Anda di halaman 1dari 18

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510


No. Telp (021) 5694-2061
Tahun Ajaran 2011/2012
SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN
I. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan
1.

Suruhlahlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan
mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan
tanyakan apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2.

Ulangi percobaan diatas (no.1) dengan mata tertutup.

3.

Ulangi percobaan di atas (no.1 dan 2) dengan :


a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

Hasil Pengamatan

1. Orang percobaan tidak mengalami kesulitan untuk mengikuti suatu garis lurus dilantai
2. Orang percobaan mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus. Jalannya miring
kekiri.
3. a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri dengan mata tertutup, jalannya miring ke
kiri. Sedangkan ketika mata tidak tertutup jalannya lurus
b.Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan dengan mata tertutup, jalannya tetap
miring ke kanan. Sedangkan ketika mata tidak tertutup, jalannya lurus.

Pembahasan :
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan kepala dan mata yang normal
akan mempengaruhi keseimbangan badan. Ketika orang percobaan berjalan dengan mata
terbuka dan keadaan sikap kepala yang normal, orang percobaan tidak mengalami kesulitan
berjalan. Hal ini membuktikan bahwa keadaan mata yang normal dan keadaan sikap kepala
yang normal (dalam posisi tegak) memang mempengaruhi keseimbangan badan.
Sedangkan pada percobaan no. 3 a, ketika kepala orang percobaan dimiringkan ke kiri atau ke
kanan dengan mata terbuka, hasilnya orang percobaan bisa berjalan lurus, namun perlu
langkah yang lambat untuk tetap bisa menjaga keseimbangan berjalan. Hal ini disebabkan
adanya mata yang normal sehingga bisa menjaga arah berjalan tetap lurus, namun kepala
yang miring juga mempengaruhi keseimbangan berjalan orang percobaan karena langkah
berjalan menjadi lebih lambat. Pada percobaan 3 b, ketika kepala orang percobaan
dimiringkan ke kiri atau ke kanan dengan mata tetutup hasil yang diperoleh adalah orang
percobaan akan berjalan miring sesuai dengan arah kedudukan dimana kepala itu
dimiringkan. Jika kepala orang percobaan dimiringkan ke kiri, maka orang percobaan akan
berjalan ke kiri dan demikian pula sebaliknya hasil untuk kepala yang dimiringkan ke kanan.
Hal ini membuktikan mata yang normal dan sikap kepala yang miring akan mempengaruhi
keseimbangan untuk bisa menerima stimulus dari luar mengenai arah.
Percobaan Dengan Kursi Barany
Percobaan dengan Kursi Barany
A. Nistagmus
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua
tangannya memegang erat tangan kursi.
2. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepalanya 30 ke
depan.
3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.
5. Bukalah sapu tangan (buka mata) dan suruhlah orang percobaan melihat jauh
ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat
nistagmus tersebut.
Apa yang dimaksudkan dengan rotator nystagmus dan prostoratory nystagmus?
Hasil Pengamatan:

Mata lateralisasi lebih banyak ke kiri daripada ke kanan. Nistagmus (nystagmus)


adalah gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata yang terdiri dari tremor kecil yang
cepat ke satu arah dan yang lebih besar, lebih lambat, berulang-ulang ke arah yang
berlawanan. Nistagmus bisa horizontal, vertikal, atau berputar. Nistagmus horizontal
atau rotator nistagmus adalah nistagmus yang gerakan matanya berada di sekitar aksis
visual sedangkan postrotary nistagmus adalah dalam keadaan normal , perputaran
mata terjadi karena pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah
berlawanan
B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Past Pointing Test of Barany)
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua
matanya dengan sapu tangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil menghulurkan tangan
kirinya kearah orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga
dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian
dengan cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari
pemeriksa lagi. Tindakan no.1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang
sesungguhnya sebagai berikut:
5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi, menundukkan kepala 30 ke depan.
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang
percobaan menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan
penunjukkan seperti di atas.
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh orang percobaaan.
Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes
tersebut sampai orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan
pemeriksa.

Hasil pengamatan:
OP mengalami dua kali kegagalan yang satu kekiri dan yang satu kekanan. Pada
tepukan yang ketiga baru berhasil. Kegagalan diatas diakibatkan akibat OP yang
mengalami Nistagmus yaitu tremor yang diakibatkan oleh perputaran kursi barani,
akibatnya OP tidak dapat mengontrol gerak ritmik matanya yang menyebabkan gagal
menyentuh jari tangan pemeriksa

C. Tes jatuh
*tes jatuh 120 derajat = OP merasa jatuh ke kiri padahal kenyataanya jatuh ke kanan
*tes jatuh miring ke kanan 90 derajat = OP merasa jatuh ke belakang bagian kanan.
*tes jatuh 60 derajat ke belakang= OP merasa jatuh ke kanan padahal kenyataanya
jatuh ke kiri.

Pembahasan
Pada kanalis semisirkularis polarisasisama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis dan pada
rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lururs satu
dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang ang
sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapattiga pasang kanalis;
horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan, posterior kiri anterior kanan.
Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya akan
terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal fan terdapat percepatan dalam
bidang horisontal yang menimbulkan rotasike kanann maka serabu-serabut aferen dari kanalis
horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiriakan terinhibisi. Jika
rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepanmaka kanalis anterior kiri dan kanan
keduasisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi.
Perlu diperhatikan bahwa percepatan sudut merupakan rangsangan yang adekuat untuk
serabut aferen kanalis semisirkularis. Suatu kecepatan rotasi yang konstan tidak akan
mengekssitasi serabut-serabut tersebut. Namun tentunya dalam mencapai suatu kecepatan
tertentu harus ada akselerasi, dan dipengaruhi akselerasi ini akan terus berkurang hingga nol
setelah beberapa saat hingga beberapa menit. Keterlambatan ini disebabkan oleh pengolahan
SSP dan inersia kupula serta viskositas endolimfe yang menyebabkan kupula tertinggal
dibelakang perubahan sudut kepala.Sebagai contoh efek dari penghentian mendadak setelah
suatu rotasi ke kanan searah jarum jam. Perlambatan menuju kecepatan nol ini ekuivalen
dengan percepatan arah yang berlawanan searah jarum jam. Perlambatan menuju kecepatan
nol ini ekuivalen dengan percepatan kearah yang berlawanan, yaitu kekiri. Dengan demikian,
serabut aferen dari kanalis kiri aka tereksitasi sedangkan serabut yang kanan terinhibisi. Bila
ini dilakukan pada ruangan gelap maka subjek akan merasa bahwa ia berputar ke kiri, setelah
kupula kembali pada posisi istirahat subjek akan meras berhenti berputar.

Organ otolit terdiri dari : utrikulus dan sakulus, utrikulus yang terletak hampir horisontal dan
skulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda dengan sel rambut kanalis
semisirklaris, polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula
utrikulus, kinosilia terletak di bagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral
yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linear sebagaian
serabut aferen akan tereksitasi sementara lainnya akan terinhibisi. Namun demikian hal ini
tidak berarti pembatalan respon pada SSP. Serabut aferen dengan polarisasi tertentu dpat
mengarahkan pada neuron-neuron berbeda dalam nuklei vestibularis dan dapat melakukan
fungsi-fungsi yang berbeda pula. Dengan adanya polarisasi pada tiap makula maka SSP
mendapat informasi tentang gerak linea dalam tiga dimensi walaupun sesungguhnya hanya
ada 2 makula.
Reflek vestibularis berjalan menuju SSP dan bersinap pada neuron inti vestibularis di batang
otak. Selanjutnya neuron vestibularis menuju kebagian alain dari otak, sebagian langsung
menuju motoneuron yang mensarafi otot-otot ekstraokular dan motoneuron spinalis yang lain
menju formatia retikularis batang otak, serebelum dan lainnya
Hubungan-hubungan langsung inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokular merupakan
suatu jaras yang penting dalam mengendalikan gerakan mata dan reflek vestibulo-okularis
(RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen lambat berlawanan
arah dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala.
Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi menstabilkan suatu
bayangan pada retina. Kompone cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapn ke
bagian lain dar lapangan pandangan. Perubahan arah gerakan mata selama rangsang
vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal.Nistagmus adalah gerak bola
mata kian kemari yang terdiri dari fase lambat dan fase cepat. Fase lam bat merupakam
reaksisistem vestibuler terhadap ransangan sedangkan fase cepat merupakan raksi
kompensasinya. Nistagmus merupaka suatu parameter yang akurat untuk menentukan
aktivitas sistem vestibuler. Nistagmus adalah gejala yang berasal dari satu sumbermeskipun
nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersamaan.dalam keadaan terlatih dengan
baikvertigo biasanya tidak diraskan meskipun nistagmus ada.pada kelainan vestibuler perifer
gejala vertigo dapat dihilangkan dengan latihan yang baik. Nistagmus terdiri dari nistagmus
horisontal, nistagmus vertikal dan nistagmus rotoroar. Nistagmus merupakan parameter
penting dalam tes kalori. Dimana dapat emnentukam normal tidaknya sistem vestibuler, dan

dapatjuga menduga ada kelainan pada vestibuler sentral. Nistagmus juga penting dalam
pegangan menentukan diagnosa dengan tes nistagmus posisi. Ransangan normal akan selalu
menimbulkan gangguan vertigo., misalnya pada tes kalori. Ransangan abnormal dapat pula
menimbulkan gangguan vertigo bila terjadi kerusakan sistem vestibuler, misal pada orang
dengan paresis kanalakan merasa terganggu bila naik kapal. Ransangan noram dapat pla
menimbulkan vertigo pada orang normal bila situasinya berubah.
Sistem vestibuler sanga sensisitif terhadap perubahan konsentrasi O2 dalam darah, oleh
karena itu perubahan mendadak aliran darah dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak hanya
timbul bila hanya terjadi perubahan O2 tetapi harus ada faktor lain yang menyertai seperti
sklerosi pada salah satu arteri auditiva interna atau salah satu arteri terjepit. Dengan demikian
bila ada perubahan konsentrasi O2 hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian
akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibular kana dan kiri. Akibatnya
terjadi serangan vertigo.Perubahan konsentrasiO2 dapat terjadimisalnya pada hipertensi,
hipotensi spondiloartrosis servikal. Pada kelainan vaso motor mekanisme erjadinya vertigo
disebabkan oleh terjadinya perbedaan prilaku antara arteri auditiva interna kanan dan kiri,
sehingga menimbulkan beda potensial pada keseimbangan badan dalam tes duduk di kursi
barany.

D. Kesan
Tujuan Percobaan:
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh orang
percobaan.
Alat dan Bahan:
1. Kursi Barany
2. Pensil
3. Kertas
Cara Kerja:
1. Menggunakan orang percobaan yang lain. Orang percobaan disuruh duduk di kursi
Barany dan kedua matanya ditutup dengan sapu tangan.
2. Kursi tersebut diputar ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kecepatan putarannya dikurangi secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.

3. Orang percobaan ditanyakan tentang arah perasaan berputar:


a) Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b) Sewaktu kecepatan putar menetap
c) Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d) Segera setelah kursi dihentikan
Hasil Percobaan:
Kursi Barany diputar ke arah kanan dari sudut pandang OP
a)
b)
c)
d)

Sewaktu kecepatan putar masih bertambah : OP merasa berputar ke arah kiri.


Sewaktu kecepatan putar menetap : OP merasa berputar ke arah kanan.
Sewaktu kecepatan putar dikurangi : OP merasa berputar ke arah kiri.
Segera setelah kursi dihentikan : OP merasa berputar ke arah kanan.

Pembahasan:
Telinga dalam memiliki komponen khusus, yaitu aparatus vestibularis yang memberikan
informasi penting mengenai kesan (sensasi) keseimbangan. Aparatus vestibularis terdiri dair
dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat cochlea, yaitu canalis
semicircularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus).
Canalis semicircularis mendeteksi akselerasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala,
misalnya ketika memulai atau berhenti berputar. Akselerasi (percepatan) atau deselarasi
(perlambatan) selama rotasi kepala ke segala arah yaitu seperti pada percobaan dimana OP
duduk di kursi Barany dan diputar. Hal ini menyebabkan pergerakan endolimfe di slah satu
canalis semicircularis. Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel
ra,but yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di
dalam canalis, yang tidak melekat ke tengkorak, mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah
rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia. Ketika endolimfe tertinggal saat
kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada
dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan
ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala,
membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Itu sebabnya OP
merasa arah putar berlawanan arah dengan arah putar kursi.
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan
menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi
tegak. Itu sebabnya OP merasa arah putar searah dengan arah putar kursi.
Ketika gerakan kepala melambat, keadaan sebaliknya yang terjadi. Endolimfe secara
singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat

untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok


ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali
tegak. Canalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler
dengan kecepatan tetap. Itu sebabnya OP merasa arah putaran berlawanan arah dengan arah
putar kursi ketika kecepatan putar mulai melambat dan OP merasa arah putaran kursi searah
dengan arah putar kursi ketika kecepatan putar telah dihentikan.
Kesimpulan:
Ketika kepala mulai bergerak dengan suatu kecepatan atau perlambatan, gerakan cairan
endolimfe di dalam canalis semicircularis akan menyebabkan kupula condong ke arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala, sehingga OP merasa arah putaran berlawanan
dengan arah putar kursi. Sebaliknya, canalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau
ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap. Itu sebabnya OP merasa arah putaran
kursi searah dengan arah putar kursi ketika kecepatan putar telah dihentikan.
III. Percobaan Sederhana untuk kanalis Semisirkularis Horizontalis.
Cara kerja :

OP dengan mata ditutup dan kepala ditundukan 30o , berputar sambil berpegangan
pada tongkat atau statif searah dengan jarum jam, lakukan sebanyak 10 kali/30 detik.

Berhentikan OP dan meminta OP membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.

Catat apa yang terjadi, lakukan juga dengan arah berlawanan arah jarum jam.

Hasil percobaan :
Jika putaran searah dengan jarum jam, OP jalan miring ke kanan, dan jika putaran
berlawanan arah dengan jarum jam, Op akan jalan miring ke kiri. Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala. Aselerasi atau deselerasi
selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak
ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apanila gerakan kepala berlanjut dalam
arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan
kepala sehingga rambut-rambut kembali pada posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan

sebaliknya terjadi. Endolimf secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi
kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi
tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus
berjajar secara horizontal.

DAFTAR PUSTAKA
Sherwood L. Fisiologi manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2011.
Greenberg M. Buku ajar bedah saraf. Jakarta: EGC. 2010
Nigtamus. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Tugas+THT.

Pemeriksaan Pendengaran
A. Tujuan
Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran melalui percobaan Rinne, Weber, dan
Scwabach.
B. Alat dan Bahan
1. Penala dengan berbagai frekuensi

2. Kapas untuk menyumbat telinga


C. Cara Kerja
Cara Rinne
1. Getarkan penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara memukulkan salah satu
ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang
keras.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Tanyakanlah kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala mendengung
di telingan yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi
tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus orang
percobaan dan kemudian ujung jari penala dan ditempatkan sedekat-dekatnya di
depan liang telinga yang di periksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
a. Positif
: bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal
b. Negatif
: bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara
hantaran
Cara Weber

aerotimpanal.

1. Getarkan penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no.A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala
sama kuat di kedu telinganya ataukah terjaid lateralisasi.
4. Apa yang dimaksud dengan lateralisasi?
5. Bila pada orang percobaan tidak terdapatr lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah
pemeriksaannya.
Cara Schwabach
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no.A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus slaah satu telinga orang
percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi
hilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus
mastoideusnya sendiri. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang
percobaan masih dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah
Schwabach Memendek.
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga
tidak dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach
Normal atau Schwabach Memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan
pemeriksaan sebgai berikut :
a. Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus
mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudia ujung tangkai
penala segera ditekankan ke processus mastoideus orang percobaan.
b. Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat
didengar oleh orang percobaan, hasil pemeriksaan ialah Schwabach Memanjang.
c. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat
didengar oleh orang percobaan, maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach
Normal.
D. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran
Orang
Percobaan

Cara Rinne
Telinga (penala
Telinga (penala
digetarkan pada

digetarkan lewat

processus mastoideus)

udara)

Cara

Cara

Webber

Schawabac
h

------ (OP1)
------- (OP2)

Kanan
+
+

Kiri
+
+

Kanan
+
+

Kiri
+

Lateralisasi

Schwabach

ke kanan
Lateralisasi

normal
Schwabach
normal
Schwabach

------- (OP3)

ke kanan
Lateralisasi

------- (OP4)

ke kanan
Lateralisasi

normal
Schwabach

ke kanan
Lateralisasi

normal
Schwabach

ke kanan

normal

-------- (OP5)

Catatan :
op (orang percobaan, dilakukan oleh orang yang sama) Febriany Gotamy
Pemeriksa Eifraimdio Paisthalozie
E. Pembahasan
a. Pada percobaan Rinne, saat penala digetarkan pada processus mastoideus, terdengar
suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan pada seluruh orang
percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus
mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :
Normal
: Jika tes Rinne positif.
Tuli konduktif : Jika tes Rinne negatif.
Tuli perseptif : Jika tes Rinne positif.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun op. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak
lurus atau tangkai garpu tala mengenai rambut op .
Kesalahan dari pasien misalnya op lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di processus
mastoideus pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita
memindahkan garpu tala di depan liang telinga.
b. Tujuan melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien. Jika telinga op mendengar lebih keras pada 1 telinga maka
terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga op mendengar dengan
kekuatan bunyi yang sama berarti tidak ada lateralisasi.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :
Normal
: Jika tidak ada lateralisasi.
Tuli konduktif : Jika op mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.
Tuli perseptif : Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Lateralisasi

: Lateralisasi adalah kejadian di mana bunyi yang di dengar tidak

sama kuat antara telinga kanan dan telinga kiri(bunyi didengar keras ke salah satu
sisi)
Pada percobaan cara Webber, saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi,
semua orang percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi cenderung
pada telinga kanan. Hal ini, menandakan bahwa telinga kanan semua orang percobaan
lebih peka terhadap dengungan yang terjadi dibandingkan telinga kiri.
c. Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang dilakukan, yaitu :
Normal
: Schwabach normal.
Tuli konduktif
: Schwabach memanjang.
Tuli perseptif
: Schwabach memendek.
Pada percobaan Schwabach, saat dengungan penala sudah tidak terdengar lagi oleh
orang percobaan juga tidak terdengar oleh si pemeriksa, begitu pula sebaliknya. Hal
ini berlaku pada semua orang percobaan dan pemeriksanya sehingga hasil
pemeriksaan tersebut adalah schwabach normal.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai
garpu tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau op lambat
memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.
Telinga
Telinga merupakan organ pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam
mempertahankan keseimbangan. Bagian-bagian yang berperan dalam pendengaran yaitu
telinga bagian luar, bagian tengah, dan koklea. Bagian-bagian yang berperan dalam
keseimbangan adalah kanal semisirkular, utrikel, dan sakulus.
Struktur telinga
Telinga eksterna mempunyai dua bagian, yaitu aurikula dan meatus akustikus
eksterna. Aurikula menonjol dari samping kepala, terdiri dari fibrokartilago (tipis dan elastis),
ditutupi kulit berbentuk corong, yang mengantar gelombang suara menuju ke meatus akustik
eksterna. Meatus akustik eksterna merupakan bentuk lintasan tubular sekitar 4 cm
memanjang ke bagian temporal. Sepertiga bagian luar memiliki dinsing kartilago dan dua
pertiga bagian dalam tulang. Eksterna akustik meatus membentuk kanal yang melengkung,
lengkungan depan-atas, lengkungan belakang-atas, dan lengkungan depan yang sedikit
menurun. Lengkung ini bisa diluruskan oleh tarikan lunak, pada aurikula dewasa ditarik ke
atas-belakang, pada anak-anak hanya ditarik kebelakang, pada bayi ditarik kebawah-

belakang. Ujung eksternal meatus bagian dalam ditutupi oleh membran timpani. Pada tepi
kulit kartilago meatus terdapat rambut-rambut halus dan banyak kelenjar yang menghasilkan
serumen, yang melindungi kanal dari debu atau benda asing lain, tetapi serumen sendiri dapat
menjadi hambatan akibat akumulasi, sehingga mengeluarkannya diperlukan penyemprotan.
Telinga bagian tengah merupakan ruang kecil dalam tulang temporal, dipisahkan oleh
membran timpani dari telinga bagian luar, dindingnya dibentuk oleh dinding bagian lateral
telinga dalam. Rongga tersebut dikelilingi membran mukosa dan berisi udara yang masuk
dari faring melalui saluran pendengaran. Hal ini membuat tekanan udara di kedua sisi
membran timpani sama. Telinga tengah terdiri dari tiga tulang tipis yang disebut osikel, yang
menghantarkan getaran ke membran timpani melalui telinga dalam. Membran timpani tipis
dan semitransparan, sebagai tempat melekatnya maleus, osikel pertama, melekat dengan kuat
ke permukaan dalam. Inkus berartikulasi dengan maleus dan stapes, bagian dasar osikel, yang
menempel pada fenestra vestibuli dan mengarah ke bagian dalam telinga. Dinding posterior
telinga tengah terbuka tidak beraturan, mengarah ke mastoid antrum dan membelok ke
sekelompok sel udara mastoid, seperti sinus nasal yang terinfeksi.
Telinga bagian dalam, yang terletak didalam bagian petrosa tulang temporal terdiri
dari dua bagian, tulang labyrinth yang menonjol (bony labyrinth) dan membran labyrinth.
Tulang labyrinth terbagi menjadi tiga, yaitu vestibula, koklea, dan kanal semisirkular.
Vestibula berdampingan dengan telinga tengah melewati dua lubang, yaitu fenestra
vestibuli, yang ditempati oleh dasar stapes dan fenestra koklea yang terisi oleh jaringan
fibrosa. Dibagian belakang, ada muara menuju kanal semisirkular dan dibagian depan ada
sebuah muara yang menuju ke koklea.
Koklea penting bagi fungsi pendengaran. Koklea adalah saluran berbentuk spiral yang
membentuk dua pertiga putaran mengitari pusat tulang yang disebut modiolus. Menurut
panjangnya, saluran ini dibagi menjadi tiga terowongan oleh dua membran, yaitu membran
basilar dan membran vestibular yang meregang dari modiolus ke dinding luar. Pada saluran
bagian luar, terdapat skala vestibuli di bagian atas dan skala timpani di bagian bawah. Saluran
ini berisi perilimfe dan bergabung dengan puncak modiolus. Bagian ujung skala timpani yang
lebih rendah ditutupi fibrosa fenestra koklea. Bagian tengah saluran disebut duktus koklear
dan berisi endolimfe. Bentuknya sama dengan tulang labyrinth dan disebut membran
labyrinth. Didalam duktus koklear terdapat ujung-ujung saraf pendengaran yang disebut selsel rambut.

Labyrinth membranosa terdapat di dalam tulang labyrinth walaupun ukurannya lebih


kecil. Membran ini meliputi utrikel, sakul, duktus semisirkular, dan duktus koklea. Utrikel
dan sakulus adalah dua kantung kecil dalam vestibula yang satu sam lain dihubungkan oleh
saluran penyambung (connecting tube). Kantung-kantung tersebut berisi potongan kecil saraf
sel rambut yang distimulasi oelh gaya gravitasi pada kristal-kristal kecil (otolith) yang
menempel pada sel-sel tersebut.
Kanal semisirkular berjumlah tiga dan terletak di atas dan di belakang vertibula dalam
tiga ruang yang berbeda, satu ventrikel, satu horisontal, dan yang lain transversal. Semua
ruang ini berisi perilimfe. Bila posisi kepala berubah, gerakan endolimfe merangsang sel-sel
khusus yang memiliki tonjolan seperti rambut-rambut yang terdapat di ujung setiap kanal.
Bentuk duktus semisirkular sama dengan kanal semisrikular dan terletak didalam duktus
tersebut, tetapi diameternya hanya seperempatnya. Duktus ini berisi endolimfe. Duktus
koklear merupakan saluran spinal didalam kanal koklea yang menonjol dan membentang di
sepanjang dinding luar. Langit-langitnya dibentuk oleh membran basiler dan kedua dinding
luarnya oelh tonjolan dinding koklea.

Kanalis semisirkularis berfungsi untuk mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala


rotasional atau angular, misalnya ketika kita mulai atau berhenti berputar, jungkit-balik, atau
menengok. Masing-masing telinga memiliki tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam
bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptif masing-masing
kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan yang terletak di ampula. Rambut-

rambut terbenam di dalam lapisan gelatinosa di atasnya, kupula, yang menonjol ke dalam
endolimfe di dalam ampula. Kupula bergayang sesuai arah gerakan cairan, seperti rumput
laut yang miring ke arah gelombang laut.
Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan
gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis, karena susunan tiga
dimensi ketiganya. Sewaktu kepala mulai digerakkan, tulang kanalis dan sel-sel rambut yang
terbenam di dalam kepala kupula bergerak bersama-sama dengan ke mana arah kepala
bergerak. Namun, awalnya cairan di dalam kanalis ini karena tidak melekat ke tengkorak,
maka tidak bergerak searah dengan rotasi tetapi tertinggal di belakang akibat inersia
(kelembanaman; karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang sedang
bergerak akan terus bergerak ke arah yang sama kecuali benda tersebut mendapat gaya luar
yang menyebabkan perubahan). Ketika endolimfe tertinggal di belakang sewatu kepala mulai
diputar, cairan dalam bidang yang sama dengan arah gerakan pada hakikatnya bergeser dalam
arah yang berlawanan. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula miring dalam arah yang
berlawanan dengan arah gerak kepala, sehingga menekuk rambut-rambut sensorik yang
terbenam di dalamnya. Jika gerakan kepala berlanjut terus dengan kecepatan dan arah yang
konstan, maka endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan pergerakan kepala
sehingga rambut-rambut sensorik tersebut akan kembali ke posisinya semula dan tidak
melengkung lagi. Ketika gerakan kepala mulai diperlambat atau bahkan sampai berhenti,
terjadi situasi yang sebaliknya. Endolimfe akan sesaat melanjutkan gerakan ke arah rotasi
sementara kepala yang melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya
akan melengkung ke arah putaran sebelumnya secara transien, yaitu berlawanan dengan arah
lengkung mereka sewaktu akselerasi. Cairan endolimfe yang bergerak inilah yang merupakan
mekanisme utama untuk membuat rambut-rambut sensoris melengkung, apabila cairan
endolimfe berhenti bergerak makan otomatis rambur-rambut sensoris pun akan kembali ke
posisinya yang lurus. Maka dari itu, kanalis semisirkularis dapat mendeteksi perubahan
kecepatan gerakan rotasional (akselerasi atau deselerasi rotasional) pada kepala. Kanalis
semisirkularis tidak akan berespon apabila kepala tidak bergerak atau ketika berputar dalam
lingkaran dengan kecepatan tetap.

Mekanisme pendengaran
Gelombang suara adalah suatu gelombang getaran udara yang timbul akibat getaran
sebuah obyek. Vibrasi senar biola atau pita suara menimbulkan getaran udara yang kontak

dengannya dan menghasilkan gelombang getaran yang menyebar ke semua arah, seperti riak
kolam air yang muncul bila air kolam dilempari kerikil.
Untuk menghasilkan suara, vibrasi harus berada pada kecepatan tertentu. Telinga
manusia dirangsang hanya oleh vibrasi dengan kecepatan antara 30 sampai 30.000 perdetik.
Getaran yang lambat menimbulkan nada yang rendah, dan vibrasi yang cepat menimbulkan
suara yang tinggi. Inilah penyebab suara pria lebih rendah daripada suara wanita, yakni
karena pita suara pria lebih panjang dan bergetar lebih lambat. Sementara pita suara wanita
lebih pendek dan bergetar lebih cepat. Pertumbuhan laring yang cepat pada masa pubertas
dapat menyebabkan suara pecah.
Gelombang suara dihantar dengan kecepatan 340 meter/detik, lebih lambat daripada
kecepatan cahaya. Gelombang suara secara normal dihantarkan oleh udara, tetapi juga dapat
melewati benda padat, hantaran benda padat lebih cepat daripada hantaran udara. Misalnya
ketika kita meletakkan telinga didasar lantai, kita dpaat mendengar langkah kaki dari jarak
yang lebih jauh daripada mendengar biasa (hantaran udara).
Pendengaran, dimana gelombang suara membuat membran timpani bergetar sehingga
osikel dan vestibuli fenestra bergetar, yang kemudian menyebabkan perilimfe bergerak. Saat
cairan dalam telinga tidak tertekan, perilimfe dapat bergetar hanya jika fenestra koklea
mampu menonjol keluar seiring fenestra vestibuli menonjol kedalam. Akibatnya, dibutuhkan
dua jendela didalam telinga dalam. Vibrasi perilimfe menyebabkan vibrasi pada endolimfe,
sehingga rambut-rambut getar menonjol kedalam dan merangsang ujung-ujung saraf pada
membran koklea. Saraf membawa rangsang kedalam pusat pendengaran di lobus temporal
otak, tempat rangsang dinilai dan di interpretasi. Penilaian suara tersebut menyebabkan
stimulus dibawa oleh saraf pendnegaran ke pusat pendengaran, tetapi arti suara tersebut
tergantung pada pengalaamn sebelumnya dan kekuatan pemberian makna.
Tuli konduktif dan tuli perseptif
Kelainan hantaran melalui udara menunjukkan adanya tuli konduktif, berarti ada
kelainan (biasanya sumbatan) di telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga,
eksostosis liang telinga, serumen dan sumbatan tuba eustachi. Tuli konduktif ini terjadi
apabila gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui telinga tangah dan telinga
luar untuk menggetarkan cairan di telinga dalam.

Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli perseptif. Pada tuli perseptif, gelombang
suara disalurkan ke telinga dalam, tetapi gelombang tersebut tidk diterjemahkan menjadi
sinyal saraf yang diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi suara. Defek mungkin terletak
pada organ corti, pada saraf auditorius, atau jalur auditorius ascendens, atau yang jarang pada
korteks auditorius itu sendiri.

d. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat
mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
telinga orang percobaan masih bekerja secara normal.

F. Daftar Pustaka
Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2011. h.240-1
Watson R. Anatomi dan fisiologi. Ed ke-10. Jakarta: EGC. 2002. 106-7

Anda mungkin juga menyukai