luar,
telinga juga rentan terhadap gangguan. Sehingga dalam aplikasi klinis diperlukan
pemeriksaan khusus terhadap telinga.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau koklea hingga proses
depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis. Salah satu organ keseimbangan pada
telinga adalah vestibular yang terletak pada telinga dalam.
Indikasi pemeriksaan fisik pada telinga yaitu gejala penyakit seperti: Kehilangan
pendengaran, pusing atau sensasi berputar, telinga berdenging atau bunyi
mendengung pengeluaran cairan nyeri telinga, gatal.
Penyakit dan gejala pada telinga yaitu kehilangan pendengaran, vertigo, tinitus,
otore. Penyakit tersebut dalam dideteksi secara dini dengan mengetahui fisiologi
keseimbangan dan pendengaran. Sehingga mahasiswa harus mengetahui bagaimana
mekanisme fisiologi ini terjadi.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pentingnya
kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan dan
mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut dengan kursi
barany terhadap gerakan bola mata dan dengan berjalan mengelilingi statif. Pada
pemeriksaan pendengaran adalah untuk mendemonstrasikan cara untuk melakukan
tes pendengaran yang benar dan memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan
dari tes pendengaran yang didapat.
2. Tujuan Praktikum
2.1 Tujuan Instruksional Umum
1. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh
2. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan
tubuh
3. Memahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan
menggunakan garputala (penala) dan interpretasinya
2.2 Tujuan Perilaku Khusus
1. Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan
sikap dan keseimbangan tubuh
2. Mendemonstrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam
mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh
3. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan
tubuh
4. Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada Krista ampularis
dengan menggunakan model kanalis semisirkularis
5. Mendemonstrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan
keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Brny
6. Menjelaskan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada
pendengaran
7. Menjelaskan gangguan hantaran udara dan hantaran tulang pada
pendengaran
8. Mendemonstrasikan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada
pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garputala
4.4.2.
4.4.3.
Tes Jatuh
1. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat lengan kursi.
2. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala
dan bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala
membentuk sudut 120o dengan sumbu tegak.
3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
4. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba.
Instruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya.
5. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke
mana rasanya ia akan jatuh.
6. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan
a) Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring
90o terhadap posisi normal.
b) Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring
90o terhadap posisi normal.
c) Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut
600 terhadap posisi normal.
7. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran
endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang.
4.4.4.
Kesan (Sensasi)
1. Gunakan OP yang lain. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan
tutuplah kedua matanya dengan saputangan.
2. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsurangsur bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya
secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.
Cara Weber
1. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 Hz dengan cara
memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan
memukulkannya pada benda keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.
3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi
penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, Saudara dapat mencoba
menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satu telinga
OP dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya.
4.5.3.
Cara Schwabach
1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan
salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan
memukulkannya pada benda keras.
2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah
satu telinga OP.
3. Instruksikan OP untuk mengacungkan jarinya pada saat dengungan
bunyi menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari
prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila
dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka
hasil pemeriksaan ialah schwabach memendek.
Hasil
OP berjalan deviasi ke arah
kanan
OP berjalan deviasi ke arah kiri
5.2 Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan
Badan
Perlakuan
Hasil
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata OP bisa berjalan lurus mengikuti
terbuka dan sikap kepala biasa
garis
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata OP berjalan miring, deviasi ke
tertutup dan sikap kepala biasa
kiri dari garis lurus
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata
OP bisa berjalan lurus mengikuti
terbuka dan sikap kepala dimiringkan
garis
dengan kuat ke kiri
Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata OP berjalan miring, deviasi ke
tertutup dan sikap kepala dimiringkan kanan dari garis lurus
5.3.3.
Tes Jatuh
Posisi kepala
60o ke arah belakang
90o miring ke kiri
90o miring ke kanan
120o ke depan
5.3.4.
Kesan (Sensasi)
Perlakuan
Kecepatan putar berambah
Kecepatan putar menetap
Kecepatan putar dikurangi
Kursi dihentikan
Sensasi
OP merasa berputar ke arah
kanan
OP merasa berputar ke arah
kanan
OP merasa berputar ke arah
kanan dan kiri
OP merasa sensasi berputar
semakin berkurang
2 menit
2 menit
20 detik
31 detik
1 menit 7
detik
Guntur Suseno
15 detik
Rizki Novita P.
2 menit
Sekar Fatmadyani
T.
2 menit
2 menit
Anis Komala
Irwanda
20 detik
14 detik
Aseng
2 menit
Albertus Are S.
2 menit
48 detik
2 menit
Reni Marsilia
2 menit
2 menit 35
detik
2 menit
3 menit 16
detik
1 menit 23
detik
2 menit 30
detik
12 detik
11 detik
1 menit 57
detik
2 menit
2 menit
45 detik
2 menit 10
detik
2 menit 30
detik
2 menit
43 detik
2 menit
2 menit
12 detik
11 detik
1 menit 24
detik
1 menit 24
detik
1 menit 32
detik
2 menit
6. Pembahasan
6.1 Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala
rotasional atau angular. Akselerasi atau deselerasi sewaktu kepala berotasi
menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis
semisirkularis. Ketika seseorang mulai menggerakkan kepala, tulang kanalis
semisirkularis dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula bergerak
bersama gerakan kepala. Namun, pada awalnya cairan dalam kanalis
semisirkularis tidak bergerak searah rotasi kepala tertinggal atau cenderung
menetap akibat inersia, sehingga cairan dalam bidang yang sama dengan arah
gerakan bergeser dalam arah yang berlawanan dengan gerakan kepala.
Gerakan ini menyebabkan kupula miring dalam arah yang berlawanan dengan
arah kepala.1
Ketika gerakan kepala berlanjut dengan kecepatan dan arah yang sama,
maka endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama gerakan kepala sehingga
rambut-rambut kembali keposisi tidak melengkung. Saat kepala melambat dan
berhenti, endolimfe masih melanjutkan gerakan ke arah rotasi akibatnya kupula
dan rambut-rambut secara transien melengkung ke arah putaran sebelumnya
yang berlawanan dengan arah lengkung saat akselerasi. 1 Kanalis semisirkularis
menjalarkan sinyal dengan polaritas tertentu bila kepala mulai berputar, dan
dengan polaritas yang berlawanan bila kepala berhenti berputar.2
Pertanyaan 1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 30 o ke depan?
Saat kepala OP menunduk 30o ke depan, kanalis semisirkularis lateral
kira-kira ada pada bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kanalis
anterior yang ada pada bidang vertikal yang arah proyeksinya ke depan dan 45 o
ke arah luar dan kanalis posterior ada pada bidang vertikal berproyeksi ke
belakang dan 45o ke arah luar.2
Pertanyaan 2.
a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke depan
setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
OP berjalan tidak lurus, tetapi berjalan miring ke arah kanan.
b. Bagaimana penjelasannya?
6.3.2.
6.3.3.
Tes Jatuh
Pada saat posisi kepala direbahkan 60 kebelakang dan diputar
ke kanan, hal ini menyebabkan kanalis semisirkularis posterior terletak
dalam posisi horizontal dan ketika tubuh (kepala) diputar ke kanan,
endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior ikut bergerak pada
pemutaran maksimal. Pada saat kanalis semisirkularis superior mulai
diputar diputar ke kanan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis
posterior tertinggal sehingga krista ampularis bergerak kearah
berlawanan dengan arah putar. Kemudian beberapa saat setelah
berputar stabil, endolimfe bergerak mengikuti arah putaran. Saat
dihentikan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis tersebut masih ikut
bergerak sesuai arah gerak, sedangkan kanalis sudah berhenti berputar.
Kesan (Sensasi)
Perasaan
berputar
dikarenakan
adanya
gangguan
keseimbangan pada organ tympani pada telinga. Saat kursi mulai diputar
10
Cara Weber
Fungsi pendengaran perlu dinilai kesimetrisannya pada kedua
telinga. Pada OP yang dipraktikumkan fungsi pendengaran kedua telinga
baik dan simetris. Lateralisasi dapat terjadi karena adanya sumbatan
pada telinga sehingga hantaran suara konduktif lemah dibandingkan
hantaran melalui tulang yang terdengar lebih jelas. Tes weber berperan
dalam menilai adanya suara yang terdengar lebih kuat (lateralisasi) pada
telinga seseorang. Lateralisasi dapat terjadi melalui 2 faktor, yaitu apabila
terjadi gangguan tuli konduktif atau gangguan tuli sensorineural. Pada
11
orang yang mengalami tuli konduktif, maka akan terjadi lateralisasi pada
telinga yang sakit. Hal ini didemonstrasikan dengan cara menutup salah
satu liang telinga dari OP, sehingga seakan-akan OP mengalami tuli
konduktif. Hal ini berhubungan dengan efek masking, yaitu efek
penutupan suatu suara dengan suara lainnya.
Pertanyaan 10. Apakah yang dimaksud dengan lateralisasi?
Lateralisasi adalah suara yang terdengar pada satu sisi telinga
akibat adanya gangguan neural.
Pertanyaan 11. Kemana arah lateralisasi dan terangkan mekanisme
lateralisasi ini?
Lateralisasi terjadi ke arah telinga yang tertutup oleh kapas.
Penutupan liang telinga menyebabkan hilangnya efek masking yang
seharusnya dimiliki oleh telinga yang bersangkutan, sehingga suara akan
terdengar lebih keras pada telinga yang ditutup. Sementara itu pada
gangguan sensorineural, suara akan lebih jelas terdengar pada telinga
yang sehat karena telinga yang sakit akibat gangguan saraf tentunya
tidak dapat mendengar dengan baik.
6.4.3.
Cara Scwabach
Tes scwabach berperan dalam menilai konduksi tulang dari
seseorang dibandingkan dengan konduksi tulang dari pemeriksa, dengan
catatan pemeriksa dianggap normal. Seperti pada tes weber di atas,
pada orang yang memiliki scwabach memanjang (konduksi tulang OP
lebih baik dibandingkan dengan pemeriksa) menandakan bahwa terjadi
kehilangan efek masking dari orang tersebut. Sebaliknya pada orang
yang memiliki scwabach memendek, maka hal ini menunjukkan bahwa
konduksi tulang yang dimiliki lebih buruk dibandingkan dengan
pemeriksa.
Pertanyaan 12. Apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala
di klinik? Bagaimana interpretasi masing- masing pemeriksaan?
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk menilai fungsi telinga
terhadap hantaran bunyi konduksi dan hantaran bunyi melalui telinga
sehingga dapat dibedakan antara tuli konduksi dan tuli neural.
Pada ketiga OP didapatkan hasil rinne positif menunjukkan
OP masih dapat mendengar melalui hantaran melalui udara
(aerotimpanal) sesaat setelah dipindahkan dari prosesus mastoideus. Hasil
weber menunjukkan tidak adanya lateralisasi ke salah satu telinga atau
OP mendengar bunyi sama kuat di kedua telinga. Hasil schwabach
menunjukkan bunyi penala yang menghilang pada OP juga terdengar
berhenti oleh pemeriksa yaitu schwabach sama dengan pemeriksa.
Hasil tersebut memberi interpretasi bahwa pada ketiga OP tidak terdapat
gangguan pendengaran atau normal.
12
13